Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang sudah menjadi

kewajiban bagi masyarakat untuk dimiliki. Alat transportasi memang sangat penting

dimiliki karena mampu menunjang kegiatan masyarakat. Alat transportasi seperti

kendaraan bermotor tidak menjadi barang yang mewah bagi masyarakat, melainkan

menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sehingga

jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat semakin hari semakin

meningkat.

Pajak merupakan salah satu pendapatan pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Pasal 1 Ayat (10) disebutkan :

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.1

Pajak daerah terbagi dua; pajak provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota,

adapun jenisnya terdiri dari :

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas :


a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan, dan
e. Pajak Rokok

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
1

Daerah
2

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas :


a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.2

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman

dan Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor yang tujuannya adalah :

a. Memberikan pelayanan pemungutan PKB dan BBNKB yang mudah, cepat


dan tepat, dan
b. Memberikan informasi yang terbuka kepada Wajib Pajak mengenai
ketentuan pengaturan, prosedur dan tata cara penghitungan PKB dan
BBNKB.3

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis ingin

mengajukan penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Sanksi Terhadap

Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Tahun

2019-2020 di Kota Padangsidimpuan.

2
Ibid, Pasal 2
3
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3

B. Identifikasi Masalah

1. Masih rendahnya masyarakat wajib pajak yang membayar pajak

kendaraan bermotornya khususnya pada BPPRD UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan

2. Masih banyaknya penerimaan denda sanksi administratif yang diperoleh

BPPRD UPT Samsat Kota Padangsidimpuan karena masih tingginya

wajib pajak yang telat membayar pajak kendaraan bermotornya

3. Pemberian sanksi administratif yang diterapkan BPPRD UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan menjadi pertimbangan masyarakat wajib pajak untuk

membayar pajak kendaraan bermotornya dengan tepat waktu.

C. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan yaitu hanya terkait pemberian sanksi

administratif yang diterapkan oleh BPPRD Sumatera Utara UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan tahun 2019-2020.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pemberian sanksi bagi masyarakat yang telat membayar pajak

kendaraan bermotor pada BPPRD Sumatera Utara UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan tahun 2019-2020?

2. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam membayar pajak kendaraan

bermotor pada BPPRD Sumatera Utara UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan tahun 2019-2020?


4

3. Bagaimana pengaruh pemberian sanksi terhadap kesadaran masyarakat

dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada BPPRD Sumatera Utara

UPT Samsat Kota Padangsidimpuan tahun 2019-2020?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pemberian sanksi bagi masyarakat yang

telat membayar pajak kendaraan bermotor pada BPPRD Sumatera Utara

UPT Samsat Kota Padangsidimpuan tahun 2019-2020

2. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran masyarakat dalam membayar

pajak kendaraan bermotor pada BPPRD Sumatera Utara UPT Samsat Kota

Padangsidimpuan tahun 2019-2020

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian sanksi terhadap

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada

BPPRD Sumatera Utara UPT Samsat Kota Padangsidimpuan tahun 2019-

2020.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman secara mendalam

mengenai pemberian sanksi terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar

pajak kendaraan bermotor. Selain itu juga sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Administrasi Publik pada Universitas Muhammadiyah Tapanuli

Selatan

2. Bagi wajib pajak


5

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam

melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak kendaraan bermotor dan

dapat dijadikan sebagai cerminan masyarakat untuk menjadi wajib pajak yang

patuh terhadap ketentuan perpajakan di Kota Padangsidimpuan

3. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi literatur bagi penelitian

selanjutnya mengenai pajak kendaraan bermotor khususnya di Provinsi

Sumatera Utara UPT Samsat Kota Padangsidimpuan


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“kekuatan yang ada atau yang timbul dari sesuatu, seperti orang, benda yang turut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh dibagi menjadi

dua “ada yang positif, ada pula yang negatif.

2. Pajak Daerah

Pajak adalah “iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang

menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 ayat (10) Pajak Daerah,

yang selanjutnya disebut Pajak, adalah “kontribusi wajib kepada Daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Negara yang berlaku di Indonesia sampai saat ini adalah :

1. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN &
PPn BM)
2. Pajak Penghasilan (PPh)
7

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


4. Bea Materai
5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).4

Selain pajak negara ada juga disebut sebagai pajak daerah yang pengelolanya

dan dipungut oleh daerah yang terbagai dalam :

1. Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor yaitu pajak atas kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan
hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau
perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar
menukar, hibah, warisan atau pemasukan ke dalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pajak atas penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan
air permukaan.
e. Pajak Rokok pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah.5
2. Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Bangunan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.6

3. Pajak Kendaraan Bermotor

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman

dan Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

4
Hadi Irmawan, Pengantar Perpajakan, (Malang : Bayumedia, 2006) hal.37
5
Marihot P. Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004) hal.25
6
Ibid, hal.27
8

Kendaraan Bermotor dijelaskan bahwa objek pajak kendaraan bermotor diatur dalam

Pasal 4 yaitu :

1. Objek PKB, meliputi :


a. Kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor yang terdaftar
di Provinsi Sumatera Utara, termasuk kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor beserta gandengannya, alat-alat berat
dan alat-alat besar di jalan darat
b. Alat-alat berat dan alat-alat besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi :
1) Forklift (crane)
2) Traktor
3) Loader
4) Excavator
5) Motor grader
6) Track loader/shovel/log loader
7) Vibrator roller/compactor
8) Backhoe loader
9) Pipe layers
10) Conveyor belt mover
11) Wheelloader
12) Buldozer
13) Stoom walls, dan
14) Jenis alat-alat berat dan alat-alat besar lainnya di luar angka 1
sampai dengan 13.
2. Dikecualikan dari objek PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor, meliputi :
a. Kereta api
b. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara
c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai Kedutaan,
Konsulat Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Lembaga-
Lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak
dari Pemerintah dengan asas timbal balik
d. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai pabrikan atau
importir yang semata-mata tersedia untuk dipamerkan
e. Kendaraan bermotor yang tidak digunakan karena disegel, disita
dan/atau dibekukan/diblokir oleh negara atau atas permintaan sendiri
untuk dibekukan/diblokir
f. Kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.7

7
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019, Op.Cit
9

Sementara yang disebut sebagai subjek pajak yang diatur dalam Pasal 6 yaitu

“Subjek PKB adalah orang pribadi, Badan atau Instansi Pemerintah.” 8 Orang pribadi

atas kendaraan bermotornya, perusahaan atau badan untuk operasional perusahaannya

dan instansi pemerintah untuk kendaraan yang digunakan oleh pegawai pemerintahan

dengan plat merah. Sedangkan yang dimaksud dengan wajib pajak kendaraan

bermotor diatur pada Pasal 7 yaitu :

1. Wajib PKB adalah orang pribadi, Badan, Pemerintah, yang memiliki


dan/atau menguasai kendaraan bermotor
2. Yang bertanggungjawab atas pembayaran PKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), yaitu :
a. Orang pribadi, adalah orang yang bersangkutan, kuasanya, ahli waris
dan/atau pengampunya
b. Badan, diwakili oleh pengurus atau kuasanya, dan
c. Instansi Pemerintah adalah Pejabat Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran.
3. Wajib Pajak perorangan atau Badan sebagai pemilik terakhir kendaraan
bermotor yang jumlah pajaknya sebagian atau seluruhnya belum dilunasi,
bertanggungjawab untuk melunasi kewajibannya.9

Setiap kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, baik roda dua atau

roda empat wajib membayar pajak yang masuk ke pajak daerah dan hasil dari

pemungutan pajak kendaraan bermotor tersebut digunakan untuk menyejahterakan

masyarakat.

1) Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Untuk dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor diatur dalam Peraturan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman dan Tata Cara

Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pasal 8 yang terdiri dari :

8
Ibid
9
Ibid
10

1. Dasar pengenaan PKB adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok :
a. NJKB, dan
b. Bobot, yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan
dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan
bermotor
2. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar, dasar pengenaan PKB adalah
NJKB
3. Dasar pengenaan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tersendiri, dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
4. Untuk kendaraan bermotor yang NJKB-nya belum tercantum dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Gubernur, maka dasar
penghitungan pengenaan PKB ditetapkan dengan Keputusan Kepala
BP2RD Provsu
5. Dasar penghitungan pengenaan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditentukan oleh salah satu atau beberapa faktor sebagai berikut :
a. Harga pasaran umum, ditetapkan 10% (sepuluh persen) di bawah harga
kosong (off the road) atau 21,75% (dua puluh satu koma tujuh puluh
lima persen) di bawah perkiraan harga isi (on the road)
b. Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan horse
power yang sama
c. Harga kendaraan bermotor dengan merek dan/atau tipe atau model
sejenis yang hampir sama
d. Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan dan produsen
kendaraan bermotor yang sama
e. Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen pemberitahuan import
barang
f. NJKB dari provinsi lain, dan/atau
g. Harga kendaraan bermotor berdasarkan harga yang tercantum di
faktur.10

Untuk tarif pajak kendaraan bermotor diatur dalam Peraturan Gubernur

Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan

Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pasal 9 yang

terdiri dari :

1. Tarif PKB pribadi ditetapkan sebagai berikut :


a. 1,75% (satu koma tujuh lima persen) untuk kepemilikan pertama
kendaraan pribadi

10
Ibid
11

b. 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum


c. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah),
jenis sedan dan jeep, tidak termasuk kendaraan bermotor untuk sosial
keagamaan
d. 0,2% (nol koma dua persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat
dan alat-alat besar
2. Kepemilikan kendaraan bermotor pribadi, kedua dan seterusnya untuk
kendaraan roda 2 (dua) atau lebih, tarif pajaknya ditetapkan secara
progresif
3. Kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan alamat yang
sama
4. Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan
Umum yang dimiliki oleh Badan, Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan
kendaraan umum
5. Besarnya tarif progressif untuk kendaraan roda 2 (dua) dan 3 (tiga) adalah
sebagai berikut :
a. Kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen)
b. Kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen)
c. Kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen)
d. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5% (tiga koma lima
persen)
6. Besarnya tarif progressif kendaraan roda 4 (empat) atau lebih, adalah
sebagai berikut :
a. Kepemilikan kedua sebesar 2,5% (dua koma lima persen)
b. Kepemilikan ketiga sebesar 3% (tiga persen)
c. Kepemilikan keempat sebesar 3,5% (tiga koma lima persen)
d. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 4% (empat persen).

2) Sanksi Administratif

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pedoman

dan Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor Pasal 15 yaitu :

1. Dalam hal Wajib Pajak terlambat melakukan pembayaran pajak sesuai


dengan tanggal berakhirnya PKB, dikenakan sanksi administratif berupa
denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari pokok pajak terutang,
dihitung sejak saat terutang pajak
2. Dalam hal kendaraan bermotor mutasi masuk dalam provinsi atau beralih
kepemilikan, melakukan pendaftaran setelah jatuh tempo masa PKB,
berlaku :
12

a. Apabila masa pajak melebihi 15 (lima belas) hari kalender,


dikenakan pokok tunggakan ditambah sanksi administratif berupa
denda sebesar 2% (dua persen) per bulan, dan untuk masa pajak satu
tahun ke depan, tidak dikenakan sanksi administratif berupa denda;
dan
b. Apabila masa pajak tidak melebihi 15 (lima belas) hari kalender,
dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2% (dua persen)
dari pokok pajak terutang.
3. Dalam hal pengisian formulir pendaftaran tidak dilakukan dan/atau tidak
disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan :
a. Kendaraan bermotor baru, dikenakan sanksi administratif berupa
denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak
terutang, dan
b. Kendaraan bermotor mutasi masuk ke dalam atau keluar provinsi
serta kendaraan yang mengalami perubahan objek dan subjek,
dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2% (dua persen)
per bulan sejak saat terutang pajak.11

Wajib pajak yang terlambat membayar pajak kendaraan bermotor sesuai

tanggal berakhirnya dapat dikenakan sanksi administratif berupa denda 2% per bulan

dari nilai besaran pajak kendaraan bermotor yang tertera dalam STNK kendaraan

bermotor.

4. Kesadaran Masyarakat Terhadap Pajak

Menurut Ngadiman dan Huslin dijelaskan bahwa terdapat dua macam

kesadaran masyarakat terhadap pajak yaitu formal dan material. Kesadaran formal

adalah “suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara

formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. meliputi :

a. Wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu


b. Wajib pajak membayar pajak dengan jumlah yang tepat
c. Wajib pajak tidak memiliki tunggakan.12

11
Ibid
12
Ibid
13

Sedangkan kesadaran masyarakat terhadap pajak material adalah “keadaan

dimana wajib pajak secara subtansi/hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan,

yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan.”13 Indikator kesadaran

wajib pajak dapat dilihat dari :

1. Aspek ketepatan waktu yaitu presentase pelaporan SPT yang disampaikan


tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku
2. Aspek income atau penghasilan wajib pajak yaitu kesediaan membayar
kewajiban angsuran pajak penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku
3. Aspek law enforcement (pengenaan sanksi), yaitu pembayaran tunggakan
pajak yang ditetapkan berdasarkan Surat Ketetapan Pajak sebelum jatuh
tempo.14

5. BPPRD UPT Samsat Kota Padangsidimpuan

Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Provinsi Sumatera

Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6

Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera

Utara yang tugasnya adalah menyelenggarakan fungsi penunjang bidang keuangan

pada sub bidang Pengelolaan Pajak dan Restribusi Daerah. Dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya BPPRD dibantu oleh UPT Samsat salah satunya adalah UPT

Samsat Kota Padangsidimpuan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Ni Luh Supadmi, 2020, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi,

Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi pada Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor” (e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556) Volume 30

13
Ibid
14
Timbul Hamonangan Simanjuntak & Imam Mukhlis, Dimensi Ekonomi Perpajakan Dalam
Pembangunan Ekonomi, (Bogor : Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), 2012) hal.103
14

Nomor 7 Tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran

wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan dan sosialisasi

perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat

Denpasar.

2. Dian Efriyenty, 2019, “Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Pemahaman

Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Batam” (Jurnal Akuntansi

Barelang) Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019. Hasil penelitian ini adalah

sanksi perpajakan dan pemahaman wajib pajak berpengaruh secara

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi dalam membayar pajak

kendaraan bermotor di Kota Batam.

Persamaan kedua kajian penelitian di atas yaitu sama-sama meneliti

mengenai kesadaran masyarakat wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor yang dinilai masih rendah. Sedangkan perbedaan

kedua kajian penelitian dengan penelitian yang akan penulis lakukan

adalah jumlah variabel penelitian Ni Luh Supadmi terdiri dari 5 (lima)

variabel yaitu kesadaran, sanksi, kualitas pelayanan, sosialisasi dan

kepatuhan wajib pajak. Sementara penelitian Dian Efriyenty memiliki 3

(tiga) variabel yaitu sanksi, pemahaman dan kepatuhan. Penulis hanya dua

variabel yaitu sanksi denda sebesar 2% bagi yang telat membayar pajak

kendaraan dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak kendaraan

bermotor tepat pada waktunya.


15
16

C. Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah hasil penelitian atau jawaban penelitian yang

sifatnya sementara namun harus dibuktikan kembali kebenarannya melalui data-data

yang empiris. Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis yaitu : “Ada

Pengaruh Pemberian Sanksi Terhadap Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor Tahun 2019-2020 di Kota Padangsidimpuan.”

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di BPPRD Provinsi Sumatera Utara UPT

Samsat Kota Padangsidimpuan yang beralamat di Jalan Abdul Haris Nasution Desa

Palopat Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Lamanya

waktu penelitian dilakukan selama enam bulan sejak penyusunan proposal sampai

dengan penelitian di lapangan yaitu bulan September sampai Desember 2020.

B. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Sarwono, pendekatan kuantitatif “mementingkan adanya

variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus

didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.


17

C. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono adalah “keseluruhan jumlah yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.”15

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak kendaraan bermotor pada

UPT Samsat Kota Padangsidimpuan yang diambil selama satu bulan wajib pajak saat

melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotornya pada bulan Desember 2020

yaitu sebanyak 2.496 orang jumlah tersebut tidak terbatas.

Pengambilan besar sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael sebagai

berikut :

ƛ2 . N . P. Q
s= 2
d ¿ ( N−1 ) + ƛ 2 . P .Q

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur kedua

variabel penelitian agar lebih terarah. Dimana yang menjadi variabel penelitian ini

adalah variabel bebas dan terikat yang terdiri dari :

1. Variabel bebas (X) : Pemberian sanksi, dengan indikatornya :

a. Tarif denda

b. Beratnya sanksi

c. Efek jera

2. Variabel terikat (Y) : Kesadaran masyarakat, dengan indikatornya :

15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017) hal. 36-37
18

a. Wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu

b. Wajib pajak membayar pajak dengan jumlah yang tepat

c. Wajib pajak tidak memiliki tunggakan

E. Tenik Pengumpulan Data

a. Metode observasi

b. Metode dokumentasi

c. Metode Angket/Kuesioner

Kriteria pemberian skor untuk alternatif jawaban untuk setiap item yaitu

sebagai berikut :

1. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

2. Skor 4 untuk jawaban setuju

3. Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu

4. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

5. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data

Pada menganalisis data penelitian ini yaitu menjawab perumusan hipotesis,

penulis menggunakan rumus korelasi product moment yaitu :

n . ∑ XY −( ∑ X )(∑Y )
rxy=
√{n .∑ X 2−( ∑ X )2 }{n. ∑Y 2−(∑Y )2 }

Selanjutnya penulis menghitung signifikansi kedua variabel sehingga

diketahui apakah berpengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap terikat

langkah-langkah pengujiannya dapat diuraikan sebagai berikut :


19

r √n−2
t=
√1−r 2

Anda mungkin juga menyukai