Anda di halaman 1dari 3

Yosoa Febryan Pranowojati

043689939
PAJA3357 Lab. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

1.
P

Read more: https://setkab.go.id/mengapa-undang-undang-perlu-peraturan-pelaksanaan/


2.
Pajak Daerah

Definisi pajak daerah menurut UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 tahun
2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan dilaksanakan di


Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor sejenisnya yang
dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pajak daerah diatur oleh undang-undang dan
hasilnya akan masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Empat ciri pajak daerah adalah :

1. Pajak daerah dapat berasal dari pajak asli daerah maupun pajak pusat yang diserahkan kepada
daerah sebagai pajak daerah.

2. Pajak daerah dipungut oleh daerah hanya di wilayah administrasi yang dikuasainya.

3. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah dan atau untuk
membiayai pengeluaran daerah.

4. Dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA), sehingga pajak daerah
bersifat memaksa dan dapat dipaksakan kepada masyarakat yang wajib membayar. Perda
mengenai pajak daerah paling sedikit mengatur mengenai :

1. Nama, objek, dan Subjek Pajak.


2. Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak.
3. Wilayah pemungutan.
4. Masa Pajak.
5. Penetapan.
6. Tata cara pembayaran dan penagihan.
7. Kedaluwarsa.
8. Sanksi administrative.
9. Tanggal mulai berlakunya.

Selain 9 (Sembilan) ketentuan diatas, Perda mengenai pajak daerah dapat mengatur ketentuan
mengenai 3 (tiga) hal dibawah ini, yaitu :

1. Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas


pokok pajak dan/atau sanksinya.
2. Tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa.
3. Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan
pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan
kelaziman internasional.

Jenis Pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten /
Kota adalah sebagai berikut

1.
A. Pajak Provinsi, meliputi:
1) Pajak Kendaraan Bermotor.
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor.
4) Pajak Air Permukaan.
5) Pajak Rokok.
B. Pajak Kabupaten / Kota, meliputi :
1) Pajak Hotel.
2) Pajak Restoran.
3) Pajak Hiburan.
4) Pajak Reklame.
5) Pajak Penerangan Jalan.
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7) Pajak Parkir.
8) Pajak Air Tanah.
9) Pajak sarang Burung Walet.
10) Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan.
11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

Besarnya tarif definitif untuk pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(PERDA), namun nilainya tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan
dalam UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak provinsi dan pajak kabupaten / kota
diatas. Bila potensi pendapatan daerah dirasa kurang memadai, maka pemerintah daerah dapat
tidak memungut pajak dari jenis pajak provinsi dan pajak kota / kabupaten diatas. Khusus untuk
Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten /
kota otonom.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai
pelaksanaan pemerintahan daerah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
karena itu kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik
dan benar merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi.

3.
Administrasi pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap
kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut
dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan
penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan
penyimpanan (filing).
Penatausahaan adalah alat bantu bagi pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi,
artinya penatausahaan yang dilakukan di kantor wajib pajak adalah alat bantu untuk wajib pajak
yang bersangkutan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak
perpajakannya. Penatausahaan berkas administrasi pajak (dalam arti sempit) di tax bureau
adalah untuk kepentingan hak-hak dan kewajiban wajib pajak seperti untuk pemantauan
pembayaran masa, penyampaian SPT, pelayanan, dan surat-surat keberatan.
1. Hak Wajib Pajak
a) Hak pada saat Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan
b) Hak untuk mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali
c) Hak atas kelebihan pembayaran pajak
d) Hak atas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
e) Hak atas pengangsuran dan penundaan pembayaran
f) Hak atas kerahasiaan
g) Hak atas Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
h) Hak atas penundaan pelaporan SPT
i) Hak atas pembebasan pajak
j) Hak atas Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
k) Hak atas insentif perpajakan\
l) Hak atas Pajak yang ditanggung pemerintah
2. Kewajiban Wajib Pajak
a) Kewajiban Mendaftarkan Diri
b) Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
c) Kewajiban dalam Hal Diperiksa
d) Kewajiban yang diperiksa
e) Kewajiban Memberi Data

Anda mungkin juga menyukai