PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maka pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak negara (pajak pusat) dan
pajak daerah.Pajak negara antara lain meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, meliputi 5 (lima) jenis Pajak Provinsi dan
Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
kemakmuran rakyat.2
tambahan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari Pajak Daerah,
sehingga saat ini Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari sebelas jenis pajak,
yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
1
Siahaan, Marihot, P. Pajak Daerah danRetribusi Daerah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
hlm. 9
2
Mardiasmo. Perpajakan. (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), hlm. 12
3
Tata cara pengalihan pajak bumi dan bangunan sebagai pajak daerah telah
Pajak Daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah,
namun terkadang realisasi penerimaan pajak tidak sesuai dengan target yang
telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sehingga perlu adanya strategi yang
tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Hal tersebut akan mendorong Pemerintah
Daerah untuk lebih menggali potensi penerimaan PAD dari sektor PBB di
serta dasar hukum dan implikasi hukumnya, baik yang menyangkut pihak
3
4
adalah :
dan Bangunan melalui Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2013
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Menurut Pasal 13 ayat (1)
terutang berdasarkan SPPT atau SKPD yang ditetapkan walikota atau pejabat
Jambi mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini ditandai dengan belum
tercapainya realisasi pemungutan pajak PBB yang sesuai dengan target yang
telah ditentukan.
Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Jambi bahwa salah satu kendalanya adalah
batas tempo yang masih lama. Sehingga kemungkinan wajib pajak masih
3
Hermansyah, A.A. Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan
Perdesaan (PBB-P2) di Despenda Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Hasanuddin, 2015, hlm. 7
4
5
Pajak Terhutang (SPPT) PBB di Kota Jambi ada sebanyak 248 ribu. 4Adapun
penerimaan PBB Kota Jambi pada tahun 2019 adalah sebanyak Rp.
Rp.31.250.000.000.5
tahunnya tidak stabil. Selama tahun 2019 dan tahun 2020 target penerimaan
PBB yang telah ditetapkan belum dapat tercapai atau terealisasi dengan baik.
Hal ini disebabkan karena adanya tunggakan dari tahun ketahun. Pada data
tersebut adalah data hasil pemungutan PBB dari seluruh kecamatan yang ada
Teluk berdasarkan data BPPRD Kota Jambi pada tahun 2019 sebanyak Rp.
Danau Teluk pada tahun 2019 dan 2020 juga belum mencapai target yang
telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena adanya tunggakan dari tahun
PBB di Danau Teluk pada tahun 2019 sebanyak 1.048 dan pada tahun 2020
4
Laporan Tahunan Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Jambi
Tahun 2019, hlm. 5
5
https://news.ddtc.co.id/di-kota-ini-target-pajak-diyakini-terpenuhi-23653?page_y=516,
Tanggal akses 7 Maret 2021
5
6
sebelumnya yaitu tahun 2018 hanya 809. Peningkatan jumlah SPPT tersebut
setiap tahun menjadi perhatian bagi pemerintah agar masalah tersebut dapat
B. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
6
7
2. Manfaat Penelitian
D. Kerangka Konseptual
1. Implementasi Kebijakan
6
Wahab, Abdul S. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 64
7
8
2. Pemungutan
penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya
pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau
penyetorannya.
Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/ atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
E. Landasan Teori
1. Implementasi Kebijakan
7
Ibid. hlm. 3
8
9
salah satu tahap saja dari sekian tahap kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa
persoalan-persoalan publik.10
oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu
dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar
8
Winarno, Kebijakan Publik, Edisi dan Revisi Terbaru, Yogyakarta: CAPS, 2014, hlm.
101-102
9
Ibid, hlm. 146
10
Ibid, hlm. 151
9
10
prosedur, dan seterusnya dengan tujuan agar tujuan kebijakan yang telah
untuk mewujudkan tujuan kebijakan atau sering disebut sebagai tahap yang
adalah:14
pelaksana.
11
Nugroho, R. Kebijakan Publik. (Jakarta: Media Komputindo, 2008), hlm. 158.
12
Erwin Agus, P dan Dyah Ratih S, Implementasi Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gava
Media, 2015), hlm. 64
13
Ibid. hlm. 65
14
Wahab, Op.Cit. hal. 203
10
11
a. Pendekatan struktural
c. Pendekatan keperilakuan
15
Ibid. hlm. 234-245
11
12
penerimaan pasif, acuh tak acuh, serta penolakan pasif dan penolakan
aktif.
d. Pendekatan politik
a. Akses
16
Erwan Agus, P dan Dyah Ratih S, Op. Cit, hlm. 106-110
12
13
sasaran.
b. Cakupan
diimplementasikan.
c. Frekuensi
suatu kebijakan.
d. Bias
suatu kebijakan.
e. Ketepatan layanan
f. Akuntabilitas
13
14
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
17
Kaho, Josef R. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 138-170.
14
15
2) Jasa giro;
3) Pendapatan bunga;
dan
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, jenis pajak
Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan
jalan, Pajak mineral bukan logam dan batuan, Pajak parkir, Pajak air tanah,
Pajak sarung burung wallet, Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan
besarnya pajak terutang di tentukan oleh keadaan subjek yaitu bumi / tanah/
dan bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menetukan
18
Kumoro, M.P. Potensi Pajak Bumi Dan Bangungan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan
Kota Yogyakarta Dan Kontribusinya Terhadap Kemandirian Daerah. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia. II (1), 2017, hlm. 4
15
16
besar pajak.19 Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
Bumi dan bangunan. Subjek Pajak dalam pbb adalah orang atau badan yang
secara nyata mempunyai suatu hal atas bumi dan atau memperoleh manfaat
atas bumi dan atau memiliki penguasaan dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Wajib pajak PBB belum tentu pemilik bumi dan atau bangunan,
tetapi dapat pula orang atau badan yang memanfaatkan Bumi dan atau
Bangunan tersebut.20
pajak adalah:21
undang No. 12 tahun 1994. Kebijakan Pemerintah Pusat yang diatur dalam
19
Suandy, E. Hukum Pajak. ,Jakarta: Salemba, 2011,hlm. 61
20
Valentina Sri S. dan Aji Suryo, Perpajakan Indonesia. (Jakarta: Salemba, 2006), hlm l.
14-2
21
Hermansyah. Op.Cit. hlm. 15.
16
17
daerah dengan sistem bagi hasil dengan persentase 64,8% untuk daerah
Indonesia.
PBB-P2 dari pajak pusat ke pajak daerah tentunya memberikan peluang dan
yang bisa diperoleh dari peralihan PBB-P2 dari pajak pusat ke pajak daerah
sebesar 10% akan masuk ke pemerintah pusat, dan 90% akan masuk pada
PBB tidak merasa kesulitan karena petugas yang langsung datang kerumah
17
18
(PBB)
Pajak
(PBB)
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Jambi. Alasan memilih lokasi ini karena penerimaan PBB Kecamatan Danau
22
Annisa, R. Strategi Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
(Pbb P2) Oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Dppkad) Kota
Payakumbuh. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 4, No. 1, 2017, hlm. 6
18
19
Teluk belum tercapai secara maksimal terutama dari Pajak Bumi dan
2. Tipe Penelitian
Hal ini merupakan ciri atau karakter penelitian ilmu hukum empiris yang
secara lengkap ciri atau karakter utama dari penelitian hukum empiris
tersebut meliputi :
a. Pendekatannya pendekatan empiris
b. Dimulai dengan pengumpulan fakta-fakta sosial/fakta hukum
c. Pada umumnya menggunakan hipotesis untuk diuji
d. Menggunakan instrumen penelitian (wawancara,kuesioner)
e. Analisisnya kualitatif, kuantitatif atau gabungan keduanya
f. Teorinya kebenarannya korespondesi
g. Bebas nilai, maksudnya tidak boleh dipengaruhi oleh subyek peneliti,
sebab menurut pandangan penganut ilmu hukum empiris kebebasan
subyek sebagai manusia yang mempunyai perasaan dan keinginan
pribadi, sering tidak rasional sehingga sering terjadi manipulasi, oleh
karena itu ilmu hukum harus bebas nilai dalam arti pengkajian terhadap
ilmu hukum tidak boleh tergantung atau dipengaruhi oleh penilaian
pribadi dari peneliti.23
3. Spesifikasi Penelitian
23
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar
Maju,Bandung,2008,hlm. 124-125.
19
20
a. Populasi
mempunyai ciri atau karakter yang sama dan merupakan unit satuan yang
diteliti”.24
Jambi.
b. Sampel
24
Ibid,hlm.145
20
21
c. Informan
Jambi
penelitian ini.
a. Data Primer
25
Anwar Hidayat,Purposive Sampling https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-
teknik-purposive-sampling.html, tanggal akses 04 September 2019.
26
Sugiyono. Op.Cit. hlm. 10
21
22
b. Data Sekunder
kepustakan.
Dari data yang dikumpulkan, baik data primer maupun data sekunder,
Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi . Dari data yang diperoleh yaitu
baik data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan, ditarik suatu
27
Bahder Johan Nasution,Op Cit., Hlm.174.
22
23
kesimpulan dengan metode induktif yaitu dari data yang bersifat umum
G. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan.
23