PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dasar hukum
pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang No. 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.1
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemungutan pajak
daerah bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan
yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.2
Yang dimaksud daerah disini adalah daerah yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri (daerah otonom) dan di Indonesia daerah yang berhak
memungut pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pajak Propinsi
Pajak propinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;
d. Pajak air permukaan; dan
e. Pajak rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak kabupaten/kota terdiri dari :
a. Pajak hotel;
b. Pajak restoran;
1 1
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2009,
h., 12.
2 2
Ibid, h. 14.
3
c. Pajak hiburan;
d. Pajak reklame;
e. pajak penerangan jalan;
f. Pajak Bukan Mineral dan Batuan (Minerba);
g. Pajak parkir;
h. Pajak air tanah;
i. Pajak sarang burung walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).3
Ruang lingkup pajak daerah hanya terbatas pada obyek pajak yang
belum dikenakan oleh negara (pusat). Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
(negara) terdiri dari :
1. Pajak Penghasilan (PPh);
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM);
4. Bea materai; dan
5. Bea lelang.
Misalnya Pajak Penghasilan (PPh) tidak boleh dipungut oleh daerah
karena sudah dipungut oleh negara. Sebaliknya, negara juga tidak boleh
memungut pajak yang sudah dipungut daerah. Selain itu, terdapat ketentuan
bahwa pajak dari daerah yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh memasuki
obyek pajak dari daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Tarif pajak daerah
ditentukan oleh pemerintah daerah.4
B. Ketentuan Umum Pemungutan Pajak Daerah
Tarif pajak daerah ditentukan dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan kemudian ketetapan yang pasti
ditentukan dalam peraturan pajak masing-masing daerah atau ditentukan sendiri
oleh pemerintah daerah. Jenis pajak dan tarifnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
PENGGOLONGAN, JENIS, DAN TARIF PALING TINGGI DARI PAJAK DAERAH
3 3
Hasil Materi Diskusi Pajak Daerah Pada Hari Selasa Tanggal 28 April 2015.
4 4
Muqodim, Perpajakan, Ekonisia, Yogyakarta, 1993, h. 6.
4
GOLONGAN JENIS PAJAK TARIF PALING TINGGI
Pajak Propinsi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 10%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20%
(BBNKB)
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 10%
Pajak Air Permukaan 10%
Pajak Rokok 10%
Pajak Kabupaten/Kota Pajak Hotel 10%
Pajak Restoran 10%
Pajak Hiburan 35%
Pajak Reklame 25%
Pajak Penerangan Jalan 10%
Pajak Bukan Mineral dan Batuan (Minerba) 25%
Pajak Parkir 30%
Pajak Air Tanah 20%
Pajak Sarang Burung Walet 10%
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 0,3%
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
(BPHTB)
Ketentuan tarif paling tinggi yang dapat dipungut oleh daerah bertujuan
memberi perlindungan kepada masyarakat dari penetapan tarif yang terlalu
membebani, sedangkan tarif paling rendah tidak diterapkan untuk memberi
peluang kepada pemerintah daerah untuk mengatur sendiri besarnya tarif yang
sesuai dengan kondisi masyarakat di daerahnya, termasuk pertimbangan untuk
membebaskan pajak bagi masyarakat yang tidak mampu.Besarnya pajak propinsi
sebagaimana yang tercantum pada tabel di atas ditetapkan seragam di seluruh
Indonesia dan diatur dengan peraturan pemerintah. Sedangkan tarif pajak
kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah.
Tata cara pemungutan pajak daerah diatur sebagai berikut :
1. Pemungutan Pajak Daerah Tidak Dapat Diborongkan
Seluruh proses kegiatan pemungutan pajak daerah tidak dapat diserahkan kepada
pihak ketiga. Namun dimungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam
rangka proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data obyek dan
subyek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga
5
adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan
penyetoran pajak, dan penagihan pajak.
2. Wajib Pajak Membayar Pajak Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) Dengan Official Assesment System
Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan SKPD yang
jumlah pajaknya ditentukan oleh kepala daerah dan pembayarannya menggunakan
SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan (berupa karcis dan nota
perhitungan) yang ditetapkan oleh kepala daerah.
3. Wajib Pajak Membayar Pajak Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD) Dengan Self Assesment System
Wajib pajak memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri dan
diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD.
Apabila wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana mestinya dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT) yang menjadi sarana penagihan.5
C. Tata Cara Penerbitan Ketetapan Pajak Daerah
Kepala daerah diberi kewenangan menerbitkan ketetapan pajak daerah.
Jenis-jenis ketetapan pajak yang menyebabkan penerbitannya dalam pajak daerah
yaitu :
1. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
b. Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada kepala daerah untuk dapat
menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadap kasus-kasus
tertentu, artinya hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban perpajakannya;
c. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu tertentu dan setelah
ditegur secara tertulis; dan
5 5
Hasil Materi Diskusi Pajak Daerah Pada Hari Selasa Tanggal 28 April 2015.
6
d. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT)
SKPDKBT dapat diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
3. Penerbitan Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
SKPDN diterbitkan dalam hal jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.6
1. Tata cara pembayaran dan penagihan pajak daerah diatur sebagai berikut :
1. Kepala daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang paling lama 30 hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan
paling lama 6 bulan sejak saat diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
2. Keterlambatan dalam pembayaran masa tersebut berakibat dikenakannya
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
4. Kepala daerah atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar
2% sebulan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,
penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan
pembayaran pajak diatur dengan peraturan kepala daerah.
6. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar
6 6
Muqodim, Op. Cit., h. 119.
7
oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat
paksa.7
D. Tata Cara Pembuatan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah
Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 95 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatur tata cara pembuatan peraturan daerah
tentang pajak daerah disebutkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah.
2. Peraturan daerah tentang pajak tidak berlaku surut.
3. Peraturan daerah tentang pajak paling sedikit mengatur
ketentuan mengenai :
a. Nama, objek, dan subjek pajak;
b. Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak;
c. Wilayah pemungutan;
d. Masa pajak;
e. Penetapan;
f. Tata cara pembayaran dan penagihan;
g. Kedaluwarsa;
h. Sanksi administratif; dan
i. Tanggal mulai berlakunya.
4. Peraturan daerah tentang pajak daerah dapat juga mengatur
ketentuan mengenai :
a. Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam
hal-hal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya;
b. Tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa
dan/atau sanksinya; dan
c. Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat,
dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman
internasional.
7 7
Ibid, h. 120.
8
E. Retribusi Daerah
Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak merupakan salah satu
Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Menurut Ahmad
Yani (2002: 55) “Daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang dalam
menggali potensi sumber daya keuangannya dengan menetapkan jenis
retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi criteria yang
telah ditetapkan dan sesuia dengan aspirasi masyarakat”.8
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), “Retribusi Daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”. Jasa adalah kegiatan pemerintah
daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,
atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan,
dengan demikian bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ciri- ciri retribusi daerah:
1) Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah
2) Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
3) Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
4) Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang
mengunakan/mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara9
Menurut Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen
Keuangan-RI (2004:6), Kontribusi retribusi terhadap penerimaan Pendapatan
Asli Daerah Pemerintah kabupate/pemerintah kota yang relative tetap perlu
mendapat perhatian serius bagi daerah. Karena secara teoritis terutama
8 8
Ahmad, Yani. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 55.
9 9
Siahaan, Marihot P, S.E. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005). h. 6.
9
untuk kabupaten/kota retribusi seharusnya mempunyai peranan/kontribusi
yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.1010
Dalam Dwi Poernomo (pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah
dalam rangka pemasukan terhadap pendapatan daerah, halaman 9 sampai 11,
Tahun 2001). Dasar hukum: Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang
pajak daerah dan retribusi daerah dan Undang-undang Nomor 34 tahun
2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.
Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan retribusi daerah diataur
dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, antara lain :
1. Retribusi Daerah adalah : Pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah yang berkepentingan orang pribadi atau badan.
2. Jasa adalah : Kegiatan pemerintah daerah berupa usaha atau pelayanan
yang menyebabkan barang fasilitas atau kemanfaatan lainya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
3. Jasa Umum adalah : Jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan
4. Jasa Usaha adalah : Jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimasudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
5. Wajib retribusi adalah : orang/ badan diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi
tersebut.
10
6. Masa retribusi adalah : suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan
tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan.
7. Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) adalah : surat wajib retribusi
digunakan untuk melakukan pembayaran dan penyetoran yang terutang ke
kas daerah.
8. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah : surat ketetapan
retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
9. Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) adalah : surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda atau
bunga.
F. Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi objek dari retribusi daerah adalah bentuk jasa. Jasa
yang dihasilkan terdiri dari:
a. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa umum meliputi
pelayanan kesehatan, dan pelayanan persampahan. Jasa yang tidak termasuk
jasa umum adalah jasa urusan umum pemerintah.
b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh swasta. Jasa usaha antara lain meliputih penyewaan asset
yang dimiliki dikuasai oleh pemerintah daerah, penyedian tempat
penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian mobil, dan
penjualan bibit.
c. Perizinan Tertentu, pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah
tidak harus dipungut retribusi. Akan tetapi dalam melaksanakan fungsi
tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya
yang tidak selalu dapat dicukupi oleh sumber-sumber penerimaan daerah
yang telah ditentukan sehingga perizinan tertentu masih dipunggut retribusi.
G. Jenis-jenis Retribusi Daerah
11
Retribusi daerah menurut UU No 18 Tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
No 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
Sesuai dengan Undang-undang No 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 hurup
a, retribusi jasa umum ditentukan berdasarkan criteria berikut ini:
1) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi
jasa usaha atau perizinan tertentu.
2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaa asas desentralisasi.
3) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau
badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum.
4) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.
5) Retribusi tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan nasional
mengenai penyelenggaraannya.
6) Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisiensi serta
merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial.
7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte
Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
12
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena
pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Kriteria retribusi jasa usaha adalah:
1) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau
retribusi perizinan tertentu
2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogianya disediakan oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggahan/ Villa
7) Retribusi Penyedot Khusus
8) Retribusi Rumah Potongan Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
13
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang. Penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Kriterian retribusi perizinan tertentu antara lain:
1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum
3. Biaya yang menjadi beban pemerintah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negative dari pemberian
izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari perizinan tertentu.
Jenis-jenis Retribusi perizinan tertentu terdiri dari ;
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek1111
H. Sarana dan Tata Cara Pengumutan Retribusi Daerah
Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh
proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak
ketiga. Namun, dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah
tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif
dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak
bekerja sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak
dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis
retribusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang
tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan
besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan
penagihan retribusi.
11 11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah.
14
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen
lain yang dipersamakan antara lain, berupa karci masuk, kupon dan kartu
langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi tepat pada
waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar dua persen setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD).
STRD surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda. Tata cara pelaksanaan
pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
15