Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dasar hukum
pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang No. 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.1
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemungutan pajak
daerah bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan
yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.2
Yang dimaksud daerah disini adalah daerah yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri (daerah otonom) dan di Indonesia daerah yang berhak
memungut pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Pajak Propinsi
Pajak propinsi terdiri dari :
a.       Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
b.      Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
c.       Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;
d.      Pajak air permukaan; dan
e.       Pajak rokok.
2.      Pajak Kabupaten/Kota
Pajak kabupaten/kota terdiri dari :
a.       Pajak hotel;
b.      Pajak restoran;

1 1
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2009,
h., 12.
2 2
Ibid, h. 14.

3
c.       Pajak hiburan;
d.      Pajak reklame;
e.       pajak penerangan jalan;
f.       Pajak Bukan Mineral dan Batuan (Minerba);
g.      Pajak parkir;
h.      Pajak air tanah;
i.        Pajak sarang burung walet;
j.        Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); dan
k.      Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).3
Ruang lingkup pajak daerah hanya terbatas pada obyek pajak yang
belum dikenakan oleh negara (pusat). Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
(negara) terdiri dari :
1.      Pajak Penghasilan (PPh);
2.      Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
3.      Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM);
4.      Bea materai; dan
5.      Bea lelang.
Misalnya Pajak Penghasilan (PPh) tidak boleh dipungut oleh daerah
karena sudah dipungut oleh negara. Sebaliknya, negara juga tidak boleh
memungut pajak yang sudah dipungut daerah. Selain itu, terdapat ketentuan
bahwa pajak dari daerah yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh memasuki
obyek pajak dari daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Tarif pajak daerah
ditentukan oleh pemerintah daerah.4
B. Ketentuan Umum Pemungutan Pajak Daerah
Tarif pajak daerah ditentukan dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan kemudian ketetapan yang pasti
ditentukan dalam peraturan pajak masing-masing daerah atau ditentukan sendiri
oleh pemerintah daerah. Jenis pajak dan tarifnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
PENGGOLONGAN, JENIS, DAN TARIF PALING TINGGI DARI PAJAK DAERAH

3 3
Hasil Materi Diskusi Pajak Daerah Pada Hari Selasa Tanggal 28 April 2015.
4 4
Muqodim, Perpajakan, Ekonisia, Yogyakarta, 1993, h. 6.

4
GOLONGAN JENIS PAJAK TARIF PALING TINGGI
Pajak Propinsi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 10%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20%
(BBNKB)
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 10%
Pajak Air Permukaan 10%
Pajak Rokok 10%
Pajak Kabupaten/Kota Pajak Hotel 10%
Pajak Restoran 10%
Pajak Hiburan 35%
Pajak Reklame 25%
Pajak Penerangan Jalan 10%
Pajak Bukan Mineral dan Batuan (Minerba) 25%
Pajak Parkir 30%
Pajak Air Tanah 20%
Pajak Sarang Burung Walet 10%
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 0,3%
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
(BPHTB)

Ketentuan tarif paling tinggi yang dapat dipungut oleh daerah bertujuan
memberi perlindungan kepada masyarakat dari penetapan tarif yang terlalu
membebani, sedangkan tarif paling rendah tidak diterapkan untuk memberi
peluang kepada pemerintah daerah untuk mengatur sendiri besarnya tarif yang
sesuai dengan kondisi masyarakat di daerahnya, termasuk pertimbangan untuk
membebaskan pajak bagi masyarakat yang tidak mampu.Besarnya pajak propinsi
sebagaimana yang tercantum pada tabel di atas ditetapkan seragam di seluruh
Indonesia dan diatur dengan peraturan pemerintah. Sedangkan tarif pajak
kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah.
Tata cara pemungutan pajak daerah diatur sebagai berikut :
1.      Pemungutan Pajak Daerah Tidak Dapat Diborongkan
Seluruh proses kegiatan pemungutan pajak daerah tidak dapat diserahkan kepada
pihak ketiga. Namun dimungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam
rangka proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data obyek dan
subyek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga

5
adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan
penyetoran pajak, dan penagihan pajak.
2.      Wajib Pajak Membayar Pajak Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) Dengan Official Assesment System
Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan SKPD yang
jumlah pajaknya ditentukan oleh kepala daerah dan pembayarannya menggunakan
SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan (berupa karcis dan nota
perhitungan) yang ditetapkan oleh kepala daerah.
3.      Wajib Pajak Membayar Pajak Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD) Dengan Self Assesment System
Wajib pajak memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri dan
diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD.
Apabila wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana mestinya dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT) yang menjadi sarana penagihan.5
C. Tata Cara Penerbitan Ketetapan Pajak Daerah
Kepala daerah diberi kewenangan menerbitkan ketetapan pajak daerah.
Jenis-jenis ketetapan pajak yang menyebabkan penerbitannya dalam pajak daerah
yaitu :
1.      Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
a.       Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
b.      Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada kepala daerah untuk dapat
menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadap kasus-kasus
tertentu, artinya hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban perpajakannya;
c.       Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu tertentu dan setelah
ditegur secara tertulis; dan

5 5
Hasil Materi Diskusi Pajak Daerah Pada Hari Selasa Tanggal 28 April 2015.

6
d.      Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
2.      Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT)
SKPDKBT dapat diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
3.      Penerbitan Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
SKPDN diterbitkan dalam hal jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.6
1.      Tata cara pembayaran dan penagihan pajak daerah diatur sebagai berikut :
1.      Kepala daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang paling lama 30 hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan
paling lama 6 bulan sejak saat diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
2.      Keterlambatan dalam pembayaran masa tersebut berakibat dikenakannya
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.      SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
4.      Kepala daerah atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar
2% sebulan.
5.      Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,
penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan
pembayaran pajak diatur dengan peraturan kepala daerah.
6.      Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar

6 6
Muqodim, Op. Cit., h. 119.

7
oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat
paksa.7
D.    Tata Cara Pembuatan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah
Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 95 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatur tata cara pembuatan peraturan daerah
tentang pajak daerah disebutkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah.
2.      Peraturan daerah tentang pajak tidak berlaku surut.
3.      Peraturan daerah tentang pajak paling sedikit mengatur
ketentuan mengenai :
a.       Nama, objek, dan subjek pajak;
b.      Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak;
c.       Wilayah pemungutan;
d.      Masa pajak;
e.       Penetapan;
f.       Tata cara pembayaran dan penagihan;
g.      Kedaluwarsa;
h.      Sanksi administratif; dan
i.        Tanggal mulai berlakunya.
4.      Peraturan daerah tentang pajak daerah dapat juga mengatur
ketentuan mengenai :
a.       Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam
hal-hal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya;
b.      Tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa
dan/atau sanksinya; dan
c.       Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat,
dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman
internasional.

7 7
Ibid, h. 120.

8
E. Retribusi Daerah
Retribusi  daerah  sebagaimana  halnya  pajak merupakan  salah satu 
Pendapatan  Asli  Daerah  yang  diharapkan  menjadi  salah  satu  sumber 
pembiayaan  penyelenggaraan  pemerintahan  dan  pembangunan  daerah,  untuk 
meningkatkan  dan  memeratakan  kesejahteraan  masyarakat.  Menurut Ahmad 
Yani  (2002: 55)  “Daerah  provinsi,  kabupaten/kota  diberi  peluang  dalam 
menggali  potensi  sumber  daya  keuangannya  dengan  menetapkan  jenis 
retribusi  selain  yang  telah  ditetapkan,  sepanjang  memenuhi  criteria  yang
telah  ditetapkan  dan  sesuia  dengan  aspirasi  masyarakat”.8
Menurut  Marihot P. Siahaan  (2005:6),  “Retribusi  Daerah  adalah 
pungutan  daerah  sebagai  pembayaran  atas  jasa  atau  pemberian  izin  tertentu 
yang  khusus  disediakan  dan atau  diberikan  oleh  pemerintah  daerah  untuk 
kepentingan  orang  pribadi  atau  badan”. Jasa  adalah  kegiatan  pemerintah 
daerah  berupa  usaha  dan  pelayanan  yang  menyebabkan  barang,  fasilitas, 
atau  kemanfaatan  lainnya,  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau  badan, 
dengan  demikian  bila  seseorang  ingin  menikmati  jasa  yang  disediakan  oleh 
pemerintah  daerah,  ia  harus  membayar  retribusi  yang  ditetapkan  sesuai 
dengan  ketentuan  yang  berlaku.
Ciri- ciri  retribusi  daerah:
1)      Retribusi  dipungut  oleh  pemerintah  daerah 
2)      Dalam  pemungutan  terdapat  paksaan  secara  ekonomis
3)      Adanya  kontraprestasi  yang  secara  langsung  dapat  ditunjuk
4)      Retribusi  dikenakan  pada  setiap  orang/badan  yang
mengunakan/mengenyam  jasa-jasa  yang disiapkan  negara9
Menurut  Dirjen  Perimbangan  Keuangan  Pusat  dan  Daerah,  Departemen 
Keuangan-RI  (2004:6),  Kontribusi  retribusi  terhadap  penerimaan  Pendapatan 
Asli  Daerah  Pemerintah  kabupate/pemerintah  kota  yang  relative  tetap  perlu 
mendapat  perhatian  serius  bagi  daerah.  Karena  secara  teoritis  terutama 

8 8
Ahmad, Yani. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 55.
9 9
Siahaan, Marihot P, S.E. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005). h. 6.

9
untuk  kabupaten/kota  retribusi  seharusnya  mempunyai  peranan/kontribusi 
yang  lebih  besar  terhadap  Pendapatan  Asli  Daerah.1010
Dalam  Dwi  Poernomo  (pengaturan  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah 
dalam  rangka pemasukan  terhadap  pendapatan  daerah,  halaman  9 sampai  11, 
Tahun  2001). Dasar  hukum:   Undang-undang Nomor  18  Tahun  1997,  tentang 
pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  dan  Undang-undang  Nomor  34  tahun 
2000  tentang  perubahan  Undang-undang  Nomor  18  Tahun 1997  tentang 
pajak  daerah  dan  retribusi  daerah.
Pengertian-pengertian  yang  berkaitan  dengan  retribusi  daerah  diataur 
dalam  pasal  1 Undang-undang  Nomor  34  Tahun  2000,  antara  lain :
1.      Retribusi   Daerah  adalah :  Pungutan  daerah  sebagai  pembayaran  atas 
jasa  atau pemberian  izin  tertentu  yang  khusus  disediakan  dan  atau  diberikan 
oleh pemerintah  daerah  yang  berkepentingan  orang  pribadi  atau  badan.
2.      Jasa  adalah :  Kegiatan  pemerintah  daerah  berupa  usaha  atau  pelayanan 
yang menyebabkan  barang  fasilitas  atau  kemanfaatan  lainya  yang  dapat 
dinikmati  oleh orang  pribadi  atau  badan.
3.      Jasa  Umum  adalah :  Jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah 
untuk  tujuan   kepentingan  dan  kemanfaatan  umum  serta  dapat  dinikmati 
oleh  orang  pribadi   atau  badan
4.      Jasa  Usaha  adalah :  Jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah 
dalam  rangka pemberian  izin  kepada  orang  pribadi  atau  badan  yang 
dimasudkan  untuk pembinaan,  pengaturan  pengendalian  dan  pengawasan  atas 
kegiatan,  pemanfaatan   ruang,  penggunaan  sumber  daya  alam,  barang, 
prasarana,  sarana,  atau  fasilitas tertentu  guna  melindungi  kepentingan  umum 
dan  menjaga  kelestarian  lingkungan.
5.      Wajib  retribusi  adalah :  orang/  badan  diwajibkan  untuk  melakukan 
pembayaran retribusi,  termasuk  pemungutan  atau   pemotongan  retribusi 
tersebut.

10 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah


10

Pusat dan Pemerintah Daerah.

10
6.      Masa  retribusi  adalah :  suatu  jangka  waktu  tertentu  yang  merupakan 
batas  waktu bagi  wajib  retribusi  untuk  memanfaatkan  jasa  dan  perizinan 
tertentu  dari pemerintah  daerah  yang  bersangkutan.
7.      Surat  Setoran  Retribusi  Daerah  (SSRD)  adalah :  surat  wajib  retribusi 
digunakan untuk  melakukan  pembayaran  dan  penyetoran  yang  terutang  ke 
kas  daerah.
8.      Surat  Ketetapan  Retribusi  Daerah  (SKRD)  adalah :  surat  ketetapan 
retribusi  yang menentukan  besarnya  pokok  retribusi.
9.      Surat  Tagihan  Retribusi  Daerah  (STRD)  adalah :  surat  untuk 
melakukan  tagihan retribusi  dan  atau  sanksi  administrasi  berupa  denda  atau 
bunga.
F. Objek Retribusi Daerah
Yang  menjadi  objek  dari  retribusi  daerah  adalah  bentuk  jasa.  Jasa 
yang  dihasilkan  terdiri  dari:
a.       Jasa  umum,  yaitu  jasa  yang  disediakan  atau  diberikan  oleh 
pemerintah  daerah  untuk  tujuan  kepentingan  dan  kemanfatan  umum  serta 
dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau  badan.  Jasa  umum  meliputi 
pelayanan  kesehatan,  dan  pelayanan  persampahan.  Jasa  yang  tidak  termasuk 
jasa  umum  adalah  jasa  urusan  umum  pemerintah.
b.      Jasa Usaha,  yaitu  jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah  dengan 
menganut  prinsip-prinsip  komersial  karena  pada  dasarnya  dapat pula 
disediakan oleh swasta.  Jasa  usaha  antara  lain  meliputih  penyewaan  asset 
yang  dimiliki dikuasai  oleh  pemerintah  daerah,  penyedian  tempat 
penginapan,  usaha  bengkel  kendaraan,  tempat  pencucian  mobil,  dan 
penjualan  bibit.
c.       Perizinan  Tertentu,  pada  dasarnya  pemberian  izin  oleh  pemerintah 
tidak  harus  dipungut  retribusi.  Akan  tetapi  dalam  melaksanakan  fungsi 
tersebut,  pemerintah  daerah  mungkin  masih  mengalami  kekurangan  biaya 
yang  tidak  selalu  dapat  dicukupi  oleh  sumber-sumber  penerimaan  daerah 
yang  telah  ditentukan  sehingga  perizinan  tertentu  masih dipunggut  retribusi.
G.  Jenis-jenis Retribusi Daerah 

11
Retribusi  daerah  menurut  UU  No  18  Tahun  1997  tentang  pajak 
daerah  dan  retribusi  daerah  sebagaimana  telah  diubah  terakhir  dengan  UU
No  34  Tahun  2000  dan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  66  Tahun  2001 
tentang  retribusi  daerah  dapat  dikelompokkan  menjadi  3  (tiga)  yaitu:
a.      Retribusi  Jasa  Umum,  adalah  retribusi  atas  jasa  yang  disediakan 
atau diberikan  oleh pemerintah  daerah  untuk  tujuan  kepentingan  dan 
kemanfaatan  umum  serta  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau 
badan.
Sesuai  dengan  Undang-undang  No  34  Tahun  2000  Pasal  18  ayat  3  hurup 
a,  retribusi  jasa  umum  ditentukan  berdasarkan  criteria  berikut  ini:
1)      Retribusi  jasa  umum  bersifat  bukan  pajak  dan  bersifat  bukan  retribusi 
jasa  usaha  atau  perizinan  tertentu.
2)      Jasa  yang  bersangkutan  merupakan  kewenangan  daerah  dalam  rangka 
pelaksanaa  asas  desentralisasi.
3)      Jasa  tersebut  memberikan  manfaat  khusus  bagi  orang  pribadi  atau 
badan  yang  diharuskan  membayar  retribusi,  disamping  untuk  melayani 
kepentingan  dan  kemanfaatan  umum.
4)      Jasa  tersebut  layak  untuk  dikenakan  retribusi.
5)      Retribusi  tersebut  tidak  bertentangan  dengan  kebijakan  nasional 
mengenai  penyelenggaraannya.
6)      Retribusi  tersebut  dapat  dipungut  secara  efektif  dan  efisiensi  serta 
merupakan  satu sumber  pendapatan  daerah  yang  potensial.
7)      Pemungutan  retribusi  memungkinkan  penyediaan  jasa  tersebut  dengan 
tingkat  dan  atau  kualitas  pelayanan  yang  lebih  baik.
Jenis-jenis  retribusi  jasa  umum  terdiri  dari:
1)      Retribusi  Pelayanan  Kesehatan
2)      Retribusi  Pelayanan  Persampahan/Kebersihan
3)      Retribusi  Penggantian  Biaya  Cetak  Kartu  Tanda  Penduduk  dan  Akte 
Catatan  Sipil
4)      Retribusi  Pelayanan  Pemakaman  dan  Pengabuan  Mayat
5)      Retribusi  Pelayanan  Parkir  di  Tepi  Jalan  Umum

12
6)      Retribusi  Pelayanan  Pasar
7)      Retribusi  Pengujian  kendaraan  Bermotor
8)      Retribusi  Pemeriksaan  Alat  Pemadam  Kebakaran
9)      Retribusi  Penggantian  Biaya  Cetak  Peta
10)  Retribusi  Pengujian  Kapal  Perikanan
b.      Retribusi  Jasa  Usaha,  adalah  retribusi  atas  jasa  yang  disediakan 
oleh  pemerintah  daerah  dengan  menganut  prinsip  komersial  karena 
pada  dasarnya  dapat  pula  disediakan  oleh  sektor  swasta. 
Kriteria  retribusi  jasa  usaha  adalah:
1)      Bersifat  bukan  pajak  dan  bersifat  bukan  retribusi  jasa  umum  atau 
retribusi  perizinan  tertentu
2)      Jasa  yang  bersangkutan  adalah  jasa  yang  bersifat  komersial  yang 
seyogianya  disediakan  oleh  sektor  swasta,  tetapi  belum  memadai  atau 
terdapatnya  harta  yang  dimiliki/  dikuasai  oleh  pemerintah  daerah.
Jenis-jenis  Retribusi  Jasa  Usaha  terdiri  dari:
1)      Retribusi  Pemakaian  Kekayaan  Daerah
2)      Retribusi  Pasar  Grosir  dan/atau  Pertokoan
3)      Retribusi  Tempat  Pelelangan
4)      Retribusi  Terminal
5)      Retribusi  Tempat  Khusus  Parkir
6)      Retribusi  Tempat  Penginapan/  Pesanggahan/  Villa
7)      Retribusi  Penyedot  Khusus
8)      Retribusi  Rumah  Potongan  Hewan
9)      Retribusi  Pelayanan  Pelabuhan  Kapal
10)  Retribusi  Tempat  Rekreasi  dan  Olah  Raga
11)  Retribusi  Penyeberangan  di  Atas  Air
12)  Retribusi  Pengolahan  Limbah  Cair
13)  Retribusi  Penjualan  Produksi  Usaha  Daerah.
c.       Retribusi  Perizinan  Tertentu,  adalah  retribusi  atas  kegiatan 
tertentu  pemerintah  daerah  dalam  rangka  pemberian  izin  kepada 
orang  pribadi  atau  badan  yang  dimaksudkan  untuk  pembinaan, 

13
pengaturan,  pengendalian,  dan  pengawasan  atas  kegiatan  pemanfaatan 
ruang.  Penggunaan  sumber  daya  alam,  barang,  prasarana,  sarana,  atau 
fasilitas  tertentu  guna  melindungi  kepentingan  umum  dan  menjaga 
kelestarian  lingkungan.
Kriterian  retribusi  perizinan  tertentu  antara  lain:
1.      Perizinan  tersebut  termasuk  kewenangan  pemerintahan  yang diserahkan 
kepada  daerah  dalam  rangka  asas  desentralisasi
2.      Perizinan  tersebut  benar-benar  diperlukan  guna  melindungi  kepentingan 
umum
3.      Biaya  yang  menjadi  beban  pemerintah  dalam  penyelenggaraan  izin 
tersebut  dan  biaya  untuk  menanggulangi  dampak  negative  dari  pemberian 
izin  tersebut  cukup  besar  sehingga  layak  dibiayai  dari  perizinan  tertentu.
Jenis-jenis  Retribusi  perizinan  tertentu  terdiri  dari ;
1)       Retribusi  Izin  Mendirikan  Bangunan
2)       Retribusi  Izin  Tempat  Penjualan  Minuman  Beralkohol
3)       Retribusi  Izin  Gangguan
4)       Retribusi  Izin  Trayek1111
H.  Sarana  dan  Tata  Cara  Pengumutan  Retribusi  Daerah
Pemungutan  retribusi  daerah  tidak  dapat  diborongkan,  artinya  seluruh 
proses  kegiatan  pemungutan  retribusi  tidak  dapat  diserahkan  kepada  pihak 
ketiga.  Namun,  dalam  pengertian ini tidak berarti  bahwa  pemerintah  daerah 
tidak  boleh  bekerja  sama  dengan  pihak  ketiga.  Dengan  sangat  selektif 
dalam  proses  pemungutan  retribusi,  pemerintah  daerah  dapat  mengajak 
bekerja  sama  badan-badan  tertentu  yang  karena  profesionalismenya  layak 
dipercaya  untuk  ikut  melaksanakan  sebagian  tugas  pemungutan  jenis 
retribusi  tertentu  secara  lebih  efisien.  Kegiatan  pemungutan  retribusi  yang 
tidak  dapat  dikerjasamakan  dengan  pihak  ketiga  adalah  kegiatan  perhitungan
besarnya  retribusi  yang  terutang,  pengawasan  penyetoran  retribusi,  dan 
penagihan  retribusi.

11 11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah.

14
Retribusi  dipungut  dengan  menggunakan  Surat  Ketetapan  Retribusi 
Daerah  (SKRD)  atau dokumen  lain  yang  dipersamakan.  SKRD  adalah surat 
ketetapan  retribusi  yang  menentukan  besarnya  pokok  retribusi.  Dokumen 
lain  yang  dipersamakan  antara lain,  berupa  karci  masuk,  kupon  dan  kartu 
langganan.  Jika  wajib  retribusi  tertentu  tidak  membayar  retribusi  tepat  pada 
waktunya  atau  kurang  membayar,  ia  dikenakan  sanksi  administrasi  berupa 
bunga  sebesar  dua  persen  setiap  bulan  dari  retribusi  terutang  yang  tidak 
atau  kurang  dibayar  dan  ditagih  dengan  menggunakan  Surat  Tagihan 
Retribusi  Daerah  (STRD). 
STRD  surat  untuk  melakukan  tagihan  retribusi  dan  atau  sanksi 
administrasi  berupa  bunga  dan atau  denda.  Tata  cara  pelaksanaan 
pemungutan  retribusi  daerah  ditetapkan  oleh  kepala  daerah.

15

Anda mungkin juga menyukai