Anda di halaman 1dari 14

Pajak Daerah & Retribusi Daerah

 Pajak Daerah
 Adalah iuran yang wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah. (UU No. 28 Tahun 2009)
 Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah (APBD) yang digunakan
untuk pembiayaan dan pembangunan daerah.(untuk pemeliharaan kota)
 Pajak daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan daerah
(PERDA). (PERDA Kota Surabaya No. 4 Tahun 2011)
 Ciri-ciri Pajak Daerah
 Pajak daerah bisa berasal dari pajak asli daerah tersebut atau pajak pusat yang diserahkan
ke daerah sebagai pajak daerah. (terkadang ada biaya yang dialokasikan dari pusat ke
kabupaten dan kota dianggap seperti subsidi)
 Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
 Pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran untuk pembangunan dan
pemerintahan daerah.
 Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan Undang-undang
(acuan utama).
 4 Fungsi Pajak Daerah
 Fungsi Anggaran : Sebagai pendapatan asli daerah yang digunakan untuk pendanaan
rutin. (pendapatan asli daerah untuk pendanaan rutin seperti belanja daerah yaitu
 belanja pegawai[kompensasi berupa uang atau barang kepada PNS, pejabat negara,
pensiunan dan pegawai honorer],
 belanja modal [pengeluaran anggaran untuk asset tetap atau asset lain yang lebih dari
1 periode akuntansi seperti tanah, Gedung, peralatan dan gak berwujud],
 belanja barang dan jasa[keperluan kantor dan pemeliharaan, jasa perjalanan, jasa
konsultan],
 belanja lain-lain [sebagai dana cadangan, digunakan bendahara negara, dan Lembaga
non kementrian])
 Fungsi Mengatur : Untuk mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan Pajak
Daerah. (digunakan pemerintah untnuk mencapai tujuan eko dan kurangi masalah eko
dengan menarik investor dengan memberi keringanan pajak supaya bisa ada lapangan
kerja baru)
 Fungsi Stabilitas : Untuk menstabilkan harga barang dan jasa sehingga dapat mengurangi
inflasi
 Fungsi Retribusi Pendapatan : Untuk melakukan pemerataan pendapatan sehingga
kesenjangan ekonomi tidak terlalu menonjol (untuk membuka lapangan kerja baru)
 Jenis Pajak Daerah
 Pajak Provinsi
(Peraturan daerah Provinsi jawa timur no 9 tahun 2010, perubahannya ada di pergub 8
tahun 2017, Pergub13 tahun 2018, Pergub 90 tahun 2017)
o Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) (digunakan untuk pembangunan dan
pemeliharaan jalan serta peningkatan sarana transport umu)
o Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
o Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
o Pajak Air Permukaan
o Pajak Rokok (pelayanan Kesehatan masyarakat)
 Pajak Kabupaten/ Kota
(pergub no 13 tahun 2018 yang mengacu pada Peraturan daerah Provinsi jawa timur no 9
tahun 2010, pajak ini digunakan untuk penggunaan umum)
o Pajak Hotel
o Pajak Restaurant
o Pajak Hiburan
o Pajak Reklame
o Pajak Penerangan Jalan (digunakan untuk alokasi biaya penerangan jalan)
o Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
o Pajak Parkir
o Pajak Air Tanah
o Pajak Sarang Burung Walet
o PBB Pedesaan dan Perkotaan
o BPHTB

 Tarif Pajak Provinsi – Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)( 12 bulan)


Tarif PKB

Kepemilikan pertama kendaraan bermotor pribadi 1% - 2%


dan badan
Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua Progresif 2% - 10%
dan seterusnya
Kendaraan bermotor angkutan umum 0,5% - 1%
Kendaraan ambulans, pemadam kebakaran, sosial 0,5% - 1%
keagamaan, lembaga sosial dan keagaaman,
pemerintah/ TNI/ POLRI dan pemerintah daerah
Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat 0,1% - 0,2%
besar

 Tarif Pajak Provinsi – Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) (1 bulan)
 Tarif BBNKB ditetapkan sebagai berikut:
o Penyerahan pertama sebesar 20%
o Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
 Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar tarif BBNKB
ditetapkan masing-masing sebagai berikut:
o Penyerahan pertama sebesar 0,75%
o Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%
 Tarif Pajak Provinsi Lainnya
Jenis Pajak Tarif Pajak

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Paling tinggi 10%


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif
untuk bahan bakar kendaraan umum pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
untuk kendaraan pribadi
Pajak Air Permukaan Paling tinggi 10%
Pajak Rokok 10% dari cukai rokok

 Tarif Pajak Daerah


Jenis Pajak Tarif Pajak Masa Pajak

Pajak Hotel 10% 1 Bulan

Pajak Hotel (Rumah Kos) 5% 1 Bulan

Pajak Restoran 10% 1 Bulan

Pajak Air Tanah 20% 1 Bulan

Pajak Sarang Burung Walet 10% 3 Bulan

 Pajak Daerah – Pajak Hiburan


 Masa Pajak: 1 Bulan dan yang bersifat isidentil ditetapkan dalam satuan hari sesuai
dengan jangka waktu penyelenggaraan.

Jenis Pajak Hiburan Tarif Pajak

Tontonan Film 10%


Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana 20%
Pagelaran kesenian, musik, dan/atau tari yang bersifat tradisional yang 5%
perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi
yang luhur dan kesenian yang bersifat kreatif yang bersumber dari
kesenian tradisional
Kontes kecantikan dan sejenisnya 35%
Kontes binaraga dan sejenisnya 10%
Pameran seni budaya, seni ukir, barang seni, tumbuhan, satwa, hasil 10%
produksi barang dan/atau jasa lainnya

Jenis Pajak Hiburan Tarif Pajak

Pameran busana, komputer, elektronik, otomotif 20%


dan property
Diskotik, karaoke dewasa, kelab malam dan 50%
sejenisnya
Sirkus, akrobat, sulap dam sejenisnya 10%
Permainan bilyard, golf, bowling 35%
Pacuan kuda dan kendaraan bermotor 20%
Panti pijat, refleksi dan mandi uap/spa 50%
Pusat kebugaran (fitness center) 10%
Pertandingan olahraga 15%
Karaoke keluarga 35%
Permainan ketangkasan 10%

 Pajak Reklame
 Tarif pajak reklame adalah sebesar 25%
 Untuk materi reklame rokok, besarnya nilai sewa reklame ditambah 25%
 Setiap penambahan ketinggian reklame sampai dengan 15 meter pertama, besarnya nilai
sewa reklame ditambah 20%
 Masa pajak reklame untuk penyelenggaraan reklame permanen dan reklame terbatas
ditetapkan 12 bulan
 Masa pajak reklame untuk penyelenggaraan reklame isidentil ditetapkan dalam satuan
hari sesuai dengan jangka waktu penyelenggaraan

 Pajak Parkir
 Masa Pajak ditetapkan 1 bulan kalender
 Untuk masa pajak bagi penyelenggara parkir yang tidak menggunakan mesin parkir atau
yang menggunakan karcis porporasi dan penyelenggaraan parkir yang bersifat isidentil
ditetapkan dalam satuan hari sesuai dengan jangka waktu penyelenggaraan
Penyelenggara tempat parkir yang Tarif pajak
memungut sewa parkir kepada penerima
jasa parkir dengan menggunakan

Tarif sewa parkir tetap dan parkir khusus 20%


Tarif sewa parkir progresif 25%
Tarif sewa parkir valet atau parkir yang 30%
memberikan pelayanan sejenis
Tidak memungut sewa parkir 20% dari jumlah pembayaran yang seharusnya
dibayar kepada penyelenggara tempat parkir

 Penerimaan Pajak Daerah digunakan untuk penyediaan layanan publik secara umum dan
pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan jenis pajak tersebut.

 Sistem Pemungutan Pajak Daerah


 Sistem Official Assessment (biasanya pajak provinsi)
o Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang
dipersamakan
o WP melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada
kantor pos atau bank persepsi.
 Sistem Self Assessment
(biasanya pajak kabupaten/kota, kecuali pajak penerangan jalan, PBB, BPHTB. Kota
Surabaya sendiri juga menggunakan sistem online diantaranya pajak parkir,pajak hotel,
pajak resto, pajak hiburan di pebda kota Surabaya no 1 tahun 2017)
o WP menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang.
o Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
 Retribusi Daerah
 Adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(UU No. 28 Tahun 2009

 Perbedaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


 Pajak Daerah: Dibayarkan pada waktu tertentu
 Retribusi Daerah: Dibayarkan setiap kali kita menggunakan fasilitas umum
 Jenis Retribusi Daerah
 Retribusi Jasa umum
 Retribusi jasa usaha
 Retribusi perizinan tertentu

 Retribusi Jasa Umum


 Objek: Pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi/ badan

 Retribusi Jasa Umum


 Retribusi Pelayanan Kesehatan
 Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
 Retribusi Biaya Penggantian Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
 Retribusi Pelayanan Pasar
 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
 Retribusi pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
 Retribusi Pengolahan Limbah Cair
 Retribusi PelayananTera/Tera Ulang
 Retribusi Pelayanan Pendidikan
 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

 Retribusi Jasa Usaha


 Objek: Pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah yang menganut
prinsip komersial.
 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
 Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
 Retribusi Tempat Pelelangan
 Retribusi Terminal
 Retribusi Tempat Khusus Parkir
 Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa
 Retribusi Rumah Potong Hewan
 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
 Retribusi Penyeberangan di Air
 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
 Retribusi Perizinan Tertentu
 Objek: Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi/
badan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
Sumber Daya Alam, barang prasarana, sarana fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
 Retribusi Perizinan Tertentu
 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
 Retribusi Izin Gangguan
 Retribusi Izin Trayek
 Retribusi Izin Usaha Perikanan

 Sistem Pemungutan Retribusi


 Menggunakan “Sistem Official Assessment”
 Pemungutan retribusi daerah berdasarkan penetapan kepala daerah dengan menggunakan
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
 WP melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD)

Masa kadaluarsa dari retribusi daerah adalah 3 tahun tidak terutang(kecuali Wajib
Retribusi lakukan tindak pidana di siding retribusi), kalau kadaluarsa pajak daerah 5
tahun
Hukum Pajak Internasional
 Pengertian Hukum Pajak Internasional
 Dalam arti sempit adalah kaidah-kaidah (norma) hukum perselisihan (kolisi) yang
didasarkan pada hukum antar bangsa (hukum internasional).
 Dalam arti luas adalah kaidah-kaidah hukum antar-bangsa ini ditambah peraturan
nasional yang objek hukumnya adalah perselisihan (kolisi), tentunya yang letaknya dalam
bidang perpajakan.
 Kesimpulan: Merupakan suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu persoalan yang
diatur dalam undang-undang nasional mengenai;
1. Pemajakan terhadap orang-orang luar negeri
2. Peraturan-peraturan nasional untuk menghindarkan pajak ganda
3. Traktat-traktat
 Subjek Pajak
 Subjek Pajak dalam Negeri yang memperoleh pendapatan/ penghasilan dari sumber-
sumber di luar negeri.
 Subjek Pajak Luar Negeri yang memperoleh pendapatan/ penghasilan di dalam negeri.

 Objek Pajak
 Yang berada di Luar Negeri milik Subjek Pajak Dalam Negeri
 Yang berada di Dalam Negeri milik Subjek Pajak Luar Negeri

 Sumber-Sumber Hukum Pajak Internasional


 Hukum Pajak Nasional (Unilateral), yakni hukum pajak nasional yang mengandung
unsur asing
 Traktat (Bilateral atau Multilateral dan Konvensi), yaitu perjanjian antara dua negara atau
lebih
 Putusan Hakim

 Hukum Pajak Nasional (Unilateral)


 Pasal 2 UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Subjek Pajak Luar Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT)
 Pasal 3 UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Tidak Termasuk Subjek Pajak,
yakni badan perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional serta
pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional
 Pasal 5 (2) UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Termasuk Subjek Pajak
Bentuk Usaha Tetap
 Pasal 18 UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Hubungan Istimewa, Bilamana
Terdapat Ketidakwajaran dalam Perpajakan
 Pasal 24 UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Kredit Pajak Luar Negeri
 Pasal 26 UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional tentang Pemotongan Pajak atas Subjek
Pajak Luar Negeri yang memperoleh penghasilan dari Indonesia
 Pasal 32A UU PPh: Peraturan Perpajakan Nasional yang mengatur P3B tentang
pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam
rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak
 Traktat-Traktat
 Menghindari pajak berganda
 Mengatur perlakuan fiskal terhadap orang asing
 Mengatur soal pemecahan laba BUT
 Memberikan bantuan dalam pengenaan dan/atau pemungutan pajak
 Memberantas penyelundupan pajak (tax evation)
 Menetapkan tarif –tarif douane (bea dan cukai)

 Putusan Hakim
 Nasional maupun internasional
 Diwujudkan dengan adanya putusan pengadilan pajak yang menyangkut tentang
perpajakan internasional
 Atau Putusan Pengadilan Internasional Den Haag yang memuat soal-soal perpajakan.

 Penyebab Terjadinya Pajak Ganda Internasional


Pajak berganda terjadi karna warga negara asing terkena pajak di negaranya sendiri dan
di negara tempat ia bekerja
 Perbedaan Asas yang dipakai (bentrokan atas asas dan kewarganegaraan)
 Domisisli Rangkap (Dual residence) (tinggal dimana kerja dimana)
 Kewarganegaraan Rangkap (dual citizenship) (warga negara rangkap adalah amerika
serikat)
 Penyelesaian Pajak Ganda Internasional
1. Cara Unilateral (Sepihak)
2. Cara Bilateral (Timbal-Balik Dua Negara)
o Melakukan perjanjian pajak antar negara (tax treaty) atau perjanjian penghindaran
pajak berganda (P3B) (Indo sudah lakukan tax treaty dengan beberapa negara)
3. Perjanjian Multilateral
o Contoh: GAAT, Konvensi Wina tahun 1961

 Tax Treaty (P3B/ Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda)


 Perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisasi
pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak.
 Perjanjian ini dibuat dengan tujuan agar tidak menghambat perekonomian kedua negara
dan saling menguntungkan, salah satunya untuk memajukan investasi antar dua negara
tersebut dan mencegah terjadinya penyelundupan pajak.

 Tujuan Umum Dari Perjanjian Pajak Bilateral Menurut United Nations Model
Double Taxation Convention between Developed Countries (UN Model 2011 Update):
 Broadly, the general objectives of bilateral tax treaties therefore include the protection of
taxpayers against double taxation with a view to improving the flow of international
trade and investment and the transfer of technology. They also aim to prevent certain
types of discrimination as between foreign investors and local taxpayers, and to provide
a reasonable element of legal and fiscal certainty as a framework within which
international operations can confidently be carried on. With this background, tax treaties
should contribute to the furtherance of the development aims of developing countries. In
addition, the treaties seek to improve cooperation between taxing authorities in carrying
out their functions, including by the exchange of information with a view to preventing
avoidance of taxes and by assistance in the collection of taxes.
 Kedudukan Tax Treaty di Hadapan UU Pajak Penghasilan Indonesia
 Pasal 32 UU Pph dijelaskan bahwa perjanjian perpajakan berlaku sebagai perangkat
hukum yang berlaku khusus (lex specialis). Maka, ketentuan dalam UU Pph tidak berlaku
jika di dalam perjanjian perpajakan P3B diatur lain dan ketentuan dalam tax treaty yang
diberlakukan.
 Metode Penghindaran Pajak Berganda Internasional
1. Tax Exemption Method (Metode Pembebasan Pajak), merupakan metode yang
dilakukan dengan cara tidak memungut pajak yang sumber/ asalnya berasal dari Luar
Negeri. Hak memungut pajak diserahkan kepada negara sumber.
 Metode eksemsi meliputi pembebasan subjek (subject exemption), pembebasan objek
(object exemption), dan pembebasan pajak (tax exemption) atau lebih dikenal dengan
exemption with progression.
2. Tax Credit Method (Metode Pengurangan Pajak), menurut metode ini, penghasilan
luar negeri merupakan objek pajak dan ikut dihitung dalam menentukan besarnya
penghasilan kena pajak Namun, pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak di luar negeri
atas penghasilan dari luar negeri tersebut dapat dikurangkan dari jumlah pajak terutang
yang harus dibayar di dalam negeri.
3. Metode Lainnya
Negara maju gunakan Tax Exemption Method, negara berkembang gunakan Tax Credit
Method
 Tax Exemption Method
a. Full exemption method atau exemption without progression
 Menurut metode ini, dalam menentukan besaran penghasilan kena pajak, hanya
penghasilan dalam negeri saja yang dianggap sebagai objek pajak dan ikut dihitung,
sedangkan penghasilan luar negeri tidak dianggap sebagai penghasilan dan tidak
ikut dihitung.

Penghasilan DN 10.000.000
Penghasilan LN 25.000.000
Global income 35.000.000

PPh WPOP atas penghasilan DN : 5% x 10.000.000 = 500.000


PPh WPOP atas penghasilan LN : NIHIL
Jumlah PPh yang harus dibayar = 500.000

b. Exemption at the top method


 Menurut metode ini, dalam menentukan besaran penghasilan kena pajak, penghasilan luar
negeri tetap dianggap sebagai objek pajak dan ikut dihitung, sedangkan atas penghasilan
luar negeri diberikan pembebasan pajak yang perhitungannya dimulai dari lapisan
tarif pajak yang tertinggi.
Penghasilan DN 500.000.000
Penghasilan LN 300.000.000
Global income 800.000.000

PPh WPOP atas penghasilan DN


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
30% x 300.000.000 = 90.000.000

Jumlah Pph yang terutang 185.000.000

Pembebasan pajak pada lapisan tarif tertinggi:


30% x 300.000.000 = 90.000.000

Jumlah pembebasan PPh (90.000.000)


Jumlah PPh yang harus dibayar 95.000.000

c. Exemption at the bottom method


 Menurut metode ini, dalam menentukan besaran penghasilan kena pajak, penghasilan luar
negeri tetap dianggap sebagai objek pajak dan ikut dihitung, sedangkan atas penghasilan
luar negeri diberikan pembebasan pajak yang perhitungannya dimulai dari lapisan
tarif pajak yang terendah.

Penghasilan DN 500.000.000
Penghasilan LN 300.000.000
Global income 800.000.000

PPh WPOP atas penghasilan DN


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
30% x 300.000.000 = 90.000.000

Jumlah Pph yang terutang 185.000.000

Pembebasan pajak pada lapisan tarif terendah:


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 50.000.000 = 12.500.000
Jumlah pembebasan PPh (45.000.000)
Jumlah PPh yang harus dibayar 140.000.000

d. Proportional exemption method


 Menurut metode ini, dalam menentukan besaran penghasilan kena pajak, penghasilan luar
negeri tetap dianggap sebagai objek pajak dan ikut dihitung, sedangkan atas penghasilan
luar negeri diberikan pembebasan pajak yang dihitung secara proporsional
berdasarkan perbandingan antara penghasilan luar negeri dengan pajak yang
terutang.

Penghasilan DN 500.000.000
Penghasilan LN 300.000.000
Global income 800.000.000

PPh WPOP atas penghasilan DN


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
30% x 300.000.000 = 90.000.000

Jumlah Pph yang terutang 185.000.000

Pembebasan pajak proporsional:


300.000.000
x 185.000.000 (69.375.000)
800.000.000

Jumlah PPh yang harus dibayar 115.625.000

 Tax Credit Method


a. Full tax credit method (metode pengurangan pajak penuh)
 Menurut metode ini, seluruh pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri atas
penghasilan luar negeri dapat dikurangkan seluruhnya terhadap pajak yang terutang atas
penghasilan kena pajak.

Penghasilan DN 300.000.000
Penghasilan LN 30.000.000
Global income 330.000.000

Pajak yang dibayar di LN (tarif pajak 40%)


40% x 30.000.000 = 12.000.000

PPh WPOP 5% x 50.000.000 = 2.500.000


15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 80.000.000 = 20.000.000
52.500.000
Full Tax Credit (12.000.000)
Pajak terutang 40.500.000
b. Ordinary tax credit method (Metode pengurangan pajak terbatas)
 Menurut metode ini, jumlah pajak yang dibayar di luar negeri dapat dikurangkan tidak
boleh melebihi jumlah pengurangan pajak yang dihitung berdasarkan undang-undang
domestik.

Penghasilan DN 300.000.000
Penghasilan LN 30.000.000
Global income 330.000.000

Pajak yang dibayar di LN (tarif pajak 40%)


40% x 30.000.000 = 12.000.000

PPh WPOP 5% x 50.000.000 = 2.500.000


15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 80.000.000 = 20.000.000
52.500.000

Ordinary Tax Credit


30.000.000
x 52.500.000 = (4.772.727)
330.000.000

Pajak terutang 47.727.273

c. Tax sparing credit method


 Menurut metode ini, penghasilan dari negara sumber yang mendapat fasilitas
pembebasan pajak (tax holiday) dianggap tetap terutang pajak di negara sumber untuk
menghindari penghasilan tersebut dikenai pajak di dalam negeri (negara domisili).

Penghasilan DN 300.000.000
Penghasilan LN 30.000.000
Global income 330.000.000

 Atas penghasilan luar negeri di negara sumber diberikan tax holiday sehingga tidak
dikenakan pajak.

PPh WPOP 5% x 50.000.000 = 2.500.000


15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 80.000.000 = 20.000.000
52.500.000
Pajak yang dikenakan LN berifat Nihil
Seolah-olah dikenakan pajak sebesar
40% x 30.000.000 = (12.000.000)

Pajak terutang 40.500.000

 Metode Lain
a. Tax deduction method
 Menurut metode ini, penghasilan dari luar negeri merupakan objek Pajak dan harus
digabungkan dengan penghasilan dari dalam negeri. Namun, pajak yang telah dibayar oleh
Wajib Pajak di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri tersebut diperlakukan sebagai
biaya untuk menghitung PPh terutang

Penghasilan DN 500.000.000
Penghasilan LN 300.000.000
Global income 800.000.000

Misalkan tarif pajak yang dipotong adalah 40%


Pajak yang dipotong diluar negeri sebagai biaya
40% x 300.000.000 (120.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 680.000.000


Pajak yang terutang
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
30% x 180.000.000 = 54.000.000
Jumlah Pajak yang terutang 149.000.000
b. Tax rate reduction method
 Menurut metode ini, penghasilan dari luar negeri merupakan objek Pajak dan harus
digabungkan dengan penghasilan dari dalam negeri. Namun, penghasilan dari luar negeri
dikenakan tarif yang lebih rendah.

Penghasilan DN 500.000.000
Penghasilan LN 300.000.000
Global income 800.000.000

Pajak yang terutang atas penghasilan DN


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
Jumlah pajak yang terutang atas penghasilan DN adalah 95.000.000

Misalkan penghasilan LN diberikan pengurangan 25%

5% x 75% x 50.000.000 = 1.875.000


15% x 75% x 200.000.000 = 22.500.000
25% x 75% x 50.000.000 = 9.375.000
Jumlah Pajak yang terutang atas penghasilan LN adalah 33.750.000

Jumlah Pajak yang terutang atas penghasilan DN + LN sebesar


95.000.000 + 33.750.000 = 128.750.000

Anda mungkin juga menyukai