Anda di halaman 1dari 7

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK

UPAYA HUKUM GUGATAN


 GUGATAN
Casenya berbeda dengan sebelumnya, bukan karena ditolak, tetapi melihat Kembali
permasalahan yang mau digugat.
 Gugatan : suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu (penggugat)
yang haknya telah dilanggar oleh pihak lain (tergugat)
 Gugatan adalah Upaya hukum yg dapat dilakukan oleh WP atau penanggung pajak
(pihak yang dapat diminta pertanggung jawaban untuk membayar utang pajak)terhadap
pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan
berdasarkan peraturan perundan-undangan perpajakan yg berlaku” (Pasal 1 angka 7 UU
No.14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak)
 Pelaksanaan perlu melalui proses hingga penagihan, prosedur (urutan) ini yang nantinya
digugat. Jika prosedur salah, maka dapat mengakibatkan keputusan yang dikeluarkan
salah.
 Kalau berbicara tentang penagihan, maka proses menagih yang dipermasalahkan,
misalnya secara tiba-tiba diterbitkan surat penyitaan tanpa sebelumnya ada surat teguran,
maka akktivitas penagihan ini yang akan digugat. Sangat perlu dilakukan dengan harti-
hati, karena jika tidak hati-hati, maka dapat diajukan gugatan yang mempengaruhi
penagihan yang sudah dilakukan sebelumnya.
 Dapat dilakukan pengajuan gugatan oleh penggugat kepada pihak tergugat karena merasa
haknya telah dilanggar
 Keputusan berkaitan dengan kewenangan atau proses keputusan tersebut dikeluarkan.
Jika permasalahan terkait formil, maka bisa dilakukan gugatan.
 PENANGGUNG PAJAK
 orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
 Wakil (Pasal 32 ayat (1) UU KUP) di antaranya badan oleh pengurus dan suatu warisan
yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang
mengurus harta peninggalannya
 Wakil untuk anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh
wali atau pengampunya.
 Wakil ini bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran
pajak yang terutang.
 Pengecualian diberikan apabila Penanggung pajak itu dapat membuktikan dan
meyakinkan Dirjen Pajak jika mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin
untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.
 PASAL 23 UU KUP
(1) ...... Dihapus ......
(2) Gugatan WP atau Penanggung Pajak terhadap :
a) Pelaksanaan Surat Paksa (apakah sesuai dengan SOP?), Surat Perintah Pelaksanaan
Penyitaan (apakah sesuai dengan SOP?), atau Pengumunan Lelang (apakah sesuai dengan
SOP?);
b) Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak; (ex: WP dicegah untuk keluar
negeri, jika dilakukan tidak sesuai dengan prosedur dapat digugat.)
c) Keputusan yg berkaitan dgn pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yg ditetapkan
dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d) Penerbitan SKP / SK Keberatan yg dalam penerbitannya tidak sesuai dgn prosedur / tata
cara yg telah diatur dalam ketentuan perundan²an perpajakan. Hanya dapat diajukan
kepada Badan Peradilan Pajak (ex: perilaku tidak baik seperti ke kantor dan marah-
marah, semena-mena)
SYARAT GUGATAN
1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
2. 2. Jangka waktu untuk gugatan terhadap:
a) Pelaksanaan Penagihan Pajak adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan
(sejak dilakukan penagihan);
b) Keputusan adalah 30 hari (bukan 30 hari kerja) sejak tanggal di terima Keputusan
yang digugat;
c) Jika, jangka waktu di atas tidak dapat dipenuhi oleh karena keadaan di luar kekuasaan
penggugat, maka perpanjangan waktu dapat dilakukan 14 hari terhitung sejak
berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat (diberi peluang oleh UU jika tidak
tercapainya 30 hari tadi, maka diberi waktu perpanjangan 14 hari terhitung dari
berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat. Perlu disesuaikan dengan kondisi
penggugat, perlu komunikasi keadaan nyata terkait keadaan diluar kekuasaan
penggugat)
3. Terhadap 1 pelaksanaan penagihan atau 1 keputusan diajukan 1 Surat Gugatan. (jika ada
5 keputusan maka dubutuhkan 5 surat gugatan )
Gugatan diajukan oleh:
1. Penggugat
2. Ahli Waris atau Kuasa Hukumnya
3. Seorang Pengurus (pengurus butuh untuk membuat surat kuasa, dan pemilik harta
warisan perlu memiliki surat wasiat, tetapi jika tidak ada maka perluj dilihat secara de
facto siapa ahli warisnya dan ), disertai :
a) Alasan yg jelas,
b) Mencantumkan tgl diterima pelaksanaan penagihan atau keputusan yg digugat
(harus tertulis agar bisa lihat syarat formil terpenuhi atau tidak), dan
c) Melampiri salinan dokumen yg digugat.
(Jangka selama proses gugatan, penggugat meninggal dunia, gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli
warisnya, kuasa hukumnya atau pengampunya dalam hal penggugat pailit).
 Mengajukan gugatan tdk perlu bayar dulu 50% dari utang pajak yg timbul atas STP (Psl
16 KUP) & mengurangkan/menghapus/membatalkan (Psl 36 KUP)
 Gugatan yang telah diajukan dapat dicabut, melalui penetapan ketua pengadilan pajak
sebelum sidang / melalui Putusan Majelis / Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam
hal surat pernyataan diajukan setelah sidang atas persetujuan tergugat.
 Atas gugatan yg telah dicabut, pemohon gugatan tidak dapat mengajukan gugatan
kembali.
PENAGIHAN PAJAK ATAS GUGATAN
 Pasal 43 ayat (1) UU Pengadilan Pajak menegaskan bahwa gugatan tidak menunda
penagihan pajak.
 Jurusita pajak bisa terus melaksanakan tindakan penagihan pajak sesuai ketentuan UU
Penagihan Pajak
 Jika WP (Penggugat) dalam keadaan mendesak yang mengakibatkan kepentingannya
sangat dirugikan bila pelaksanaan penagihan pajak dilaksanakan, maka WP dapat
mengajukan sekaligus dalam gugatannya agar pelaksanaan penagihan pajak ditunda
selama pemeriksaan sengketa pajak sedang berlangsung sampai dengan adanya putusan
pengadilan pajak. (gugatan tidak menunda proses penagihan pajak, tetapi WP semisal
menghadapi masalah seperti cashflow habis , maka bisa mengajukan penundaan dengan
alasan tertentu dan bukti yang kuat, seperti jika dipaksakan penagihan maka perusahaan
dapat mengalami kebangkrutan )

UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI


 Pasal 91 UU Pengadilan Pajak (PP)
PK (peninjauan kembali) hanya dapat di ajukan berdasarkan 5 alasan:
1. Putusan PP didasarkan pada suatu kebohongan / tipu muslihat pihak lawan atau bukti
yang dipalsukan yang diketahui setelah perkaranya diputus; (ex: kasus dimana pada saat
penagihan pajak dilakukan, WP melakukan pemalsuan dokumen dan hakim percaya
Ketika proses persidangan. Setelah diketahui dikemudian hari, maka ini disebut bukti
baru yang digunakan oleh pengadilan. Kemudian ada saksi yang memiliki bukti terkait
kebohongan WP, maka putusan pengadilan pajak dikatakan sebagai keputusan
kebohongan. Kalua tipu muslihat serupa)
2. Terdapat bukti tertulis baru yg penting & bersifat menentukan, yang apabila diketahui
pada tahap persidangan di PP akan menghasilkan keputusan yg berbeda; (ex: Ketika
persidangan pajak, bukti-bukti baru ditemukan bukan sengaja disembunyikan, dan
kemudian diuji apakah benar baru ditemukan atau disembunyikan sebelumnya, tetapi
hampir tidak pernah terjadi)
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yg tidak dituntut / lebih daripada yg dituntut, kecuali
yg diputus berdasarkan Psl 80 ayat (1) huruf b (mengabulkan sebagian atau seluruhnya)
dan c (menambah pajak yg hrs dibayar);
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya; atau
5. Apabila terdapat suatu putusan yg nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang²an yg berlaku. (ada unsur dimana keputusan tidak sesuai peraturan perundang-
undangan. Ex: keputusan tetapkan WP tetap bersalah, tetapi keputusan ini didasarkan
pada peraturan yang sudah tidak berlaku, tetapi hakim memaksa keputusan ini. Ini
membuktikan bahwa hakim telah melanggar hukum, WP diberikan peluang untuk
menggunakan haknya untuk hakin di tahap berikutnya mngajukan tinjauan Kembali dari
keputusan hakin sebelumnya)
Note : PK diajukan ke MA, hanya boleh 1x, PK via pengadilan pajak
 Kedudukan Pengadilan Pajak dalam lingkup peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung, adalah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 004/PUU-
11/2004 dinyatakan, “pihak-pihak yg bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali
atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung”
 2 cara Proses Pemeriksaan di PP
1. Cara Biasa
a. Surat permohonan banding telah memenuhi ketentuan formal :
1. Surat Banding (SB) diajukan dalam bahasa Indonesia,
2. SB diajukan msh dalam tenggang waktu 3 bln sejak keputusan yg dibanding
diterima,
3. Terhadap 1 keputusan diajukan 1 surat banding,
4. Pajak terutang tlh dibayar lunas sebesar 50% dgn melampirkan bukti pelunasan
(hanya utk sebelum berlakunya UU KUP No.28 tahun 2007)
b. Gugatan telah memenuhi ketentuan formal :
1. Surat Gugatan (SG) diajukan dalam bahasa Indonesia
2. SG thd pelaksanaan penagihan diajukan dalam jangka waktu 14 hari sejak tgl
pelaksanaan penagihan.
3. Utk gugatan selain pelaksanaan penagihan adalah 30 hari sejak tgl diterima
keputusan yang digugat,
4. Thdp 1 pelaksanaan penagihan / 1 keputusandi ajukan 1 surat gugatan.

2. Cara Cepat
1. Sengketa pajak tertentu (banding / gugatan yang tdk memenuhi persyaratan
formal);
2. Gugatan yg tdk diputus dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat gugatan diterima;
3. Tdk dipenuhinya salah satu ketentuan dalam putusan PP yg seharusnya dimuat atau
kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dalam putusan PP;
4. Sengketa yg berdasarkan pertimbangan hukum bukan mrpkan wewenang PP (mis :
gugatan pihak ke 3 thd pelaksanaan sita berdasarkan pengakuan hak milik atas barang
yg disita)

 PEMBUKTIAN dan SAKSI


 Alat bukti: (1) Surat / tulisan (ex: tulisan di dalam cek, bukti tulis tangan dianggap kuat,
jika hasil ketikan maka harus dipastikan terlebih dahulu) (2) Keterangan ahli (karena
tidak semua orang dapat memahami peraturan sehingga tenaga ahli dibutuhkan untuk
membantu hakim dan WP), (3) Keterangan saksi (minimal 2 saksi), (4) Pengakuan para
pihak (perlu dibubuhi materai) (5) Pengetahuan hakim ( perlu menguasai permasalahan
utang, jika tidak maka dapat terjadi masalah ddalam pengambilan keputusan dengan
aturan)
 Ada 4 pihak yg tdk boleh didengar keterangannya :
1. Keluarga sedarah/semenda menurut garis keturunan lurus ke atas / ke bawah smp
derajat ke 3 dari salah satu pihak yg bersengketa; (dapat muncul subjektivitas)
2. Istri / suami dr pemohon banding / penggugat meskipun sdh bercerai (dapat muncul
subjektivitas)
3. Anak yg belum berusia 17 tahun (belum dianggap cakap melakukan perbuatan
hukum), atau
4. Orang sakit jiwa.
 jika dipandang perlu, hakim ketua dpt meminta pihak tersebut (angka: 1, 2 & 3) tanpa
diambil sumpah.
 Putusan Penyelesaian Sengketa Pajak
1. Menolak
2. Mengabulkan sebagian/seluruhnya
3. Menambah pajak yg harus dibayar
4. Tidak dapat diterima
5. Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung
6. Membatalkan
 Putusan PP harus memuat
1. “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan YME”
2. Nama, tmp tinggal atau kediaman dan/atau identitas lainnya dari pemohon banding atau
penggugat
3. Nama jabatan & alamat terbanding / tergugat
4. Hari, tgl diterimanya banding atau gugatan
5. Ringkasan banding / gugatan, & ringkasan surat uraian banding / surat tanggapan, atau
surat bantahan, yg jelas
6. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan & hal yg terjadi dlm persidangan
selama sengketa itu diperiksa
7. Pokok sengketa
8. Alasan hukum yg menjadi dasar putusan
9. Amar (Perintah putusan) putusan tentang sengketa, dan
10. Hari, tgl putusan, nama hakim yg memutus, nama panitera, dan keterangan tentang
hadir / tidak hadirnya para pihak

 JANGKA WAKTU PUTUSAN


1. Pemeriksaan dengan cara biasa, 12 bulan sejak surat banding diterima, sedangkan untuk
gugatan diambil dlm jk wkt 6 bln sejak surat gugatan diterima. (Misal: surat banding
diterima tgl 5-4-2010, maka putusan harus diambil selambat²nya tgl 4-4-2011)
2. Dalam hal khusus, pengambilan putusan utk banding maupun gugatan dapat
diperpanjang paling lama 3 bln (Misal : Pembuktian sengketa rumit, pemang- gilan saksi
memerlukan waktu lama)
3. Untuk gugatan selain atas keputusan pelaksanaan penagihan pajak tdk diputus dlm jk wkt
6 bln, maka Pengadilan Pajak wajib mengambil putusan melalui pemeriksaan dgn cara
cepat dlm jk wkt 1 bln sejak jangka waktu 6 bulan dimaksud dilampaui
4. Utk putusan cara cepat (tidak perlu lagi diuji) terhadap sengketa pajak tertentu yaitu:
sengketa pajak berupa banding / gugatan yg tidak memenuhi persyaratan formal, maka
putusan diambil dlm jk wkt sbb :
a) 30 hari sejak batas wkt pengajuan banding atau gugatan dilampaui;
b) 30 hari sejak banding / gugatan diterima dlm hal diajukan setelah batas waktu
pengajuan dilampaui
5. Dengan cara cepat (tidak perlu lagi diuji) terhadap kekeliruan dalam hal putusan utk
membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, diambil dlm jangka waktu 30
hari sejak kekeliruan dimaksud diketahui / sejak permohonan salah satu pihak diterima.
6. Terhadap putusan yg didasarkan pada pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
PP, diambil dlm jangka waktu 30 hari sejak surat banding / surat gugatan diterima akan
tetapi untuk hal demikian UU memperbolehkan pemohon banding / penggugat
mengajukan gugatan nya ke peradilan yg berwenang.

 JANGKA WAKTU PUTUSAN


 Pasal 77 UU 14/2002 tentang Pengadilan Pajak :
1. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
2. ……gugatan sela….
3. Pihak² yg bersengketa dapat mengaju- kan peninjauan kembali atas putusan PP kepada
MA.

 Pasal 89 UU 14/2002 tentang Pengadilan Pajak:


1. Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) hanya
dapat diajukan 1 (satu) kali kepada MA melalui Pengadilan Pajak.
2. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan / menghentikan pelaksanaan
putusan Pengadilan Pajak.
3. Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah
dicabut, permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
 Pendapat Berbeda (dissenting opinion) & Alasan Berbeda (concurring oponion)

 Pendapat Berbeda: Adanya pendapat hakim yang berbeda pendapat dengan mayoritas
hakim yang memutuskan perkara
 Alasan Berbeda Adanya anggota hakim yang mempunyai alasan hukum yang berbeda
dengan mayoritas hakim yang memutuskan perkara
 Meskipun hakim yang bersangkutan menyetujui amar (perintah) putusan secara
keseluruhan
 Pasal 79 UU 14/2002 tentang Pengadilan Pajak:
1. Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putussan PP sebagaimana dimaksud
dalam pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua
dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan diambil
dengan suara terbanyak.
2. Apabila Majelis di dalam mengambil keputusan dengan cara musyawarah tidak dapat
dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat
Hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan dalam
putusan Pengadilan Pajak.

 Jika keputusan di hakim 1 dan 2 mendukung untuk menjatuhi hukuman tetapi hakim 3 tidak,
mengingat kedudukan ketiganya sama maka akan diambil keputusan mayoritas
 Tetapi jika keputusan diambil sama untuk menjatuhi hukuman oleh 3 hakim tetapi dengan
dasar hukum berbeda (ex: hakin 1 dasar hukum 1, hakim 2 dasar hukum 2, hakim 3 dasar
hukum 3) akan dicantumkan

Anda mungkin juga menyukai