Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PAJAK

NAMA ANGGOTA :
1. FERNANDO BARLIMANUANA (2020DPK01)
2. GALIH SENJA YULIATMOKO
3. STEFFANY IMMANUELLA SIBURIAN
HUKUM ADMINISTRASI

 Hukum administrasi umumnya berupa sanksi administrasi, baik berupa bunga,


denda, tambahan pokok pajak, maupun kenaikan dan dijatuhkan oleh fiscus.
Sanksi administrasi umumnya berkaitan dengan masalah-masalah ketidaktaatan
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban seperti tidak menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT) atau menyampaikan SPT tapi tidak benar dan tidak lengkap
karena alpa dan lain lain.
HUKUM PIDANA

 Hukum pidana berkaitan dengan denda pidana maupun hukum penjara dan
dijatuhkan oleh hakim. Hukuman pidana umumnya berkaitan dengan perbuatan-
perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan seperti sengaja tidak
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, memperlihatkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, dan
lain-lain
PERADILAN ADMINISTRASI
PAJAK
Peradilan admisnistrasi pajak umumnya melibatkan minimal dua pihak, yaitu pihak
wajib pajak dengan aparat pajak (fiskus).

 Peradilan administrasi pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


1. peradilan administrasi tidak murni
2. peradilan administrasi murni
KEBERATAN DAN BANDING
A. Keberatan
 Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan
terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemungutan oleh pihak ketiga

 Syarat Mengajukan Keberatan


 1. Keberatan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
yang terutang, jumlah pajak yang dipotong dan disertai alasan yang menjadi dasar
pertimbangan
 2. Wajib pajak harus melunasi pajak yang masih harus dibayar sebelum dibuatnya surat
keberatan
 3. Jangka waktu pelunasan pajak dimulai 1 bulan setelah surat keberatan/ Banding diterbitkan
 4. Surat keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak
BANDING

 Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding,
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan
Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
 Syarat Pengajuan Banding :
 1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
 2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan
yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima
dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
 3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
 Yang dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak:
 1. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;
 2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya;
 3. Kuasa Hukum dari butir diatas.
PENCABUTAN BANDING

 Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.

 Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:


 penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
dilaksanakan;
 putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.

 Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan
kembali.
PANITERA

 Panitera adalah seseorang yang membantu hakim dalam memeriksa, mengadili


dan memutus perkara. Dalam menjalankan tugasnya, panitera dibantu wakil
panitera, panitera muda dan panitera pengganti pengadilan.
 Tugas dan perilakunya dipertanggungjawabkan langsung kepada Ketua Pengadilan.

 Menyelenggarakan administrasi perkara, dan mengatur tugas wakil panitera, panitera


muda, panitera pengganti, serta seluruh pelaksana di bagian teknis pengadilan
 Membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang; Membuat daftar
perkara perdata dan pidana yang diterima di Kepaniteraan
 Membuat salinan putusan menurut ketentutan undang-undang yang berlaku
 Bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku
daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat berharga, barang bukti, dan
surat-surat lain yang disimpan di Kepaniteraan
 Dalam perkara perdata, panitera bertugas melaksanakan putusan pengadilan.
GUGATAN

 adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat
diajukan. Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
 Syarat Pengajuan Gugatan
Diatur dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak,
diatur dalam pasal 40, syarat pengajuan gugatan antara lain:
 1. Harus diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterima keputusan pelaksanaan penagihan, kecuali diatur lain dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
 2. Gugatan juga dapat diajukan selain atas keputusan pelaksanaan penagihan
adalah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterima keputusan yang
 3. Terhadap 1 (satu) keputusan pelaksanaan penagihan diajukan 1 (satu) Surat
 4. Gugatan diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan
tanggal diterima surat keputusan pelaksanaan penagihan.
 5. Pada Surat Gugatan dilampirkan salinan keputusan pelaksanaan penagihan.
 PEMBUKTIAN
 Pembuktian dalam pengadilan pajak merupakan satu hal yang sangat penting dan
harus dipersiapkkan dengan sebaik mungkin dalam proses penyelesaian sengketa
di Pengadilan Pajak. Perlu diperhatikan bahwa terdapat 5 jenis alat bukti dalam
sengketa pajak, yaitu:
 1. Surat atau tulisan yang terdiri dari akta otentik, akta di bawah tangan, surat
keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan pejabat yang berwenang, dan surat
lainnya yang ada kaitannya dengan banding dan gugatan.
 2. Keterangan ahli yakni pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang diketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya.
 3. Keterangan para saksi yang dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu
berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat atau didengar sendiri oleh saksi.
 4. Pengakuan para pihak yang tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Hakim Majelis atau Hakim Tunggal.
 5. Pengetahuan hakim yaitu hal-hal yang oleh hakim diketahui dan diyakini
kebenarannya.
PUTUSAN
Pengadilan Pajak menyebutkan materi muatan yang harus ada di dalam putusan Pengadilan Pajak adalah sebagai
berikut.
1. Kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";
2. Nama, tempat tinggal atau tempat kediaman, dan/atau identitas lainnya dari pemohon Banding atau penggugat;
3. Nama jabatan dan alamat terbanding atau tergugat;
4. Hari, tanggal diterimanya banding atau gugatan;
5. Ringkasan banding atau gugatan, dan ringkasan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan, atau Surat
Bantahan, yang jelas;
6. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa
itu diperiksa;
7. Pokok sengketa;
8. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
9. Amar putusan tentang sengketa;
10. Hari, tanggal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitera, dan keterangan tentang hadir atau tidak
hadirnya para pihak.
PELAKSANAAN PUTUSAN

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan putusan adalah sebagai berikut:

 1. Putusan pengadilan pajak langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi keputusan
pejabat yang berwenang, kecuali peraturan perundang-undangan
 2. Apabila putusan pengadilan pajak mengabulkan Sebagian atau seluruh banding, kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 persen sebulan untuk
paling lama 24 bulan
 3. Salinan putusan atau Salinan penetapan pengadilan pajak dikirim kepada para pihak dengan surat
oleh sekretaris dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal putusan pengadilan pajak diucapkan, atau
jangka waktu 7 hari sejak tanggal putusan ditetapkan
 4. Putusan pengadilan pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dalam jangka waktu
30 hari terutang sejak tanggal diterimanya putusan
 5. Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan pajak dalam jangka waktu tersebut
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku
PENINJAUAN KEMBALI
 Permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan apabila dalam putusan mengenai perkara yang bersangkutan
ditemukan hal-hal sebagai berikut:
 1. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu, yang untuk itu semua telah dinyatakan pula
oleh hakim pidana. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak
diketahuinya kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu berdasarkan putusan hakim pidana.
 2. Adanya surat-surat bukti yang bersifat menentukan, jika surat-surat bukti dimaksud dikemukakan ketika
proses persidangan berlangsung. Bukti semacam itu disebut pula dengan istilah novum. Peninjauan kembali
dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak diketahui atau ditemukannya bukti baru (novum).
 3. Adanya kenyataan bahwa putusan hakim mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang
dituntut. Peninjauan kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak putusan memiliki kekuatan
hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
 4. Adanya bagian mengenai suatu tuntutan dalam gugatan yang belum diputus tanpa ada pertimbangan sebab-
sebabnya. Peninjauan kembali diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
 5. Adanya putusan yang saling bertentangan, meskipun para pihaknya sama, mengenai dasar atau soal yang
sama, atau sama tingkatannya. Peninjauan kembali ditujukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak
putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
 6. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan yang nyata sehingga
merugikan pihak yang bersangkutan. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180
hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang
berperkara.

Anda mungkin juga menyukai