Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATA KULIAH 3

PERPAJAKAN I
– Kelas A–

“ PENGADILAN PAJAK ”

Yuslina Fani N. A031211107

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

2022/2023
PENGADILAN PAJAK

Dibentuk melalui UU No.14 Tahun 2002. Mewakili kewenangan untuk memutus perkara mengenai
sengketa pajak. Pengadilan pajak merupakan pengadilan tingkat pertama sekaligus terakhir dalam
memeriksa dan memutus sengketa pajak. Kewenangan pengadilan pajak tertera dalam bab III tentang
kekuasaan Pengadilan Pajak. Pasal 31 menjelaskan sebagai berikut ini :

a. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak.
b. Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
c. Pengadilan pajak dalam hal gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya.

Dalam undang-undang tentang Pengadilan Pajak yakni UU No.14 tahun 2002, ditentunkan bahwa
putusan pengadilan pajak merupakan putusan akhir yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Walaupun
begitu, masih dimungkinkan untuk mengaajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung yang
merupakan upaya hukum luar biasa, disamping akan mengurangi jenjang pemeriksaan ulang vertikal,
juga penilaian terhadap kedua aspek pemeriksaan yang meliputi aspek penerapan hukum dan aspek
fakta yang mendasari terjadinya sengketa perpajakan, akan dilakukan sekaligus oleh MA. Proses
peninjauan kembali ini melalui pengadilan pajak hanya sebatas prosedur pelayanan administrasi yang
perlu dilakukan secara cepat oleh karena itu dalam UU ini diatur pembatasan waktu penyelesaian baik di
tingkat pengadilan pajak maupun di tingkat mahkamah agung.

Pengadilan pajak Indonesia yang sekarang merupakan hasil dar proses penyempurnaan dari Raad van
Beroep in Belastingzaken (MPP zaman Belanda). Awalnya Raad van Beroep in Belastingzaken setelah
kemerdekaan di rubah menjadi MPP. Dalam perkembangannya MPP dalam memutus suatu sengketa
terdapat dualisme dengan PTUN. Disini timbul ketidakpastian hukum yang cenderung merugikan negara.
Baru pada tahun 1997 muncul BPSP melalui UU no 17 tahun 1997. Di sini sudah ada kepastiaan hukum.
Keputusan BPSP sudah merupakan keputusan akhir yang bersifat tetap dan tidak bisa lagi dilakukan
upaya ke PTUN. BPSP ternyata masih ada kekurangan dan kemudian disempurnakan dengan UU nomor
14 tahun 2002. BPSP diubah Menjadi Pengadilan Pajak.

Keadilan di bidang perpajakan

Pada abad ke 18 Adam Smith mengidentifikasi aturan perpajakan dalam bukunya yang berjudul “An
Inquiry into the Nature and cause of the Wealth of Nations” yang diantaranya:

1. Equality on Taxation, bahwa hukum pajak harus adil, merata dan tidak ada diskriminiasi dalam
menentukan objek pajak serta pembebanan kepada masing-masing subjek pajak hendaknya
seimbang dengan kemampuan yang ada.
2. Cetainty of Taxation, bahwa dasar hukum pajak harus secara jelas dan pasti mengatur apa yang
menjadi objek pajak, siapa yang menjadi subjek pajak dan berapa tarif yang berlaku,
bagaiamana cara menghitung dan membayarnya, kapan batas waktu jatuh tempo pembayaran
dan pelaporan, dan regulasi lain yang di perlukan sehingga tidak ada celah dan peluang untuk
mengelakkan diri dari membayar pajak serta tidak mengenal kompromi.

Persidangan di Pengadilan Pajak

- Terdapat Ketua, wakil ketua dan hakim dalam pengadilan pajak


- Hakim tunggal, ialah hakim yang ditunjuk oleh ketua untuk memeriksa dan memutus sengketa
pajak dengan cara cepat
- Hakim anggota, hakim dalam suatu majelis yang ditunjuk oleh ketua untuk menjadi anggota
dalam majelis
- Hakim ketua, ialah hakim anggota yang ditunjuk oleh ketua untuk memimpin sidang.
- Terdapat sekretaris, wakil sekretaris dan sekretaris pengganti dalam pengadilan pajak
- Terdapat panitera, wakil panitera, dan panitera pengganti dalam pengadilan pajak yang
melaksanakan fungsi kepaniteraan.

Pembuktian dan saksi dalam sidang pengadilan pajak

Alat bukti dalam sidang pengadilan paja dapat berupa:

a. Surat atau tulisan


b. Keterangan ahli
c. Keterangan para saksi
d. Pengakuan para pihak
e. Pengetahuan hakim

Putusan pengadilan pajak

Merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan pajak dapat
mengeluarkan putusan sela atas gugatan berkenaan dengan permohonan agar tindak lanjut
pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan, sampai ada
putusan pengadilan pajak.

Pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan pengadilan pajak kepada
MA. Putusan ini diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang bersangkutan serta berdasarkan keyakinan hukum. Putusan pengadilan
pajak dapat berupa:

- Menolak
- Mengabulkan sebagaian atau keseluruhan
- Menambah pajak yang harus dibayar
- Tidak dapat diterima
- Membetulkan kesalah tulis atau kesalahan hitung
- Membatalkan

Pelaksanaan putusan
Putusan pengadilan pajak dapat dilaksakan dengan tidak memerlukan keputusan pejabat yang
berwenang kecuali peraturan perundang-undangan mengatur lain. Apabilan putusan pengadilan pajak
mengabulkan sebagian atau seluruh banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Salinan putusan penetapan pengadilan pajak dikirim kepada pihak dengan surat oleh sekretari dalam
jangka waktu 30 hari sejak tanggal putusan pengadilan pajak diucapkan atau dalam jangka waktu 7 haris
sejak hari tangga putusan sela diucapkan.

Peninjuan kembali

a. PK ke Mahkamah Agung (Pasal 89), Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1
(satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui pengadilan pajak. Permohonan peninjauan kembali
tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan pajak. Permohonan
peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus dan dalam hal sudah dicabut permohonan
peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.

b. Hukum Acara PK (Pasal 90), Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali
adalah hukum acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus
dalam undang-undang perpajakan.

Pemeriksaan dengan cara biasa

Pemeriksaan dengan cara biasa dilakukan oleh majelis. Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua
membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai,
majelis melakukan pemeriksaan mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan banding atau gugatan.
Apabila banding atau gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sepanjang bukan merupakan
persyaratan:

- Bahasa Indonesia/banding (Pasal 35 ayat (1) 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding
(Pasal 36ayat (1)),
- Telah dibayar sebesar 50 % (Pasal 36 ayat (4))
- Bahasa Indonesia/gugatan (Pasal 40 ayat (1)), dan 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu)
keputusan diajukan 1 (satu) surat gugatan (Pasal 40 ayat (6)).
- Kelengkapan dan/atau kejelasan dapat diberikan dalam persidangan.

Hakim ketua memanggil terbanding atau tergugat dan dapat memanggil pemohon banding atau
penggugat untuk memberikan keterangan lisan. Hakim ketua menjelaskan masalah yang disengketakan
kepada pihak-pihak yang bersengketa. Majelis menanyakan kepada terbanding atau tergugat mengenai
hal-hal yang dikemukakan pemohon banding atau penggugat dalam surat banding atau surat gugatan
dan dalam surat bantahan. Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan pada 1 (satu) hari
persidangan, pemeriksaan dilanjutkan pada hari persidangan berikutnya yang ditetapkan. Hari
persidangan berikutnya diberitahukan kepada terbanding atau tergugat dan dapat diberitahukan kepada
pemohon banding atau penggugat.

Pemeriksaan dengan cara cepat

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Pemeriksaan dengan acara
cepat dilakukan terhadap:

- Sengketa pajak tertentu


- Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan (Pasal 81 ayat (2))
- Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan dalam muatan (format) putusan (Pasal 84 ayat (1)) atau
kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dalam putusan pengadilan pajak
- Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang pengadilan
pajak.

Pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa pajak tersebut dilakukan tanpa surat uraian
banding atau surat tanggapan dan tanpa surat bantahan. Semua ketentuan mengenai pemeriksaan
dengan acara biasa berlaku juga untuk pemeriksaan dengan acara cepat.

Anda mungkin juga menyukai