Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ainun Uswatul Khasanah

Mata Kuliah : Hukum Pajak


Semester : 5E
Nama Dosen : Lily Kalyana, S.H., M.Kn

1. Uraian bagaimana proses pengadilan pajak!


Jawab:

Sehubungan dengan Pengadilan Pajak, Pemerintah Indonesia telah memiliki aturan khusus
mengenai ketentuan tersebut sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak. Pengadilan Pajak merupakan sebuah badan peradilan yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman atas Wajib Pajak atau penanggung pajak yang mencari sebuah keadilan
dalam sengketa pajak yang dialaminya. Proses yang terjadi di Pengadilan Pajak tersebut terdiri
dari 2 (dua) yaitu pemeriksaan banding dan pemeriksaan gugatan. Namun, terkait dengan proses
Peninjauan Kembali, terkait proses submission dokumen dilakukan melalui Pengadilan Pajak.

Dalam penjelasan kali ini akan membahas mengenai proses pemeriksaan banding. Banding
merupakan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan ketentuan perpajakan yang
belaku. Keputusan tersebut berupa hasik Keputusan Keberatan yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak di mana atas hasil pengajuan keberatan Wajib Pajak tersebut ditolak oleh DJP.
Akhirnya, banyak dari Wajib Pajak yang tetap mengupayakan dijalur Banding.

Proses Banding ini dimulai dari disampaikannya Surat Banding oleh Wajib Pajak kepada
Pengadilan Pajak. Berdasarkan ketentuan, 3 bulan sejak disampaikannya Surat Banding,
Pengadilan Pajak akan meneruskan Surat tersebut kepada Direktorat terkait dalam hal ini bisa
kepada DJP ataupun DJBC. Atas Surat Banding dari Wajib Pajak, Pengadilan Pajak akan
menyampaikan Surat Uraian Banding (SUB) dalam waktu 14 hari kepa DJP ataupun DJBC. DJP
ataupun DJBC memiliki waktu selama 3 bulan untuk menyiapkan SUB dan kemudian akan
menyampaikannya kepada Pengadilan Pajak. Selanjtunya, SUB tersebut akan disampaikan
kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak diberi waktu selama 30 hari untuk mempersiapkan Surat
Bantahan atas SUB tersebut.

Setelah proses penyampaian Surat Bantahan atas SUB, masing-masing dari Wajib Pajak maupun
DJP/DJBC dipersilahkan untuk menunggu jadwal persidangan. Dalam proses persidangan secara
garis besar terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu Sidang Formal, Sidang Pemeriksaan, dan Sidang
Penutup. Proses siding formal biasanya dibebakan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan
dokumen2 yang telah ditentukan sebagaimana tercantum dalam undangan. Sedangkan untuk
proses Sidang Pemeriksaan, biasanya sudah mulai memasuki materi yang disengketakan, di mana
Wajib Pajak sudah mulai menyampaikan pendapat dan dokumen pendukung. Tak jarang juga
untuk membuktikan kebenaran atas sengketa tersebut, terkadang dilaksanakan uji bukti, untuk
melihat keabsahan dari masing-masing bukti yang disampaikan. Proses persidangan pemeriksaan
ini masing-masing majelis memiliki ketentuan tersendiri, apakah akan dilakukan dalam 7 kali
siding atau bahkan lebih, semuanya tergantung dari kondisi sengketa yang ada. Dan yang terakhir
adalah siding penutup, dalam kesempatan itu masing-masing pihak diberikan kesempatan untuk
menyampaikan keterangan penutup guna mendukung sengekta yang ada. Berdasarkan
ketentuan proses pemeriksaan dibatasi selama 12 bulan sejak Surat Banding diterima oleh
Pengadilan Pajak.

Sidang penutup berakhir, maka proses selanjutnya adalah menunggu Pembacaan Putusan
Pengadilan. Biasanya tidak diatur mengenai kapan waktu tepatnya, namun biasanya tidak jauh
dari proses 12 bulan, sudah ada putusannya. Dan yang terakhir apabila Wajib Pajak masih tidak
puas dengan hasil putusan di Pengadilan Pajak, Wajib Pajak masih memiliki kesempatan untuk
melakukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung di mana untuk proses administrasinya
dilakukan di Pengadilan Pajak.

2. Tuan Messi hendak membeli asset di Kabupaten Tangerang, ternyata assetnya berasal dari waris
dengan harga transaksi Rp. 1.000.000.000, sedangkan PBBnya sebesar Rp.750.000.000. Tuan
Messi bekerja diperusahaan mebel dengan gaji pokok sebesar Rp.25.000.000, tunjangan makan
sebesar Rp.10.000.000, dan tunjangan pajak Rp.1.000.000 perbulan. Pajak - pajak apa yang harus
dikeluarkan oleh tuan Messi yang telah menikah dan mempunyai anak 7?
Jawab:

Berdasarkan urain di atas, berikut di bawah ini merupakan jenis-jenis pajak yang harus
dikeluarkan oleh Tuan Messi sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan di Indonesia;
a. Pajak Penghasilan (PPh) atas penghadilan yang diperoleh dari perusahaan mebel;
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi pembelian asset;
c. Pajak Bumi dan Bangunan atas asset yang dibeli.

Anda mungkin juga menyukai