Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sangketa perpajakan muncul ketika pihak-pihak yang terlibat, seperti


wajib pajak dan otoritas perpajakan, tidak sepakat mengenai kewajiban
pajak atau interpretasi hukum perpajakan. Banding perpajakan
merupakan upaya untuk mengajukan ulang keputusan perpajakan yang
dianggap tidak sesuai oleh pihak yang merasa dirugikan. Sedangkan
gugatan perpajakan adalah langkah hukum yang diambil untuk
menyelesaikan sengketa perpajakan di pengadilan. Sangketa perpajakan
bisa bermacam-macam, mulai dari ketidaksetujuan terhadap besaran
pajak hingga interpretasi hukum perpajakan yang berbeda antara wajib
pajak dan otoritas pajak. Proses banding dan gugatan perpajakan menjadi
mekanisme hukum yang penting untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut, dengan harapan dapat mencapai keadilan dan kepastian hukum
dalam masalah perpajakan. pajak mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kelangsungan pembangunan nasional, oleh karena itu
berbagai upaya dilakukan untuk menarik pajak dari masyarakat, namun
demikian dalam penarikan pajak harus dilakukan hati-hati dan memenuhi
rasa keadilan. Pembebankan pajak kepada masyarakat yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun
bila terlalu rendah pembangunanpun tidak akan berjalan karena dana
yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu: (1) Pemungutan
pajak harus adil; (2) Pengaturan Pajak harus berdasarkan Undang-
Undang; (3) Pemungutan Pajak harus efisien; (4) Sistem pemungutan
pajak harus sederhana. Bagaimana pajak dipungut akan sangat
menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana
akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung besarnya beban pajak
yang harus dibayar, sehingga akan memberikan dampak positif bagi para
wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran pembayaran pajak.
Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin
enggan membayar pajak. Apalagi sejak awal Tahun 1984 sistem
perpajakan di Indonesia berubah dari Government/Official Assessment
menjadi Self Assessment, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan oleh
pemerintah untuk menghitung/memperhitungkan sendiri, membayar dan
melapor pajak yang terutang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sengketa Pajak ?


2. Apa yang dimaksud dengan Banding Pajak ?
3. Apa yang dimaksud dengan Gugatan Pajak ?
4. Apa yang dimaksud dengan peninjauan kembali pajak ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang Sengketa Pajak


2. Untuk mengetahui tentang Banding Pajak
3. Untuk mengetahui tentang Gugatan Pajak
4. Untuk mengatahui tentang peninjauan kembali pajak

1.4 Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,


manfaat, dan sistematika penulisan makalah argumentasi.
2. Bab II Pembahasan, berisi argumentasi-argumentasi yang didukung
oleh data-data, fakta-fakta, bukti-bukti, dan sumber-sumber yang
valid dan kredibel, serta solusi-solusi yang dapat mengatasi
masalah-masalah yang diangkat.
3. Bab III Simpulan dan Saran, berisi rangkuman poin-poin penting
dari argumentasi dan saran-saran yang konstruktif untuk
penelitian-penelitian selanjutnya atau untuk pihak-pihak yang
terkait dengan topik yang dibahas.
4. Daftar Pustaka, berisi sumber-sumber yang digunakan dalam
makalah argumentasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SENGKETA PAJAK

Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan


antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.

Sangketa perpajakan merujuk pada konflik atau perselisihan hukum


antara wajib pajak dan otoritas perpajakan. Hal ini dapat timbul akibat
interpretasi yang berbeda terkait ketentuan perpajakan, penilaian pajak,
atau pelaksanaan ketentuan hukum perpajakan. Proses penyelesaian
sangketa perpajakan umumnya melibatkan pengajuan banding, mediasi,
atau proses hukum lebih lanjut seperti persidangan di pengadilan pajak.
Tujuan utama adalah mencapai penyelesaian yang adil dan mematuhi
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.1

Sengketa pajak terjadi dikarenakan ketidaksamaan persepsi atau


perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan petugas pajak mengenai
penetapan pajak terutang yang diterbitkan atau adanya tindakan
penagihan yang dilakukan oleh Direktorat jenderal Pajak.

1 onlinepajak
Sangketa perpajakan melibatkan sejumlah aspek, termasuk:

1. Penilaian Pajak: Perselisihan dapat muncul terkait penilaian jumlah


pajak yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.
2. Interpretasi Hukum: Perbedaan interpretasi terhadap ketentuan
perpajakan atau peraturan perundang-undangan bisa menjadi
sumber konflik.
3. Ketidaksepakatan Fakta: Wajib pajak dan otoritas perpajakan
mungkin tidak setuju tentang fakta-fakta tertentu yang
memengaruhi perhitungan pajak.
4. Prosedur Pemeriksaan: Perselisihan dapat timbul akibat prosedur
pemeriksaan pajak yang dianggap tidak sesuai atau tidak adil oleh
wajib pajak.
5. Pengajuan Banding: Wajib pajak dapat mengajukan banding
terhadap keputusan otoritas perpajakan jika merasa tidak setuju
dengan hasil pemeriksaan atau penilaian pajak.
6. Mediasi dan Negosiasi: Upaya mediasi atau negosiasi dapat
dilakukan untuk mencapai penyelesaian tanpa melibatkan proses
hukum yang lebih panjang.
7. Pengadilan Pajak: Jika sangketa tidak dapat diselesaikan secara
damai, pengadilan pajak menjadi opsi terakhir untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut.

Penyelesaian sangketa perpajakan penting untuk memastikan


kepatuhan hukum dan mencapai solusi yang adil bagi semua pihak terlibat.

Di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,


dijelaskan bahwa sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding
atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.

Sengketa pajak dapat disebabkan oleh beberapa factor :

1. Adanya kebijakan perpajakan yang dikeluarkan Ditjen Pajak,


berdasarkan kewenangan yang diberikan undang – undang.
2. Adanya perbedaan interpretasi antara wajib pajak dan Ditjen Pajak
mengenai aturan perundang-undangan.
3. perbedaan metode perhitungan jumlah pajak, atau keberatan atas
penetapan sanksi denda pajak.
4. Keberatan atas penetapan sanski denda pajak.2

Untuk menyelesaikan Sengketa Pajak, adapun caranya :

1. Gugatan: Melakukan gugatan terhadap pejabat pajak yang


berwenang sebagai akibat sengketa pajak.
2. Banding: Jika wajib pajak tidak puas dengan hasil gugatan, maka
dapat melakukan banding. Upaya banding diajukan melalui Badan
Peradilan Pajak.
3. Peninjauan kembali: Wajib pajak yang tidak puas dengan upaya
banding dapat melakukan peninjauan kembali. Hak untuk
mengajukan peninjauan kembali dilakukan kepada Mahkamah
Agung
4. Keberatan: Jika sengketa pajak masih belum teratasi, wajib pajak
dapat melakukan keberatan terhadap isi atau materi surat
ketetapan pajak yang jumlah besaran pajak, atau materi ataupun
isi pungutan dan pemotongan pajak3

2 onlinepajak
3 Hukumonline
Sengketa pajak dapat diselesaikan di Pengadilan Pajak yang bertindak
dan berfungsi sebagai lembaga yang menyelesaikan sengketa pajak sesuai
dengan amanat dan Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

2.2 BANDING PAJAK

Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002


tentang Pengadilan Pajak, Banding adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakaan yang berlaku.

PEMOHON YANG MENGAJUKAN BANDING :

Merujuk pada Pasal 37 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang


Pengadilan Pajak, yang dapat melakukan pengajuan banding adalah:

1. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang


pengurus atau kuasa hukumnya.
2. Apabila selama proses Banding, Pemohon Banding meninggal
dunia, Banding dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum
dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal Pemohon Banding
pailit.
3. Apabila selama proses Banding, Pemohon Banding melakukan
penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau
likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang
menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

KETENTUAN PENGAJUAN BANDING :


1. Surat Banding diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
kepada Pengadilan Pajak.
2. Surat Banding dan kelengkapan administrasi ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Pajak dengan alamat Jl. Hayam Wuruk Nomor 7
Jakarta Pusat 10120.
3. Surat Banding atas keputusan yang diterbitkan oleh DJP dan Pemda
disampaikan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima keputusan yang dibanding.
4. Surat Banding atas keputusan yang diterbitkan oleh DJBC
disampaikan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal diterima keputusan yang dibanding.
5. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding.
6. Surat Banding dapat disampaikan dengan menggunakan sistem
informasi e-Tax Court pada laman etaxcourt.kemenkeu.go.id, atau
dikirim melalui POS atau ekspedisi tercatat lainnya, atau diantar
langsung untuk disampaikan melalui Loket Penerimaan Surat
Pengadilan Pajak melalui mekanisme Antrean Online.

KELENGKAPAN ADMINISTRASI SURAT BANDING (SE-


08/PP/2017)

1. Surat Banding diajukan ke Pengadilan Pajak terdiri dari 2 (dua)


rangkap (1 asli dan 1 fotokopi).
2. Surat Banding dilampiri dengan fotokopi Keputusan yang diajukan
banding serta fotokopi surat atau dokumen lainnya sebanyak 2
(dua) rangkap.
3. Surat atau dokumen lainnya sebanyak 2 (dua) rangkap antara lain:
• Banding Pajak Pusat/Daerah :
o Surat Keputusan yang dibanding,
o Surat Keberatan,
o Surat Ketetapan Pajak (SKP),
o Surat Setoran Pajak (SSP) dalam hal terdapat setoran pajak.
• Banding Bea dan Cukai :
o Surat Keputusan yang dibanding,
o Surat Keberatan,
o Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP) atau
Surat Penetapan Pabean (SPP) atau Surat Penetapan
Perhitungan Bea Keluar (SPPBK) sesuai Keputusan
Keberatan yang dibanding.
o Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB).
4. Bukti pendukung lain sebanyak 1 (satu) rangkap bayar 50% dari
jumlah pajak yang terutang.
5. Dokumen pendukung lain sebanyak 1 (satu) rangkap :
o Fotokopi akta pendirian dan perubahannya (yang
mencantumkan pengurus yang menandatangani surat
banding, surat keberatan, surat kuasa khusus, dan pakta
integritas) yang telah dimeteraikan kemudian.
o Asli surat kuasa khusus bermeterai apabila penandatangan
surat banding dikuasakan.
o Fotokopi kartu kuasa hukum apabila dikuasakan kepada
kuasa hukum.
o Fakta Integritas.
6. Surat Banding disampaikan dalam bentuk softcopy dalam format
Microsoft Word (.doc) dan Portable Document Format (pdf.)
7. Softcopy surat atau dokumen lainnya disampaikan dalam format
pdf.
8. Softcopy disampaikan dalam bentuk CD atau Flashdisk 1 (satu)
buah untuk setiap surat banding yang diajukan.
9. Daftar isian surat banding/gugatan. (dapat diunduh di sini)

2.3 GUGATAN PAJAK


Gugatan pajak adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib
pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan
yang dapat diajukan gugatan. 4

Berdasarkan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 Tentang


Pengadilan Pajak, pada Pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa gugatan
merupakan sebuah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak atas pelaksanaan penagihan pajak atau atas
keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan dengan kebijakan
Undang-Undang (UU) yang berlaku.

Untuk pengajuan gugatan yang dapat disengketakan adalah terkait


prosedur pelaksanaan dan juga penerbitan surat-surat keputusan,
meliputi:

1. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,


atau atas Pengumuman Lelang.
2. Keputusan pencegahan dalam rangka adanya penagihan pajak.
3. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan
perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan
Pasal 26 UU KUP.
4. Surat Keputusan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara dalam
ketentuan Undang-Undang (UU) perpajakan.

Dalam perihal pengajuan gugatan ini, surat balasan yang diterima atas
pengajuan gugatan dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak akan disebut
sebagai Surat Tanggapan.

Syarat-Syarat Permohonan Gugatan :

1. Permohonan gugatan dapat diajukan secara tertulis dengan


menggunakan Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.

4 Ibid
2. Pengajuan gugatan diberikan dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
3. Pengajuan gugatan diberikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari atas keputusan lain selain gugatan sejak tanggal diterima atas
keputusan yang digugat diterima.
4. Atas 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan
dapat diajukan dalam 1 (satu) Surat Gugatan.

Pencabutan Gugatan :
Gugatan dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan
Pajak.
1 Satu surat banding atau surat gugatan diajukan dengan 1 (satu) surat
pernyataan pencabutan.
2 Surat pernyataan pencabutan diajukan sebanyak 2 (dua) rangkap.
Apabila pencabutan diajukan pada saat sidang pemeriksaan, rangkap
pertama diserahkan kepada Majelis di dalam ruang sidang dan rangkap
kedua disampaikan kepada ketua Pengadilan Pajak melalui loket
penerimaan surat pengadilan pajak.
3 Apabila pencabutan tidak diajukan pada saat sidang
pemeriksaan/sebelum sidang pemeriksaan, terhadap 2 (dua) rangkap
surat pernyataan pencabutan disampaikan kepada Ketua Pengadilan Pajak
melalui loket penerimaan surat.
4 Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tidak dapat
diajukan kembali.

2.4 PENINJAUAN KEMBALI PAJAK


Peninjauan kembali pajak adalah proses evaluasi ulang terhadap
kewajiban pajak seseorang atau perusahaan oleh otaritas pajak. Ini dapat
melibatkan peninjauan kembali laporan pajak, penghitungan ulang pajak
yang harus dibayarkan, atau penyelesaian ketidaksepakatan antara
pemohon dan otaritas pajak.

TUJUAN DAN FUNGSI PENINJUAN KEMBALI PAJAK


Tujuan dan fungsi dari meninjau kembali pajak mencakup beberapa aspek
utama:
• Memastikan Kepatuhan Pajak:
Tujuan utama adalah memastikan bahwa pelaporan pajak sesuai dengan
ketentuan hukum dan peraturan pajak yang berlaku. Ini membantu
mencegah potensi sanksi atau masalah hukum yang dapat timbul akibat
kelalaian atau ketidakpatuhan.
• Menjamin Kekorelan Pajak:
Fungsi utamanya adalah memastikan keakuratan perhitungan pajak.
Proses ini melibatkan peninjauan ulang data yang telah dideklarasikan
untuk memastikan bahwa jumlah pajak yang dibayarkan atau
dikembalikan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
• Mencegah Kecurangan dan Penyalahgunaan:
Meninjau kembali pajak juga bertujuan untuk mencegah kecurangan dan
penyalahgunaan sistem perpajakan. Hal ini membantu menciptakan
lingkungan yang adil dan merata bagi semua wajib pajak.
• Optimasi Pajak:
Fungsi lainnya adalah memastikan bahwa wajib pajak memanfaatkan
secara optimal berbagai deduksi dan keringanan pajak yang dapat
mengurangi beban pajak mereka secara sah.
• Penyesuaian Kesalahan:
Jika ditemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pelaporan pajak,
peninjauan kembali memungkinkan untuk membuat penyesuaian yang
diperlukan agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Memberikan Kepastian Hukum:
Proses peninjauan pajak juga memberikan kepastian hukum kepada wajib
pajak, karena mereka dapat memastikan bahwa pendekatan mereka
terhadap pelaporan pajak dan perhitungan pajak sesuai dengan hukum.
• Mendukung Transparansi:
Meninjau kembali pajak juga berkontribusi pada transparansi sistem
perpajakan, membantu membangun kepercayaan antara wajib pajak dan
otoritas pajak.
• Koreksi Dampak Perubahan Hukum Pajak:
Jika terjadi perubahan dalam peraturan pajak, peninjauan pajak
memungkinkan wajib pajak menyesuaikan pelaporan dan perhitungan
mereka sesuai dengan perubahan tersebut.
Penting untuk diingat bahwa tujuan dan fungsi ini dapat bervariasi
tergantung pada kebijakan dan praktik perpajakan yang berlaku di suatu
yurisdiksi.

CARA MENINJAU KEMBALI PAJAK


Untuk meninjau kembali pajak, Anda dapat mengikuti langkah-langkah
umum berikut:
• Pemeriksaan Dokumen Pajak:
Periksa kembali semua dokumen yang terkait dengan pelaporan pajak
Anda, termasuk formulir pajak, bukti penghasilan, dan deduksi yang Anda
klaim.
• Kepatuhan Pajak:
Pastikan bahwa Anda telah mematuhi semua aturan dan peraturan pajak
yang berlaku. Periksa keakuratan dan kelengkapan informasi yang Anda
berikan.
• Perbandingan Data:
Bandingkan data yang tercantum dalam laporan pajak Anda dengan
dokumen penghasilan, formulir W-2 atau 1099, serta dokumen lain yang
relevan.
• Penghitungan Ulang:
Hitung ulang jumlah pajak yang seharusnya Anda bayarkan atau
dapatkan. Pastikan perhitungan tersebut sesuai dengan peraturan pajak
terbaru.
• Deduktibilitas:
Periksa deduksi yang Anda klaim dan pastikan Anda memenuhi syarat
untuk setiap deduksi tersebut. Hal ini mencakup deduksi pengeluaran
bisnis, pendidikan, dan lainnya.
• Dokumentasi Tambahan:
Sediakan dokumentasi tambahan yang mendukung klaim pajak Anda,
seperti bukti pembayaran, kwitansi, atau catatan transaksi.
• Bekerja sama dengan Otoritas Pajak:
Jika ada ketidaksepakatan atau pertanyaan dari otoritas pajak, bersedia
untuk bekerja sama dengan mereka. Jawab pertanyaan mereka dengan
jujur dan berikan informasi yang diperlukan.
• Konsultasi Profesional:
Jika diperlukan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan seorang
profesional pajak atau akuntan untuk mendapatkan panduan dan bantuan
lebih lanjut.
Ingatlah bahwa proses peninjauan pajak dapat berbeda-beda tergantung
pada yurisdiksi dan peraturan pajak setempat. Jika Anda merasa perlu,
selalu bijak untuk mencari saran dari ahli pajak.

AKIBAT JIKA TIDAK MENINJAU KEMBALI PAJAK


Tidak meninjau kembali pajak dapat memiliki beberapa akibat yang
mungkin merugikan. Berikut adalah beberapa kemungkinan konsekuensi
jika Anda tidak melakukan peninjauan pajak secara cermat:
• Potensi Kesalahan:
Tidak meninjau kembali pajak meningkatkan risiko kesalahan dalam
pelaporan. Kesalahan ini dapat mengakibatkan perhitungan pajak yang
tidak akurat dan potensi ketidaksesuaian dengan peraturan pajak.
• Denda dan Sanksi:
Jika ada kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pelaporan pajak dan
otoritas pajak menemukannya, Anda mungkin dikenai denda dan sanksi.
Ini dapat menyebabkan tambahan biaya dan beban keuangan yang tidak
diinginkan.
• Kehilangan Keringanan Pajak:
Tidak meninjau kembali pajak dapat berarti kehilangan kesempatan untuk
memanfaatkan deduksi dan keringanan pajak yang mungkin dapat
mengurangi beban pajak Anda secara sah.
• Audit Lebih Lanjut:
Otoritas pajak dapat memutuskan untuk melakukan audit lebih lanjut jika
mereka menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan dalam pelaporan
Anda. Ini dapat menjadi proses yang mengganggu dan memakan waktu.
• Kurangnya Kepastian Keuangan:
Ketidakpastian terkait dengan pelaporan pajak dapat memengaruhi
kestabilan keuangan Anda. Peninjauan pajak membantu menciptakan
kepastian dan keamanan terkait dengan kewajiban pajak.
• Gangguan Operasional:
Jika terjadi ketidaksesuaian yang signifikan, proses peninjauan oleh
otoritas pajak dapat mengganggu operasional bisnis atau kegiatan
keuangan Anda.
• Reputasi Bisnis:
Kesalahan atau masalah pajak dapat merugikan reputasi bisnis Anda.
Kepatuhan pajak yang baik dapat mendukung citra positif di mata klien,
mitra bisnis, dan pihak terkait lainnya.
• Kesulitan Finansial:
Denda, sanksi, atau pembayaran pajak tambahan akibat kesalahan atau
ketidaksesuaian dapat menimbulkan beban keuangan yang tidak terduga
dan dapat mempengaruhi likuiditas bisnis atau keuangan pribadi Anda.
Untuk menghindari konsekuensi ini, penting untuk melakukan peninjauan
pajak secara teratur, menyimpan dokumen dengan baik, dan jika perlu,
mendapatkan bantuan dari profesional pajak atau akuntan. Hal ini
membantu memastikan kepatuhan yang baik dengan peraturan pajak dan
meminimalkan risiko potensial.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan


antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.

Sangketa perpajakan merujuk pada konflik atau perselisihan hukum


antara wajib pajak dan otoritas perpajakan. Hal ini dapat timbul akibat
interpretasi yang berbeda terkait ketentuan perpajakan, penilaian pajak,
atau pelaksanaan ketentuan hukum perpajakan. Proses penyelesaian
sangketa perpajakan umumnya melibatkan pengajuan banding, mediasi,
atau proses hukum lebih lanjut seperti persidangan di pengadilan pajak.
Tujuan utama adalah mencapai penyelesaian yang adil dan mematuhi
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Sengketa pajak terjadi dikarenakan ketidaksamaan persepsi atau


perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan petugas pajak mengenai
penetapan pajak terutang yang diterbitkan atau adanya tindakan
penagihan yang dilakukan oleh Direktorat jenderal Pajak.
Penyelesaian sangketa perpajakan penting untuk memastikan
kepatuhan hukum dan mencapai solusi yang adil bagi semua pihak
terlibat.

Di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan


Pajak, dijelaskan bahwa sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.

Sengketa pajak dapat diselesaikan di Pengadilan Pajak yang bertindak


dan berfungsi sebagai lembaga yang menyelesaikan sengketa pajak sesuai
dengan amanat dan Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002


tentang Pengadilan Pajak, Banding adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakaan yang berlaku.

Gugatan pajak adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib
pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan
yang dapat diajukan gugatan.

Berdasarkan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 Tentang


Pengadilan Pajak, pada Pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa gugatan
merupakan sebuah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak atas pelaksanaan penagihan pajak atau atas
keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan dengan kebijakan
Undang-Undang (UU) yang berlaku.

3.2 SARAN

Sangketa perpajakan muncul ketika pihak-pihak yang terlibat, seperti


wajib pajak dan otoritas perpajakan, tidak sepakat mengenai kewajiban
pajak atau interpretasi hukum perpajakan. Banding perpajakan
merupakan upaya untuk mengajukan ulang keputusan perpajakan yang
dianggap tidak sesuai oleh pihak yang merasa dirugikan. Sedangkan
gugatan perpajakan adalah langkah hukum yang diambil untuk
menyelesaikan sengketa perpajakan di pengadilan. Sangketa perpajakan
bisa bermacam-macam, mulai dari ketidaksetujuan terhadap besaran
pajak hingga interpretasi hukum perpajakan yang berbeda antara wajib
pajak dan otoritas pajak. Proses banding dan gugatan perpajakan menjadi
mekanisme hukum yang penting untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut, dengan harapan dapat mencapai keadilan dan kepastian hukum
dalam masalah perpajakan. pajak mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kelangsungan pembangunan nasional, oleh karena itu
berbagai upaya dilakukan untuk menarik pajak dari masyarakat, namun
demikian dalam penarikan pajak harus dilakukan hati-hati dan memenuhi
rasa keadilan. Pembebankan pajak kepada masyarakat yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan masyarakat akan enggan membayar pajak. Maka
dari itu harus di jalankan dengan baik dan bijaksana, agar tidak ada org
yg melanggar terhadap pajak

Daftar Pustaka
https://setjen.kemenkeu.go.id/in/page/banding-dan-gugatan

https://chat.openai.com/chatGPT

Anda mungkin juga menyukai