Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERADILAN PAJAK

Hukum Pajak Kelas C


Dosen Pengampu : Dr. Holyness Singadimedja, S.H., M.H.

Anggota Kelompok 2 :

Assyura Zumarnis 110110210111


Dwi Syifa Apriliyanti 110110210119
Lidya Rizkiana Maharani 110110210121
Siti Nabila Salmaa 110110210123
Nadya Hanifah 110110210124

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2023
SEJARAH PERADILAN PAJAK

Peradilan (rechtspraak) Pajak memiliki pengertian yang berbeda dengan Pengadilan


(rechtsbank) Pajak. Menurut Rochmat Soemitro, peradilan, pengadilan, dan badan pengadilan
merupakan hal yang berbeda. Pengertian peradilan lebih menekankan pada proses dalam
mencari keadilan, sedangkan arti pengadilan lebih kepada cara mencari keadilan. Kemudian
adapun pengertian dari Badan Pengadilan yang merujuk kepada institusi/instansi pemerintah,
dewan, hakim1.
Di Indonesia, peradilan pajak telah mengalami perkembangan. pengadilan pajak telah
ada pada masa sebelum kemerdekaan dan lebih dikenal sebagai peradilan. Peradilan dapat
dibedakan, yakni peradilan tingkat pertama dan kedua. Peradilan pertama tidak dapat
dikatakan sebagai peradilan dalam arti yang sebenarnya atau peradilan murni. Hal ini
disebabkan instansi yang melaksanakan fungsi peradilan adalah sama dengan yang
melakukan penetapan pajak. Perkembangan peradilan pajak di Indonesia dimulai dari zaman
sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan, yakni :
1. Institusi Pertimbangan Pajak (IPP)
Pada tahun 1915, lembaga ini didirikan dengan menggunakan dasar hukum
staatsblad 1915 Nomor 707. Institusi Pertimbangan Pajak (IPP) merupakan lembaga
yang berkedudukan di ibukota negara Batavia (sekarang DKI Jakarta). Tujuan dari
IPP yaitu untuk memberikan sarana atau wadah bagi wajib pajak guna
mempertahankan hak-hak dan mendapatkan perlindungan di Pengadilan bidang pajak
dan fiskus mempertahankan penegakan kepatuhan pajak2.

2. Majelis Pertimbangan Pajak (MPP)


MPP merupakan lembaga yang didirikan berdasarkan Regeling Van het
Beroep in Belastingzaken Staatsblad 1927 Nomor 29. Majelis Pertimbangan Pajak
(MPP) merupakan sebuah badan peradilan administrasi dibidang perpajakan yang
memiliki tugas untuk memberikan keputusan atas permohonan banding terkait
pajak-pajak negara (sepanjang dalam ordonansi atau undang-undang yang
bersangkutan diberikan kemungkinan naik banding), pajak-pajak daerah swatantra
(sepanjang berdasarkan Peraturan Pungutan dan Penagihan Pajak-Pajak Provinsi), dan

1
Y. Sri Pudyatmoko, Pengadilan dan Penyelesaian Sengketa di Bidang Pajak, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta :2009, hlm.1.
2
Argo Swargo, Sejarah Peradilan Pajak di Indonesia, diakses melalui
https://www.academia.eduå/43098458/Sejarah_peradilan_pajak Pada 8 November 2023
pajak yang dikenakan oleh swapraja (sepanjang yang diperkenankan untuk minta
banding).
3. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
Lembaga ini dibentuk pada tahun 1997 melalui UU No. 17 Tahun 1997 yang
berlaku mulai 1 Januari 1998. UU BPSP ini sekaligus mencabut Regeling Van het
Beroep Belastingzaken berdasarkan Staatsblad Tahun 1927 Nomor 29. BPSP
berkedudukan di ibukota negara. BPSP juga mempunyai kedudukan atau tempat lain
dalam daerah hukumnya. Susunan organisasi BPSP terdiri dari:
1) pimpinan yang terdiri dari 1 orang ketua dan satu orang wakil
2) anggota
3) sekretaris
BPSP dimaksudkan untuk menggantikan tugas-tugas MPP yang dianggap
sudah tidak memadai dan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dalam
menyelesaikan sengketa pajak secara lebih baik, yakni penyelesaian yang adil dengan
prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana.3

4. Pengadilan Pajak
Lembaga ini dibentuk berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2002. Dengan
berlakunya undang-undang ini, maka lembaga sebelumnya yang merupakan Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak berubah menjadi Pengadilan Pajak. Dalam kata lain,
Pengadilan Pajak merupakan kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan Khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara yang dimana melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak4. Namun,
meskipun Pengadilan Pajak berada di Pengadilan Khusus di lingkungan PTUN,
Pengadilan Pajak juga memiliki tugas-tugas eksekutif yang akan dilaksanakan oleh
Pengadilan Pajak. Dalam Pengadilan Pajak terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota,
Sekretaris, dan Panitera. Pimpinan Pengadilan Pajak terdiri dari seorang Ketua dan
paling banyak 5 orang wakil ketua. Wakil ketua dapat lebih dari 1 didasarkan pada
jumlah jumlah Sengketa Pajak yang harus diselesaikan. Sedangkan, hakim pengadilan

3
Hukum Online, Pengadilan Pajak dari Masa ke Masa, 2013.
https://www.hukumonline.com/berita/a/pengadilan-pajak-dari-masa-ke-masa-lt50ebf7c92e425/?page=all# diakses pada 8
November 2023.
4
Benny, Yadhy. Upaya Hukum Pajak : Mengenal Upaya Hukum di Bidang Perpajakan dan Hukum Acaranya, Unit Penerbitan
PKN STAN, Tangerang Selatan : 2018, hlm. 55.
pajak akan diangkat oleh Presiden dari daftar nama calon yang diusulkan oleh Menteri
Keuangan setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
Pengadilan Pajak memiliki tugas dan wewenang sebagai pengadilan tingkat
pertama dan terakhir untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak5. Sehingga
putusan pengadilan pajak tidak dapat diajukan gugatan ke peradilan umum, peradilan
tata usaha negara, atau badan peradilan lain, kecuali putusan berupa “tidak dapat
diterima” terkait kewenangan atau kompetensi. Sengketa pajak merupakan sengketa
yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat digugat ke
pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk
gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan pajak
dengan surat paksa. Selain kewenangan untuk menyelesaikan sengketa pajak,
pengadilan pajak juga berwenang untuk mengawasi kuasa hukum yang memberikan
bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa pada Pengadilan Pajak. Selain
itu, pengadilan pajak juga dapat memanggil atau meminta data atau keterangan terkait
sengketa pajak dari pihak ketiga untuk keperluan pemeriksaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Upaya hukum di bidang perpajakan dalam pengimplementasiannya dalam
lapangan hukum administrasi dilakukan tahapan melalui lembaga keberatan. Dalam
sistem self assessment dapat dipelihara dan ditingkatkan dengan cara menghukum
siapapun yang melakukan tindak pidana perpajakan dan melaksanakan hukuman baik
yang bersifat administratif maupun pidana kepada siapapun yang melakukan
pelanggaran (deterrent effect).6
Upaya Administratif dalam menyelesaikan sengketa pajak dapat berupa
pembetulan, pengurangan, atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau
pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP), dan
keberatan
Ruang lingkup dari upaya administratif sendiri yaitu:
1. Pembetulan : Kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
objeknya yaitu Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan

5
Ibid,, hlm. 56.
6
Mahkamah Agung RI, 2017, Problematika Sengketa Pajak Dalam Mekanisme Peradilan Pajak di Indonesia, hlm. 53
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak, SK Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang,
Surat Ketetapan Pajak Bumi Dan Bangunan, Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
Dan Bangunan, SK Pemberian Pengurangan PBB Atau SK Pengurangan
Denda PBB.
2. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi: Dirjen Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga denda
dan kenaikan yang terutang berdasarkan Undang-Undang Perpajakan apabila
sanksi tersebut dikenakan bukan atas kesalahan Wajib Pajak.
3. Pengurangan atau Pembatalan SKP atau STP: Hal ini dapat dilakukan dengan
ketentuan pada Pasal 14 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
4. Keberatan: Ruang lingkupnya adalah SK Pajak Kurang Bayar, SK Pajak
Kurang Bayar Tambahan, SK Pajak Lebih Bayar, SK Pajak Nihil, atau
Pemotongan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak.7

7
Rachel Yolanda Pratiwi, 2022, Upaya Administratif Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Pajak.com.
DAFTAR PUSTAKA
Argo Swargo, Sejarah Peradilan Pajak di Indonesia, diakses melalui
https://www.academia.eduå/43098458/Sejarah_peradilan_pajak Pada 8 November
2023
Benny, Yadhy. Upaya Hukum Pajak : Mengenal Upaya Hukum di Bidang Perpajakan dan
Hukum Acaranya, Unit Penerbitan PKN STAN, Tangerang Selatan : 2018.
Hukum Online, Pengadilan Pajak dari Masa ke Masa, 2013.
https://www.hukumonline.com/berita/a/pengadilan-pajak-dari-masa-ke-masa-lt50e
bf7c92e425/?page=all# diakses pada 8 November 2023.
Mahkamah Agung RI, 2017, Problematika Sengketa Pajak Dalam Mekanisme Peradilan
Pajak di Indonesia.
Pratiwi Y, Rachel. 2022. Upaya Administratif Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak.
Pajak.com.
Y. Sri Pudyatmoko, Pengadilan dan Penyelesaian Sengketa di Bidang Pajak, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta : 2009.

Anda mungkin juga menyukai