SENGKETA PAJAK
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Fujaanggri 2019520014P
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah Seminar Perpajakan tepat pada
waktunya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan yang
diberikan oleh Ibu Vhika Meiriasari, SE., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar
Perpajakan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Vhika Meiriasari, SE., M.Si yang
telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
Seminar Perpajakan, baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup Universitas Indo Global
Mandiri. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi kalangan pelajar,
mahasiswa, mapun praktisi pajak.
Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. DASAR HUKUM…………………………………………………………………..5
B. PENGADILAN PAJAK……………………………………………………………5
C. GUGATAN PAJAK………………………………………………………………..6
D. JANGKA WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN…………………….10
E. BANDING………………………………………………………………………...10
F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAINYA LELANG…………………..11
G. PENINJAUAN KEMBALI……………………………………………………….12
CONTOH KASUS………………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….21
3
PENDAHULUAN
Sengketa pajak adalah adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan
Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
pajak apabila bisa di hindari tentunya setiap wajib pajak berusaha semaksimal mungkin untuk
menghindari sengketa pajak hal ini dikarenakan butuh waktu yang lama untuk penyelesaian
Upaya yang bisa ditempuh oleh wajib pajak dalam penyelesaian sengketa pajak sendiri ada 4
macam, yaitu :
1. Keberatan
2. Banding
3. Gugatan
4. Peninjauan Kembali
4
A. DASAR HUKUM
a. Pasal 1 angka 5 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
b. Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] , Pasal 27 ayat [1] Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
B. PENGADILAN PAJAK
Pengertian
Kedudukan
c. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan oleh Ketua.
5
b. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus
Sengketa Pajak
c. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atas Keputusan pembetulan atau, Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
e. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada
pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.
f. Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan
dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
a. Pengadilan Pajak terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris dan Panitera
b. Pimpinan Pengadilan Pajak terdiri seorang Ketua dan paling banyak 5(lima) orang
Wakil Ketua
C. GUGATAN PAJAK
Definisi Gugatan
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak definisi gugatan adalah sebagai berikut :
“Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang
dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku”
6
Ruang Lingkup Pengajuan Gugatan
Sebagai dasar hukum pengajuan gugatan adalah Pasal 23 ayat (2) UU No. 28 Tahun
2007 Tentang KUP yang berbunyi sebagai berikut :
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada
badan peradilan pajak.”
Dari ketentuan pasal 23 ayat (2) tersebut langsung dapat kita ketahui bahwa lingkup
masalah perpajakan yang dapat diajukan gugatan adalah lebih luas/banyak bila dibandingkan
dengan pengajuan banding. Banding hanya mengakomodir permasalahan dari Surat
Keputusan Keberatan, sedangkan gugatan dapat meliputi gugatan terhadap berbagai
keputusan dibidang penagihan pajak, berbagai keputusan dibidang keberatan pajak,
pengurangan pajak, pembatalan pajak serta keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan.
Khusus untuk pengajuan gugatan atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan penerbitan
Surat Ketetapan Keberatan terdapat Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail yaitu
Pasal 36 ayat (2) huruf g dan huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
selengkapnya sebagai berikut :
Berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) ini SKP berdasarkan hasil pemeriksaan yang
tidak sesuai prosedur yang dapat digugat adalah atas SKP hasil pemeriksaan yang dimulai
setelah tanggal 31 Desember 2007 tanpa memperhatikan tahun pajak yang diperiksa, artinya
bila pemeriksaan telah dimulai 1 Januari 2008 (dimulainya pemeriksaan sederhana lapangan
adalah terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak)
walaupun tahun pajak yang diperiksa tahun 2007 ke bawah apabila prosedur pemeriksaan
dilanggar maka atas SKP hasil pemeriksaan tersebut dapat diajukan gugatan ke Pengadilan
Pajak. Namun apabila jenis prosedur yang dilanggar dalam pemeriksaan adalah pemeriksa
tidak terlebih dahulu memberikan kesempatan pada Wajib Pajak untuk melakukan
pembahasan akhir-Closing Conference atau tidak terlebih dahulu mengirimkan SPHP, maka
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembatalan berdasarkan kuasa Pasal 36 ayat (1)
huruf d UU No. 28 Tahun 2007 Tentang KUP (mengenai hal ini lihat artikel berjudul :
Permohonan Pembatalan SKP Dari Hasil Pemeriksaan Tanpa Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan Atau Pembahasan Akhir berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf d UU No. 28
Tahun 2007 Tentang KUP).
Sama halnya dengan SKP hasil pemeriksaan, atas Surat Keputusan Keberatan yang
dapat diajukan gugatan ke pengadilan pajak adalah Surat Keputusan Keberatan yang
pengajuan keberatannya diajukan setelah tanggal 31 Desember 2007, dengan demikian atas
Surat Keputusan Keberatan yang pengajuan keberatannya sebelum 31 Desember 2007 hanya
dapat diajukan banding ke pengadilan pajak.
Ruang lingkup kewenangan Pengadilan Pajak atas pengajuan gugatan adalah
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal Pasal 31 ayat (3) UU No.14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak sebagai berikut :
“Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
8
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku”.
Pajak.
4. Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau
kuasa hukumnya.
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau
E. BANDING
Proses banding merupakan upaya hukum yang dapat diambil untuk memutiskan
sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak
dengan Direktorat Jendral Pajak sebagai akibat dikeluarkannya Surat Keputusan Keberatan.
Dasar hukum
“definisi banding dalam undang undang tersebut adalah “upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang
dapat diajukan Banding,berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan yang
berlaku”
b. Lebih jauh Pasal 31 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menjelaskan lingkup sengketa
yang dapat diajukan banding yaitu,” Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya
memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang undangan yang berlaku”
c. Pasal 27 Undang undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP, mengandung point
penting dalam tindakan banding sebagai berikut :
2. Diajukan paling lama 3 bulan sejak Surat Ketetapan Keberatan diterima dilampiri
copy SK tersebut
3. Pajak terutang saat pengajuan banding belum merupakan utang pajak dan
tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak putusan banding
10
4. Apabila banding ditolak atau dikabulkan sebagian , WP dikenai sanksi 100% dari
pajak kurang bayar setelah dikurangi sebagian pajak yang telah dibayar sebelum
pengajuan banding.
b. Surat banding diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya
e. Dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang,
Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah
diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
11
Apabila setelah pelaksanaan lelang wajib pajak memperoleh keputusan kebveratan atau
putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi kurang atau nihil sehingga
menimbulkan kelebihan pembayaran pajak maka wajib pajak tidak dapat meminta atau tidak
berhak menuntyut pengembalian barang yang telah dilelang, kelebihan pembayaran pajak
tersebut dikembalikan dalam bentuk uang.
Putusan Banding
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban
atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.Putusan Banding merupakan
putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata Usaha
Negara Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian
besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak.
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.
G. PENINJAUAN KEMBALI
Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak,
maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung melalui Pengadilan Pajak.
a. Permohonan peninjauan kembali (PK) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada
Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak.
b. Permohonan peninjauan kembali (PK) tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
c. Permohonan peninjauan kembali (PK) dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal
sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
12
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di pengadilan Pajak akan menghasilkan
putusan yang berbeda;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak, dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut, kecuali yang diputus berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya atau
menambah Pajak yang harus dibayar;
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya; atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.
13
yaitu dalam hal di tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon peninjauan
kembali tidak terdapat Pengadilan Tata Usaha Negara, permohonan dapat diajukan
kepada Pengadilan Negeri tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon
b. Diajukan secara tertulis oleh Pemohon, Ahli Waris, atau kuasa hukum yang ditunjuk
secara khusus untuk itu dengan menyebutkan alasan-alasan dan dilampiri bukti-bukti.
- Pemohon, yaitu para pihak yang berperkara
- Ahli waris, dalam hal para pihak yang berperkara telah meninggal dunia
- Kuasa hukum,
Dasar hukum :
- Pasal 68 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang
No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo Pasal 3 Per MA No. 03 Tahun
2002 tanggal 23 Oktober 2002.
- Pasal 123 Het Herziene Indonesish Reglement (HIR)
- SE MA No. 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa Khusus
14
Prosedur Peninjauan Kembali Dalam Sengketa Pajak
Berdasarkan pasl 77 ayat 3 UU No. 14 /2002 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang
bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada
Mahkamah Agung.
Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 ( satu ) kali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.(Pasal 92 UU No. 14 /2002) :
a. Pengajuan permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan alasan- alasan suatu
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus
atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu,
maka dalam jangka waktu paling lambat 3 ( tiga ) bulan terhitung sejak diketahuinya
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan Pidana
memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Pengajuan permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan alasan-alasan terdapat
bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada
tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda,
maka dalam jangka waktu paling lambat 3 ( tiga ) bulan terhitung sejak ditemukan
surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah
sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Pengajuan permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan alasan-alasan
dikabulkannya suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut kecuali
yang diputus berdasarkan pasal 80 ayat (1) berupa : mengabulkan sebagian atau
seluruhnya dan menambahkan pajak yang harus dibayar.
15
- Dalam jangka waktu 6 ( enam ) bulan sejak permohonan Peninjauan Kembali
diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan
Pajak mengambil putusan memelalui acara cepat ;
b. Putusan atas permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum ;
16
- Biaya pengiriman uang melalui bank ;
1. Ongkos kirim berkas ;
2. Beaya pemberitahuan berupa :
Pemberitahuan pernyataan PENINJAUAN KEMBALI dan alasan
PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan atas jawaban PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan penyampaian salinan putusan kepada pemohon
PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan bunyi putusan PENINJAUAN KEMBALI kepada
termohon PENINJAUAN KEMBALI
i. Foto copy relas pemberitahuan bunyi putusan Mahkamah Agung agar supaya dikirim
ke Mahkamah Agung
17
CONTOH KASUS
Kronologi :
Wajib Pajak adalah anak perusahaan dari suatu grup usaha yang menjalankan sistem cash
pooling.
DJP melakukan pemeriksaan untuk tahun pajak 2005 dan menerbitkan surat ketetapan
pajak lebih bayar (SKPLB) pajak penghasilan pada tanggal 22 Maret 2007 dengan salah
satu pokok koreksi adalah biaya bunga cash pooling.
Wajib pajak tidak menyetujui keseluruhan koreksi DJP dan mengajukan permohonan
keberatan dan upaya hukum melalui permohonan banding di pengadilan pajak.
Atas pengajuan banding tersebut majelis hakim memutuskan untuk membatalkan koreksi
biaya bunga cash pooling dan mengabulkan sebagian permohonan banding pemohon
banding melalui putusan pengadilan pajak tanggal 17 januari 2011.
Atas putusan pengadilan pajak tersebut, DJP mengajukan PK (Peninjauan Kembali) ke
kepaniteraan pengadilan pajak pada tanggal 13 Mei 2011.
18
Pemohon PK melakukan koreksi biaya bunga cash pooling dengan tiga
pertimbangan. Pertama, sistem cash pooling tidak dikenal dalam perpajakan Indonesia
sehingga atas biaya bunga cash pooling yang dibayarkan tidak dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan.
Kedua, rata-rata tingkat suku bunga wajar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 14%, sedangkan bunga cash pooling yang dibebankan adalah sebesar 15%. Ketiga,
Majelis Hakim Pengadilan Pajak tidak melakukan analisis kewajaran dan analisis fungsi lebih
lanjut berdasarkan Pasal 18 ayat (3) UU PPh.
Di lain pihak, Termohon PK (wajib pajak) berpendapat bahwa dasar koreksi Pemohon
PK tidak kuat karena hanya beranggapan bahwa cash pooling tidak diatur dalam perpajakan
maka atas transaksi bunga cash pooling tidak diakui biayanya. Padahal, cash
pooling merupakan suatu program terpadu yang dibentuk dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan dana, di mana perusahaan anak yang kekurangan dana
untuk pembiayaan operasionalnya dapat langsung terpenuhi dengan cash pooling.
Lebih lanjut, transaksi cash pooling yang dilakukan oleh Termohon PK dengan
perusahaan induk didasarkan pada Perjanjian Cash Pooling yang mengatur bahwa dana yang
dimiliki Termohon PK akan dipusatkan pada rekening bank perusahaan induk. Dalam hal
ternyata dana Termohon PK yang ada di rekening bank perusahaan induk tidak mencukupi
maka perusahaan induk akan menutupi kebutuhan dana pihak Termohon PK dan akan
dikenakan bunga maksimal sebesar tingkat bunga pasar.
Selain itu, atas bunga cash pooling yang dibayarkan kepada perusahaan induk yang
menerima penghasilan merupakan objek PPh Pasal 23 yang telah Termohon PK potong dan
setorkan ke kas negara. Dengan demikian, biaya bunga cash pooling seharusnya dapat
dibiayakan oleh Termohon PK (deductible expense).
19
Hasil putusan PK ini mengkonfirmasi bahwa biaya bunga cash pooling merupakan biaya
yang dapat dibiayakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak karena berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan
http://www.ortax.com
http://www.pajakonline.com
http://www.news.ddtc.co.id
21