Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nita Dwi Indriana Astuti Jurusan : Adm Publik (Adm Perpajakan)

NPM : CA181110386 Mata Kuliah : Pengawasan dan Peradilan Pajak


Kelas : A4-18-01A

1. Jelaskan macam sengketa pajak yang saudara ketahui


Jawaban :
a. Keberatan
Keberatan adalah tindakan yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa tidak/kurang puas atas
suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak
ketiga, dengan cara dengan menyampaikan surat keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak.
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan (yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pajak) terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang diajukan oleh Wajib Pajak.
b. Banding
Jika setelah diajukan keberatan dan wajib pajak merasa belum puas dengan hasilnya maka
selanjutnya diperbolehkan untuk mengajukan banding. Upaya banding diajukan wajib pajak melalui
Badan Peradilan Pajak. Banding yaitu upaya hukum yang bisa dilakukan oleh wajib pajak maupun
penanggung pajak terhadap suatu keputusan atas keberatan yang diperbolehkan diajukan banding
sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan yang berlaku.
c. Gugatan
Gugatan merupakan upaya hukum yang bisa dilakukan oleh wajib pajak maupun penanggung pajak
pada pelaksanaan penagihan pajak maupun keputusan yang bisa diajukan gugatan sebagaimana
peraturan perundangan dalam perpajakan yang dapat diajukan sebuah gugatan.
Putusan gugatan yaitu keputusan dari badan peradilan pajak terhadap gugatan pada hal-hal yang
berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan dalam perpajakan dimana bisa diajukan gugatan.
d. Peninjauan Kembali
Bila wajib pajak masih merasa belum puas dengan putusan banding yang diterimanya maka
langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah mengajukan peninjauan kembali. Hak untuk
mengajukan peninjauan kembali tersebut dilakukan kepada Mahkamah Agung (MA).
Pengajuan permohonan peninjauan kembali kepada MA bisa dicabut oleh wajib pajak selaku pihak
yang mengajukannya sebelum terjadinya putusan. Jika hal ini dilakukan maka otomatis permohonan
peninjauan kembali tersebut sudah tidak bisa diajukan kembali.

Karakteristik utama sengketa pajak sebagai berikut:


a. Sengketa yang timbul dalam ruang lingkup administrasi perpajakan,
b. Para pihak yang bersengketa adalah WP atau Penanggung Pajak dengan DJP sebagai
institusi/pejabat yang berwenang mengelola administrasi perpajakan,
c. Terdapat keputusan tata usaha negara yang dapat diajukan Banding atau Gugatan sebagai pokok
sengketa,
d. Forum penyelesaian sengketa yang dipilih untuk menyelesaikan sengketa (choice of forum) adalah
Pengadilan Pajak, dan
e. Referensi hukum yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa (choice of law) adalah peraturan
perundang-undangan dibidang perpajakan.

2. Jelaskan bagaimana penyelesaian sengketa pajak melalui mekanisme “pengadilan administrasi (peradilan
semu/quasi peradilan)
Jawaban :
Pasal 16 dan Pasal 36 UU KUP memberikan pilihan penyelesaian sengketa pajak melalui
mekanisme “pengadilan administrasi (peradilan semu/quasi peradilan)” melalui proses pembetulan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan keputusan
administrasi (Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak) yang tidak benar serta pembatalan hasil
pemeriksaan pajak yang dilakukan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir dengan Wajib Pajak.

3. Lalu apa hubungan antara pengadilan administrasi dengan peradilan pajak tidak murni?
Jawaban :
a. Pengadilan administrasi murni ialah suatu hubungan segitiga antara para pihak dan badan atau pejabat
yang mengadili. Peradilan melibatkan tiga pihak, yaitu wajib pajak, fiskus dan hakim yang mengadili.
Wajib pajak dan fiskus adalah pihak yang bersengketa sedangkan hakim atau majelis hakim Pengadilan
Pajak adalah pihak yang akan memutuskan sengketa tersebut. Contoh dari peradilan administrasi
murni dapat dilihat dalam pengajuan banding ke Pengadilan Pajak yang diatur dalam pasal 27 UU No. 6
Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, dan Pengadilan Pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
sebagai kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1997.
b. Peradilan Aministrasi Tidak Murni adalah semua peradilan yang tidak sepenuhnya memenuhi syarat-
syarat peradilan administrasi murni seperti tersebut diatas. Peradilan Administrasi tidak murni
merupakan peradilan Administrasi yang hanya melibatkan dua pihak yang bersengketa, yaitu pihak
wajib pajak dan pihak fiskus tanpa melibatkan pihak ketiga yang independen. Fiskus sebagai pihak yang
bersengketa sekaligus menjadi pihak yang mengambil keputusan (hakim doleansi) dalam perselisihan
pajak yang bersangkutan Contoh peradilan Administrasi tidak murni dapat dilihat dalam pengajuan
keberatan (doleansi) yang diatur dalam pasal 25 dan 26 UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana diubah
terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 jo. UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan

4. Apa institusi peradilan administrasi murni dan peradilan administrasi tidak murni?
Jawaban :
a. Institusi peradilan administrasi murni
Ciri khas Peradilan administrasi murni adanya suatu hubungan segitiga antara para pihak dan
badan atau pejabat yang mengadili. Peradilan melibatkan tiga pihak, yaitu wajib pajak, fiskus dan
hakim yang mengadili. Wajib pajak dan fiskus adalah pihak yang bersengketa sedangkan hakim atau
majelis hakim Pengadilan Pajak adalah pihak yang akan memutuskan sengketa tersebut. Contoh dari
peradilan administrasi murni dapat dilihat dalam pengajuan banding ke Pengadilan Pajak yang diatur
dalam pasal 27 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan Pengadilan Pajak berdasarkan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2002 sebagai kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997.
b. Institusi peradilan administrasi tidak murni
Peradilan Administrasi tidak murni merupakan peradilan Administrasi yang hanya melibatkan dua
pihak yang bersengketa, yaitu pihak wajib pajak dan pihak fiskus tanpa melibatkan pihak ketiga yang
independen. Fiskus sebagai pihak yang bersengketa sekaligus menjadi pihak yang mengambil
keputusan (hakim doleansi) dalam perselisihan pajak yang bersangkutan

5. Jelaskan apakah dalam Penyelesaian Sengketa Pajak Bisa Menggunakan Upaya di Luar Pengadilan Pajak di
Indonesia.
Jawaban :
Secara formal lembaga penyelesaian sengketa bisa melalui prosedur yang disepakati para pihak di
luar pengadilan (non litigasi) atau yang lazim dinamakan dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa yakni dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli yang dikenal dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU Arbitrase dan APS”).

6. Apa yang menjadi dasar pertimbangan penyelesaian Sengketa Pajak menggunakan upaya di Luar
Pengadilan Pajak seperti yang telah diterapkan di beberapa mancanegara? Jelaskan

Anda mungkin juga menyukai