b. Syarat Khusus (sebagai suatu instansi peradilan administrasi dalam bidang pajak)
• Salah satu pihak merupakan bagian dari administrasi negara, dalam hal ini DJP
• Hukum yang diterapkan harus bersifat “hukum publik” termasuk hukum administrasi
negara.
D. Keberatan
Keberatan adalah tindakan yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa tidak/kurang
puas atas suatu tetapan pajak yang dikenakan padanya atau aats pemotongan/pemungutan oleh
pihak ketiga, dengan cara menyampaikan surat keberatan hanya kepada DJP.
Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan (yang dikeluarkan
oleh Dirjen Pajak) terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan/pemungutan oleh
pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Cara penyampaian :
➢ Penyampaian secara langsung (melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi
Perpajakan/ Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan dalam wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.
➢ Pos dengan bukti pengiriman surat; atau
➢ Melalui perusahaan ekspedisi/jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau
➢ E-filling melalui ASF.
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan jumlah
pajak terutang, dipotong/diungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan WP disertai dengan
alasan yang menjadi dasar perhitungan. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan
sejak tanggal dikirim SKP/sejak tanggal pemotongan/pemungutan pajak kecuali apabila WP
menunjukkan bahwa jangka waktu tidak dapat dipenuhi karena keadaan tertentu.
Dirjen pajak harus memberikan keputusan atas surat keberatan paling lambat 12 bulan
sejak diterima surat keberatan WP.
WP yang tidak memenuhi persyaratan akan dikirimkan jawaban tertulis dengan surat
biasa (bukan surat keputusan penolakan) paling lambat 1 bulan sejak waktu pengajuan
keberatan berakhir.
Keputusan keberatan daapt diterima sepenuhnya, setengah, ditolak dan menambah
jumlah pajak. Apabila WP belum puas dengan keputusaan yang diberikan atas keberatan maka
WP dapat mengajukan banding.
E. Banding
Pengertian
• Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP terhadap suatu keputusan yang dapat
diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
• Putusan banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
• Keputusan yang dimaksudkan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan
yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang (Dirjen Pajak, Dirjen Bea & Cukai, Gubernur,
Bupati/Walikota, atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan peraturan perundang-
undangan perpajakan) berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dan
dalam rangka pelaksanaan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
• Banding dapat diajukan oleh WP, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.
• Terhadap 1 keputusan diajukan 1 surat banding
• Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal
diterima surat keputusan yang disbanding.
• Pada surat banding dilampiri salinan keputusan yang dibanding termasuk foto copy atau
lembaran lainnya.
• Setelah persyaratan bahwa banding diajukan dalam bahasa Indonesia dan syarat butir
2,3 dan 4 terpenuhi, tetapi dalam hal banding diajukannya terhadap besarnya jumlah
pajak terutang, maka banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang
dimaksud telah dibayar 50%.
• Dapat terjadi dalam proses banding, ternyata pemohon banding meninggal dunia, maka
banding dapat diajukan oleh ahli warisnya, atau pengampunnya dalam hal pemohon
banding pailit.
• Selama proses banding, pemohon banding melakukan penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan banding dapat dilanjutkan
oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena hal-hal tersebut.
• Pemohon banding dapat melengkapi surat bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang
berlaku sepanjang masih memenuhi syarat sebagai berikut:
o Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada
pengadilan pajak
o Terhadap 1 keputusan diajukan 1 surat banding.
Pencabutan Banding
• Penetapan ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum siding
dilaksanakan
• Keputusan majelis melalui pemeriksaan dalam hal suarat pernyataan pencabutan
diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
Banding yang telah dicabut melalui penetapan/putusan di atas tidak dapat diajukan
banding kembali.
F. Gugatan
Upaya hukum yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap
pelaksanaan penagihan pajak/terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Berikut adalah objek gugatan:
• Pelaksanaan penagihan Pajak
• Terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, antara lain :
o Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU No.28
Tahun 2007 yang berakitan dengan Surat Tagihan Pajak
o Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UU No. 28 Tahun 2007 yang
berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak
Jangka waktu untuk mengajukan gugatan adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan
penagihan dan jangka waktu untuk keputusan selain gugatan adalah 30 hari sejak tanggal
diterimanya keputusan yang digugat.
Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya yang disertai dengan alasan-alasan yang jelas.
Terhadap gugatan dapat diajukan surat pernyataan pencabutan pada pengadilan pajak.
Gugatan yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:
Pengertian kelengkapan dimaksud antara lain fotokopi putusan yang dibanding atau
digugat.
Dilakukan terhadap:
o Sengketa pajak tertentu (Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau
ayat (6).
o Dilakukan tanpa surat uraian banding/surat tanggapan & tanpa surat bantahan.
H. Pembuktian
Alat bukti dapat berupa:
1. Surat atau tulisan (akta autentik, akta di bawah tangan, surat keputusan/ketetapan
yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang, dan surat-surat lain yang ada
kaitannya dengan banding atau gugatan)
2. Keterangan ahli (Pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya)
3. Keterangan para saksi (apabila keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami,
dilihat, atau didengar sendiri oleh saksi.
4. Pengakuan paraa pihak (tidak dapat ditarik kembali kecuali ada alasan kuat yang
dapat diterima oleh Majelis atau Hakim Tunggal.
5. Pengetahuan Hakim (hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya Hakim
menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian dan penilaian
pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan +-2 alat bukti)
Pelaksanaan Putusan
Putusan Pengadilan Pajak ini langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan
lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali putusan perundang-undangan mengatur
lainnya.
Putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan sebagian atau seluruh banding, kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar dua persen sebulan
untuk paling lama 24 bulan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya salinan putusan atau salinan penetapan pengadilan pajak
dikirim kepada para pihak dengan surat oleh sekretaris dalam jangka waktu 30 hari sejak
tanggal putusan pengadilan pajak diucapkan atau dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal
putusan selanjutnya diucapkan. Putusan pengadilan pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang
berwenang dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal diterima putusan.
Peninjauan Kembali
1. Alasan-alasan peninjauan kembali
• Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti kemudian oleh hakim
pidana dinyatakan palsu;
• Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila
diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan pajak akan menghasilkan keputusan berbeda;
• Apabila telah dikabulkan suatu hal yang dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali
yang diputus berdasarkan Putusan PP yakni mengabulkan sebagian atau seluruhnya; dan Putusan PP
berupa menambah Pajak yang harus dibayar;
• Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
sebabnya
• Apabila terdapat suatu putusan yang nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan UU yang
berlaku.
Menurut Adam Smith, prinsip yang paling utama dalam rangka pemungutan pajak adalah
keadilan dalam perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga
negara hendaknya berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah, yaitu dengan membandingkan
penghasilan yang diperolehnya dengan perlindungan yang dinikmatinya dari negara. Asas
keadilan yang disebut Adam Smith sebagai "the equity principle" yaitu pemungutan pajak
harus dibebankan secara adil.
1. Keadilan horizontal
Mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan pajak harus secara umum dan merata,
yang berarti Semua orang mempunyai kemampuan ekonomis atau yang dapat tambahan
kemampuan ekonomis yang sama harus dikenakan pajak yang sama.
2. Keadilan vertical
Pada hakikatnya nya yang berkenaan dengan kewajiban membayar pajak yang
kemampuan membayarnya tidak sama, yaitu semakin besar kemampuannya untuk
membayar pajak harus semakin besar tarif pajak yang dikenakan.
Dari kedua Pengertian tersebut menurut Prof. Mansury bahwa pemungutan pajak adalah
adil, apabila orang-orang yang berada dalam keadaan ekonomi yang sama dikenakan pajak
yang sama, sedangkan orang-orang yang keadaan ekonominya tidak sama harus diperlakukan
tidak sama setara dengan tidak ketidaksamaan itu. (Mansury,R, 1996:9-10).
Dalam teori tentang keadilan dalam pemungutan pajak ini diperkuat oleh Richard A.
Musgrave dan Peggy Musgrave dalam bukunya yang berjudul Public Finance in Theory and
Practice mengemukakan dua pendekatan yang merupakan dasar bagi fiskus untuk memungut
pajak, yakni Benefit Principle dan Ability to Pay Principle, sebagai berikut:
Beberapa penekanan khusus dari kedua pendekatan tersebut di atas pendapat kita catatan
berikut ini:
a. Dalam suatu sistem perpajakan yang adil, bila ada pendekatan pertama, Setiap wajib
pajak harus membayar sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan pemerintah,
sehingga jumlah pajak yang harus dibayar itu harus berbeda sesuai dengan jumlah pengeluaran
untuk melakukan kegiatan pemerintah, maka pada pendekatan kedua pajak dibebankan kepada
para wajib pajak berdasarkan kemampuan untuk membayar masing-masing.
b. Bila pada pendekatan kedua, dapat diterapkan secara umum untuk memungut pajak
yang diperlukan untuk membiayai semua kegiatan pemerintah, maka pada pendekatan pertama
pemungut pajak hanya dapat diterapkan untuk membiayai kegiatan pemerintah tertentu di
bidang public utilities.