Anda di halaman 1dari 15

KEBERATAN

1. Pengertian

Keberatan pajak (tax objection) adalah “hak” Wajib Pajak yang diatur oleh undang-

undang perpajakan yang berlaku di hampir seluruh negara yang demokratis, terutama yang

sistem perpajakannya menganut self assessment system. Wajib Pajak akan mengajukan

keberatan manakala tidak puas atau kurang puas terhadap suatu ketetapan pajak yang

dikenakan kepadanya.

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam pasal 25 ayat (1) undang-undang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu:

a. Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)

b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)

c. Surat ketetapan pajak nihil (SKPN)

d. Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB), atau

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang-

undangan perpajakan.

Sebagaimana dikemukakan di atas, manakala tidak puas atau kurang puas terhadap

suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan.

Ini berati apabila Wajib Pajak “berpendapat” bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, atau jumlah

pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat (berhak)

untuk mengajukan keberatan kepada direktur jenderal pajak. Atau dengan kata lain, adalah

hak para Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan atas suatu surat ketetapan pajak ataupun

pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga.


Dalam mengajukan keberatannya Wajib Pajak mengemukakan jumlah pajak yang

terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan

Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan. Yang dimaksud dengan

alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan adalah alasan-alasan yang jelas dan dilampiri

dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan atau bukti pemotongan yang

diajukan keberatan.

Pengajuan keberatan disampaikan kepada kantor pelayanan pajak dimana Wajib Pajak

terdaftar. Penanganan mengenai pengajuan keberatan Wajib Pajak dilaksanakan di kantor

wilayah direktorat jenderal pajak yang membawahi kantor pelayanan pajak.

Gambar 1, Skema Pengajuan Keberatan dan Banding


Selanjutnya dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat

keberatan diterima (oleh Kantor Pelayanan Pajak), direktur jenderal pajak harus memberikan

keputusan atas keberatan yang diajukan Wajib Pajak. Kemudian sesuai dengan ketentuan

pasal 26 ayat (3) undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, keputusan

direktur jenderal pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian,

menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar.

Dengan demikian ada kepastian hukum bagi Wajib Pajak yaitu jika dalam jangka

waktu 12 bulan Wajib Pajak tidak menerima keputusan atas keberatan yang diajukannya maka

keberatan Wajib Pajak harus diterima. Dan, adalah “legal” adanya bahwa keputusan direktur

jenderal pajak terhadap pengajuan keberatan bisa berupa: mengabulkan seluruhnya atau

sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar. Menurut surat

Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-203/Pj./2009 Tanggal 13 Agustus 2009 tentang Tertib

Administrasi Dalam Proses Keberatan, Banding Dan Gugatan telah memberikan gambaran

lebih jelas perihal persyaratan dan tertib adminstrasi dalam pengajuan keberatan.

2. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum bagi keberatan antara lain :
a. Pasal 16 sampai dengan pasal 20 undang-undang tentang bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 632/kmk.04/1997 tentang Pemberian Pengurangan

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.


c. Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep - 23/pj.6/1997 tentang Tata Cara Pemberian

Pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.


d. Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep - 22/pj.6/1997 tentang Tata Cara Pengajuan Dan

Penyelesaian Keberatan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

3. Dalam Hal Apa Keberatan Dapat Diajukan?


Keberatan dapat diajukan atas :

a. Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)

b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)

c. Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)

d. Surat ketetapan pajak nihil (SKPN)

e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.

Sebagian besar Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena surat ketetapan pajak

(skp) yang dianggap tidak adil. Dan surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan sebagai

produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan umumnya didahului dengan proses pemeriksaan.

4. Ketentuan Pengajuan Keberatan

Keberatan diajukan kepada kepala kantor pelayanan pajak (kpp) di tempat Wajib Pajak

terdaftar, yang dapat mengajukan keberatan:

a. Bagi Wajib Pajak badan oleh pengurus;

b. Bagi Wajib Pajak orang pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan;

c. Pihak yang dipotong/dipungut pihak ketiga;

Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir diatas dengan syarat:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia.

b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau

dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dan disertai alasan-alasan

yang jelas.

c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun/masa pajak.

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan


penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan surat

keberatan, sehingga tidak diproses.

d. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak

wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib

Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.

5. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan


Adapun jangka waktu pengajuan keberatan antara lain:
a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal skp atau sejak

tanggal dilakukan pemotongan/pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan

jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya


b. Surat keberatan yang diantar langsung ke kantor pelayanan pajak, maka jangka waktu 3

bulan dihitung sejak tanggal skp atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh

pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
c. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka waktu

3 bulan dihitung sejak tanggal skp atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh

pihak ketiga sampai dengan tanggal bukti pengiriman melalui kantor pos dan giro.
Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi syarat

formal. Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika “dalam keadaan

diluar kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Pengajuan

keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

6. Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan direktorat jenderal pajak tidak

memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima
keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau

menambah besarnya jumlah pajak terhutang.

7. Permintaan Penjelasan/Pemberian Keterangan Tambahan


Adapun permintaan/pemberian keterangan tambahan antara lain:
a) Untuk keperluan pengajuan keberatan Wajib Pajak dapat meminta penjelasan/ keterangan

tambahan dan kepala kpp wajib memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal yang

menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan.


b) Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat

keputusan keberatannya diterbitkan.

BANDING

1. Pengertian
Banding adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak apabila Apabila Wajib

Pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan yang

sebelumnya telah diajukan. Pengajuan banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak ke Pengadilan

Pajak sebagai upaya hukum terakhir. Keputusan Pengadilan Pajak tidak dapat diganggu gugat

ke pengadilan umum atau pengadilan tata usaha negara dan putusannya merupakan putusan

akhir dan bersifat tetap.


Pengertian yang tercantum pada Pasal 1 ayat (6) uu No. 14 Tahun 2002 tentang

Pengadilan Pajak, “Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak terhadap suatau keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan

peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.”


Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak, dengan syarat:
a. Tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima
c. Mengemukakan alasan yang jelas
d. Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan
e. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding;
f. Jumlah pajak yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%.
2. Ketentuan Formal Dalam Pengajuan Banding
Ketentuan formal mengenai pelaksanaan banding diatur dalam ketentuan Pasal 27 UU KUP.

UU Pengadilan Pajak, yang bisa diuraikan sebagai berikut :


a) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak

terhadap keputusan keberatan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.


b) Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha negara.
c) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajibannya membayar pajak dan

pelaksanaan penagihan pajak.


Jika Wajib Pajak bersikeras tidak bersedia membayar (sebelum ada keputusan

keberatan atau banding ) maka tindakan penagihan pajak akan dilakukan oleh fiskus sampai

pada tindakan surat paksa, sita dan lelang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, mengacu pada

ketentuan Pasal 43 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan

terhadap pelaksanaan penagihan pajak (ditujukan ke Pengadilan Pajak) yang dibarengi

permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan

sengketa pajak sedang berjalan sampai ada putusan Pengadilan Pajak.

3. Syarat Formal Pengajuan Banding


Syarat-syarat pengajuan banding ditetapkan dlam ketentuan Pasal 27 UU KUP dan

diperjelas lagi dalam hukum acara banding yang tercantum pada Pasal 35 s/d 39 UU

Pengadilan Pajak antara lain :


a) Banding kepada Pengadilan Pajak diajukan secara tertulis (dengan Surat Banding) dalam

bahasa Indonesia.
b) Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa

hukumnya.
c) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan

yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.


d) Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
e) Banding diajukan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima

surat keputusan yang dibanding.


f) Surat Banding dilampiri salinan surat keputusan yang dibanding.
g) Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, banding

hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%

(lima puluh persen)


h) Pemohon Banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang

berlaku, sepanjang masih dalam jangka waktu yang ditetapkan.


Dalam Pencabutan Banding Perlu diperhatikan, bahwa banding yang telah dicabut melalui

penetapan atau putusan tidak dapat diajukan kembali.

4. Proses Pelaksanaan banding


Prosedur dan Tata Cara banding, termasuk batasan jangka waktunya, telah ditetapkan di

dalam ketentuan UU Pengadilan Pajak. Lihat gambar 2 yang mengilustrasikan proses

pelaksanaan banding, dimulai dari terbitnya SKP sampai ke Putusan Banding


Gambar 2, Ilustrasi proses pelaksanaan banding, dimulai dari terbitnya SKP
sampai ke Putusan Banding

Keterangan :
1) Gambar diatas hanya menjelaskan proses banding yang memenuhi ketentuan formal
2) Jangka waktu yang tercantum dalam gambar ini adalah jangka waktu maksimal (paling

lambat)
3) PP = Pengadilan Pajak
4) WAJIB PAJAK = Wajib Pajak Pemohon Banding
5) Terbanding = Fiskus (pejabat berwenang yang mewakili Dirjen Pajak)
6) SUB = Surat Uraian Banding

Dalam ketentuan Pasal 45 ayat (5) UU Pengadilan Pajak telah ditegaskan, bahwa

Pengadilan Pajak tetap akan melanjutkan pemeriksaan banding meskipun fiskus tidak

menyerahkan Surat Uraian banding (SUB) atau Surat Tanggapan dan WAJIB PAJAK

Pemohon Banding tidak menyampaikan Surat Bantahan. Hal itu bisa diartikan, pembuatan
SUB oleh fiskus maupun Surat Bantahan oleh WAJIB PAJAK bukan merupakan suatu

keharusan. Namun, baik SUB maupun Surat Bantahan sebenarnya sangat penting. Sebab,

keduanya bisa menjadi saran untuk saling menyampaikan pendapat, argumen, dan bukti-bukti

dari masing-masing pihak yang bersengketa. Secara tidak langsung hal itu dapat membentuk

opinni yang benar di mata Majelis atau Hakim Pengadilan Pajak yang menangani sengketa.

5. Imbalan Bunga
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau

seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan SKPKBT telah

dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, paling lama

24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran pajak sampai dengan

diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.

Lampiran:
Contoh Form Pemohon Keberatan Wajib Pajak

LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : PER-49/PJ/2009
TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN
PENYELESAIAN KEBERATAN

Nomor : ...................................................... 1)
...................................................... 2)

Lampiran : ...................................................... 3)

Hal : Pengajuan Keberatan

Yth. Kepala KPP .................................... 4)


............................................................
............................................................

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ...................................................... 5)

NPWP : ...................................................... 6)

Alamat : ...................................................... 7)

bertindak
Wajib Pajak
selaku :

Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak :

Nama : ...................................................... 8)
NPWP : ...................................................... 9)
Alamat : ...................................................... 10)

bersama ini mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak (skp)/pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga **):
Jenis surat : ...................................................... 11)

Nomor dan
: ...................................................... 12)
tanggal
Jenis Pajak : ...................................................... 13)

Masa/Tahun
: ...................................................... 14)
Pajak

Alasan keberatan 15)


:
1. Sengketa ............................................................................ ............................................
..............................
dasar koreksi
pemeriksa .................................................... ...................................................................
.........
alasan keberatan dan jumlah menurut Wajib
Pajak ............................................................................................
2. Sengketa ............................................................................ ............................................
.............................
dasar koreksi
pemeriksa .................................................... ...................................................................
........
alasan keberatan dan jumlah menurut Wajib
Pajak ...........................................................................................
3. dst

Berdasarkan hal tersebut di atas maka:


Jumlah pajak yang terutang menurut surat ketetapan pajak sebesar :
..................................16)
Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak sebesar :
..................................17)
Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan sebesar :
..................................18)
Jumlah yang telah dilunasi sebesar ....................19) tanggal ........................20) pada
bank .....................21) dengan NTPP .........................22)

Lampiran23):
No. Jenis Dokumen set/lembar

Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Pengurus/Kuasa*)

................................. 24)

Beri tanda X pada kotak yang sesuai

*) Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai