1. Pengertian
Keberatan pajak (tax objection) adalah “hak” Wajib Pajak yang diatur oleh undang-
undang perpajakan yang berlaku di hampir seluruh negara yang demokratis, terutama yang
sistem perpajakannya menganut self assessment system. Wajib Pajak akan mengajukan
keberatan manakala tidak puas atau kurang puas terhadap suatu ketetapan pajak yang
dikenakan kepadanya.
umum dan tata cara perpajakan, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu:
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan perpajakan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, manakala tidak puas atau kurang puas terhadap
suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan.
Ini berati apabila Wajib Pajak “berpendapat” bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, atau jumlah
pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat (berhak)
untuk mengajukan keberatan kepada direktur jenderal pajak. Atau dengan kata lain, adalah
hak para Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan atas suatu surat ketetapan pajak ataupun
terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan
Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan. Yang dimaksud dengan
alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan adalah alasan-alasan yang jelas dan dilampiri
dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan atau bukti pemotongan yang
diajukan keberatan.
Pengajuan keberatan disampaikan kepada kantor pelayanan pajak dimana Wajib Pajak
keberatan diterima (oleh Kantor Pelayanan Pajak), direktur jenderal pajak harus memberikan
keputusan atas keberatan yang diajukan Wajib Pajak. Kemudian sesuai dengan ketentuan
pasal 26 ayat (3) undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, keputusan
direktur jenderal pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian,
Dengan demikian ada kepastian hukum bagi Wajib Pajak yaitu jika dalam jangka
waktu 12 bulan Wajib Pajak tidak menerima keputusan atas keberatan yang diajukannya maka
keberatan Wajib Pajak harus diterima. Dan, adalah “legal” adanya bahwa keputusan direktur
jenderal pajak terhadap pengajuan keberatan bisa berupa: mengabulkan seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar. Menurut surat
Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-203/Pj./2009 Tanggal 13 Agustus 2009 tentang Tertib
Administrasi Dalam Proses Keberatan, Banding Dan Gugatan telah memberikan gambaran
lebih jelas perihal persyaratan dan tertib adminstrasi dalam pengajuan keberatan.
2. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum bagi keberatan antara lain :
a. Pasal 16 sampai dengan pasal 20 undang-undang tentang bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 632/kmk.04/1997 tentang Pemberian Pengurangan
Sebagian besar Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena surat ketetapan pajak
(skp) yang dianggap tidak adil. Dan surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan sebagai
produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan umumnya didahului dengan proses pemeriksaan.
Keberatan diajukan kepada kepala kantor pelayanan pajak (kpp) di tempat Wajib Pajak
b. Bagi Wajib Pajak orang pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan;
Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir diatas dengan syarat:
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dan disertai alasan-alasan
yang jelas.
c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun/masa pajak.
d. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak
wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
bulan dihitung sejak tanggal skp atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh
pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
c. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka waktu
3 bulan dihitung sejak tanggal skp atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh
pihak ketiga sampai dengan tanggal bukti pengiriman melalui kantor pos dan giro.
Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi syarat
formal. Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika “dalam keadaan
diluar kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Pengajuan
keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
6. Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan direktorat jenderal pajak tidak
memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima
keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau
tambahan dan kepala kpp wajib memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal yang
BANDING
1. Pengertian
Banding adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak apabila Apabila Wajib
Pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan yang
sebelumnya telah diajukan. Pengajuan banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak ke Pengadilan
Pajak sebagai upaya hukum terakhir. Keputusan Pengadilan Pajak tidak dapat diganggu gugat
ke pengadilan umum atau pengadilan tata usaha negara dan putusannya merupakan putusan
Pengadilan Pajak, “Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak terhadap suatau keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan
keberatan atau banding ) maka tindakan penagihan pajak akan dilakukan oleh fiskus sampai
pada tindakan surat paksa, sita dan lelang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, mengacu pada
ketentuan Pasal 43 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan
permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan
diperjelas lagi dalam hukum acara banding yang tercantum pada Pasal 35 s/d 39 UU
bahasa Indonesia.
b) Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.
c) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan
hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%
Keterangan :
1) Gambar diatas hanya menjelaskan proses banding yang memenuhi ketentuan formal
2) Jangka waktu yang tercantum dalam gambar ini adalah jangka waktu maksimal (paling
lambat)
3) PP = Pengadilan Pajak
4) WAJIB PAJAK = Wajib Pajak Pemohon Banding
5) Terbanding = Fiskus (pejabat berwenang yang mewakili Dirjen Pajak)
6) SUB = Surat Uraian Banding
Dalam ketentuan Pasal 45 ayat (5) UU Pengadilan Pajak telah ditegaskan, bahwa
Pengadilan Pajak tetap akan melanjutkan pemeriksaan banding meskipun fiskus tidak
menyerahkan Surat Uraian banding (SUB) atau Surat Tanggapan dan WAJIB PAJAK
Pemohon Banding tidak menyampaikan Surat Bantahan. Hal itu bisa diartikan, pembuatan
SUB oleh fiskus maupun Surat Bantahan oleh WAJIB PAJAK bukan merupakan suatu
keharusan. Namun, baik SUB maupun Surat Bantahan sebenarnya sangat penting. Sebab,
keduanya bisa menjadi saran untuk saling menyampaikan pendapat, argumen, dan bukti-bukti
dari masing-masing pihak yang bersengketa. Secara tidak langsung hal itu dapat membentuk
opinni yang benar di mata Majelis atau Hakim Pengadilan Pajak yang menangani sengketa.
5. Imbalan Bunga
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan SKPKBT telah
dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran pajak sampai dengan
Lampiran:
Contoh Form Pemohon Keberatan Wajib Pajak
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : PER-49/PJ/2009
TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN
PENYELESAIAN KEBERATAN
Nomor : ...................................................... 1)
...................................................... 2)
Lampiran : ...................................................... 3)
NPWP : ...................................................... 6)
Alamat : ...................................................... 7)
bertindak
Wajib Pajak
selaku :
Nama : ...................................................... 8)
NPWP : ...................................................... 9)
Alamat : ...................................................... 10)
bersama ini mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak (skp)/pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga **):
Jenis surat : ...................................................... 11)
Nomor dan
: ...................................................... 12)
tanggal
Jenis Pajak : ...................................................... 13)
Masa/Tahun
: ...................................................... 14)
Pajak
Lampiran23):
No. Jenis Dokumen set/lembar
Wajib Pajak/Pengurus/Kuasa*)
................................. 24)