WK Bid I WK Bid II
• Sengketa:
1. Sengketa antara WP dengan fiscus
2. Sengketa yang timbul atas penagihan pajak
• Dengan demikian, maka kekuasaan Pengadilan
Pajak dalam memeriksa dan memutus
sengketa pajak meliputi semua jenis sengketa
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
termasuk Bea Masuk dan Cukai, dan pajak
yang dipungut oleh Pemerintah Daerah,
berdasarkan peraturan perundangundangan
yang berlaku
• Kekuasaan Pengadilan Pajak (Ps. 31):
1. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang
memeriksa dan memutus sengketa pajak.
2. Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya memeriksa
dan memutus sengketa atas keputusan keberatan,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pengadilan pajak dalam hal gugatan memeriksa dan
memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak
atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) UU KUP
dan peraturan per-UU-an perpajakan yang berlaku.
• Ps. 33:
1. Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat
pertama dan terakhir dalam memeriksa dan
memutus Sengketa Pajak.
2. Untuk keperluan pemeriksaan Sengketa Pajak,
Pengadilan Pajak dapat memanggil atau
meminta data atau keterangan yang berkaitan
dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Pasal 77:
1. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas
Gugatan berkenaan dengan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2). Penggugat dapat
mengajukan permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan
penagihan Pajak berjalan, sampai ada putusan Pengadilan
Pajak
3. Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan
peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada
Mahkamah Agung.
• Putusan pengadilan pajak bersifat final and binding,
namun apabila ada pihak yang keberatan, maka ia
dapat mengajukan PK, namunn apa yg diputuskan
oleh pengadilan pajak itu tetap berjalan terus sampai
keluar/ada putusan atas PK
• Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan
hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan
yang bersangkutan, serta berdasarkan
keyakinan Hakim (Ps. 78)
• Ps. 79:
1. Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan
Pengadilan Pajak diambil berdasarkan musyawarah yang
dipimpin oleh Hakim Ketua dan apabila dalam
musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan
diambil dengan suara terbanyak.
2. Apabila Majelis di dalam mengambil putusan dengan cara
musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan sehingga
putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat
Hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan
tersebut dinyatakan dalam putusan Pengadilan Pajak.
• Ps. 80:
1. Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa:
a. menolak;
b. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c. menambah Pajak yang harus dibayar;
d. tidak dapat diterima;
e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung;
dan/atau
f. membatalkan.
2. Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak dapat lagi diajukan Gugatan, Banding, atau kasasi
• Ps 86
– Putusan Pengadilan Pajak langsung dapat
dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi
keputusan pejabat yang berwenang kecuali
peraturan perundang-undangan mengatur lain.