KABUPATEN Jenis Pajak Provinsi Kabupaten / Kota Pajak Kendaraan Bermotor dan 1 1 Kendaraan di Atas Air; Pajak Hotel Bea Balik Nama Kendaraan 2 Bermotor dan Kendaraan di Atas 2 Air; Pajak Restoran Pajak Bahan Bakar Kendaraan 3 3 Bermotor; Pajak Hiburan Pajak Pengambilan dan 4 Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan 4 Air Permukaan Pajak Reklame 5 Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan 6 Galian Golongan C; 7 Pajak Parkir. PAJAK HOTEL Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran kepadahotel. Wajib Pajak Hotel adalah pengusaha hotel. PAJAK HOTEL Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk: a. fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek; b. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan; c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum; d. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel; PAJAK HOTEL Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah: a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel; b. pelayanan tinggal di asrama, dan pondok pesantren; c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran; d. pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipergunakan oleh umum di hotel; e. pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum. PAJAK HOTEL Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Tarif Pajak Hotel paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan PeraturanDaerah. PAJAK HOTEL Besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak
Pajak Hotel yang terutang dipungut di
wilayah Daerah tempat hotel berlokasi. PAJAK RESTORAN Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Tidak termasuk objek pajak adalah: a. Pelayanan usaha jasa boga atau katering; b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; PAJAK RESTORAN Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran.
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah
jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. PAJAK RESTORAN Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak PAJAK HIBURAN Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga; Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Tidak termasuk objek pajak hiburan adala penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan. PAJAK HIBURAN Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan/atau menikmati hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati hiburan. PAJAK HIBURAN Tarif Pajak Hiburan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. PAJAK REKLAME Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah; PAJAK REKLAME Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame.
Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan reklame.
Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai
sewa reklame. PAJAK REKLAME Nilai sewa reklame diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame. Cara perhitungan nilai sewa reklame dengan Peraturan Daerah. Hasil perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. PAJAK REKLAME Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah: a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya; b. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. PAJAK REKLAME Tarif Pajak Reklame paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen). Tarif Pajak Reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Besarnya pokok Pajak Reklame yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. PAJAK PENERANGAN JALAN Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya di bayar oleh Pemerintah Daerah; Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah: a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing, dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik; c. penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait; d. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah. PAJAK PENERANGAN JALAN Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan/atau pengguna tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan Pajak Penerangan Jalan diatur dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan. PAJAK PENERANGAN JALAN Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. Jual Tenaga Listrik ditetapkan: a. dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik; b. dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga Satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan. PAJAK PENERANGAN JALAN Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen). PAJAK PENERANGAN JALAN Tarif Pajak Penerangan Jalan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Besarnya pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak Dalam hal Pajak Penerangan Jalan dipungut oleh PLN maka besarnya pokok pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah rekening listrik yang dibayarkan oleh pelanggan PLN. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Bahan galian golongan C adalah bahan galian golongan C sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah kegiatan pengambilan bahan galian golongan C. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C a. asbes; m. gips; y. perlit; b. batu tulis; n. kalsit; z. phospat; c. batu setengah permata; o. kaolin; aa. talk; bb. tanah serap (fullers d. batu kapur; p. leusit; earth); e. batu apung; q. magnesit; cc. tanah diatome; f. batu permata; r. mika; dd. tanah liat; g. bentonit; s. marmer; ee. tawas (alum) h. dolomit; t. nitrat; ff. tras; i. feldspar; u. opsidien; gg. yarosif; j. garam batu (halite); v. oker; hh. zeolit; w. pasir dan k. grafit; kerikil; ii. basal; l. granit/andesit; x. pasir kuarsa; jj. trakkit. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Dikecualikan dari objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah: a. kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk mengambil bahan galian golongan C tersebut dan tidak dimanfaatkan secara ekonomis. b. Pengambilan bahan galian golongan C lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Subjek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C.
Wajib Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C adalah orang pribadi atau badanyang menyelenggarakan pengambilan bahan galian golongan C. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Dasar pengenaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah nilai jual hasil pengambilan bahan galian golongan C. Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis bahan galian golongan C.
Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C paling
tinggi sebesar 20% (dua puluh persen). Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkan dengan Peraturan Daerah. PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
Besarnya pokok Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak PAJAK PARKIR Tempat parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran; PAJAK PARKIR Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yangdisediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Tidak termasuk objek pajak adalah: a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga- lembaga internasional dengan asas timbal balik; c. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah. PAJAK PARKIR Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.
Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. PAJAK PARKIR Tarif Pajak Parkir paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen). Tarif Pajak Parkir ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Besarnya pokok Pajak Parkir yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. PEMUNGUTAN PAJAK • Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan • Pajak dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. • Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. • Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dibayar sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. Pemungutan Pajak • Yang dibayar sendiri oleh wajib pajak self assessment - medianya SPTPD dan membayar dengan SSPD • Yang ditetapkan dengan ketetapan kepala daerah official assessment - medianya SPTPD SKPD bayar dengan SSPD • Yang dipungut oleh pihak ketiga pihak ketiga membayar melaporkan ke Pemda Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) • Bisa diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak • Diterbitkan dalam hal: 1) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang bayar; 2) apabila Surat Pemberitahuan Pajak Daerah tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis; Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Daerah Kurang Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebelum dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) 3) apabila kewajiban mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.
Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Daerah kurang Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) • Diterbitkan bila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. • dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. • Kenaikan tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) • pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar; • dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; • Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
Surat Tagihan Pajak Daerah ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak. Pembayaran Pajak Daerah • Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terutangnya pajak. • (Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. • Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. • Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Penagihan • Menerbitkan STPD • Terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD dengan surat teguran atau surat peringatan • Menerbitkan surat paksa • Melakukan penyitaan • pelelangan Piutang Pajak Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan. Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak Propinsi yang sudah kadaluwarsa
Bupati atau Walikota menetapkan Keputusan
Penghapusan Piutang Pajak Kabupaten atau Kota yang sudah kadaluwarsa Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Daerah.
Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak ditetapkan oleh
Kepala Daerah. Kadaluarsa Penagihan • Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. • Kedaluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa; atau b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung. Biaya Pemungutan Dalam rangka kegiatan pemungutan Pajak Daerah dapat diberikan biaya pemungutan Pajak Daerah dapat diberikan biaya pemungutan paling tinggi sebesar 5% (lima persen) Pedoman tentang alokasi biaya pemungutan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan. BAGI HASIL (1) Dalam hal hasil penerimaan pajak Kabupaten/Kota dalam suatu Propinsi terkonsentrasi pada sejumlah kecil Daerah Kabupaten/Kota, Gubernur berwenang merealokasikan hasil penerimaan pajak tersebut kepada Daerah Kabupaten/Kota dalam Propinsi yang bersangkutan. (2) Dalam hal objek pajak Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi yang bersifat lintas Daerah Kabupaten/Kota, Gubernur berwenang untuk merealokasikan hasil penerimaan pajak tersebut kepada Daerah Kabupaten/Kota yang terkait. (3) Realokasi tersebut dilakukan oleh Gubernur atas dasar kesepakatan yang dicapai antar Daerah Kabupaten/Kota yang terkait dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan”. BAGI HASIL
Jenis Pajak Diserahkan kepada kabupaten/kota
1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; paling sedikit 30% Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di 2 paling sedikit 30% Atas Air; 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; paling sedikit 70% Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 4 paling sedikit 70% dan Air Permukaan BAGI HASIL
Untuk Pajak Kabupaten/kota diserahkan
ke desa di wilayahnya sekurang- kurangnya 10% SELURUH MAHASISWA WAJIB UPLOAD TUGAS YAITU SATU LEMBAR BERISI NAMA DAN NPM SAJA, SEBAGAI SYARAT ABSENSI PADA SSO