Anda di halaman 1dari 48

TM - 8

JENIS PAJAK KOTA /


KABUPATEN
Jenis Pajak
Provinsi Kabupaten / Kota
Pajak Kendaraan Bermotor dan
1 1
Kendaraan di Atas Air; Pajak Hotel
Bea Balik Nama Kendaraan
2 Bermotor dan Kendaraan di Atas 2
Air; Pajak Restoran
Pajak Bahan Bakar Kendaraan
3 3
Bermotor; Pajak Hiburan
Pajak Pengambilan dan
4 Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan 4
Air Permukaan Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan
6
Galian Golongan C;
7 Pajak Parkir.
PAJAK HOTEL
Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan
bagi orang untuk dapat menginap/istirahat,
memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas
lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan
dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk
pertokoan dan perkantoran.

Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau


badan yang melakukan pembayaran
kepadahotel.
Wajib Pajak Hotel adalah pengusaha hotel.
PAJAK HOTEL
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang
disediakan hotel dengan pembayaran,
termasuk:
a. fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka
pendek;
b. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan
fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek
yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan;
c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan
khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum;
d. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara
atau pertemuan di hotel;
PAJAK HOTEL
Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah:
a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau
fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu
dengan hotel;
b. pelayanan tinggal di asrama, dan pondok pesantren;
c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel
yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan
pembayaran;
d. pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang
dipergunakan oleh umum di hotel;
e. pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.
PAJAK HOTEL
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah
jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel.
Tarif Pajak Hotel paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan
PeraturanDaerah.
PAJAK HOTEL
Besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif
dasar pengenaan pajak

Pajak Hotel yang terutang dipungut di


wilayah Daerah tempat hotel berlokasi.
PAJAK RESTORAN
Restoran adalah tempat menyantap makanan
dan/atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa
boga atau katering.
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan restoran dengan pembayaran.
Tidak termasuk objek pajak adalah:
a. Pelayanan usaha jasa boga atau katering;
b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau
rumah makan yang peredarannya tidak melebihi
batas tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
PAJAK RESTORAN
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pembayaran
kepada restoran.
Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha
restoran.

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah


jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada restoran.
PAJAK RESTORAN
Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Besarnya pokok Pajak Restoran yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan dasar pengenaan pajak
PAJAK HIBURAN
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan,
permainan ketangkasan, dan/atau keramaian
dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton
atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk
berolah raga;
Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan
dengan dipungut bayaran.
Tidak termasuk objek pajak hiburan adala
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut
bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan
dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan
keagamaan.
PAJAK HIBURAN
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menonton dan/atau menikmati
hiburan.
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan hiburan.

Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah


pembayaran atau yang seharusnya dibayar
untuk menonton dan/atau menikmati hiburan.
PAJAK HIBURAN
Tarif Pajak Hiburan paling tinggi sebesar
35% (tiga puluh lima persen).
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Besarnya pokok Pajak Hiburan yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan dasar pengenaan pajak.
PAJAK REKLAME
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau
media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan
untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang,
ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan
atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau
didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali
yang dilakukan oleh Pemerintah;
PAJAK REKLAME
Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan atau melakukan
pemesanan reklame.

Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau


badan yang menyelenggarakan reklame.

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai


sewa reklame.
PAJAK REKLAME
Nilai sewa reklame diperhitungkan dengan
memperhatikan lokasi penempatan, jenis,
jangka waktu penyelenggaraan, dan
ukuran media reklame.
Cara perhitungan nilai sewa reklame
dengan Peraturan Daerah.
Hasil perhitungan nilai sewa reklame
ditetapkan dengan keputusan Kepala
Daerah.
PAJAK REKLAME
Objek Pajak Reklame adalah semua
penyelenggaraan reklame.
Tidak termasuk sebagai objek Pajak
Reklame adalah:
a. Penyelenggaraan reklame melalui
internet, televisi, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;
b. Penyelenggaraan reklame lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
PAJAK REKLAME
Tarif Pajak Reklame paling tinggi sebesar
25% (dua puluh lima persen).
Tarif Pajak Reklame ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Besarnya pokok Pajak Reklame yang


terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan dasar pengenaan pajak.
PAJAK PENERANGAN JALAN
Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi
jalan umum yang rekeningnya di bayar oleh Pemerintah Daerah;
Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik,
diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya
dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah:
a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat, perwakilan asing, dan lembaga-lembaga
internasional dengan asas timbal balik;
c. penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan
kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis
terkait;
d. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan
Daerah.
PAJAK PENERANGAN JALAN
Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan tenaga listrik.
Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
badan yang menjadi pelanggan listrik dan/atau
pengguna tenaga listrik.
Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka
pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh
PLN.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan Pajak
Penerangan Jalan diatur dengan Keputusan Menteri
Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan.
PAJAK PENERANGAN JALAN
Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai
Jual Tenaga Listrik.
Jual Tenaga Listrik ditetapkan:
a. dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan
pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah
tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian
kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik;
b. dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan
tidak dipungut bayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung
berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan listrik atau
taksiran penggunaan listrik, dan harga Satuan listrik
yang berlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan.
PAJAK PENERANGAN JALAN
Khusus untuk kegiatan industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam,
Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan
sebesar 30% (tiga puluh persen).
PAJAK PENERANGAN JALAN
Tarif Pajak Penerangan Jalan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Besarnya pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang


dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak
Dalam hal Pajak Penerangan Jalan dipungut oleh PLN
maka besarnya pokok pajak terutang dihitung
berdasarkan jumlah rekening listrik yang dibayarkan oleh
pelanggan PLN.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C
Bahan galian golongan C adalah bahan
galian golongan C sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C adalah kegiatan pengambilan
bahan galian golongan C.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C
a. asbes; m. gips; y. perlit;
b. batu tulis; n. kalsit; z. phospat;
c. batu setengah permata; o. kaolin; aa. talk;
bb. tanah serap (fullers
d. batu kapur; p. leusit; earth);
e. batu apung; q. magnesit; cc. tanah diatome;
f. batu permata; r. mika; dd. tanah liat;
g. bentonit; s. marmer; ee. tawas (alum)
h. dolomit; t. nitrat; ff. tras;
i. feldspar; u. opsidien; gg. yarosif;
j. garam batu (halite); v. oker; hh. zeolit;
w. pasir dan
k. grafit; kerikil; ii. basal;
l. granit/andesit; x. pasir kuarsa; jj. trakkit.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C
Dikecualikan dari objek Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C adalah:
a. kegiatan pengambilan bahan galian golongan C
yang nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk
mengambil bahan galian golongan C tersebut
dan tidak dimanfaatkan secara ekonomis.
b. Pengambilan bahan galian golongan C lainnya
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C
Subjek Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C adalah orang pribadi atau
badan yang mengambil bahan galian
golongan C.

Wajib Pajak Pengambilan Bahan Galian


Golongan C adalah orang pribadi atau
badanyang menyelenggarakan
pengambilan bahan galian golongan C.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C
Dasar pengenaan Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C adalah nilai jual hasil pengambilan bahan
galian golongan C.
Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil
pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar
masing-masing jenis bahan galian golongan C.

Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C paling


tinggi sebesar 20% (dua puluh persen).
Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C

Besarnya pokok Pajak Pengambilan Bahan


Galian Golongan C yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak
PAJAK PARKIR
Tempat parkir adalah tempat parkir di luar
badan jalan yang disediakan oleh orang
pribadi atau badan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun
yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor dan garasi kendaraan
bermotor yang memungut bayaran;
PAJAK PARKIR
Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan, baik yangdisediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai
suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor
yang memungut bayaran.
Tidak termasuk objek pajak adalah:
a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
b. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-
lembaga internasional dengan asas timbal balik;
c. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur
dengan Peraturan Daerah.
PAJAK PARKIR
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran atas
tempat parkir.

Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau


badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah


pembayaran atau yang seharusnya dibayar
untuk pemakaian tempat parkir.
PAJAK PARKIR
Tarif Pajak Parkir paling tinggi sebesar 20%
(dua puluh persen).
Tarif Pajak Parkir ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Besarnya pokok Pajak Parkir yang terutang


dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak.
PEMUNGUTAN PAJAK
• Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan
• Pajak dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah
atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.
• Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut
dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
atau dokumen lain yang dipersamakan.
• Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dibayar
sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar dan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan.
Pemungutan Pajak
• Yang dibayar sendiri oleh wajib pajak self
assessment - medianya SPTPD
dan membayar dengan SSPD
• Yang ditetapkan dengan ketetapan kepala
daerah  official assessment - medianya
SPTPD SKPD bayar dengan SSPD
• Yang dipungut oleh pihak ketiga  pihak ketiga
membayar  melaporkan ke Pemda
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar (SKPDKB)
• Bisa diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun sesudah
saat terutangnya pajak
• Diterbitkan dalam hal:
1) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau
kurang bayar;
2) apabila Surat Pemberitahuan Pajak Daerah tidak
disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka
waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis;
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Daerah Kurang Bayar dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebelum dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB)
3) apabila kewajiban mengisi Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.

Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan


Pajak Daerah kurang Bayar dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua
puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung
sejak saat terutangnya pajak.
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
• Diterbitkan bila ditemukan data baru dan atau
data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terutang.
• dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.
• Kenaikan tidak dikenakan apabila Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan.
Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD)
• pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar;
• dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung;
• Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga dan atau denda.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam


Surat Tagihan Pajak Daerah ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima
belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pembayaran Pajak Daerah
• Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terutangnya pajak.
• (Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
• Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan
persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan.
• Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran,
angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan
Keputusan Kepala Daerah.
Penagihan
• Menerbitkan STPD
• Terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD  dengan surat teguran atau surat
peringatan
• Menerbitkan surat paksa
• Melakukan penyitaan
• pelelangan
Piutang Pajak
Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat
dihapuskan.
Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang
Pajak Propinsi yang sudah kadaluwarsa

Bupati atau Walikota menetapkan Keputusan


Penghapusan Piutang Pajak Kabupaten atau Kota yang
sudah kadaluwarsa
Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah
kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Daerah.

Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak ditetapkan oleh


Kepala Daerah.
Kadaluarsa Penagihan
• Hak untuk melakukan penagihan pajak,
kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
• Kedaluwarsa penagihan pajak tertangguh
apabila:
a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa;
atau
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak
baik langsung maupun tidak langsung.
Biaya Pemungutan
Dalam rangka kegiatan pemungutan Pajak
Daerah dapat diberikan biaya pemungutan
Pajak Daerah dapat diberikan biaya
pemungutan paling tinggi sebesar 5%
(lima persen)
Pedoman tentang alokasi biaya pemungutan
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
dengan pertimbangan Menteri Keuangan.
BAGI HASIL
(1) Dalam hal hasil penerimaan pajak Kabupaten/Kota
dalam suatu Propinsi terkonsentrasi pada sejumlah kecil
Daerah Kabupaten/Kota, Gubernur berwenang
merealokasikan hasil penerimaan pajak tersebut kepada
Daerah Kabupaten/Kota dalam Propinsi yang
bersangkutan.
(2) Dalam hal objek pajak Kabupaten/Kota dalam satu
Propinsi yang bersifat lintas Daerah Kabupaten/Kota,
Gubernur berwenang untuk merealokasikan hasil
penerimaan pajak tersebut kepada Daerah
Kabupaten/Kota yang terkait.
(3) Realokasi tersebut dilakukan oleh Gubernur atas dasar
kesepakatan yang dicapai antar Daerah Kabupaten/Kota
yang terkait dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan”.
BAGI HASIL

Jenis Pajak Diserahkan kepada kabupaten/kota


1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; paling sedikit 30%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
2 paling sedikit 30%
Atas Air;
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; paling sedikit 70%
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
4 paling sedikit 70%
dan Air Permukaan
BAGI HASIL

Untuk Pajak Kabupaten/kota diserahkan


ke desa di wilayahnya sekurang-
kurangnya 10%
SELURUH MAHASISWA WAJIB
UPLOAD TUGAS YAITU SATU
LEMBAR BERISI NAMA DAN NPM
SAJA, SEBAGAI SYARAT ABSENSI
PADA SSO

48

Anda mungkin juga menyukai