Anda di halaman 1dari 31

HUKUM PAJAK – 3RD WEEK

SUBJEK DAN
OBJEK PAJAK

M. WISNU GIRINDRATAMA, S.A.,M.A


INTI PERSOALAN PERPAJAKAN

Apa yg menjadi inti perpajakan di Indonesia ?


Inti persoalan perpajakan adalah:
1. Siapa yg harus membayar pajak, dan
2. Berapa besarnya pajak terutang
Masalah siapa yg harus membayar pajak adalah persoalan subjek pajak,
yg terdiri dari :
berapa besar pajak yg terutang, menyangkut masalah:
1. Objek pajak (Tax object)
2. Tarif pajak (Tax rate)
3. Dasar Pengenaan Pajak (Tax base)
INTI PERSOALAN PERPAJAKAN

Siapa Subjek

Wajib Pajak
Inti Objek

Berapa Tarif
Pajak
Terutang

DPP
SUBJEK PAJAK
SUBJEK
PAJAK yaitu Siapa yang dituju oleh UU untuk dikenakan pajak.

PPh dikenakan terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan


penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

12
SUBJEK
PAJAK

Konsep umum
• Subjek Pajak Tidak Sama dengan Wajib Pajak
• Subjek Pajak dikenakan pajak bila menerima penghasilan. Subjek pajak yang
menerima penghasilan disebut wajib pajak: Pihak yang membayar pajak
• Wajib Pajak:
➢ Pihak yang melakukan kewajiban perpajakan
(potong/pungut, setor, lapor, pembukuan)
➢ Orang pribadi atau badan yang telah memenuhi
kewajiban subjektif dan objektif
➢ WP OP yang menerima penghasilan < PTKP tidak wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
PENGERTIAN WAJIB PAJAK :

• Adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungutan pajak atau
pemotongan pajak tertentu.

→ Wajib Pajak adalah subjek pajak yang memenuhi syarat-syarat


subjektif dan syarat objektif ( menerima atau memperoleh
penghasilan kena pajak )
YANG TERMASUK SUBJEK PAJAK

Warisan yang belum


terbagi sebagai satu
Orang pribadi Badan Bentuk Usaha Tetap
kesatuan menggantikan
yang berhak
Subjek
pajak
dalam
Jenis negeri

Subjek
pajak Subjek
pajak luar
negeri
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di


Indonesia.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,


menggantikan yang berhak
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau


berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap.
KRITERIA YANG MEMBEDAKAN :

• Keberadaan ( staying principles )

• Kehendak ( intension principles )

• Ukuran waktu ( time test )


PERBEDAAN SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI DENGAN
SUBYEK PAJAK LUAR NEGERI

Terletak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, antara lain :

1. Subjek Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia → Sumber Penghasilan

2. Subjek Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum (Tariff
UU PPh Pasal 17), sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan (UU PPh Pasal 26) → Tarif dan DPP

3. Subjek Pajak Dalam Negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagai sarana untuk
menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri tidak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final → Penyampaian SPT
BADAN

• adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap (permanent establishment).
BENTUK USAHA TETAP :

Adalah Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi


yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia , untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia (psl 2 ayat 5 ).
BERMULA MENJADI SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI :
a. Saat ia dilahirkan di Indonesia.
b. Saat ia menetap di Indonesia (datang dari luar negeri).
c. Pada awal masa ia berada di Indonesia yang melebihi 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan secara berturut-turut.
d. Badan mulai menjadi subjek pajak pada saat badan itu didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia.
BERAKHIR MENJADI SUBJEK
PAJAK DALAM NEGERI :
• Saat Orang Pribadi meninggal dunia.

• Saat Orang Pribadi meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

• Untuk Badan yaitu berakhir pada saat badan itu dibubarkan atau tidak
bertempat tinggal lagi di Indonesia

• Warisan pada saat warisan itu terbagi


SUBJEK PAJAK YANG DIKECUALIKAN :

1.Badan perwakilan negara asing


2.Pejabat-pejabat perwakilan diplomat dan konsulat atau pejabat-pejabat
lain dari negara lain
3.organisasi-organisasi Internasional→ ditetapkan oleh KMK
No.ST4/KMK.04/2000
4.Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional → asas
resiprositas (timbal balik )
MANA YANG WAJIB MEMBAYAR PAJAK?
a) Warga Negara Indonesia yang mendapat penghasilan dari pekerjaan / usaha dari
dalam Negeri
b) Warga Negara Indonesia yang mendapat penghasilan dari pekerjaan / usaha dari
Luar Negeri
c) Warga Negara Asing yang mendapat penghasilan dari pekerjaan / usaha dari
Indonesia
d) Warga Negara Asing yang mendapat penghasilan dari pekerjaan / usaha dari Luar
Negeri
OBJEK PAJAK

Adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pajak atau dapat dikenakan pajak
OBJEK PENGHASILAN
PAJAK

Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima


atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia
maupun di Luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun
*Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia.

*Bagi Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang menjadi objek


penghasilan yang berasal dari Indonesia saja
OBYEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (1)
PENGHASILAN
“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia
maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan WP yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun”.
OBYEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (1)….. LANJUTAN

Termasuk Penghasilan :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk; Gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan, PPh adalah hadiah langsung dalam bentuk penjualan barang atau jasa
sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau konsumenyang dimaksud penghargaan adalah IMBALAN yang diberikan sehubungan
dengan kegiatan tertentu, misalnya; imbalan sehubungan dengan penemuan benda-benda purbakala, dll
Tidak termasuk pengertian hadiah dan penghargaan yang dikenakan akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima oleh konsumen
akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

3. Laba Usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta

5 Penerimaan Kembali pembayaranpajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
OBYEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (1)….. LANJUTAN
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian SHU Koperasi
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu ditetapkan dengan PP ( PP No. 130 Tahun 2000,
tentang pengecualian sebagai obyek atas keuntungan karena pembebasan utang debitur kecil / < Rp. 350. juta). Bagi Pihak yang
berutang dianggap sebagai pendapatan, sedangkan bagi pihak yang memiliki Piutang dapat dianggap sebagai biaya
12. Keuntungan karena selisih KURS mata uang asing
13. selisih lebih karena penilaian aktiva
14 premi asuransi
15 iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha/pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak, penghasilan dari usaha yng berbasis syariah
16 imbalan bunga sebagimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai KUP
17 Surplus BI
OBYEK PAJAK PASAL 4 AYAT (2) → FINAL

 Pengasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan SUN dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate dan persewaan
tanah dan bangunan
 Penghasilan tertentu lainya ( uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayarkan leh dan pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh MENKEU;THT, JHT yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggaran pensiun/jamsostek

Karakteristik PPh Final :


1. Tidak dapat digabungkan dengan Penghasilan yang dikenakan tarif progresif
2. Tidak dapat diperhitungkan / dikreditkan dengan PPh yang terutang atas PKP akhir ahun
3. Biaya Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara ; tidak dapat dikurangkan dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
TIDAK TERMASUK OBYEK PAJAK PASAL 4 AYAT (3)

1. Bantuan atau sumbangan termasuk Sumbangan Wajib Agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh Badan
atau Lembaga yang dibentuk/disyahkan pemerintah dan yang diterima penerima sumbangan agama yang berhak,
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah ( PP No. 18 Tahun 2009)
2. Harta Hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan (245/PMK.03/2008)
3 Warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
5. Penggantian/imbalan dalam bentuk NATURA dan atau KENIKMATAN dari WP atau Pemerintah kecuali diberikan
oleh bukan WP,WP Final, atau WP Norma Khusus
6. Pembayaan dari Perusahaan Asuransi kepada OP sehubungan dengan Asuransi Kesehatan/Kecelakaan/Jiwa/Dwiguna
dan Beasiswa
TIDAK TERMASUK OBYEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (3) …. LANJUTAN..

7. Deviden/bagian laba yang diterima/diperoleh PT. Sebagai WP Dalam Negeri, Koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada
Badan Usaha yang didirikan/bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat deviden berasal dari CADANGAN LABA YANG
DITAHAN dan bagi PT/BUMN/BUMD kepemilikan pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor
8. IURAN yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh MENKEU dalam bidang-bidang
tertentu ditetapkan dengan KMK
9. Bagian Laba yang diterima/diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi. Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebutdalam
ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenankan pajak sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkat badan
tersebut. Oleh karena itu, bagian laba yang diterima angotanya bukan lagi merupakan obyek pajak.
10. Penghasilan yang diterima/diperoleh PERUSAHAAN MODAL VENTURA berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha merupakan perusahaan kecil,
menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan KEPMENKEU dan sahamnya tidak
diperdgangkan di Bursa Efek Indonesia
TIDAK TERMASUK OBYEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (3) …. LANJUTAN..

11. BEASISWA yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan PER. MENKEU (246/PMK.03/2008)

12. SISA LEBIH yang diterima atau diperoleh Badan atau Lembaga NIRLABA yang bergerak dalam bidang
PENDIDIKAN dan/atau BIDANG PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, yang telah terdafta pada instansi
yang mebidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketetntuannya diatur lebih lanjut dengan berdasarkan PMK

13. BANTUAN atau SANTUNAN yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PER. MENKEU (247/PMK.03/2008)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai