Perbedaan yang penting antara wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar
negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan wajib pajak luar
negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan
di Indonesia.
b. Wajib pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan netto dengan tarif
umum, sedangkan wajib pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan.
c. Wajib pajak dalam negeri wajib menyampaikan SPT PPh sebagai sarana untuk
menetapkan pajak yang terutang dalam tahun pajak ybs, sedangkan wajib pajak
luar negeri tidak wajib menyampaikan SPT PPh karena kewajiban pajaknya
dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
b. Badan :
dimulai : saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia.
berakhir : saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia
UU PPh menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas,
yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan
untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut Objek Pajak
Penghasilan.
Biaya atau beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi 2
golongan, yaitu :
a. Biaya/beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun.
b. Biaya/beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
Tanggungan yang dapat diperhitungkan dalam menghitung PTKP wajib pajak orang
pribadi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Merupakan anggota keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat, baik ke atas maupun ke bawah.
2. Anggota keluarga tersebut tidak memperoleh penghasilan dan menjadi tanggungan
sepenuhnya wajib pajak.
3. Anak yang belum dewasa, berumur kurang dari 18 tahun dan belum pernah
menikah, meskipun telah memiliki penghasilan sendiri.
4. Untuk anak angkat yang dapat diperhitungkan dalam PTKP adalah anak angkat
yang belum dewasa dan menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak.
Berdasarkan UU No.7/2021 (UU HPP) dlm Pasal 17 ayat (1) butir a ditetapkan tarif
pajak atas penghasilan kena pajak bagi orang pribadi dalam negeri Tarif Pajak :
Lapisan Tarif Pajak
s.d.Rp.60juta 5%
diatas Rp.60 juta s.d Rp.250 juta 15%
di atas Rp.250 juta s.d Rp.500 juta 25%
di atas Rp.500 juta s.d Rp.5 milyar 30%
di atas Rp.5 milyar 35%
Dengan Kep.Men.Keu, tarif tertinggi dapat diturunkan menjadi serendah-rendahnya
25%. Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) tersebut dapat diubah dengan
Keputusan Men.Keu.
Pelunasan ini dilakukan setiap bulan atau masa lain yang ditetapkan oleh Men.Keu.
Pelunasan ini merupakan angsuran pajak dan boleh dikreditkan terhadap PPh yang
terhutang untuk tahun pajak yang bersangkutan kecuali pembayaran yang bersifat
final.
Contoh :
Ahmad seorang wajib pajak berstatus kawin dan mempunyai 2 orang anak serta
menanggung seorang keponakannya. Ahmad menerima penghasilan dari pekerjaannya
sebagai karyawan PT. Sejahtera dalam tahun 2022 sebesar Rp.950.000.000 (sembilan
ratus lima puluh juta rupiah). Sebagai karyawan PT. Sejahtera, Ahmad diperbolehkan
menempati rumah yang telah dibayar sewanya oleh PT. Sejahtera sebesar Rp
75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) pertahunnya. Selain itu, Ahmad mendapat
tunjangan bensin sebesar Rp.1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) perbulannya
yang diterimanya secara tunai.
Soal :
a. Berapa orang dan siapa saja tanggungan tuan Ahmad?
b. Berapa besar PTKP tuan Ahmad?
c. Berapa DPP/PKP tuan Ahmad?
d. Berapa besar hutang pajak penghasilan Ahmad?
Pajak Penghasilan Pasal 21
Setelah itu, baru dikurangi dengan PTKP setahun lalu dihitung PPh Pasal 21
terutangnya dengan menggunakan tarif Pasal 17 UU HPP.
Pada akhirnya, PPh Pasal 21 terutang setahun tetap harus disesuaikan kembali
dengan jumlah bulan sebenarnya utk memperoleh PPh Pasal 21 terutang sebulan.
Pada umumnya kondisi subjektif pegawai tetap dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pegawai tetap WNI/Lokal yang kewajiban pajak subjektif dan objektifnya sudah ada
pada awal tahun. Pegawai yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Pegawai tetap yang bekerja satu tahun penuh.
b. Pegawai tetap yang berhenti bekerja dalam tahun berjalan.
c. Pegawai tetap yang dipindahkan ke kantor pusat atau cabang lainnya.
d. Pegawai tetap pindahan dari pusat atau cabang lainnya dari pemberi kerja yang
sama atau pindahan dari pemberi kerja/perusahaan yang berbeda yang membawa
Formulir 1721 A1 dari pemberi kerja/perusahaan yang lama.
2. Pegawai tetap WNI/Lokal yang kewajiban pajak subjektif sudah ada pada awal
tahun namun kewajiban pajak objektifnya baru ada setelah awal tahun.
3. Pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektif dan objektif baru ada setelah awal
tahun, atau kewajiban pajak subjektifnya berakhir sebelum akhir tahun pajak.