(EDA 205)
MODUL 3
PAJAK PENGHASILAN (UMUM)
DISUSUN OLEH
Drs. DARMANSYAH HS. AkT. Mm. CISA.
PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari
1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap
subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun
Pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-undang PPh disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu Tahun Pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian Tahun
Pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam Tahun Pajak.
Mulai Berakhir
Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Subjek Pajak Dalam Negeri Orang
Pribadi : Pribadi :
Saat dilahirkan Saat meninggal
Saat berada di Indonesia atau berniat Saat meninggalkan Indonesia untuk
bertempat tinggal di Indonesia. selama-lamanya.
Subjek Pajak Dalam Negeri Badan : Subjek Pajak Dalam Negeri Badan :
Saat didirikan atau bertempat Saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat
kedudukan di Indonesia. kedudukan di Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri Melalui Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT :
BUT : Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
Saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui
Melalui BUT : BUT :
Saat menerima atau memperoleh Saat tidak lagi menerima atau
penghasilan dari Indonesia. memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Warisan belum terbagi : Warisan belum terbagi :
Saat timbulnya warisan yang belum Saat warisan telah selesai dibagikan.
terbagi.
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas
meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya. Sedangkan bagi
mereka yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas
pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang
merupakan objek Pajak Penghasilan. Di samping itu pencatatanmeliputi pula penghasilan yang
bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Pembukuan atau pencatatan harus :
Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya,
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan
Disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan (misalnya, bahasa Inggris).
TARIF PAJAK
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri adalah sebagai berikut :
Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan menjadi
paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
Sementara itu, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 14 /
24
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010,
diturunkan menjadi 25%.
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa
Efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu Iainnya dapat memperoleh tarif
sebesar 5% (lima persen) Iebih rendah daripada tarif yang berlaku.
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan 15 ariff sebesar 50% yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00.
Catatan :
Untuk keperluan penghitungan PPh yang terutang pada akhir tahun, Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh.
Contoh :
1. Peredaran bruto PT. Makmur dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp. 4.500.000.000,00
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 500.000.000,00. Penghitungan pajak yang
terutang :
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 15 /
24
bruto PT. Makmur tidak melebihi Rp. 4.S00.000.000,00.
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp. 500.000.000,OO = Rp. 62.500.000,00
2. Peredaran bruto PT. Jaya dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp. 30.000.000.000,00 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 3.000.000.000,00. Penghitungan Pajak
Penghasilan yang terutang :
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
(Rp. 4.800.000.000,00 : Rp. 30.000.000.000,00) x Rp. 3.000.000.000,00 = Rp.
480.000.000,00 Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp. 3.000.000.000,00 – Rp. 480.000.000,00 = Rp. 2.520.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
- (50% x 25%) x Rp. 480.000.000,00 = Rp. 60.000.000,00
- 25% x Rp. 2.520.000.000,00 = Rp. 630.000.000,00 (+)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang = Rp. 690.000.000,00
3. Gunawan pada tahun 2018 mempunyai Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.
241.850.600,00. Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dibayar atau terutang oleh
Gunawan adalah :
Penghasilan Kena Pajak Rp. 241.850.600,00
(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)
Pajak Penghasilan yang harus dibayar :
5% x Rp. 50.000.000,00 Rp. 2.500.000,00
15% x Rp. 191.850.000,00 Rp. 28.777.500,00
Jumlah Rp. 31.277.500,00
Ketentuan Pasal 26, undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri (baik orang
pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta ada1ah 25% dari harga jual.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang
dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah sebagai berikut:
a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah premi
yang dibayar.
b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar.
c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun
melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal26
sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
Catatan:
Untuk keperluan pengbitungan PPh Pasal 26, penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri keuangan
yang berlaku pada saat pembayaran atau dibebankan.
SIFAT PEMOTONGAN
Pemotongan PPh Pasa1 26 bersifat final, kecuali:
1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari us aha atau kegiatan, penjualan barang
atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT
di Indonesia.
2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan
harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
luar negri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau BUT.