Anda di halaman 1dari 19

PAJAK PENGHASILAN BADAN

Dosen : Fandi Harsono


DAFTAR ISI POKOK PEMBAHASAN
Bab 1 Subjek Pajak

Bab 2 Objek Pajak, Objek Pajak Bersifat Final dan Bukan Objek Pajak

Bab 3 Bentuk Usaha Tetap


Bab 4 Biaya Fiskal dan Bukan Biaya Fiskal
Bab 5 Penyusutan dan Amortisasi
Bab 6 Penghasilan Kena Pajak
Bab 7 Tarif Pajak
Bab 8 Hubungan Istimewa
Bab 9 Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Bab 10 Kredit Pajak Luar Negeri
Bab 11 Angsuran PPh Pasal 25
Bab 12 Fasilitas PPh Badan
Bab 13 Administrasi Pembayaran dan Pelaporan
Bab 14 Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan
BAB 1 SUBJEK PAJAK
Sub Pokok Bahasan :
Konsep Self Assessment System
• Prinsip self assessment adalah prinsip pemenuhan kewajiban perpajakan yang
mewajibkan Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri,
dan melaporkan pajak yang teruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada
Wajib Pajak sendiri melalui dokumen Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampai
baik secara online melalui E-filing.
• Menurut bagian penjelasan Undang-Undang KUP bahwa self assessment adalah ciri dan
corak sistem pemungutan pajak. Self assessment merupakan suatu sistem perpajakan
yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk :
• berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP;
• menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang.
Konsep Self Assessment System

• Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat
dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya
pajak tersebut adalah:
1. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga;
2. pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pemberi kerja (21),
atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena
Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah(PPN PPn BM); atau
3. pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan. SPT Tahunan Badan
• contoh
PT adi Servis ac 30 u x 100.000 = 3.000.000 = pph psal 23( 2% x 3.000.000) =
60.000 pt makmur membuat bukti potong pph 23
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Pajak Penghasilan sebagai Pajak Langsung
Pengertian umum yang membedakan kedua jenis pajak itu adalah :
• Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan terhadap orang yang harus menanggung
dan membayarkannya.
• Pajak Tidak Langsung dikenakan terhadap orang yang harus menanggungnya, tetapi
dapat diharapkan pihak lain untuk membayarnya.

Dari kedua pengertian di atas, dapat dilihat adanya tiga unsur yang sama-sama dimiliki
keduanya, yaitu :
1. Penanggung jawab pajak (wajib pajak), yaitu orang yang secara hukum (yuridis formal)
harus membayar pajak.
2. Penanggung pajak, adalah orang yang membayar pajak (dalam arti ekonomis)
3. Pemikul pajak (destinataris), yaitu orang yang dimaksud oleh ketentuan harus memikul
beban pajak.
PENGERTIAN SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Penghasilan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pajak
penghasilan yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Subjek Pajak Penghasilan akan dikenakan pajak penghasilan apabila menerima atau
memperoleh penghasilan.

• Subjek Pajak Penghasilan yang harus membayar pajak penghasilan disebut Wajib
Pajak.

• Untuk menjadi Wajib Pajak, maka Subjek Pajak Penghasilan harus mendaftarkan diri
ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi domisili dari Subjek Pajak
Penghasilan tersebut untuk memperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
PENGERTIAN SUBJEK PAJAK
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak adalah orang yang dituju oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan
pajak.
Subjek pajak meliputi :
a. Orang pribadi.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak, yaitu ahli waris.
c. Badan.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
PENGERTIAN SUBJEK PAJAK
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
(Penjelasan - UU Nomor 36 Tahun 2008 Ps 2 (1) huruf (a))
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek Pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan
warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dilaksanakan.

BCA PEMILIKNYA LIM MENINGGAL TH 2019


BCA BLM BAYAR PAJAK TAHUN 2018 WARISAN MENUNGGAK PAJAK
AHLI WARIS HARUS MMBAYAR PAJAK BADAN
SEBELUM DIBAGIKAN KPD AHJLI WARIS HARUS BAYAR PAJAK DULU
Dasar Hukum Subjek Pajak Penghasilan

• Pengaturan mengenai subjek pajak penghasilan dapat kita temukan dalam:


• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Organisasi-Organisasi Internasional dan Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi
Internasional yang Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan.
Subjek Pajak Penghasilan Badan
• Subjek PPh Badan Dalam Negeri

• Subjek pajak penghasilan badan meliputi semua perusahaan yang melakukan aktivitas
usahanya di Indonesia. Sebuah badan terkena kewajiban membayar pajak atau disebut subjek
pajak penghasilan dalam negeri ketika mulai didirikan atau bertempat kedudukan atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
• Kewajiban perpajakan badan berakhir ketika dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan
di Indonesia. Setiap badan usaha dikategorikan sebagai subjek pajak penghasilan badan dalam
negeri saat didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
• Namun, ada pengecualiannya yakni unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
• Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
• Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
Perbedaan antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib
Pajak luar negeri
(Penjelasan - UU Nomor 36 Tahun 2008 Ps 2 (2))

No  Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
1. Dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal
atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar dari sumber penghasilan di Indonesia.
Indonesia (world wide income)

2. Penghasilan yang dikenakan pajak adalah Penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan
penghasilan netto dengan tarif umum bruto dengan tarif sepadan, kecuali WPLN tersebut
menjalankan usaha melalui Bentuk Usaha tetap di
Indonesia dimana BUT memiliki kewajiban pajak
yang sama dengan WPDN.

3. Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT karena kewajiban


pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang
bersifat final.
KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF
No Subjek Pajak Mulainya kewajiban subyektif Berakhirnya kewajiban subyektif
A. Subjek Pajak Dalam Negeri
1. Orang Pribadi Saat dilahirkan, berniat tinggal di Indonesia atau Saat meninggal dunia atau meninggalkan
sejak hari pertama berada di Indonesia. Indonesia untuk selama-lamanya.

2. Warisan yang belum terbagi Saat timbulnya warisan yang belum terbagi Saat warisan tersebut dibagi kepada ahli
(pewaris meninggal). warisnya.

3. Badan Saat badan tersebut didirikan atau bertempat Saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi
kedudukan di Indonesia. berkedudukan di Indonesia.

B. Subjek Pajak Luar Negeri


1. Orang Pribadi Saat orang pribadi menjalankan usaha atau Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
  melakukan kegiatan atau menerima/memperoleh melakukan kegiatan atau
penghasilan dari Indonesia menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.

2. Badan Saat Badan menjalankan usaha atau melakukan Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
kegiatan atau menerima/memperoleh penghasilan melakukan kegiatan atau
dari Indonesia menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.

C. Bentuk Usaha Tetap Saat BUT tersebut mulai berada di Indonesia Saat BUT tersebut tidak lagi berada di
(BUT) Indonesia
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
Tidak termasuk Subjek Pajak adalah :
1. Badan Perwakilan Negara Asing
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat :
a. Bukan WNI
b. Di Indonesia tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia
c. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi-Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggotanya
b. Indonesia tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
4. Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dengan syarat :
a. Bukan WNI
b. Di Indonesia tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
• Daftar organisasi internasional yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan
nomor 156/PMK.010/2015 yaitu :
• IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)
• IMF (International Monetary Fund)
• FAO (Food and Agricultural Organization)
• ILO (International Labour Organization)
• UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)
• UNIC (United Nations Information Centre)
• UNICEF (United Nations Children’s Fund)
• UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)
• WHO (World Health Organization)
• World Bank
• Dan lain lain
Semoga Bermanfaat
Lihat Contoh
contoh
• PT saya ABC servi AC 3 jt
• Pajak dipotong PT makmur
• PT Makmur memberikan uanga jasa dipotong 60.000
• Ditranfer 3.000.000 – 60.000
• 2.940.000 ditranfer ke pt abc ------yg membayar pt makmur spt masa pph pasal 23
• PT abc wp diberikanpt makmur bukti potong pph pasal 23
• Bukti potong inji oleh pt abc bisa digunakan sebagai kredit pajak
• PPh badan terutang PT ABC th 2019 jumlah 1.000.000
• PPh pasl 60.000
• Pajakl terutnagnya 940.000
CONTOH jika non PPN
• PT DD……PERDAGANGAN (PEMOTONG PAJAK YG MEMBAYAR)
• MEMERLUKAN MOBIL UNTUK OPERASIONAL
• PT DD MENYEWA MOBIL KEPADA PT ABC DENGAN DENGAN NILAI RP.
5.000.000 PER BULAN
• PT ABC TIDAK MEMPUNYAI NPWP
• SEWA BLN OKT PPH PASAL 23 TARIFNYA BRAPA? = 2%
• BERATTI BERAPA YANG DITRANFER PT DD KEPADA PT ABC?
• KEWAJIBAN APA LAGI YG DILAKUKAN PT DD SEBAGAI PENYEWA ?
• 4.900.000 (5.000.000 * 2%) = 5 JT – 100.000 = 4,9
• PPH 23 MALAH KEMAIKANNYA 100% DIPOTONG 100.000 *2 = 200.000
• 4.800.000
• TUGAS PT DD MMEBERIKAN BUKTI POTONG PPH PASAL 23
• HARUS MEMBAYAR BLN NOV SLM TGL 10 SBESAR 200.000
CONTOH JIKA PT ABC PKP (BERHAK
MEMUNGUT PPN)
• INVOICE
• KEPADA PT ABC
• PT DD DI JAKARTA JL MELATI BOGOR

• NO URAIAN UNIT HARGA JUMLAH

• 01 SEWA MOBIL 1 5.000.000 5.000.000


• PPN 10% 500.000
• JMLAH 5.500.000
• PPH 23 100.000
• YANG DITRANFER PT DD DIPOTONG PPH PSL 23 5.400.000
CONTOH UNTUK OP TDK ADA NPWP
• CONTOH KARYAWAN GAJI 5 JT
• TARIFNYA 5% X 5 JT = 250.000 JIKA MEMILIKI NPWP
• TARIF LEBIH TINGGI 20% = 5% + 20% = 5% + 1% = 6% X 5 JT = 300.000 TTDK
PUNYA NPWP
• 60.000.000 = 6% X 50 JT
• 10.000.000 X 15% +20% = 15% + 3% = TARIFNYA 18% X 10.000.000

• KARYAwan swasta bukti potong A1 digunakan utk melaporkan SPT Pribadi


• Asn A2

Anda mungkin juga menyukai