Modul Perpajakan II - Konsep PPH PDF
Modul Perpajakan II - Konsep PPH PDF
Perpajakan II
Membahas dan mendiskusikan secara
mendalam materi perpajakan meliputi
Konsep Pajak Penghasilan dan Kredit
Pajak Penghasilan
Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK
Tim Dosen
01
Ekonomi S1 Akuntansi MK Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA.,
01510002 CA
Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..
Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.
Dr. Dyah Purnamasari., S.E., M.Si., Ak.,
CA
Hafied Noor Bagja, S.H., M.Kn.
Radhi Abdul H.R., SE., M.M., Ak.,CA.,
BKP., CSRA.
Yati Mulyati., S.E., M.Ak., Ak., CA
Yoga Tantular Rachman, S.E., M.Si.
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
Abstract Kompetensi
Pajak Penghasilan (PPh) adalah Mahasiswa memiliki kemampuan
pajak yang dikenakan kepada orang menjelaskan konsep pajak
pribadi atau badan atas penghasilan penghasilan dan kredit pajak
yang diperoleh pada periode tahun penghasilan
pajak. Umumnya dikatakan sebagai
Wajib Pajak jika orang pribadi atau
badan telah memenuhi syarat
subjektif (telah memenuhi syarat
sebagai subjek pajak) dan telah
memenuhi syarat objektif (telah
memperoleh penghasilan).
Review Konsep Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal baik
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Subjek Pajak
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah:
A. Subjek Pajak Penghasilan
1) Orang Pribadi
a) Dalam Negeri (SPDN : Subjek Pajak Dalam Negeri)
Ketentuan :
− Bertempat tinggal di Indonesia
− Tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam waktu 1 tahun atau 12 bulan
− Dalam 1 tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk menetap
Kewajiban pajak subjektifnya dimulai dari orang tersebut dilahirkan, berada atau berniat
tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan
Indonesia.
Objek Pajak
Objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
A. Objek Pajak Final
Sesuai dengan pengertian tentang penghasilan yang luas, yang dianut oleh Undang-
Undang Pajak Penghasilan Indonesia, penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
1) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi sebesar 20% (tariff tunggal);
2) Penghasilan berupa hadiah undian, tarif tunggal 25%;
3) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah atau bangunan; dan
5) Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
6) Dividen yang diterima pribadi
Dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengenaan serta agar tidak
menambah beban administrasi baik bagi wajib pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, maka
pengenaan pajak penghasilan dalam ketentuan ini dapat bersifat final.Atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek
dipungut pajak penghasilan yang bersifat final.Besarnya pajak penghasilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai transaski penjualan.”
Tarif Pajak
Tarif PPh dibedakan atas:
1. Tarif Pasal 17 untuk WP Dalam Negeri (orang pribadi/badan/warisan yang belum dibagi) dan
WP BUT sebagaimana diatur di Pasal 17 UU PPh. Disebut tarif Pasal 17 karena ketentuannya
diatur di Pasal 17 UU PPh. Tarif Pasal 17 digunakan untuk menghitung PPh tahunan dan PPh
bulanan Pasal 21.
2. Tarif Fiksi/Khusus yaitu tarif yang besarnya ditentukan berdasarkan kira-kira saja oleh UU PPh,
seperti tarif PPh Pasal 23 sebesar 15% atau oleh pejabat yang diberi wewenang oleh UU PPh (bisa
Presiden, Menteri Keuangan, Dirjen Pajak), seperti tariif PPh final dan tarif PPh Pasal 22. Tarif
Fiksi/Khusus digunakan untuk pemajakan bulanan, PPh Final, Uang Muka PPh seperti PPh
bulanan Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23.
3. Tarif Pasal 26 untuk WP luar negeri selain BUT sebagaimana diatur di Pasal 26 UU PPh.
Dinamai tarif Pasal 26 karena ketentuannya diatur di Pasal 26 tarif PPh. Tarif Pasal 26 digunakan
untuk pemajakan/perhitungan pasal 26.
Sementara, bagi penerima penghasilan (wajib pajak) yang tidak punya NPWP, tarif yang
dikenakan lebih tinggi 20% dari tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP.
Berikut ini rincian tarifnya:
• Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21
yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
• Ketentuan di atas diterapkan untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan system pajak yang
ditanggung pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali dalam;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun pajak 2005
(sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah)
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/KMK.03/2005, berlaku untuk tahun pajak 2006.
Secara umum, langkah-langkah atau mekanisme dalam penghitungan umum PPh Badan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Yaitu dengan cara menghitung (menentukan) besarnya penghasilan neto fiskal dikurangi dengan
kompensasi kerugian fiskal
PPh Terutang = Penghasilan Kena Pajak X Tarif PPh Badan atau dapat dijelaskan sebagai berikut:
Peredaran Bruto Rp xxxxx
Biaya – biaya Rp xxxxx
-------------------
Penghasilan Neto Rp xxxxx
Kompensasi Kerugian Rp xxxxx
-------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp xxxxx
Tarif Pajak xxx %
------------------X
PPh Terutang Rp xxxxx
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA.,AK, Dkk. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Sari, Diana. (2016). Konsep Perpajakan. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Wahyuningsih , Tiesnawati. (2015). Administrasi Perpajakan. Banten: Universitas Terbuka.
www.online.pajak.com. (2016). Tarif Pajak PPh 21. (Online), (https://www.online-pajak.com
/tarif-pajak-pph-21), diakses tanggal 07 Agustus 2020.