Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN AKUNTANSI 2020

Mata Kuliah : Perpajakan


Dosen Pengampuh :
Prof. Dr. Muhammad Azis, M.Si
M. Ridwan Tikollah, S.Pd., M.SA
Fajriani Azis, S.Pd., SE., M.Si

Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar
Andi Syaripa Nur
Aldyta Adil
(200902500006)

Riska Rahmat
(200902502010)
Identitas
Kelompok
😎
Siti Khadija
(200902501018)

Nurul Syafirah
(200902502007)

Ermanto Limbu
(200902501001)
Pokok Pembahasan
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur
pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam Tahun Pajak.

a. Orang pribadi.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak.

Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan


komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan
nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif.

Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Subjek Pajak Subjek Pajak


Dalam Negeri luar Negeri

Orang pribadi Orang pribadi yang tidak


Badan bertempat tinggal diindonesia
Warisan
Orang pribadi yang berada
diindonesia tidak lebih dari 183
hari dalam 12 bulan

Subjek Pajak Waris

Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan luar negeri


Dikenakan pajak atas penghasilan. baik yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia dan
Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang
dari luar Indonesia.
berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
Dikenakan pajak berdasarkan peng- hasilan bruto.
Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif sepadan
neto. Tarif pajak yang digunakan adalah. tarif
(Tarif UU PPh Pasal 26).
umum (Tarif UU PPh Pasal 17).
Tidak wajib menyampaikan SPT.

Wajib menyampaikan SPT.


Kewajiban Wajib Pajak
Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi:
- Saat meninggal.
Subjek pajak dalam negeri orang pribadi :
- Saat meninggalkan Indonesia selama-
-Saat dilahirkan.
lamanya.
-Saat berada di Indonesia atau berniat
bertempat tinggal di Indonesia.
Subjek Pajak Dalam Negeri Badan:
- Saat dibubarkan atau tidak lagi
Subjek Pajak Dalam Negeri Badan:
bertempat kedadukan di Indonesia.
-Saat didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:
- Saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:
- Saat menjalankan usaha atau melaku- kan kegiatan Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui BUT:
melalai BUT di Indonesia. - Saat tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Sabjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui BUT:
- Saat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui BUT:
Warisan Belum Terbagi:
- Saat tidak lagi menerima atau memperoleh
- Saat timbulnya warisan yang belum terbagi penghasilan dari Indonesia.

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwaikilan diplomatik dan konsulat , dengan syarat:


a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memper penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3. Organisasi internasional, dengan syarat:


a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran
para anggota.

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:


a. Bukan warga Negara Indonesia.
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
Yaitu Penghasilan

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat


DASAR b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
PENGENAAN dalam garis keturunan lurus satu derajat,
PAJAK c.Warisan.
d.Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
Penghasilan kena pajak (WP Badan) = pekerjaan atau jasa yang diterima
penghasilan netto e. Pembayaran dari perusahaan asuransi
f. Dividen atau bagian laba yang diterima
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi) = g.Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
penghasilan netto - PTKP pensiun
h. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer
i.Penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura
j.Beasiswa
k.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan.
l.bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Besarnya PTKP setahun yang berlaku mulai 1 Januari Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
015 adalah: tertentu,
. Rp 36.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi.

. Rp 3.000.000.00 tambahan untuk Wajib Pajak yang


kawin.
Cara menghitung PKP
. Rp 36.000.000,00 tambahan untuk seorang istri yang 1. Menggunakan pembukuan.
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,
engan syarat: Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi)
a. Penghasilan istri tidak semata mata diterima = Penghasilan netto - PTKP
atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah = (Penghasilan bruto - Biaya yang diperkenankan UU PPh) - PTKP
dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
Undang-undang PPh pasal21 Penghasilan Kena Pajak (WP Badan)
b. Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan = Penghasilan netto
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota = Penghasilan bruto - Biaya yang diperkenankan UU PPh
keluarga yang lain.

2. *Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan


. Rp 3.000.000,00 tambahan untuk setiap anggota
Norma Penghitungan Penghasilan Netto*
keluarga sedarah dan keluarga se menda dalam garis
keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang
Wajib Pajak yang boleh menggunakan Norma Penghitungan
menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
Penghasilan Netto adalah Wajib Pajak orang pribadi yang memenuh
syarat sebagai berikut:
1. Peredaran bruto kurang dari Rp 4.800.000.000,00 per tahun.
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun buku.
3. Menyelenggarakan pencatatan
WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
DALAM NEGERI

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk


WAJIB PAJAK
perseroan terbuka yang palingsedikit 40% (empat
DALAM NEGERI puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor di perdagangkan di bursa efek di Indonesia
DAN BENTUK
dan memenuhi persyaratan tertentu lain-nya dapat
USAHA TETAP memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah daripada tarifyang berlaku. Wajib Pajak badan
dalamn negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp50.000.000.000,00 mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00.

Pajak Penghasilan (Wajib Pajak Badan)


= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= Penghasilan netto x tarif pasal 17
= (Penghasilan bruto biaya yang diperkenankan UU PPh) x tarif pasal 17

Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)


= Penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= (Penghasilan netto PTKP)x tarif pasal 17
= [(Penghasilan bruto biaya - yang diperkenankan UU PPh)- PTKP] x tarif pasal 17

*CARA MELUNASI PAJAK*

Pelunasan Pajak Tahun Berjalan.

Pelunasan Pajak sesudah akhir tahun.


BENTUK USAHA TETAP ADALAH BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH
ORANG PRIBADI YANG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA,ORANG
PRIBADI YANG BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM
JANGKA WAKTU 12 BULAN, DAN BADAN YANG MENJALANKAN USAHA ATAU
MELAKUKAN KEGIATAN DI INDONESIA

BUT DAPAT BERUPA :

• TEMPAT KEDUDUKAN MANAJEMEN


• CABANG PERUSAHAAN • Penghasilan dari usaha
• KANTOR PERWAKILAN atau kegiatan BUT
• GEDUNG KANTOR tersebut dan dari harta
• PABRIK yang dimiliki atau
• BENGKEL
dikuasai
• GUDANG
• RUANG UNTUK PROMOSI DAN PENJUALAN
• penghasilan kantor
• PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN pusat dari usaha atau
SUMBER ALAM kegiatan, penjualan
• WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK barang atau pemberian
DAN GAS BUMI jasa di Indonesia yang
• PERIKANAN, PETERNAKAN, PERTANIAN, sejenis dengan yang
PERKEBUNAN, ATAU KEHUTANAN
• PROYEK KONSTRUKSI, INSTALASI, ATAU dijalankan atau
PROYEK PERAKITAN dilakukan BUT di
• PEMBERIAN JASA DALAM BENTUK APAPUN Indonesia
OLEH PEGAWAI ATAU ORANG LAIN
• ORANG ATAU BADAN YANG BERTINDAK
SELAKU AGEN YANG KEDUDUKANNYA
TIDAK BEBAS • penghasilan
• AGEN ATAU PEGAWAI DARI PERUSAHAAN sebagaimana tersebut
ASURANSI YANG TIDAK DIDIRIKAN DAN
TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI dalam PPh pasal 26 yang
INDONESIA diterima atau diperoleh
• KOMPUTER, AGEN, ELEKTRONIK, ATAU kantor pusat, sepanjang
PERALATAN OTOMATIS YANG DIMILIKI, terdapat hubungan efektif
DISEWA, ATAU DIGUNAKAN OLEH
PENILAIAN:
antara BUT dengan harta
PENYELENGGARA TRANSAKSI
ELEKTRONIK atau kegiatan yang
memberikan penghasilan
dimaksud
Penentuan Laba BUT
• Pembayaran oleh BUT
kepada kantor pusat yang
tidak diperbolehkan
dibebankan sebagai biaya
adalah :
A. Royalti atau imbalan lain
B. Imbalan sehubungan dengan jasa
manajemen dan jasa lainnya
C. Bunga, kecuali bunga yang
berkenaan dengan usaha perbankan

• Berkaitan dengan usaha atau


kegiatan BUT, yang besarnya
ditetapkan Dirjen Pajak

PERLAKUAN PAJAK ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK DARI


SUATU BUT YANG DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA

Penghasilan Kena pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu


Bentuk Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20 %
(bersifat final), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia

Bentuk Usaha tetap yang melakukan penanaman kembali wajib


menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk penanaman
yang dilakukan kepada Dirjen pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh tahun
pajak diterima atau diperolehnya penghasilan yang bersangkutan
Penyusutan
Untuk Menghitung Besarnya
penyusutan harta tetap berwujud
dibagi menjadi dua golongan
yaitu:

PENDAHULUAN -Harta berwujud yang bukan


Menurut undang undang pajak Bangunan terdiri dari empat
penghasilan, penyusutan atau kelompok yaitu
Depresiasi merupakan konsep Kelompok 1= kelompok harta
alokasi harga perolehan harta berwujud bukan bangunan
tetap berwujud, sedangkan yang mempunyai masa
Amortisasi merupakan konsep manfaat 4 tahun
alokasi harga perolehan harta
tetap tidak berwujud dan harga Kelompok 2= kelompok harta
perolehan harta sumber alam berwujud bukan bangunan
yang mempunyai masa
manfaat 8 tahun
Metode dan tarif penyusutan
Metode penyusutan yang
Kelompok 3= kelompok harta
dipergunakan adalah metode garis
berwujud bukan bangunan
Garis lurus dan metode saldo
yang mempunyai masa
menurun. Wajib pajak
manfaat 16 tahun
diperkenankan untuk memilih
salah satu metode untuk
Kelompok 4= kelompok harta
melakukan penyusutan. Metode
garis lurus diperkenankan untuk berwujud bukan bangunan
semua kelompok harta tetap yang mempunyai masa
berwujud, Sementara metode saldo manfaat 20 tahun
menurun hanya diperkenankan
untuk kelompok harta berwujud -Kelompok berwujud yang
bukan bangunan saja berupa bangunan dibagi menjadi
dua yaitu
Saat dimulainya penyusutan
Saat penyusutan dapat dimulai pada Permanen= masa manfaatnya
-Bulan dilakukannya pengeluaran
20 tahun
-Untuk harta yang masih dalam
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan pengerjaan harta tersebut selesai Tidak permanen= Bangunan
-Dengan izin dari direktur jenderal pajak
yang bersifat sementara masa
penyusutan dapat dimulai pada bulan
harta berwujud mulai digunakan untuk manfaatnya tidak lebih dari 10
mendapatkan dan memelihara tahun
penghasilan atau pada bulan harta
tersebut mulai menghasilkan
CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN
PT AGRIJAYA PADA BULAN JULI 2014 MEMBELI
SEBUAH ALAT PERTANIAN YANG MEMPUNYAI MASA
MANFAAT EMPAT TAHUN SEHARGA
RP1.000.000,00. PERHITUNGAN PENYUSUTAN ATAS
HARTA TERSEBUT ADALAH SEBAGAI BERIKUT

JAWABAN

Alternatif 1= metode garis lurus


Amortisasi tahun 2014= 25% x Rp.
100.000.000,00= Rp 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2015= 25% x Rp.
100.000.00,00=Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2016= 25% x Rp
100.000.000,00= Rp 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2017= 25% x Rp.
100.000.000,00= Rp 25.000.000,00

Alternatif 2= metode saldo menurun


Amortisasi tahun 2014= 50% x Rp 100.000.000,00= Rp 50.000.000,00
Amortisasi tahun 2015= 50% x (Rp 100.000.000,00= Rp 50.000.000,00)
50% x Rp 50.000.000,00= Rp 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2016= 50% c (Rp 50.000.000,00= Rp 25.000.000,00
50% x Rp 25.000.000,00= Rp 12.500.000,00
Amortisasi tahun 2017=Diamortisasi sekaligus = Rp 12.500.000,00

Formulir dan info lainnya di


www.situssangathebat.co.id
Rangkuman
Senin, 29-Maret-2021
PENGHASILAN
UMUM
Ph)
P a ja k P e nghasilan (P
ndang Penghasila
n BUT
•Undang-u a n P a ja k
pengena engan
mengatur ja k berkenaan d Bentu
k usah
ubje k p a
terhadap s ang diterim
a atau bentu
a teta
p ada
h as ila n y k usah lah
peng ajak.
h n y a d ala m Tahun P diperg
unaka
a yan
g
diperole pribad
n oleh
i yang o rang
h:
i s u b je k p ajak adala berte
mpat
tidak
jad
•Yang men ibadi
Indon
esia,o tingga
1.Orang pr berad ra ng pri
l di
2.Badan a di In b adi ya
lebih dones ng
aha Tetap dari 1 ia tida
3.Badan Us jangk 83 ha k
a wak ri dala
tu 12 m
dalah badan
enjadi objek pajak a yang
bulan
, dan
•Yang m n usaha menja
la
penghasila atau m
elaku
n kan
kegia kan
tan di
Indon
esia

PENYUSUTA
N

Saat penyu
sutan dapa
-Bulan dilak t dimulai pa
ukannya pe da
-Untuk harta n geluaran
yang masih
dimulai pad dalam peng
a bulan pen erjaan, pen
gerjaan har yusutannya
-Dengan izin ta te
dari direktu rsebut sele
dimulai pad r jenderal p sai
a bulan har a ja k penyusuta
mendapatk ta berwujud n dapat
an dan mem mulai digun
elihara pen akan untuk
harta terse g h a sila n atau pada
but mulai m bulan
enghasilkan
Ayo Bayar Pajak

deo Materi
Vi

Anda mungkin juga menyukai