(PPh)
Kelompok 6
Kelompok 6
• Gilang Antono_210810301024
• Tanaya Deva_210810301087
• Novia Ramadhani_210810301138
• Asna Nadzirotul_210810301152
• Afif Tegar_210810301182
Subjek Pajak
Orang atau badan atau pihak yang dituju oleh undang undang
untuk dikenai pajak
• Orang pribadi
• Warisan yang belum terbagi • Subjek pajak dalam negeri
• Badan • Subjek pajak luar negeri
• Bentuk usaha tetap
Bukan Subjek Pajak
Orang Pribadi
Penghasilan kena pajak = penghasilan sebagai objek pajak - biaya - Penghasilan Norma penghitungan penghasilan bruto
Tidak Kena Pajak
Saat Pelunasan Pajak Penghasilan
Pada akuntansi komersial berbasis Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menggunakan istilah "beban",
tetapi dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan menggunakan istilah "biaya"
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
• Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun, misalnya gaji, biaya
administrasi dan bunga, dan sebagainya,
• Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Pengeluaran beban atau biaya
ini, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Peraturan Pemerintah Tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak
Peraturan pemerintah nomor 94 tahun 2010 tentang perhitungan penghasilan kena pajak dan pelunasan
pajak penghasilan dalam tahun berjalan dan mengatur pula mengenai pengeluaran dan biaya yang tidak
boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak wajib pajak dalam negeri.
Demikian halnya yang berkaitan dengan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang
mewah (PPnBM) selanjutnya peraturan pemerintah mengatur bahwa pajak masukan yg tidak dapat
dikreditkan (pasal 9 ayat 8 undang-undang PPN dan PPnBM) dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Bantuan atau Sumbangan
Dikecualikan dari Objek
Pajak
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
"g" bahwa bantuan atau sumbangan termasuk zakat
atau sumbangan keagamaan dikecualikan dari objek
Pajak Penghasilan, yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2009 meliputi:
• Bantuan atau sumbangan adalah pemberian dalam
bentuk uang/barang kepada orang pribadi atau
badan
• Zakat yang diterima oleh lembaga amil zakat, dan
penerima zakat yang berhak
PENGHASILAN TIDAK KENA
PAJAK
(PTKP)
PTKP adalah Nominal penghasilan wajib pajak yang tidak dikenakan pajak. PTKP diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010//2016. adapun ketentuannya sebagai
berikut:
• Rp 54.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
• Rp 4 500.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp 54.000.000,00 tima pilih empat juta rupiah) tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
• Rp 4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggangan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
TARIF PAJAK TARIF PAJAK UMUM
Tarif pajak yang mengacu dalam Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) No.
7 Tahun 2021
Berikut ini Tarif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
berdasarkan UU HPP No. 7 Tahun 2021:
Sistem pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan
ekonomis. oleh karena itu, pada pasal 8 UU Pajak Penghasilan mengatur bahwa "Seluruh penghasilan
atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak dianggap sebagai penghasilan
atau kerugian suaminya". Akan tetapi terdapat beberapa hal yang menyebabkan penghasilan suami-
istri tidak dapat digabungkan sebagai berikut:
• Suami-istri telah hidup berpisah
• Suami-istri mengadakan perjanjian tertulis atas pemisahan harta dan penghasilan
Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal
HAK ISTIMEWA
langsung atau tidak langsung paling rendah
sebesar 25% pada Wajib Pajak Lain.
salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan mendorong untuk melakukan
Penanaman Modal baik didalam negeri maupun Penanaman Modal asing. oleh karena itu untuk mendorong
terjadinya Penanaman Modal, Pemerintah memberikan kebijakan ekonomi berupa pemberian fasilitas
perpajakan khususnya Pajak Penghasilan yang dinilai efektif mendorong wajib pajak melakukan Penanaman
Modal.
Pengaturan Penanaman Modal di Bidang Usaha
Tertentu Sesuai Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Di dalam undang-undang perpajakan diberlakukan perlakuan yang sama terhadap semua wajib pajak. Namun terdapat beberapa kemudahan yang
diberikan kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu. Kemudahannya berupa
fasilitas perpajakan sebagaimana berikut:
• Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan.
• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
• Kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 tahun.
• Pengenaan pajak penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 sebesar 10% , kecuali apabila tarif menurut perjanjian
perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.
Fasilitas Perpajakan
untuk KAPET
• Pengurangan penghasilan neto 30% dari jumlah
penanaman modal yang dilakukan
• Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan/atau
amortisasi yang dipercepat
• Kompensasi kerugian fiskal, mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai paling lama 10
tahun
• Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang
dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar
10% atau tarif yang lebih rendah menurut
persetujuan penghindaran pajak berganda yang
berlaku
Fasilitas Pengurangan Pajak
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Badan
Perlakuan PPh atas Penjualan Barang atau Pembebanan Kerugian Selisih Kurs Tahun 1997 bagi
Pemberian Kredit dengan Fasilitas Khusus yang Wajib Pajak Merger
Diberikan kepada Karyawan
Keputusan Menteri Keuangan No 422/KMK.04/1998 Tanggal 9
September 1998 dan ditindaklanjuti dengan SE No. 27/Pj.42/1998
Pasal 4 ayat 3 huruf d Undang-Undang PPh. Tanggal 25 Agustus 1998.
Perlakuan PPh atas Biaya Bunga dan Biaya Perlakuan PPh atas Sewa
Overhead dalam Masa Konstruksi
Keputusan Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE • Sewa dengan hak opsi
22/Pj.42/1999 Tanggal 27 Mei 1999. • Sewa tanpa hak opsi
Pembagian Hasil
• Bagian Penerimaan Pemerintah Daerah
dibagi dengan hubungan 40% dan 60%
• Khusus provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
alokasi bagian penerimaan Pemerintah
Daerah dibagi menjadi 30%, 28%, dan 42%
• Pengalokasian kabupaten atau kota diatur
berdasarkan usulan gubernur
• Dirjen Pajak menyiapkan data pembagian
sementara hasil Penerimanaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi dalam negeri dan
PPH 21
Pengakuan Penghasilan atas
Penghasilan Bank Berupa Kredit
Nonperforming
Kredit non performing merupakan kredit yang diberikan oleh • Apabila debitur tidak melakukan penyesuaian saat
bank yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, pengakuan biaya bunga maka harus dilakukan koreksi fiscal
dan macet. Dasar yang digunakan yaitu Keputusan Direktur melalui prosedur lain yang berlaku.
Jenderal Pajak No. Kep. 184/Pj/2002. • Ketika terjadi gagal bayar oelh debitur sehingga bank
melakukan penghapusan piutang tak tertagih atas bunga,
maka konsekuensinya ialah bunga tersebut belum diakui
TATA CARA PELAKSANAAN DAN PERMASALAHANNYA
sebagai penghasilan bank dan biaya debitur.
• Bank mempunyai kewajiban menyerahkan daftar debitur yang
• Dengan berlakunya Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.
kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan acet
184/Pj./2002 mulai tahun pajak 2001 maka bagi WP dan
kepada Kantor Pelayanan Pajak
debitur yang telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak
• Bank dan debitur yang terkait harus membuat Perjanjian
Penghasilan Badan dapat menerapkan ketentuan melalui
Tambahan pembetulan SPT Tahunan PPH Badan tahun pajak 2001
• Bank dapat secara langsung menerapkan ketentuan dalamm
Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.184/Pj./2002 yang
mengatur saat penghasilan bunga diterima bank.
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN