Dosen Pengampu:
Oktaviani Ari Wardhaningrum, S.E., M.Sc.
Disusun Oleh:
Habibatul Izzah
NIM: 210810301003
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. Profil PT HM Sampoerna Tbk.
PT HM Sampoerna Tbk. merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar di
Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913. Sebelumnya,
perusahaan ini dimiliki oleh keluarga Sampoerna. Namun, sejak Mei 2005 kepemilikan
mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar
di dunia dari Amerika Serikat.
Sebagai industri rumah tangga PT HM Sampoerna Tbk. resmi didirikan pada tahun
1963 dengan kantor pusat berada di Jl. Rungkut Industri Raya No.18 Surabaya, Jawa
Timur. Perusahaan ini klasifikasi bisnisnya tergolong korporasi dan beroperasi dalam
skala yang besar. Terlihat dari konsumennya yang meliputi seluruh penduduk di
Indonesia terutama orang dewasa. Perusahaan ini bersifat manufaktur karena
memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi.
Secara keseluruhan, PT HM Sampoerna Tbk. berada pada posisi yang baik untuk
memanfaatkan lingkungan demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan alam dan
pesaing. Namun, perusahaan tersebut perlu tetap kompetitif di pasar yang ramai untuk
mempertahankan posisinya.
Tabel 1. Analisis Komparatif dan Common Size Laporan Posisi Keuangan (Liabilitas)
PT HM Sampoerna Tbk. Tahun 2020-2021
a) Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas jangka pendek PT HM Sampoerna Tbk. terdiri dari 9 komponen,
dimana seluruh komponennya merupakan kewajiban operasi. Hal ini
menunjukkan bahwa pendanaan jangka pendek perusahaan tidak memiliki beban
finansial berupa bunga.
Jumlah liabilitas jangka pendek Rp. 16,748,834 juta pada tahun 2020 dan
Rp. 21,964,259 juta pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa liabilitas
jangka pendek mengalami peningkatan sebesar Rp. 5,220,425 juta atau 31,18%.
Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya pinjaman jangka panjang yang jatuh
tempo dalam satu tahun menjadi sebesar Rp. 159.167 juta pada tahun yang semula
Rp. 117,373 juta. Penyebab lain dari meningkatnya liabilitas jangka pendek PT
HM Sampoerna pada tahun 2021 adalah naiknya utang usaha pihak ketiga sebesar
Rp. 662,973 juta atau 24.78%, naiknya utang usaha pihak berelasi sebesar Rp.
113,557 juta atau 14.33%, adanya liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
sebesar Rp. 78,971 juta, naiknya beban akrual jangka pendek sebesar Rp. 16,861
juta atau 6.99%, naiknya liabilitas imbalan pasca kerja jangka pendek sebesar Rp.
34,255 juta atau 4.40%, dan naiknya utang cukai sebesar Rp. 5,287,406 atau
55.38%.
Berdasarkan hasil analisis komparatif dari laporan laba rugi diatas, dapat
diketahui bahwa laba perusahaan pada tahun 2021 menurun sebesar Rp. 1,444,218
juta atau 16,8% mulai dari Rp. 8,581,378 juta di tahun 2020 menjadi Rp. 7,137,097
juta di tahun 2021. Penurunan ini disebabkan oleh faktor ekonomi, yaitu kontraksi
margin sebagai akibat kenaikan tarif cukai (Tabel 1) dan adanya sejumlah
pengeluaran tetap di tengah merosotnya pendapatan pada tahun 2018-2021 akibat dari
wabah covid-19.
Sedangkan, pada hasil analisis common size dari laporan laba rugi diatas,
dimana setiap pos laba rugi dibandingkan dengan total pendapatan kemudian
dikalikan 100% untuk menunjukkan besarnya kenaikan/penurunan setiap pos pada
laporan laba rugi dalam bentuk persentase. Dapat diketahui bahwa pada tahun 2021,
perusahaan mengalami penurunan laba sebesar 2,06% mulai dari 9,28% di tahun 2020
menjadi Rp. 7,22% di tahun 2021.
Berdasarkan hasil analisis komparatif dan analisis common size, maka dapat
disimpulkan bahwa laba PT HM Sampoerna Tbk pada tahun 2021 mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena kenaikan tarif cukai dan adanya sejumlah
pengeluaran tetap di tengah merosotnya pendapatan, sehingga dapat dikatakan dana
perusahaan semakin menurun.
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa rasio pada tahun 2020
sebesar 64,26% dan rasio pada tahun 2021 sebesar 81,87%. Hal ini menunjukkan
bahwa rasio pada tahun 2021 lebih tinggi dari tahun 2020 yang disebabkan karena
pada tahun 2021 total utang perusahaan yang lebih tinggi, perusahaan mampu
membayar dengan modal yang lebih rendah dari tahun 2020. Artinya, pada tahun
2021 perusahaan dikatakan semakin baik (solvable) dalam melunasi utangnya.
2. Rasio Total Utang terhadap Total Asset (Debt Ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan total aset
(aktiva) dalam menutupi utang yang dimiliki oleh perusahaan.
2021 2020
Rasio Utang = Total Liabilitas Rasio Utang = Total Liabilitas
Total Aset Total Aset
= 23,899,022 = 19,432,604
53,090,428 49,674,030
= 0.450156891 = 0.391202485
= 45.02% = 39.12%
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa rasio pada tahun 2020
sebesar 39,12% dan rasio pada tahun 2021 sebesar 45,02%. Hal ini menunjukkan
bahwa rasio pada tahun 2021 lebih tinggi dari tahun 2020, artinya rasio pada tahun
2020 lebih baik (solvable) dari tahun 2021.
2020
Rasio Kelipatan Bunga = Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Beban Bunga
Beban Bunga
= 11,161,466
-
=-