Anda di halaman 1dari 24

MODUL

PERTEMUAN 13

Analisis Sewa Beli

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I. Latar Belakang ............................................................................................ 1
II. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
III. Tujuan Makalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
SEWA GUNA USAHA (LEASING) DAN PEMBELIAN KREDIT .................... 3
A. Sewa Guna Usaha (Leasing) Sebagai Salah Satu Lembaga Pembiayaan ... 3
1. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing) ............................................... 3
2. Syarat dan Ciri Leasing......................................................................... 4
A. Jenis Leasing ......................................................................................... 5
4. Keuntungan Memilih Leasing .............................................................. 7
5. Bentuk dan Isi Perjanjian Leasing ........................................................ 7
B. Pembelian Kredit ......................................................................................... 8
1. Informasi dalam Pembelian Kredit ....................................................... 8
2. Divisi yang Terkait dalam Pembelian Kredit ....................................... 8
3. Dokumen yang Digunakan dalam Pembelian Kredit ........................... 8
4. Prosedur Pembelian Kredit ................................................................... 9
C. Perbedaan Leasing dengan Pembelian Kredit ........................................... 10
D. Perbandingan pembiayaan kredit bank dan leasing .................................. 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21
Kesimpulan ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia yang ada di dunia ini pasti harus bisa
mempertahankan dirinya masing-masing. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mempertahankan hidupnya adalah dengan menjalankan bisnis. Bisnis dapat diartikan
sebagai sebuah wadah sebagai organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan
maksud untuk mendapatkan laba atau untung.

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi marak. Dengan
berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang tak dapat dielakkan
lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung
dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam
meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang
memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang
mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana
ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam mengembangkan
usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga keuangan nonbank. Yang
membedakan lembaga pembiayaan dengan bank adalah bank mengambil dana secara
langsung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan tidak mengambil dana secara
langsung dari masyarakat.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna
usaha atau biasa disebut juga dengan leasing. Saat ini, leasing merupakan salah satu
cara perusahaan memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses yang
berkepanjangan. Semuanya telah diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh
berbagai perusahaan. Leasing juga merupakan salah satu langkah penghindaran resiko
tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang ada.

Bisa dilihat dari prospek kebutuhan pembangunan, usaha leasing jelas dapat
berkembangan pesat dan memainkan peranan aktif sebagai lembaga keuangan baru,
yang khusus bergerak dalam penyediaan barang modal, sebagai alternatif sumber
pembiayaan suatu perusahaan bisnis dan mempunyai harapan untuk memenuhi
kebutuhan pasarnya yang luas.

Potensi Bisnis leasing di Indonesia sudah lama diamati oleh para penanam modal.
Sebelum tahun 1980, jumlah perusahaan leasing yang beroperasi 5 perusahaan.
Kemudian melalui kampanye penggalangan usaha di bidang leasing oleh pemerintah,
para investor terus meningkat. Yahun 1988 di Jakarta saja sudah tercatat 83 perusahaan
2

leasing yang sudah menjalankan operasinya, bahkan sudah dibentuk Asosiasi Leasing
Indonesia (ALI). Beberapa perusahaan besar juga bergabung dalam Asosiasi Leasing
Indonesia, seperti Adira Finance dan Adira Kredit.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian sewa guna usaha ?
2. Apa saja syarat dan ciri dari sewa guna usaha ?
3. Apa saja jenis sewa guna usaha?
4. Bagaimana keuntungan yang diberikan jika melakukan sewa guna usaha ?
5. Bagaimana bentuk dan isi perjanjian leasing ?
6. Apa itu pengertian pembelian kredit ?
7. Apa saja divisi-divisi yang terkait dalam pembelian kredit ?
8. Dokumen apa saja yang digunakan dalam pembelian kredit ?
9. Apa perbedaan leasing dengan pembelian kredit ?

III. Tujuan Makalah


Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta memperkenalkan kepada
pembaca mengenai salah satu lembaga pembiayaan yaitu sewa guna usaha / leasing dan
pembelian secara kredit. Penulis juga membuat makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Keuangan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

SEWA GUNA USAHA (LEASING) DAN PEMBELIAN KREDIT

A. Sewa Guna Usaha (Leasing) Sebagai Salah


Satu Lembaga Pembiayaan
Dunia bisnis di dalam negara berkembang seperti Indonesia sebagaimana dikemukakan
oleh Francis Abraham menjadi salah satu titik perhatian dan perubahan menuju
modernitas. Modernitas dapat dilihat sejauh mana kegiatan bisnis berjalan lancar dan
maju dalam sebuah negara. Selain itu minimnya campur tangan pemerintah dalam dunia
bisnis, juga mengindikasikan suatu kompetisi pasar yang sehat.

Namun, sebagai sebuah negara yang tengah berkembang, suatu Perusahaan tidak selalu
memilki modal yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan alat maupun operasional
kegiatan usahanya. Misalkan sebuah perusahaan membutuhkan barang modal berupa
komputer atau mesin pabrik, namun komputer merupakan teknologi yang sewaktu-
waktu cepat berubah dan berkembang semakin canggih, sehingga jika harus membeli
maka dihawatirkan akan menjadi barang rongsok pada saat tuntutan kerja
membutuhkan komputer yang lebih canggih.

Sedangkan untuk pengadaan mesin pabrik, harganya cukup tinggi, sehingga perusahaan
perlu berpikir ulang apakah perlu membeli ataukah tidak. Pertimbangan resiko rusak
juga menjadi perhatian yang serius. Dalam contoh masalah seperti inilah Leasing atau
yang lebih dikenal dengan sewa guna usaha memilki peran yang sangat membantu.
Untuk memahami leasing lebih dalam, maka makalah ini mencoba untuk mengupas
Leasing dari pengertian, jenis, ciri pembeda dengan perjanjian sewa pada umumnya
serta aturan umum terkait dengan leasing itu sendiri.

1. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)


Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan. Namun leasing
mempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa disamakan dengan sewa-
menyewa biasa. Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha adalah
setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
4

Sementara itu Zaeni Asyhadie menyatakan bahwa leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang
modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan
kriteria sebagai berikut:

1) Pembayaran sewa dilakuakn secara berkala


2) Masa sewa ditentukan sesuai dengan jenis barang modal yang
dileasingkan
3) Disertai hak opsi, yaitu hak dari perusahaan pengguna barang modal
untuk mengembalikan atau membeli barang modal pada akhir jangka
waktu perjanjian leasing.

Dengan melihat pengertian di atas, maka kita dapat mengidentifikasi para pihak yang
terkait dengan leasing ini, yaitu:

1) Lesse, perusahaan pengguna barang


2) Lessor, perusahaan lembaga pembiayaan penyandang dana
3) Suplier, perusahaan penyedia barang
4) Perusahaan asuransi.

2. Syarat dan Ciri Leasing


Syarat dan ciri leasing menurut Agnes Sawir meliputi lima hal yaitu:
1) Objek leasing: meliputi segala macam barang modal mulai dari
pesawat terbang hingga mesin dan komputer untuk keperluan kantor.
2) Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing: penyewa adalah perusahaan
atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari perusahaan leasing (lessor). Hanya perusahaan yang
telah mendapat izin dari Departemen Keuangan saja yang boleh
menjadi lessor.
3) Pembayaran berkala dalam jangka waktu tertentu: pembayaran
leasing dilakukan secara berkala seperti setiap bulan, setiap kuartal
atau setiap semester.
4) Nilai sisa atau residual value: pada perjanjian leasing ditentukan suatu
nilai sisa. Ini tidak dikenal dalam pejanjian sewa menyewa.
5) Hak opsi bagi lesse untuk membeli aktiva: pada akhir masa leasing,
penyewa atau lesse mempunyai hak untuk menentukan apakah dia
ingin membeli barang tersebut sebesar niali sisa atau mengembalikan
barang tersebut kepada pihak yang menyewakan (lessor).

Sementara itu menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keisjer, ciri-ciri leasing
adalah sebagai berikut:

1) Leasing merupakan suatu cara pembiayaan. Meski ada aspek lain dari
leasing, namun aspek pembiayaan ini yang paling menonjol atau ciri
utama.
5

2) Ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benada yang
di-lease tersebut. Inilah perbedaan pokok dengan sewa menyewa
biasa. Pada umunya masa leasing dalam suatu financelease sama
dengan masa kegunaan ekonomis benda yang di-lease.
3) Hak benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini menimbulkan
dampak tertentu, antara lain yang penting adalah dibidang akuntansi
seperti penyusunan di bidang uhkum, diantaranya dalam hal
melaksanakan perjanjian leasing apabila cedera janji atau wanprestasi
dan dalam hal kepailitan.
4) Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang
dugunakan dalam suatu perusahaan. Pengertian benda-benda yang
digunakan untuk suatu perusahaan harus diberi pengertian yang luas,
yakni benda-benda yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan,
jadi bukan saja mesin-mesin produksi, namun juga komputer atau
kendaraan bermotor.

Berdasarkan syarat dan ciri leasing di atas, maka praktek jual beli motor yang dikatakan
dengan sistem leasing, namun karena tidak ada hak opsi dari pemakai barang, maka hal
tersebut sebenarnya tidak bisa disebut sebagai leasing. Asyhadie menyebut jual beli
kredit sepeda motor ini sebagai pembiayaan konsumen.

A. Jenis Leasing
Secara umum leasing dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu financiallease,
dan operating lease. Hal yang membedakan keduanya adalah terkait dengan hak
kepemilikan secara hukum, cara pencatatan dalam akuntanasi serta besarnya biaya
rental.

1) Financial lease.

Perusahaan leasing pada jenis ini berfungsi atau berlaku sebagai suatu
lembaga keuangan. Lessee yang membutuhkan suatu barang modal
menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang yang dibutuhkan dan
mengadakan negosiasi langsung dengan suplier mengenai harga, syarat-
syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.

Lessor hanya berkepentingan terhadap kepemilikan barang tersebut secara


hukum. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang
teserbut kepada suplier dan barang tersebut kemudian diserahkan kepada
lessee. Sebagai imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut, lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang rental untuk jangka
waktu tertentuyang telah dispekati bersama. Jumlah rental ini secara
keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar lessor ditambah
faktor bunga serta keuntungan untuk pihak lessor.

Suatu leasing diklasifikasikan sebagai leasing modal, jika memiliki salah satu
dari kondisi berikut;
6

a) Menurut perjanjian leasing, kepemilikan barang beralih secara


efektif dari lessor ke lesse
b) Lesse boleh membeli barang yang bersangkutan di bawah harga
pasar saat jatuh tempo leasing.
c) Jangka waktu jatuh leasing sama atau lebih panjang dari 75% umur
aktiva yang bersangkutan. Jadi, kalau umur aktiva 10 tahun
sedangkan jangka waktu leasing 8 tahun, maka leasing harus
dikapitalisasikan.
d) Nilai sekarang dari pembayaran sewa adalah sama ata lebih besar
90% daripada nilai aktiva dikurangi keringanan pajak yang diterima
oleh lessor.
Financial lessee dapat dibedakan menjadi dua, pertama; Direct financial lease: transaksi
ini terjadi jika lessee belum pernah memiliki barang yang dijadikan objek lease. Lessor
membeli barang atas permintaan lessee dan akan digunakan oleh lessee. Kedua, Sale
and lease back: dalam transaksi ini lessee menjual barang yang sudah dimiliki kepada
lessor, atas barang ini kemudian dilakukan suatu kontrak antara lessor dan lessee.
Lessee menerima harga penjualan dari lessor, pada saat yang sama lessee tetap dapat
menggunakan aktiva tersebut dengan disertai daftar pembayaran lease.
2) Operating lease

Operating lease atau lease service meliputi jasa keuangan maupun jasa perawatan. Jenis
barang yang ditawarkan seperti komputer, mesin potokopi, dan mobil. Dalam kontrak,
lessor wajib memelihara dan merawat peralatan yang di-lease, dan biaya perawatan ini
sudah termasuk dalam biaya lease atau diatur dalam kontrak tersendiri.

Peralatan yang di-lease biasanya tidak diarmortaisasi secara penuh-pembayaran sewa


selama masa lease tidak cukup untuk menutup seluruh harga peralatan. Namun,
perjanjian mencakup waktu yang lebih pendek dari umur peralatan yang dilease dan
lessor mengharapkan bahwa harga peralatan tersebut akan tertutup dengan
perpanjangan kontrak lease atau kontrak lease yag baru atau dari hasil pernjualan alat
tersebut.

Dalam kontrak operating lease sering dicantumkan klausul khusus yang mengatur bahwa
pihak lessee berhak mengembalikan peralatan yang dilease sebelum kontrak selesai, jika
perlatan yang dilease telah ketinggalan jaman karena perkembangan teknologi atau jika
peralatan tersebut ternyata sudah tidak diperlukan lagi.

Bentuk lain dari leasing dalah leveraged leasing. Dalam leveraged leasing, selain lessee
dan lessor, ada pihak ketiga yaitu kreditor yang membantu menyediakan dana
pembelian aktiva yang disewa. Bagi lessor, keberadaan pihak ketiga bisa membantunya
dalam pengadaan aktiva yang hendak disewakan, sehingga lessor, misalnya, hanya
menyediakan 20% hingga 30% dari dana untuk membeli aktiva, sementara sisanya akan
dipinjamnya dari pihak ketiga seperti bank komersial atau perusahaan asuransi.
7

4. Keuntungan Memilih Leasing


Agnes Sawir melihat keuntungan leasing ini dari dua sudut pandang, yaitu dari pihak
lesse maupun pihak lessor. Dilihat dari sudut pandang lesse, keuntungan penggunaan
jasa leasing adalah”
1) Leasing sebagai sumber dana
2) Fleksible. Dalam hal pemakaian peralatan yang sangat peka terhadap
perubahan teknologi, seperti komputer, menyewa dengan cara leasing
adalah lebih baik daripada membeli.
3) Menahan pengaruh inflasi. Leasing melindungi lessee dari penurunan
nilai uang yang disebabkan inflasi. Besaran agsuran yang dibayar oleh
lessee tetap sama, baik sebelum maupun setelah terjadinya inflasi.

Sementara jika dilihat dari sudut lessor, keuntungan leasing adalah

1) Tingkat bunga yang lebih tinggi dibanding lembaga keuangan (bank)


merupakan keuntungan lessor.
2) Lessor mempunyai hak secara hukum untuk menjual barang lease dan
biasanya hal tersebut lebih mudah dan lebih cepat dilakukan
dibanding dengan penjualan lelasing.
3) Lessor mempunyai posisi yang lebih baik dibandingkan kreditor jika
usaha lessee mengalami kemacetan. Seandainya lesse tidak mampu
memenuhi kewajiban dalam kntrak leasingnya, lessor berhak untuk
menarik kembali miliknya, karena secara hukum lessor masih
dinyatakan sebagai pemilik barang tersebut.

5. Bentuk dan Isi Perjanjian Leasing

Ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988, menyatakan


bahwa berjanjian leasing harus dilakukan secara tertulis dan wajib dibuat dalam bahasa
Indoensia, namun tidak ditentukan apakah harus berbentuk akta autentik atau akta di
bawah tangan. Namun mengingat pentingnya dokumen tersebut sebagai alat bukti jika
terjadi wanprestasi, maka ada baiknya akta tersebut dibuat secara outentik. Beberapa
hal yang harus ada dalam perjanjian leasing adalah:

1) Jenis transaksi leasing


2) Nama dan alamat masing-masing pihak
3) Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang modal
4) Harga perolehan, nilai pembiayaan leasing, angsuran pokok
pembiayaan, imbalan jasa leasing, nilai sisa, simpanan jaminan dan
ketentuan asuransi atas barang modal yang di-lease
5) Masa leasing
6) Ketentuan mengenai pengakhiran leasing yang dipercepat, penetapan
kerugian yang harus ditanggung lease dalam hal barang modal yang
dilease dengan hak opsi hilang, rusak, atau tidak berfungsi karena
sebab apapun.
7) Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang di-lease-kan.
8

B. Pembelian Kredit
Pengertian Pembelian kredit menurut (Mulyadi:2002) adalah pembelian yang dilakukan
oleh perusahaan yang dalam pembayarannya dilakukan secara bertahap atau secara
angsuran kepada pemasok.
Dalam pembelian kredit umumnya sebelum melakukan transaksi pembelian harus
mendapat otorisasi terhadap pembelian yang dilakukan.

1. Informasi dalam Pembelian Kredit


Pada sistem pembelian umumnya diperlukan informasi-informasi sebagai berikut :

1) Jumlah barang yang harus dipesan. Catatan diambil berdasarkan catatan


dibagian gudang.
2) Jumlah order pembelian yang diterbitkan setiap periode.
3) Barang yang diorder yang belum diterima barangnya.
4) Jumlah hutang yang akan jatuh tempo (0-30, 31-60, 61-90, lebih 90hari).
5) Informasi pembelian berdasarkan barang, supplier, maupun faktur atau
urutan pembelian.
6) Informasi hutang berdasarkan supplier, maupun urutan pembayaran
hutang.

2. Divisi yang Terkait dalam Pembelian Kredit


1) Divisi Gudang Mencatat persediaan barang. Berkoordinasi dengan divisi
produksi untuk menentukan bahan baku apa saja yang akan dibeli.
2) Divisi Pembelian Divisi pembelian bertanggung jawab dalam menentukan
pemasok/suplier, harga, jenis atau tipe barang yang sudah disesuaikan
menurut standar perusahaan.
3) Divisi Penerimaan Divisi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan
barang yang masuk dan menjadi tempat pengecekan suatu barang layak
atau tidak digunakan didalam perusahaan.
4) Divisi Akuntansi Divisi akuntansi bertanggung jawab terhadap pencatatan
pembelian dan menginput data ke dalam sistem yang nantinya akan
ditindak lanjuti oleh divisi keuangan.Lalu mencatat hutang pebelian kredit
dan menyusun catatn hutang perusahaan.
5) Divisi Keuangan Divisi Keuangan bertanggung jawab atas proses
pembayaran.

3. Dokumen yang Digunakan dalam Pembelian Kredit


1) Surat permintaan pembelian Dokumen ini merupakan formulir yang diisi
oleh divisi gudang untuk meminta divisi pembelian melakukan pembelian
barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut dalam surat
permintaan pembelian.
2) Surat permintaan penawaran harga Dokumen ini digunakan untuk meminta
penawaran harga bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat berulang
9

kali terjadi (tidak repetitif), yang menyangkut jumlah rupiah pembelian


yang besar.
3) Surat order pembelian Dokumen ini digunakan untuk memesan barang
kepada pemasok yang telah dipilih.
4) Laporan penerimaan barang Dokumen ini dibuat oleh divisi penerimaan
untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah
memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti yang tercantum
dalam surat order pembelian.
5) Surat perubahan order pembelian Kadangkala diperlukan perubahan
terhadap isi surat order pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan kuantitas, jadwal penyerahan
barang, spesifikasi, penggantian atau hal lain yang bersangkutan dengan
perubahan bisnis. Biasanya perubahan tersebut diberitahukan kepada
pemasok secara resmi dengan menggunakan surat perubahan order
pembelian.
6) Bukti kas keluar Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar
pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai
perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok.

4. Prosedur Pembelian Kredit

Prosedur pembelian kredit menurut sistem akuntansi adalah :

1) Bagian gudang atau yang membutuhkan barang membuat surat permintaan


pembelian kepada bagian pembelian yang dibuat rangkap 3. Rangkap 1
untuk bagian pembelian, rangkap 2 untuk bagian gudang, dan rangkap 3
untuk arsip bagian gudang (disimpan menurut urutan nomornya).
2) Berdasarkan surat permintaan pembelian, bagian pembelian membuat
surat permintaan harga yang ditujukan kepada beberapa supplier. Surat
permintaan penawaran harga yang dikirimkan oleh supplier-supplier
tersebut, diseleksi oleh bagian pembelian untuk menentukan salah satu
supplier yang menawarkan harga yang paling menguntungkan bagi
perusahaan dengan kwalitas barang atau jasa yang sama.
3) Bagian pembelian menulis pesanan pembelian (purchases order) rangkap 6
dan distribusikan kepada supplier (rangkap 1 dan 2), bagian hutang
(rangkap 3), bagian gudang (rangkap 4), bagian penerimaan barang
(rangkap 5) dan bagian pembelian (rangkap 6).
4) Barang dari supplier diterima oleh bagian penerimaan barang, kemudian
dicek dan diperiksa kwalitasnya. Bagian penerimaan barang membuat
laporan penerimaan barang rangkap 3 dan didistribusikan kepada bagian
pembelian (rangkap 1), bagian gudang (rangkap 2) bersama dengan
barangnya, dan untuk arsip bagian penerimaan barang (rangkap 3).
5) Gudang mencocokan barang yang diterima dengan laporan penerimaan
barang dan mencatatnya ke dalam kartu gudang dan kartu barang, lalu
10

menyerahkan laporan penerimaaan barang yang sudah ditandatangani oleh


kepala gudang kepada bagian penerimaan barang.
6) Faktur pembelian diterima oleh bagian pembelian, diperiksa dan
dicocokkan dengan pesanan pembelian. Faktur kemudian diserahkan ke
bagian hutang.
7) Bagian hutang menerima faktur pembelian, kemudian memeriksa
dan mencocokannya dengan pesanan pembelian, laporan penerimaan
barang dan surat permintaan pembelian. Bila sesuai, bagian hutang
membuat voucher rangkap 3 dan didistribusikan kepada bagian hutang
(rangkap 1 dan 2) dan bagian akuntansi rangkap 3.
8) Bagian akuntansi menerima voucher tersebut dan mencatatnya ke dalam
voucher register.
9) Pada tanggal jatuh tempo, bagian hutang menyerahkan voucher lembar 1
dan 2 ke bagian pengeluaran kas.
10) Bagian pengeluaran kas memeriksa voucher dan bukti pendukungnya, lalu
menulis cek. Cek beserta voucher lembar 2 diserahkan kepada supplier,
sedangkan voucher lembar 1 diserahkan ke bagian akuntansi.
11) Bagian akuntansi mencatat voucher dalam check register, menulis tanggal
dan nomor cek dalam voucher register dan menyimpan voucher dalam
arsip urut nomor.
12) Bagian akuntansi setiap periode menjumlahkan voucher register dan
mempostingnya ke dalam buku besar.
13) Laporan bank setiap bulan diterima oleh internal auditor dan direkonsiliasi
dengan catatan kas.

C.Perbedaan Leasing dengan Pembelian


Kredit
Menurut Pasal 3 ayat 2 PMK, usaha leasing dapat dilakukan dengan membeli
barang milik penyewa/pengguna barang dan kemudian disewagunakan
kembali kepada bekas pemiliknya. Jadi, tak hanya barang baru yang dapat
disewakan, barang bekaspun boleh. Praktek leasing yang membeli barang milik
penyewa dan kemudian menyewakannya kembali sebenarnya berupa
pinjaman uang dengan memberikan barang jaminan. Hanya saja, konstruksi
hukum berbeda.
Berbeda dengan lembaga jual-beli secara kredit, di sini, pengguna barang
berlaku sebagai pemilik menurut titel jual-beli. Hanya saja, pembayarannya
dilakukan secara mencicil. Cicilan tersebut dianggap utang sehingga kalau
barang tidak dijadikan sebagai jaminan, maka barang tidak dapat ditarik begitu
saja tanpa melalui proses pengadilan. Namun, biasanya untuk perjanjian jual-
beli kredit seperti ini, barang yang dibeli kemudian dijadikan jaminan. Lembaga
jaminan yang digunakan adalah jaminan fidusia (FEO – Fiduciare Eigendom
Overdracht). Jaminan fidusia memberikan keuntungan bagi pengguna, karena
barang tak perlu diserahkan kepada perusahaan pembiayaan, cukup bukti
11

kepemilikannya saja (kalau sepeda motor, berarti menyerahkan BPKB-nya


saja).
Dalam perjanjian jual-beli secara kredit, pengguna barang adalah pemilik,
namun barang tersebut kemudian dijaminkan/diagunkan. Dalam leasing,
pengguna bukan pemilik sehingga kalau terjadi sesuatu, barang dapat disita
atau ditarik oleh perusahaan leasing atau bahkan pengguna/konsumen
dipidanakan.

D.Perbandingan pembiayaan kredit bank dan


leasing
Penjelasan Leasing Kredit bank
Jenis barang Barang bergerak dan tidak bergerak Semua jenis investasi
Penyewa/pembeli Perusahaan/perseorangan Perusahaan/perseorangan
Bentuk perusahaan Badan hukum bank
Jangka waktu menengah Pendek/menengah
Besar pembiayaan 100% 80%
Biaya bunga Bunga+marjin Bank rate
Akhir kontrak - Menggunakan hak opsi untuk - Kredit lunas
membeli seharga nilai kedebitor - Jaminan kembali
sisa
- Memperpanjang kontrak
- Mengembalikan kepada lessor

Dasar Hukum

1. UU nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 11


2. UU nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Pasal 1A
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK/1991
tanggal 27\ November 1991.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik nomor 634/KMK.013/1990 Tentang
Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna
Usaha (Perusahaan Leasing)
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE - 02/PJ.31/1993 Tentang
Penyempurnaan Se Dirjen Pajak Nomor Se-29/PJ.42/1992 Tanggal 19
Desember 1992 Tentang Perlakuan PPh Terhadap Kegiatan Sewa-Guna-Usaha
(Leasing)
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pakal No. SE-129/PJ/2010 tentang Perlakuan
Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi
12

Dan
Transaksi Penjualan Dan Penyewa Gunausahaan Kembali

Rencana pembiayaan

Nilai Investasi :Rp 2.000.000.000,-

Umur aktiva : 8 tahun

Nilai Sisa (10%) : Rp 200.000.000,-

Metode Penyusutan : Garis Lurus.

ALTERNATIF KREDIT BANK

Ketentuan dalam pembiayaan kredit bank:

1. Suku bunga yang berlaku untuk pinjaman ke bank selama 3 tahun pada Bank
sebesar 12 % pertahun atau 6% persemester. Dalam hal ini suku bunga
tersebut di asumsikan tetap selama masa kredit atau suku bunga fixed rate.
Pendekatan suku bunga tetap dipilih dengan dua pertimbangan, yaitu untuk
mempermudah perhitungan dan menghindari kesulitan dalam menghitung
spread sesuai suku bunga yang berlaku dipasar, apalagi memprediksi fluktuasi
suku bunga pada masa yang akan datang sangat sulit.
2. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan persemester (6 bulan), berarti terdapat
6 kali frekuensi pembayaran selama 3 tahun
3. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan dengan metode anuitas dimana
pembayaran sama setiap periode, kecuali pada pembayaran terakhir disesuaikan
dengan saldo yang tersisa akibat adanya pembulatan dalam perhitungan.
4. Bunga hanya dikenakan pada saldo pinjaman, sehingga pembayaran angsuran
pinjaman didalamnya meliputi bunga dan pokok pinjaman.
5. Biaya yang terkait dengan kredit bank selain bunga, seperti biaya
administrasi,provisi,dan lain-lain dibayar didepan dengan cara memotong jumlah
kredit, sehingga kredit sebesar Rp 2.000.000.000,- sudah final dan sudah termasuk
biaya dalam proses peminjaman di bank
6. Penghematan pajak diperoleh dari jumlah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto yaitu biaya bunga dan biaya penyusutan, lalu dikalikan dengan
tarif pajak lapisan tertingi yaitu 25% (tarif Pasal 17 ayat 2A UU PPh). Dalam hal ini
diasumsikan peraturan perpajakan tidak berubah atau tetap
13

Rumus pembayaran angsuran perbulan


( )

( ) ( )

Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan,besarnya setiap kali angsuran


persemester (6 bulan sekali) sebesar Rp. 406.727.269,-

Berikut adalah perhitungan besarnya angsuran yang harus dibayar perusahaan selama
6 periode waktu angsuran

Tabel 1.1

Pembayaran angsuran kredit bank

Period Cash paid Bunga 6% Pokok Saldo


2.000,000,000
1 406.727.269 120,000,000 286.727.863 1.713.272.137
2 406.727.269 102.796.328 303.930.941 1.409.341.196
3 406.727.269 84.560.472 322.166.797 1.087.174.399
4 406.727.269 65.230.464 341.496.805 745.677.594
5 406.727.269 44.740.656 361.986.613 383.690.981
6 406.727.269 23.021.459 383.690.981 0

Aktiva tetap (mesin) diperkirakan berumur ekonomis 8 tahun dengan nilai sisa
10 % dari harga perolehan (200.000.000). Undang-undang nomor 36 tahun 2008
tentang PPh pasal 11 ayat 2 menjelaskan bahwa pada akhir masa manfaat nilai sisa
buku disusutkan sekaligus, sedangkan perhitungan pertahun, rincian perhitungan
dapat ditunjukan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Penyusutan Fiskal Aktiva Tetap (Mesin)

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


14

Harga perolehan 2.000,000,000

1 12.50% 250.000.000 1.750.000.000


2 12.50% 250.000.000 1.500.000.000
3 12.50% 250.000.000 1.250.000.000
4 12.50% 250.000.000 1.000.000.000
5 12.50% 250.000.000 750.000.000
6 12.50% 250.000.000 500.000.000
7 12.50% 250.000.000 250.000.000
8 12.50% 250.000.000 -

Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam memilih sumber pendanaan yang
tepat,maka perlu menganalisa investasi pada setiap alternatif. Perusahaan dapat
menghitung penghematan pajak yang terjadi dari biaya bunga dan penyusutan.
Besarnya biaya bunga setiap tahun pada alternatif kredit bank nampak dalam
tabel dibawah ini.

Tabel 1.3

Biaya bunga alternatif kredit bank

Semester
Tahun Jumlah
1 2
1 120,000,000 102.796.328 222.796.328
2 84.560.472 65.230.464 149.790.936
3 44.740.656 23.021.459 67.762.115
jumlah 249.301.128 191.048.251 440.349.379

Setelah diketahui besarnya biaya bunga pertahun seperti terlihat pada tabel 1.3,
maka besarnya efisiensi pajak disajikan pada tabel 1.4 dibawah ini

Tabel 1.4

Penghematan Pajak atas Biaya Bunga dan Penyusutan Alternatif Bank (Dalam
Rupiah)

Tahun Biaya Bunga Penyusutan Jumlah Penghematan Pajak


(Jumlah x 25%)
15

1 222.796.328 250.000.000 472.796.328 118.199.082


2 149.790.936 250.000.000 399.790.936 99.947.734
3 67.762.115 250.000.000 317.762.115 79.440.529
Jumlah 440.349.379 750.000.000 1.190.349.379 297.587.345

Berdasarkan penghematan pajak diatas ,maka dapat dihitung kas keluar bersih yang
disajikan dalam tabel 1.5 berikut

Tabel 1.5

Arus Kas Pajak Alternatif Kredit Bank (Dalam Rupiah)

Tahun Pembayaran Kredit Penghematan Arus Kas Bersih


Pajak
1 813.454.538 118.199.082 695.255.456
2 813.454.538 99.947.734 713.506.804
3 813.454.538 79.440.529 734.014.009
Total 2.440.363.614 297.587.345 2.142.776.269

Untuk menentukan nilai arus kas sekarang setelah penghematan pajak,perlu diketahui
tingkat diskonto, karena dalam menghitung penghematan pajak menggunakan tarif
pajak tertinggi yaitu 25% maka tingkat diskonto 9 % angka ini didapat dari (12 % x (1-
25%).Tingkat diskonto 9% merupakan biaya modal setelah pajak dan akan digunakan
untuk mendiskonto arus kas setelah pajak baik untuk alternatif kredit di bank
dan leasing

Tabel 1.6

Present Value Alternatif Kredit Bank Setelah Pajak (dalam rupiah)

Tahun Arus Kas Bersih Discount PV Faktor ( Present Value


)
Faktor
1 695.255.456 0.09 0.92 639.635.020
2 713.506.804 0.09 0.84 599.345.715
3 734.014.009 0.09 0.77 565.190.787
total 2.142.776.269 1.804.171.522

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa present value dari pengeluaran kas bersih
atas alternatif kredit bank adalah sebesar Rp 1.804.171.522

ALTERNATIF LEASING

Ketentuan leasing:

1. Nilai aktiva yang dileasing sebesar Rp 2.000.000.000


2. Suku bunga leasing disepakati 14% pertahun atau sebesar 7% per semester (6
bulan).
16

3. Lama kontrak leasing 3 tahun


4. Nilai sisa aktiva ditetapkan 10% dari harga perolehan yaitu sebesar Rp
200.000.000
5. Security deposit ditentukan sebesar nilai sisa aktiva dan dapat dipakai untuk
menggunakan hak opsi
6. Jumlah pembayaran sewa ditentukan setiap periode dengan cara anuitas
(kecuali pembayaran terakhir disesuaikan sisa saldo dan bunga pinjaman) dan
bunga leasing dikenakan dari sisa leasing
7. Penghematan pajak diperoleh dari biaya-biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto yaitu pembayaran sewa,lalu dikalikan dengan tarif
pajak lapisan tertinggi 25% (tarif Flat, PPh Badan yang berlaku tahun 2010).
Dalam hal ini diasumsikan peraturan perpajakan tidak berubah atau tetap
8. Pembayaran sewa dilakukan tiap enam bulan pada akhir semester. Besarnya
pembayaran sewa setiap enam bulan sekali sebagai berikut

Pembayaran leasing

Pinjaman = 2.000.000.000-200.000.000 = 1.800.000.000


( )

( ) ( )

Tabel 2.1

Pembayaran leasing

Period Cash paid Bunga Pokok Saldo


- 1.800,000,000
1 377.635.582 126.000.000 251.635.583 1.548.364.418
2 377.635.582 108.385.509 269.250.073 1.279.114.345
3 377.635.582 89.538.004 288.097.578 991.016.767.
4 377.635.582 69.371.174 308.264.408 682.752.359
5 377.635.582 47.792.665 329.842.917 352.909.442
6 377.635.582 24.703.661 352.909.442 0

Untuk menghitung arus kas keluar dalam alternatif leasing maka perlu
memasukan adanya penghematan pajak. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan
No.1169/KMK.01/1991, pembayaran sewa guna usaha, kecuali pembebanan tanah,
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang transaksi
17

leasing. Dengan demikian dapat diketahui berapa besar penghematan pajak yang
dpaat diperoleh pada setiap pembayaran sewa guna aktiva tersebut, dengan
perhitungan sebagai berikut

Tabel 2.2

Arus KAS setelah Pajak Alternatif Leasing Bank Dalam Rupiah

Tahun Pembayaran Sewa Penghematan Pajak Arus Kas Bersih


(25%)
1 755.271.164 188.817.791 566.453.373
2 755.271.164 188.817.791 566.453.373
3 755.271.164 188.817.791 566.453.373
Total 2.265.813.492 566.453.373 1.699.360.119

Setelah diketahui dengan jelas arus kas yang keluar bersih setelah pajak,
maka selanjutnya dibuatkan perhitungan present value. Tingkat diskontonya adalah
14%(1-25%)=10.5%. Berdasarkan hasil perhitungan arus kas keluar setelah pajak,maka
dengan tingkat diskonto sebesar 10.5 % dapat dihitung present value dari arus kas
sebagai berikut

Tabel 2.3

Present Value Alternatif Leasing Setelah Pajak (dalam rupiah)

Discount Present Value (Arus Kas +


Tahun Arus Kas Bersih PV factor
Faktor PV Factor)
1 566.453.373 0.105 0.905 512.640.303
2 566.453.373 0.105 0.819 463.925.313
3 566.453.373 0.105 0.741 419.741.949
Total 1.699.360.119 1.396.307.565

Hasil perhitungan diatas (tabel 2.3) menunjukan bahwa present value dari
pengeluaran kas bersih atas alternatif leasing adalah sebesar Rp 1.396.307.565

PERBANDINGAN ALTERNATIF KREDIT DAN LEASING

Agar dapat menperbandingkan sumber pembiayaan antara alternatif kredit dan


alternatif leasing,maka perlu dilakukan perbandingan antara pembiayaan pinjaman
arus kas setelah pajak dan present value

Tabel 3.1
18

Perbandingan Pembayaran Alternantif Pembiayaan (dalam Rupiah)

Tahun Kredit bank L Selisih


1 813.454.538 e
755.271.164 58.183.374
a
2 813.454.538 s
755.271.164 58.183.374
i
n
3 813.454.538 755.271.164 58.183.374
g
Total 2.440.363.614 2.265.813.492 174.550.122

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pembayaran kredit bank lebih besar
dibandingkan dengan pembayaran sewa dalam leasing

Tabel 3.2

Arus Kas Bersih Alternatif Pembiayaan (dalam rupiah)

Tahun Alternatif Kredit Bank Alternatif Selisih


1 695.255.456 Leasing
566.453.373 32,200,517.00
2 713.506.804 566.453.373 36,763,352.00
3 734.014.009 566.453.373 41,890,152.00
Total 2.142.776.269 1.699.360.119 110,854,021.00

Didasari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa arus kas keluar bersih kredit bank lebih
besar dibandingkan dengan arus kas keluar bersih dalam leasing

Tabel 3.3

Perbandingan Present Value Arus Kas Keluar (dalam rupiah)

Tahun Kredit Leasing Selisih


1 bank 639.635.020 512.640.303 126.994.717

2 599.345.715 463.925.313 135.420.402

3 565.190.787 419.741.949 145.448.838

Total 1.804.171.522 1.396.307.565 407.863.957

Didasari perhitungan tabel 3.3 dapat diketahui present value arus kas
keluar setelah pajak antara alternatif leasing dan kredit bank, yang memiliki nilai
19

present value yang lebih besar adalah kredit bank sebesar R p . 1.804.171.522
sedangkan leasing R p . 1.396.307.565, terdapat selisih Rp 407.863.957

Tabel 3.4

Perbandingan Penghematan Pajak (Dalam Rupiah)

Tahun Kredit Bank Leasing Total


1 118.199.082 188.817.791 (70.618.709)

2 99.947.734 188.817.791 (88.870.057)

3 79.440.529 188.817.791 (109.377.262)

Total 297.587.345 566.453.373 (268.866.028)

Atas dasar tabel 3.4, penghematan pajak yang didapat dengan pembiayaan
leasing jauh lebih besar dibanding dengan kredit bank, total selisih
perbedaan Rp.268.866.028

Tabel 3.5
Rekapitulasi Perbandingan Alternatif Pembiayaan Antara Kredit
Bank dan Leasing (Dalam Rupiah)
Objek perbandingan Kredit Bank Leasing Selisih
Jumlah pembayaran 2.440.363.614 2.265.813.492 174.550.122
angsuran
Arus kas keluar bersih 2.142.776.269 1.699.360.119 443.416.150
NPV 1.804.171.522 1.396.307.565 407.863.957
Penghematan pajak 297.587.345 566.453.373 268.866.028

Tabel 3.5 menjelaskan secara terinci bahwa pendanaan dengan altenatif


leasing lebih efisien baik ditinjau dari sisi pembayaran angsuran,arus kas keluar bersih
dan NPV dan penghematan pajak, bila dibandingkan dengan alternatif kredit dari
bank. Walaupun tingkat suku bunga leasing lebih tinggi (14 % pertahun) dibanding
tingkat bunga kredit bank (12% pertahun). Alternatif pembiayaan dengan cara leasing
masih lebih menguntungkan

KESIMPULAN

1. Fenomena tingkat bunga leasing yang lebih besar yaitu 14% pertahun
dibanding dengan kredit bank yang sebesar 12%, tidak serta merta menjadikan
alternatif leasing menjadi lebih besar pembiayaanya, untuk perolehan aktiva
tetap (mesin). Kalkulasi diatas menjelaskan alternatif leasing lebih murah
sehingga otomatis menguntungkan jika dibandingkan dengan pembiayaan
menggunakan alternatif kredit bank
2. Present Value dari pengeluaran arus kas bersih dari kedua alternatif terdapat
selisih sebesar Rp 407.863.957 di karenakan nilai investasi dari pembiayaan
20

leasing hanya 90% dari Rp 2.000.000.000,- yaitu 1.800.000.000,- Sedangkan


pembiayaan dengan kredit bank membutukan investasi sebesar Rp
2.000.000.000
3. Alternatif pembiayaan leasing dapat mengefisiensikan beban pajak yang lebih
besar jika dibanding dengan alternatif pembiayaan kredit bank
4. Selain itu keuntungan dari cara pembiayaan leasing, adalah tidak
menggunakan agunan, karena aktiva (mesin) tersebut yang akan dijadikan
agunan untuk perusahaan leasing (lessor) sedangkan pada cara pembiayaan
kredit bank diperlukan agunan
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelas bahwa leasing memilki ciri khusus
yang membedakannya dengan perjanjian yang lain, yaitu jangka waktu yang
tertentu dan adanya hak opsi yang dimiliki lesse pada akhir perjanjian. Dengan
mengetahui karakteristik leasing sebagaimana diterangkan di atas, maka suatu
perusahaan mesti melakukan kajian yang intensif terlebih dahulu sebalum
menentukan pilihan untuk menggunakan jasa leasing ini, dari dari segi jenis leasing
yang memungkinkan dan dari segi keuntungan yang mungkin dapat dihasilkan atau
resiko yang bisa ditekan. Sedangkan bagi praktisi hukum, mestinya mampu
memberikan formula berupa klausula yang jelas dan terperinci dalam perjanjian
leasing sehingga dalam pelaksanaannya tidak memiliki kendala.

Sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang dilakukan oleh perusahaan


yang dalam pembayarannya dilakukan secara bertahap atau secara angsuran
kepada pemasok. Dalam pembelian kredit umumnya sebelum melakukan transaksi
pembelian harus mendapat otorisasi terhadap pembelian yang dilakukan.
Pembelian kredit adalah salah satu cara agar perusahaan dapat terus menjalankan
kegiatan perusahaanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan restrukturisasasi Perusahaan, Gramedia
Utama, Jakarta.

Syarif Nurhidayat, S.H., Leasing sebagai salah satu lembaga pembiayaan,


https://esenha.wordpress.com, diakses pada 28 November 2018.

Soplanit, Rizky Rizalulhaq. Mengenal pembelian kredit, https://www.kompasiana.com,


diakses pada 28 November 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai