PERTEMUAN 13
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia yang ada di dunia ini pasti harus bisa
mempertahankan dirinya masing-masing. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mempertahankan hidupnya adalah dengan menjalankan bisnis. Bisnis dapat diartikan
sebagai sebuah wadah sebagai organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan
maksud untuk mendapatkan laba atau untung.
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi marak. Dengan
berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang tak dapat dielakkan
lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung
dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam
meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang
memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang
mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana
ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam mengembangkan
usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga keuangan nonbank. Yang
membedakan lembaga pembiayaan dengan bank adalah bank mengambil dana secara
langsung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan tidak mengambil dana secara
langsung dari masyarakat.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna
usaha atau biasa disebut juga dengan leasing. Saat ini, leasing merupakan salah satu
cara perusahaan memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses yang
berkepanjangan. Semuanya telah diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh
berbagai perusahaan. Leasing juga merupakan salah satu langkah penghindaran resiko
tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang ada.
Bisa dilihat dari prospek kebutuhan pembangunan, usaha leasing jelas dapat
berkembangan pesat dan memainkan peranan aktif sebagai lembaga keuangan baru,
yang khusus bergerak dalam penyediaan barang modal, sebagai alternatif sumber
pembiayaan suatu perusahaan bisnis dan mempunyai harapan untuk memenuhi
kebutuhan pasarnya yang luas.
Potensi Bisnis leasing di Indonesia sudah lama diamati oleh para penanam modal.
Sebelum tahun 1980, jumlah perusahaan leasing yang beroperasi 5 perusahaan.
Kemudian melalui kampanye penggalangan usaha di bidang leasing oleh pemerintah,
para investor terus meningkat. Yahun 1988 di Jakarta saja sudah tercatat 83 perusahaan
2
leasing yang sudah menjalankan operasinya, bahkan sudah dibentuk Asosiasi Leasing
Indonesia (ALI). Beberapa perusahaan besar juga bergabung dalam Asosiasi Leasing
Indonesia, seperti Adira Finance dan Adira Kredit.
BAB II
PEMBAHASAN
Namun, sebagai sebuah negara yang tengah berkembang, suatu Perusahaan tidak selalu
memilki modal yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan alat maupun operasional
kegiatan usahanya. Misalkan sebuah perusahaan membutuhkan barang modal berupa
komputer atau mesin pabrik, namun komputer merupakan teknologi yang sewaktu-
waktu cepat berubah dan berkembang semakin canggih, sehingga jika harus membeli
maka dihawatirkan akan menjadi barang rongsok pada saat tuntutan kerja
membutuhkan komputer yang lebih canggih.
Sedangkan untuk pengadaan mesin pabrik, harganya cukup tinggi, sehingga perusahaan
perlu berpikir ulang apakah perlu membeli ataukah tidak. Pertimbangan resiko rusak
juga menjadi perhatian yang serius. Dalam contoh masalah seperti inilah Leasing atau
yang lebih dikenal dengan sewa guna usaha memilki peran yang sangat membantu.
Untuk memahami leasing lebih dalam, maka makalah ini mencoba untuk mengupas
Leasing dari pengertian, jenis, ciri pembeda dengan perjanjian sewa pada umumnya
serta aturan umum terkait dengan leasing itu sendiri.
Sementara itu Zaeni Asyhadie menyatakan bahwa leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang
modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan
kriteria sebagai berikut:
Dengan melihat pengertian di atas, maka kita dapat mengidentifikasi para pihak yang
terkait dengan leasing ini, yaitu:
Sementara itu menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keisjer, ciri-ciri leasing
adalah sebagai berikut:
1) Leasing merupakan suatu cara pembiayaan. Meski ada aspek lain dari
leasing, namun aspek pembiayaan ini yang paling menonjol atau ciri
utama.
5
2) Ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benada yang
di-lease tersebut. Inilah perbedaan pokok dengan sewa menyewa
biasa. Pada umunya masa leasing dalam suatu financelease sama
dengan masa kegunaan ekonomis benda yang di-lease.
3) Hak benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini menimbulkan
dampak tertentu, antara lain yang penting adalah dibidang akuntansi
seperti penyusunan di bidang uhkum, diantaranya dalam hal
melaksanakan perjanjian leasing apabila cedera janji atau wanprestasi
dan dalam hal kepailitan.
4) Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang
dugunakan dalam suatu perusahaan. Pengertian benda-benda yang
digunakan untuk suatu perusahaan harus diberi pengertian yang luas,
yakni benda-benda yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan,
jadi bukan saja mesin-mesin produksi, namun juga komputer atau
kendaraan bermotor.
Berdasarkan syarat dan ciri leasing di atas, maka praktek jual beli motor yang dikatakan
dengan sistem leasing, namun karena tidak ada hak opsi dari pemakai barang, maka hal
tersebut sebenarnya tidak bisa disebut sebagai leasing. Asyhadie menyebut jual beli
kredit sepeda motor ini sebagai pembiayaan konsumen.
A. Jenis Leasing
Secara umum leasing dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu financiallease,
dan operating lease. Hal yang membedakan keduanya adalah terkait dengan hak
kepemilikan secara hukum, cara pencatatan dalam akuntanasi serta besarnya biaya
rental.
1) Financial lease.
Perusahaan leasing pada jenis ini berfungsi atau berlaku sebagai suatu
lembaga keuangan. Lessee yang membutuhkan suatu barang modal
menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang yang dibutuhkan dan
mengadakan negosiasi langsung dengan suplier mengenai harga, syarat-
syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.
Suatu leasing diklasifikasikan sebagai leasing modal, jika memiliki salah satu
dari kondisi berikut;
6
Operating lease atau lease service meliputi jasa keuangan maupun jasa perawatan. Jenis
barang yang ditawarkan seperti komputer, mesin potokopi, dan mobil. Dalam kontrak,
lessor wajib memelihara dan merawat peralatan yang di-lease, dan biaya perawatan ini
sudah termasuk dalam biaya lease atau diatur dalam kontrak tersendiri.
Dalam kontrak operating lease sering dicantumkan klausul khusus yang mengatur bahwa
pihak lessee berhak mengembalikan peralatan yang dilease sebelum kontrak selesai, jika
perlatan yang dilease telah ketinggalan jaman karena perkembangan teknologi atau jika
peralatan tersebut ternyata sudah tidak diperlukan lagi.
Bentuk lain dari leasing dalah leveraged leasing. Dalam leveraged leasing, selain lessee
dan lessor, ada pihak ketiga yaitu kreditor yang membantu menyediakan dana
pembelian aktiva yang disewa. Bagi lessor, keberadaan pihak ketiga bisa membantunya
dalam pengadaan aktiva yang hendak disewakan, sehingga lessor, misalnya, hanya
menyediakan 20% hingga 30% dari dana untuk membeli aktiva, sementara sisanya akan
dipinjamnya dari pihak ketiga seperti bank komersial atau perusahaan asuransi.
7
B. Pembelian Kredit
Pengertian Pembelian kredit menurut (Mulyadi:2002) adalah pembelian yang dilakukan
oleh perusahaan yang dalam pembayarannya dilakukan secara bertahap atau secara
angsuran kepada pemasok.
Dalam pembelian kredit umumnya sebelum melakukan transaksi pembelian harus
mendapat otorisasi terhadap pembelian yang dilakukan.
Dasar Hukum
Dan
Transaksi Penjualan Dan Penyewa Gunausahaan Kembali
Rencana pembiayaan
1. Suku bunga yang berlaku untuk pinjaman ke bank selama 3 tahun pada Bank
sebesar 12 % pertahun atau 6% persemester. Dalam hal ini suku bunga
tersebut di asumsikan tetap selama masa kredit atau suku bunga fixed rate.
Pendekatan suku bunga tetap dipilih dengan dua pertimbangan, yaitu untuk
mempermudah perhitungan dan menghindari kesulitan dalam menghitung
spread sesuai suku bunga yang berlaku dipasar, apalagi memprediksi fluktuasi
suku bunga pada masa yang akan datang sangat sulit.
2. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan persemester (6 bulan), berarti terdapat
6 kali frekuensi pembayaran selama 3 tahun
3. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan dengan metode anuitas dimana
pembayaran sama setiap periode, kecuali pada pembayaran terakhir disesuaikan
dengan saldo yang tersisa akibat adanya pembulatan dalam perhitungan.
4. Bunga hanya dikenakan pada saldo pinjaman, sehingga pembayaran angsuran
pinjaman didalamnya meliputi bunga dan pokok pinjaman.
5. Biaya yang terkait dengan kredit bank selain bunga, seperti biaya
administrasi,provisi,dan lain-lain dibayar didepan dengan cara memotong jumlah
kredit, sehingga kredit sebesar Rp 2.000.000.000,- sudah final dan sudah termasuk
biaya dalam proses peminjaman di bank
6. Penghematan pajak diperoleh dari jumlah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto yaitu biaya bunga dan biaya penyusutan, lalu dikalikan dengan
tarif pajak lapisan tertingi yaitu 25% (tarif Pasal 17 ayat 2A UU PPh). Dalam hal ini
diasumsikan peraturan perpajakan tidak berubah atau tetap
13
∑
( )
( ) ( )
Berikut adalah perhitungan besarnya angsuran yang harus dibayar perusahaan selama
6 periode waktu angsuran
Tabel 1.1
Aktiva tetap (mesin) diperkirakan berumur ekonomis 8 tahun dengan nilai sisa
10 % dari harga perolehan (200.000.000). Undang-undang nomor 36 tahun 2008
tentang PPh pasal 11 ayat 2 menjelaskan bahwa pada akhir masa manfaat nilai sisa
buku disusutkan sekaligus, sedangkan perhitungan pertahun, rincian perhitungan
dapat ditunjukan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam memilih sumber pendanaan yang
tepat,maka perlu menganalisa investasi pada setiap alternatif. Perusahaan dapat
menghitung penghematan pajak yang terjadi dari biaya bunga dan penyusutan.
Besarnya biaya bunga setiap tahun pada alternatif kredit bank nampak dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1.3
Semester
Tahun Jumlah
1 2
1 120,000,000 102.796.328 222.796.328
2 84.560.472 65.230.464 149.790.936
3 44.740.656 23.021.459 67.762.115
jumlah 249.301.128 191.048.251 440.349.379
Setelah diketahui besarnya biaya bunga pertahun seperti terlihat pada tabel 1.3,
maka besarnya efisiensi pajak disajikan pada tabel 1.4 dibawah ini
Tabel 1.4
Penghematan Pajak atas Biaya Bunga dan Penyusutan Alternatif Bank (Dalam
Rupiah)
Berdasarkan penghematan pajak diatas ,maka dapat dihitung kas keluar bersih yang
disajikan dalam tabel 1.5 berikut
Tabel 1.5
Untuk menentukan nilai arus kas sekarang setelah penghematan pajak,perlu diketahui
tingkat diskonto, karena dalam menghitung penghematan pajak menggunakan tarif
pajak tertinggi yaitu 25% maka tingkat diskonto 9 % angka ini didapat dari (12 % x (1-
25%).Tingkat diskonto 9% merupakan biaya modal setelah pajak dan akan digunakan
untuk mendiskonto arus kas setelah pajak baik untuk alternatif kredit di bank
dan leasing
Tabel 1.6
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa present value dari pengeluaran kas bersih
atas alternatif kredit bank adalah sebesar Rp 1.804.171.522
ALTERNATIF LEASING
Ketentuan leasing:
Pembayaran leasing
∑
( )
( ) ( )
Tabel 2.1
Pembayaran leasing
Untuk menghitung arus kas keluar dalam alternatif leasing maka perlu
memasukan adanya penghematan pajak. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan
No.1169/KMK.01/1991, pembayaran sewa guna usaha, kecuali pembebanan tanah,
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang transaksi
17
leasing. Dengan demikian dapat diketahui berapa besar penghematan pajak yang
dpaat diperoleh pada setiap pembayaran sewa guna aktiva tersebut, dengan
perhitungan sebagai berikut
Tabel 2.2
Setelah diketahui dengan jelas arus kas yang keluar bersih setelah pajak,
maka selanjutnya dibuatkan perhitungan present value. Tingkat diskontonya adalah
14%(1-25%)=10.5%. Berdasarkan hasil perhitungan arus kas keluar setelah pajak,maka
dengan tingkat diskonto sebesar 10.5 % dapat dihitung present value dari arus kas
sebagai berikut
Tabel 2.3
Hasil perhitungan diatas (tabel 2.3) menunjukan bahwa present value dari
pengeluaran kas bersih atas alternatif leasing adalah sebesar Rp 1.396.307.565
Tabel 3.1
18
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pembayaran kredit bank lebih besar
dibandingkan dengan pembayaran sewa dalam leasing
Tabel 3.2
Didasari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa arus kas keluar bersih kredit bank lebih
besar dibandingkan dengan arus kas keluar bersih dalam leasing
Tabel 3.3
Didasari perhitungan tabel 3.3 dapat diketahui present value arus kas
keluar setelah pajak antara alternatif leasing dan kredit bank, yang memiliki nilai
19
present value yang lebih besar adalah kredit bank sebesar R p . 1.804.171.522
sedangkan leasing R p . 1.396.307.565, terdapat selisih Rp 407.863.957
Tabel 3.4
Atas dasar tabel 3.4, penghematan pajak yang didapat dengan pembiayaan
leasing jauh lebih besar dibanding dengan kredit bank, total selisih
perbedaan Rp.268.866.028
Tabel 3.5
Rekapitulasi Perbandingan Alternatif Pembiayaan Antara Kredit
Bank dan Leasing (Dalam Rupiah)
Objek perbandingan Kredit Bank Leasing Selisih
Jumlah pembayaran 2.440.363.614 2.265.813.492 174.550.122
angsuran
Arus kas keluar bersih 2.142.776.269 1.699.360.119 443.416.150
NPV 1.804.171.522 1.396.307.565 407.863.957
Penghematan pajak 297.587.345 566.453.373 268.866.028
KESIMPULAN
1. Fenomena tingkat bunga leasing yang lebih besar yaitu 14% pertahun
dibanding dengan kredit bank yang sebesar 12%, tidak serta merta menjadikan
alternatif leasing menjadi lebih besar pembiayaanya, untuk perolehan aktiva
tetap (mesin). Kalkulasi diatas menjelaskan alternatif leasing lebih murah
sehingga otomatis menguntungkan jika dibandingkan dengan pembiayaan
menggunakan alternatif kredit bank
2. Present Value dari pengeluaran arus kas bersih dari kedua alternatif terdapat
selisih sebesar Rp 407.863.957 di karenakan nilai investasi dari pembiayaan
20
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelas bahwa leasing memilki ciri khusus
yang membedakannya dengan perjanjian yang lain, yaitu jangka waktu yang
tertentu dan adanya hak opsi yang dimiliki lesse pada akhir perjanjian. Dengan
mengetahui karakteristik leasing sebagaimana diterangkan di atas, maka suatu
perusahaan mesti melakukan kajian yang intensif terlebih dahulu sebalum
menentukan pilihan untuk menggunakan jasa leasing ini, dari dari segi jenis leasing
yang memungkinkan dan dari segi keuntungan yang mungkin dapat dihasilkan atau
resiko yang bisa ditekan. Sedangkan bagi praktisi hukum, mestinya mampu
memberikan formula berupa klausula yang jelas dan terperinci dalam perjanjian
leasing sehingga dalam pelaksanaannya tidak memiliki kendala.
22