Anda di halaman 1dari 17

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN DAMPAK

PENGHAPUSAN BBNKB BAGI PENDAPATAN ASLI DAERAH

Disusun oleh

Aprilla Nur A’imatul Umamah

(2021512293)

“Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan kelas F3.19”

Dosen Pengampu

Iwan Kurniawan, S.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS IPWIJA 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyusun makalah tentang " Pajak Kendaraan Berrmotor dan Dampak
Penghapusan BBNKB bagi Pendapatan Asli Daerah" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui, mempelajari
sekaligus menganalisis sedikit tentang pajak kendaraan bermotor dalam
penugasan dari Mata Kuliah Perpajakan. Saya mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak dari sumber referensi yang berguna membuat penulisan makalah
ini selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran
yang berlimpah. Meski saya telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Akhir kata,
kami berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan pembaca.
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................3

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................4

1.2 Tujuan .............................................................................................................5

II. PEMBAHASAN ............................................................................................................6

2.1 Pajak Kendaraan Bermotor ..............................................................................6

2.2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).................................................7

2.3 Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah setelah Penghapusan BBNKB .. 10

KESIMPULAN ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputusan pemerintah untuk menghapuskan Bea Balik Nama Kendaraan


Bermotor (BBNKB) yang sebelumnya merupakan komponen dari pajak
kendaraan bermotor. BBNKB memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota. Penghapusan BBNKB memiliki potensi dampak yang
besar terhadap pendapatan asli daerah dan mempengaruhi keuangan
daerah dalam hal pembangunan infrastruktur dan penyediaan pelayanan
publik.

Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menganalisis dampak


penghapusan BBNKB bagi pendapatan asli daerah. Dalam analisis
tersebut, akan membahas seputar faktor-faktor seperti penggantian potensi
pendapatan dari sumber lain, dan efisiensi penerimaan pajak kendaraan
bermotor setelah penghapusan BBNKB serta memberikan rekomendasi
kebijakan yang mungkin dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam
menghadapi perubahan ini.

Dengan menyusun makalah ini, diharapkan penulis berserta pembaca


dapat memahami secara lebih mendalam mengenai peran pajak kendaraan
bermotor dalam pendapatan negara dan daerah, serta dampak penghapusan
BBNKB terhadap pendapatan asli daerah.
1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah

a. Memahami peran pajak kendaraan bermotor dalam pendapatan


negara dan daerah

b. Menganalisis dampak penghapusan Bea Balik Nama Kendaraan


Bermotor (BBNKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

c. Memberikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi kekurangan


pendapatan setelah penghapusan BBNKB
II. PEMBAHASAN

2.1 Pajak Kendaraan Bermotor

2.1.2 Definisi dan Konsep Dasar

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah jenis pajak yang


dikenakan oleh pemerintah kepada pemilik kendaraan bermotor
sebagai bentuk kontribusi terhadap pendapatan negara dan daerah.
PKB bertujuan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan
untuk pembangunan infrastruktur, pemeliharaan jalan, dan
penyediaan pelayanan publik terkait transportasi.

Menurut bapenda.jabarprov.go.id, Jika kita melihat pada Undang-


Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, pengertian kendaraan bermotor adalah semua kendaraan
beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber
daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor
yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar
yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak
melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air. Atas kepemilikan dan atau penguasaaan
kendaraan bermotor maka masyarakat akan dikenai pajak berupa
pajak kendaraan bermotor (PKB).

PKB merupakan satu dari lima jenis pajak yang termasuk ke dalam
pajak provinsi dan merupakan sumber pendapatan daerah yang
penting untuk membiayai pemerintahan daerah dan juga
pembangunan daerah.

Dari hasil penerimaan PKB (minimal 10%) akan dibagihasilkan


kepada Kabupaten/Kota dialokasikan untuk pembangunan dan/atau
pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi
umum.

2.1.2 Peran Pajak Kendaraan Bermotor dalam Pendapatan Negara dan


Daerah

Ada lima manfaat PKB bagi daerah,dalam bapenda.jabarprov.go.id


menyebutkan lima manfaat tersebut adalah:

a. Merupakan salah satu sumber pendapatan daerah.

b. Berguna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan


daerah.

c. Berguna untuk pembangunan dan atau pemeliharaan jalan


serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.

d. Membantu peningkatan pendapatan Kabupaten/Kota.

e. Meningkatkan ketenangan dan kepastian hukum bagi wajib


pajak.

Pemerintah mengenakan pajak kepada pemilik kendaraan bermotor


yang berfungsi untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan
sebagai pembiayaan kegiatan pemerintah, termasuk pembangunan
infrastruktur, penyediaan pelayanan publik, dan pemeliharaan jalan
dan transportasi. Selain itu PKB juga memiliki peran dalam
mengarahkan penggunaan kendaraan bermotor secara efisien dan
bertanggung jawab.

2.2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

2.2.1 Pengertian BBNKB

BBNKB atau Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan


tarif yang telah ditetapkan untuk perubahan kepemilikan serta
pemindahtanganan kendaraan bermotor tersebut dari satu pemilik
kepemilik lainnya. BBNKB sangat penting diperlihatkan pada
STNK karena menjadi informasi berharga ketika kepemilikan
kedaraan tersebut berpindah tangan.

Menurut aturan yang ada, BBNKB adalah salah satu yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi berdasarkan pasal 2 ayat 1 (huruf
b) UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sesuai dengan pasal 1 ayat 14 UU PDRD, pengertian dari BBNKB


adalah pajak atas penyerahan kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian kedua belah pihak atau sepihak atau kendaraan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau
pemasukan ke dalam badan usaha.

2.2.2 Mekanisme Perhitungan

Dilansir dari postingan auto2000.co.id Bea Balik Nama Kendaraan


Bermotor (BBNKB) adalah untuk mengenakan biaya atau bea atas
peralihan kepemilikan kendaraan bermotor dari satu pihak ke pihak
lain. Secara khusus, BBNKB dikenakan saat proses balik nama
kendaraan, seperti saat kendaraan dijual, dialihkan kepemilikannya,
atau saat peralihan kepemilikan dalam kasus waris atau hibah.

Mekanisme perhitungan BBNKB mencakup Nilai Kendaraan,


Persentase Tarif, Faktor Penyesuaian dan Kebijakan Daerah.

Dalam mekanisme perhitungan BBNKB juga dapat melibatkan


proses administratif, seperti pengisian formulir, pembayaran biaya,
dan pemenuhan persyaratan dokumentasi yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah atau otoritas terkait.

Bersumber dari www.toyota.astra.co.id, BBNKB fokus pada biaya


yang harus dibayarkan agar kendaraan bermotor dapat berpindah
tangan.
Perlu diketahui bahwa tarif BBNKB untuk kendaraan baru dan
bekas itu berbeda, tergantung juga dari daerah mana pembayaran
tarif dilakukan.

Untuk Provinsi DKI Jakarta, BBNKB untuk kendaraan baru


sebesar 10% dari harga off the road, sedangkan kendaraan bekas
hanya 1%.

Perhitungan sederhananya adalah harga mobil bekas Rp200 juta,


maka BBNKB yang harus dibayarkan adalah 1% dari angka
tersebut, yakni Rp2 juta.

Namun untuk biaya balik nama kendaraan bermotor, masih ada


beberapa hal lagi yang harus dibayarkan.

- BBNKB: Rp200 juta x 1% = Rp2.000.000

- Pajak Kendaraan Bermotor: Rp200 juta x 2% =


Rp4.000.000

- Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan


(SWDKLLJ): Rp143.000

- Biaya administrasi STNK: Rp50.000

- Biaya penerbitan STNK: Rp200.000

- Biaya penerbitan TNKB: Rp100.000

- Biaya penerbitan BPKB: Rp375.000

- Biaya pendaftaran: Rp100.000

Jika dihitung secara keseluruhan, maka biaya yang harus dikeluarkan


untuk balik nama kendaraan bermotor dengan contoh kasus di atas
adalah Rp 6.968.000.
2.3 Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah setelah Penghapusan BBNKB

2.3.1 Kontribusi BBNKB terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat signifikan, terutama dalam
konteks pemerintahan daerah di negara-negara yang menerapkan
BBNKB. Kontribusi ini berasal dari pembayaran BBNKB oleh
pemilik kendaraan saat melakukan proses balik nama, seperti saat
kendaraan dijual, dialihkan kepemilikannya, atau saat terjadi peralihan
kepemilikan dalam kasus waris atau hibah.

Berikut adalah beberapa cara BBNKB berkontribusi terhadap PAD:

a. Sumber Pendapatan

BBNKB menjadi salah satu sumber pendapatan yang penting


bagi pemerintah daerah. Pendapatan yang dihasilkan dari
BBNKB akan dikumpulkan oleh pemerintah daerah dan
masuk ke dalam PAD. Pendapatan ini dapat digunakan untuk
membiayai berbagai kegiatan dan program di tingkat lokal,
termasuk pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan
pengembangan daerah.

b. Potensi Pendapatan yang Signifikan

Jika sistem BBNKB dikelola dengan baik, pendapatan yang


dihasilkan dapat menjadi sumber yang signifikan bagi PAD.
Hal ini terutama berlaku di daerah dengan jumlah kendaraan
yang tinggi atau dengan aktivitas perdagangan kendaraan
yang cukup aktif. Tingginya jumlah transaksi balik nama
kendaraan dapat berpotensi memberikan kontribusi yang
besar terhadap pendapatan daerah.

c. Kebijakan Tarif yang Fleksibel


Pemerintah daerah memiliki kebijakan untuk menetapkan
tarif BBNKB. Tarif tersebut dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi lokal. Dalam beberapa kasus,
pemerintah daerah dapat menetapkan tarif yang lebih tinggi
dari tarif nasional untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Hal ini dapat membantu meningkatkan kontribusi BBNKB
terhadap PAD.

d. Potensi Pertumbuhan

Seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di


suatu daerah, kontribusi BBNKB terhadap PAD juga dapat
meningkat. Pertumbuhan populasi kendaraan yang diikuti
oleh peningkatan transaksi balik nama kendaraan dapat
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan
daerah dari BBNKB.

Kontribusi BBNKB terhadap PAD dapat berbeda-beda antara satu


daerah dengan daerah lainnya tergantung pada faktor-faktor seperti
jumlah kendaraan, kebijakan tarif, dan efektivitas pengawasan dan
penagihan BBNKB oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu,
manajemen yang baik terkait administrasi, pengawasan, dan
penagihan BBNKB berperan penting untuk memaksimalkan
kontribusinya terhadap PAD.

2.3.2 Dampak Penghapusan BBNKB terhadap Pendapatan Asli Daerah

Penghapusan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dapat


memiliki dampak yang cukup serius terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) suatu daerah. Meskipun penghapusan BBNKB dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemilik kendaraan, namun
dampak tersebut tidak bisa menghindar walaupun ada sektor lain
penggantu BBNKB, dampaknya meliputi:

a. Penurunan Pendapatan
Dampak langsung dari penghapusan BBNKB adalah
penurunan pendapatan daerah. BBNKB biasanya
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan
daerah, dan penghapusannya akan menyebabkan hilangnya
sumber pendapatan yang penting. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan daerah untuk membiayai
kegiatan pembangunan, pelayanan publik, dan infrastruktur
yang diperlukan.

b. Memengaruhi Anggaran dan Program

Penghapusan BBNKB dapat berdampak pada anggaran dan


program pemerintah daerah. Jika penghapusan ini tidak
diimbangi dengan peningkatan pendapatan dari sumber lain,
daerah mungkin mengalami keterbatasan dana untuk
membiayai program-program yang sudah direncanakan
sebelumnya. Hal ini dapat mempengaruhi pembangunan
infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan program-
program sosial lainnya.

c. Memengaruhi terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Dampak penghapusan BBNKB terhadap pendapatan daerah


juga dapat berdampak pada investasi dan pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut. Pendapatan daerah yang lebih
rendah dapat mengurangi kemampuan pemerintah daerah
untuk memberikan insentif atau dukungan keuangan bagi
investasi dan pengembangan ekonomi lokal. Hal ini dapat
berdampak negatif pada pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja.

Jika BBNKB dihapus, Pemerintah daerah perlu mencari sumber


pendapatan lain yang dapat mengkompensasi hilangnya pendapatan
dari BBNKB. Ini dapat melibatkan peningkatan pendapatan dari
sumber-sumber lain seperti Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB), atau sumber pendapatan non-pajak lainnya.

2.3.3 Kebijakan Penggantian Potensi Pendapatan dari Sumber Lain

Pemerintah daerah dapat mempertimbangkan sumber pendapatan


lainnya yang spesifik untuk daerah tertentu. Misalnya, jika daerah
tersebut memiliki sumber daya alam yang kaya, pemerintah daerah
dapat mengembangkan sektor pertambangan atau pertanian yang
dapat memberikan pendapatan tambahan. Selain itu, pemerintah
daerah juga dapat menjalin kemitraan dengan sektor swasta dalam
bentuk kerjasama investasi atau pengelolaan aset daerah yang
menghasilkan pendapatan.

Selain mencari sumber pendapatan alternatif, pemerintah daerah juga


dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan keuangan daerah. Hal ini dapat melibatkan peningkatan
dalam pengumpulan pajak yang lebih efektif, perbaikan administrasi
keuangan, pengendalian pengeluaran yang lebih ketat, dan upaya
untuk mengurangi pemborosan dan praktik korupsi.

Penggantian potensi pendapatan dari sumber lain setelah penghapusan


BBNKB harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan sesuai dengan
kondisi dan potensi daerah tersebut. Evaluasi yang komprehensif dan
perencanaan keuangan yang matang diperlukan untuk memastikan
bahwa sumber pendapatan yang baru memadai untuk memenuhi
kebutuhan keuangan daerah dan membiayai program-program lainnya
yang diprioritaskan.

Selain itu, sangat sekali diperlukan untuk melibatkan pemangku


kepentingan seperti masyarakat, sektor swasta, dan lembaga terkait
dalam proses perumusan kebijakan penggantian pendapatan setelah
penghapusan BBNKB. Karena keterlibatan mereka dapat memberikan
wawasan, perspektif, dan dukungan yang diperlukan untuk
keberhasilan kebijakan tersebut

2.3.4 Efisiensi Penerimaan Paja Kendaraan Bermotor

Setelah penghapusan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


(BBNKB), selanjutnya adalah perlunya meningkatkan efisiensi
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai sumber
pendapatan utama dari kendaraan bermotor, Seperti:

a. Penyempurnaan Sistem Administrasi

Perbaikan sistem administrasi yang berkaitan dengan


penerimaan PKB dapat membantu meningkatkan efisiensi
pengumpulan pajak. Hal ini akan mengakibatkan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi yang lebih baik, seperti
penggunaan sistem online untuk registrasi kendaraan,
pembayaran pajak secara elektronik, dan pemantauan yang
lebih baik terhadap pemilik kendaraan yang belum membayar
pajak. Dengan memperbarui sistem administrasi, pemerintah
daerah dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam
pengumpulan PKB.

b. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Pemerintah daerah dapat melakukan kampanye dan sosialisasi


yang efektif kepada masyarakat tentang kewajiban membayar
PKB. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
membayar pajak kendaraan secara tepat waktu dapat
membantu mengurangi tingkat ketidakpatuhan. Langkah ini
dapat mencakup penyediaan informasi yang jelas tentang cara
membayar PKB, konsekuensi dari ketidakpatuhan, dan
manfaat yang diperoleh dari kontribusi pajak mereka.

c. Penegakan Hukum yang Tegas


Penegakan hukum yang tegas terhadap pemilik kendaraan
yang tidak mematuhi kewajiban PKB dapat memberikan efek
jera dan mendorong kepatuhan. Pemerintah daerah perlu
memastikan adanya mekanisme penegakan hukum yang
efektif, seperti pemeriksaan rutin, penindakan terhadap pemilik
kendaraan yang melanggar, dan sanksi yang tegas bagi yang
tidak membayar pajak dengan tepat waktu.

d. Kerjasama dengan Instansi Terkait

Pemerintah daerah dapat meningkatkan kerjasama dengan


instansi terkait, seperti kepolisian dan Departemen
Perhubungan, untuk memperoleh informasi yang lebih akurat
tentang kendaraan yang beroperasi di daerah mereka. Data
yang diperoleh dapat digunakan untuk memverifikasi
informasi pajak kendaraan dan memastikan bahwa pemilik
kendaraan membayar pajak dengan tepat.

e. Audit dan Pengawasan yang Ketat

Melakukan audit secara berkala terhadap pemilik kendaraan


dan dealer kendaraan dapat membantu mengidentifikasi
potensi kecurangan atau kesalahan dalam pelaporan dan
pembayaran PKB. Pengawasan yang ketat akan memastikan
kepatuhan yang lebih baik dan mencegah kebocoran
pendapatan.

Peningkatan efisiensi ini akan berdampak positif pada pendapatan


daerah, sehingga pemerintah daerah dapat memperoleh sumber
pendapatan yang memadai untuk membiayai program-program
pembangunan dan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
KESIMPULAN

Pajak Kendaraan Bermotor memiliki peran yang signifikan dalam


meningkatkan Pendapatan Negara dan Daerah. Pendapatan yang diperoleh
dari pajak ini dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur,
pelayanan publik, dan berbagai kegiatan pembangunan lainnya.

Penghapusan BBNKB berdampak langsung terhadap Pendapatan Asli


Daerah. Daerah akan kehilangan sumber pendapatan yang signifikan, yang
dapat mempengaruhi kemampuan daerah untuk membiayai kegiatan
pembangunan dan pelayanan publik.

Untuk menggantikan potensi pendapatan dari sumber lain setelah


penghapusan BBNKB, pemerintah daerah dapat mengambil berbagai langkah
strategis. Diantaranya adalah meningkatkan efisiensi penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor, diversifikasi sumber pendapatan dengan
mengembangkan sektor ekonomi lainnya, serta meningkatkan kerjasama
antar daerah dan melakukan evaluasi kebijakan yang telah dijalankan.

Pemerintah daerah juga perlu memperhatikan pentingnya meningkatkan


kualitas layanan publik, pengelolaan aset daerah, pengembangan sektor
ekonomi kreatif, serta peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur untuk
mendukung penggantian potensi pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] L. R. Cahya, “PENGARUH REALISASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA


BALIK NAMA KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2019-2021,” 2022.

[2] Bapenda. Jabar, “Pengertian dan manfaat pajak” https://bapenda.jabarprov.go.id

[3] Bapenda. Jabar, “Pengertian BBNKB” https://bapenda.jabarprov.go.id

[4] Auto2000, “Seputar BBNKB dan Mekanisme Penghitungannya”


https://auto2000.co.id dan https://www.toyota.astra.co.id

Anda mungkin juga menyukai