Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR (PBBKB)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah

Dosen Pengampu
Ibu Asih Machfuzoh S.E, M.Ak.

Disusun Oleh
Dwita Maharani 5503220002
Geisha Putri Kurnia 5503220008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PAJAK


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berjudul “Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor” dapat selesai seperti waktu yang kami rencanakan. Tersusunnya
makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil maupun moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Asih Machfuzoh, S.E., M.Ak., selaku dosen pengampu mata kuliah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua kami dan teman-teman yang telah membantu
dan memberikan dorongan agar makalah ini dapat terselesaikan.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Makalah ini membahas tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Tak ada gading yang tak retak kami sebagai penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari penyusunan maupun
materinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca bagi penyusun untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya.

Serang, 19 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6

2.1 Definisi..................................................................................................................... 6

2.2 Objek Pajak .............................................................................................................. 6

2.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak .................................................................................. 7

2.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan PBBKB ........................................... 7

2.4.1 Dasar Pengenaan PBBKB ................................................................................. 7

2.4.2 Tarif Pajak ......................................................................................................... 8

2.4.3 Perhitungan Pajak .............................................................................................. 9

2.5 Masa Pajak, Tahun Pajak, saat Terutang Pajak, dan Wilayah Pemungutan PBBKB . 9

2.6 Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PBBKB ................................................... 10

2.6.1 Pemungutan PBBKB ....................................................................................... 10

2.6.2 Penyetoran PBBKB ......................................................................................... 10

2.6.3 Pelaporan PBBKB ........................................................................................... 11

2.7 Pembayaran dan Penagihan PBBKB ...................................................................... 11

2.7.1 Pembayaran PBBKB ....................................................................................... 11

2.7.2 Penagihan PBBKB .......................................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang didalamnya
terdapat kekayaan sumber daya alam, jumlah penduduk, luas wilayah hingga adat
istiadatnya. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah Indonesia
dijadikan sasaran bagi para investor yang mengakibatkan pendapatan negara
bertambah. Sumber pendapatan negara menurut Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) berasal dari penerimaan dalam negeri dan hibah.
Penerimaan dalam negeri merupakan penerimaan yang berasal dari penerimaan
pajak dan penerimaan bukan pajak.

Pembangunan negara sangat di tentukan dari pendanaan yang harus


memadai, pendanaan pembangunan suatu negara salah satunya diperoleh dari
sektor pajak. Pajak Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 “Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

Pajak menurut Lembaga pemungutannya dibagi menjadi dua yaitu pajak


pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota), dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Dasar hukum
pajak daerah adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Dari berbagai sumber penerimaan yang dipungut
oleh daerah sesuai dengan undang-undang tentang pemerintah daerah menetapkan
pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu penerimaan yang berasal dari dalam
daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Berdasarkan jenis pajak daerah Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor
(PBBKB) menjadi salah satu pajak yang memberikan kontribusi dalam
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat kita sadari bahwa jumlah kendaraan
bermotor setiap tahun mengalami peningkatan. Apabila jumlah kendaraan
bermotor di jalan bertambah, maka kebutuhan atas bahan bakar kendaraan
bermotor pun pasti akan meningkat. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan
opsen atas penjualan bensin itu sebagai pajak bahan bakar kendaraan bermotor
yang diatur di dalam Undang-Undang No 34 Tahun 2000. Tujuannya adalah untuk
memperkokoh struktur penerimaan daerah serta meningkatkan efesiensi
pemungutan yang dapat mendukung perkembangan otonomi daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik permasalahan berkaitan
dengan PBBKB sebagai sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan PBBKB?


2. Apa saja yang termasuk Objek Pajak PBBKB?
3. Apa saja yang termasuk Subjek Pajak dan Wajib Pajak PBBKB?
4. Bagaimana Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan PBBKB?
5. Apa yang dimaksud Masa Pajak, Tahun Pajak, saat Terutang Pajak, dan
Wilayah Pemungutan PBBKB?
6. Bagaimana Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PBBKB?
7. Bagaimana Pembayaran dan Penagihan PBBKB?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor
adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Pengenaan PBBKB tidak mutlak ada pada seluruh daerah provinsi yang
ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah provinsi untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
provinsi. Karena itu untuk dapat dipungut pada suatu daerah provinsi maka
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang
PBBKB yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan PBBKB di daerah provinsi yang
bersangkutan.

2.2 Objek Pajak


Objek pajak PBBKB adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang
disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan
bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air. Pengertian dianggap
digunakan untuk kendaraan bermotor adalah bahan bakar yang diperoleh melalui,
antara lain stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan stasiun pengisian
bahan bakar untuk kendaraan di atas air. Bahan bakar kendaraan bermotor yang
disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor adalah bensin,
solar, dan bahan bakar gas. Termasuk dalam pengertian bensin antara lain
premium, premix, bensin biru, dan super TT. Setiap bahan bakar tersebut
merupakan bahan bakar yang dikonsumsi oleh masyarakat secara luas dan
pembeliannya memiliki kewajiban pajak yang sudah masuk dalam harga jual.
2.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Pada PBBKB, yang menjadi subjek pajak adalah konsumen bahan bakar
kendaraan bermotor. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah orang
pribadi yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor. Orang pribadi atau
badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor terbagi dua, yaitu
orang pribadi atau badan yang memperoleh atau membeli bahan bakar kendaraan
bermootor langsung dari penyedia bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu
Pertamina dan atau produsen lainnya, atau orang pribadi atau badan yang
memperoleh atau membeli bahan bakar kendaraan bermotor melalui Lembaga
penyalur

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili


oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah
tentang PBBKB. Wakil wajib pajak bertanggung jawabb secara pribadi dan atau
secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak
dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakannya. Ketentuan tentang wakil wajib pajak
dan kuasa wajib pajak dapat dilihat pada Bab 2 Ketentuan Umum Pajak Daerah.

2.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan PBBKB


2.4.1 Dasar Pengenaan PBBKB
Dasar pengenaan PBBKB adalah nilai jual bahan bakar kendaraan
bermotor sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PBBKB
dikenakan atas nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor. Dengan demikian,
harga eceran bahan bakar kendaraan bermotor sudah termasuk Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.

Sesuai dengan Keputusan Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2002 tentang


Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor tanggal 28 Mei 2002 nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor yang
menjadi dasar pengenaan PBBKB adalah harga jual sebelum dikenakan PPN,
namun sudah termasuk PBBKB. Jika harga jual bahan bakar kendaraan bermotor
tidak termasuk PPN, namun sudah termasuk PBBKB dengan tarif lima persen,
nilai jual dihitung sebagai perkalian 100/105 (seratus per seratus lima) dengan
harga jual. Jika harga jual bahan bakar kendaraan bermotor sudah termasuk PPN
dengan tarif sepuluh persen dan PBBKB dengan tarif lima persen nilai jual
dihitung sebagai perkalian 100/115 dengan harga jual.

2.4.2 Tarif Pajak


Menurut UU RI No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, tarif pajak sebagai berikut:

1. Pasal 19 ayat 1, tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan


paling tinggi sebesar 10%.
2. Pasal 19 ayat 2, khusus tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk
bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih
rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan
pribadi.

Tarif PBBKB ditetapkan dengan peraturan daerah. Pemberlakuan


ketentuan ini dilakukan dengan memerhatikan kesiapan daerah untuk
membedakan pengguna bahan bakar untuk kendaraan umum dengan kendaraan
pribadi.

Pemerintah pusat dapat mengubah tarif PBBKB yang sudah ditetapkan


dalam peraturan daerah dengan peraturan presiden. Kewenangan pemerintah pusat
untuk mengubah tarif PBBKB dilakukan dalam hal terjadi keadaan di bawah ini:

a. Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi seratus tiga puluh persen
dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-Undaang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan; atau
b. Diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu
paling lama tiga tahun sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009.

Alternatif kewenangan pemerintah pusat untuk mengubah tarif PBBKB


dalam hal diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu
paling lama tiga tahun sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 diperlukan untuk menghindari gejolak sosial akibat adanya kemungkinan
perbedaan harga bahan bakar kendaraan bermotor antardaerah. Dalam hal harga
minyak dunia sudah normal kembali, peraturan presiden yang mengubah tarif
PBBKB dicabut dalam jangka waktu paling lama dua bulan.

2.4.3 Perhitungan Pajak


Besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan PBBKB
adalah sesuai dengan rumus berikut:

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan


Bermotor sebelum dikenakan PPN

Hasil penghitungan pokok PBBKB yang terutang per liter dinyatakan


dalam rupiah dengan pembulatan dua angka di belakang koma. Contoh: harga jual
premium Rp2.400,00 per liter termasuk PPN dan PBBKB. Pokok PBBKB yang
terutang per liter adalah 5% x 100/115 x Rp2.400,00 = 5/115 x Rp2.400,00
Rp104,348; maka dibulatkan menjadi Rp104,33.

2.5 Masa Pajak, Tahun Pajak, saat Terutang Pajak, dan Wilayah
Pemungutan PBBKB
Pada Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, masa Pajak merupakan
jangka yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur. Dalam pengertian masa Pajak bagian dari
bulan dihitung satu bulan penuh. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya
satu tahun takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun baku yang tidak sama
dengan tahun takwim.

Pajak yang terutang adalah PBBKB yang harus dibayar oleh wajib pajak
pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajk menurut ketentuan
peraturan pemerintah daerah provinsi setempat. Saat terutang Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor adalah pada saat penyedia bahan bakar kendaraan bermotor
menyerahkan bahan bakar kendaraan bermotor kepada lembaga penyalur dan
konsumen langsung bahan bakar.

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di


wilayah provinsi tempat lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan bakar
kendaraan bermotor berada. Lembaga penyalur antara lain stasiun pengisian
Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), stasiun pengisian Bahan Bakar untuk ABRI
(SPBA), Agen Premium dan minyak solar (APMS), premium solar packed dealer
(PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker (SPBB), stasiun Pengisian Bahan
Bakar Gas (SPBG), dan Stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan di atas
air. Konsumen langsung adalah pengguna bahan bakar kendaraan bermotor dari
penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.

2.6 Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PBBKB


2.6.1 Pemungutan PBBKB
Pemungutan pajak ini dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan
bermotor. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa penyedia bahan bakar kendaraan
bermotor, misalnya Pertamina, Shell, atau Petronas. Nantinya pemungutan ini
dilakukan saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang atau yang biasa
disebut delivery order.

2.6.2 Penyetoran PBBKB


Untuk penyetoran, sebagai pihak yang menyediakan bahan bakar
kendaraan bermotor wajib menyetorkan hasil pungutan PBBKB dengan
menggunakan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) berdasarkan angka sementara
ke rekening kas daerah paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya. Jika terbentur
hari libur maka penyetoran bisa dilakukan pada hari kerja efektif setelahnya.
Perhitungan sementara hanya berlaku saat angka penjualan yang didapat belum
pasti. Setelah ada angka penjualan pasti, maka harus dilakukan penyesuaian
terhadap penghitungan sementara yang telah disetor sebelumnya.
2.6.3 Pelaporan PBBKB
Pelaporan PBBKB dilakukan dengan cara menyampaikan SPTPD (Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah) pada gubernur atau pejabat yang ditunjuk. Laporan
tersebut berisikan data volume penjualan bahan bakar, jumlah pajak yang sudah
disetor termasuk juga koreksi atas data laporan bulan sebelumnya dengan data
pendukung lain. Laporan tersebut kemudian disetorkan pada Dirjen Otonomi
Daerah Departemen Dalam Negeri, Dirjen Lembaga Keuangan dan Dirjen
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen Keuangan, selambat-
lambatnya 5 hari setelah penyetoran dilaksanakan.

2.7 Pembayaran dan Penagihan PBBKB


2.7.1 Pembayaran PBBKB
Pembayaran PBBKB yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau
tempat lain yang ditunjuk oleh gubernur. Apabila pembayaran pajak dilakukan di
tempat lain yang di tunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah
paling lambat 1 x 24 jam atau tempo waktu yang ditentukan oleh gubernur.
Apabila tanggal jatuh tempoh pembayaran pada hari kerja berikut nya .
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah
(SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib
yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan
dicatat dalam bukti penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan
mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah. Bentuk, isi, ukuran buku
penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan dengan keputusan
gubernur.

2.7.2 Penagihan PBBKB


Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat keputusan pembetulan, surat keputusan
keberatan dan putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan
dikeluarkan tujuh hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis diterima, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.

Apabila jumlah pajak terutang dalam harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat
lain yang sejenis akan ditagih dengan surat paksa. Tindakan penagihan pajak
dengan surat paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelelangan,
pencegahan dan penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau melunasi utang
pajaknya sebagaimana mestinya. Apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan
barang milik wajib yang disita pemerintah provinsi diberi hak mendahulu untuk
tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau pennggung pajak.
Ketentuan hak mendahului meliputi pokok pajak, sank administrasi berupa
kenaikan, bunga, denda dan biaya penagihan pajak. Adanya ketentuan tentang hak
mendahului untuk memberikan jaminan kepada daerah pelunasan utang pajak
daerah apabila pada saat bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak dan juga
utang / kewajiban perdata kepada kreditur lainnya, sementara wajib pajak tidak
mampu meunasi semua utang nya sehingga dinyatakan pailit.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan masalah laporan yang telah diuraikan pada bab


sebelumnya, maka dapat di simpulkan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB) adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk
kendaraan bermotor. Pengenaan PBBKB tidak mutlak ada pada seluruh daerah
provinsi yang ada di Indonesia. Objek Pajak PBBKB menjadi landasan hukum
operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan PBBKB. Orang
pribadi atau badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor terbagi
dua, yaitu Pertamina dan atau produsen lainnya. Wajib pajak dapat diwakili oleh
pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah
tentang PBBKB, dan menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marihot Pahala Siahaan, S.E., M.T. PAJAK DAERAH & RETRIBUSI


DAERAH Berdasarkan Undang Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
2. https://accounting.binus.ac.id/2022/12/12/pajak-bahan-bakar-kendaraan-
bermotor-
pbbkb/#:~:text=Pajak%20Bahan%20Bakar%20Kendaraan%20Bermotor%
20yang%20selanjutnya%20disingkat%20PBBKB%20adalah,Kendaraan%
20Bermotor%20dan%20Alat%20Berat.
3. https://www.pajakku.com/read/6029e1fb5bddc138006e31e1/Ketentuan-
Pajak-Bahan-Bakar-Kendaraan-Bermotor-bagi-Kendaraan-Pribadi-dan-
Umum
4. https://kemenkeupedia.kemenkeu.go.id/search/konten/21026-ketentuan-
bagi-hasil-pajak-provinsi-berupa-pajak-bahan-bakar-kendaraan-bermotor-
pbbkb-kepada-kabupatenkota

Anda mungkin juga menyukai