Anda di halaman 1dari 15

Perpajakan 1 Kelas B2

Pertemuan ke-11
Rabu, 28 April 2021

PAJAK DAERAH

Oleh Kelompok 10
Nama Kelompok:

Ni Nyoman Sinta Suwandani (2007531098) / 22


I Kadek Yogi Astrawan (2007531140) / 23

Dosen Pengampu :
Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, M.Si., Ak.

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S1 AKUNTANSI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Pajak Daerah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Perpajakan 1 . Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pajak Daerah
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, M.Si., Ak.
selaku dosen Perpajakan 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Badung, 18 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................................................3

2.1 Pengertian Pajak Daerah .........................................................................................................3

2.2 Jenis Pajak Daerah ..................................................................................................................3

2.3 Objek Pajak Daerah ................................................................................................................6

2.4 Subjek Pajak Daerah ...............................................................................................................8

2.5 Hubungan Pajak Daerah dengan Pajak Pusat ...........................................................................9

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................iv

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Sejak tahun 1999 pembagian pajak menurut
wewenang pemungutan pajak dipisahkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat
merupakan pajak yang dipungut langsung oleh pemerintah pusat. Sedangkan Pajak daerah merupakan
pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dibagi lagi antara pajak daerah provinsi dan pajak
daerah kabupaten ataupun kota. Dasar dilakukannya pemungutan pajak oleh pemerintah daerah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah mengatakan bahwa
Pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara
bertanggungjawab. Langkah-langkah yang perlu di ambil dengan cara menggali segala kemungkinan
sumber pendapatannya sendiri sesuai dengan batas-batas peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pemerintah Daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari
daerah sendiri sehingga akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan pembangunan maupun lain-lain. Untuk merealisasikan pelaksanaan Otonomi
Daerah yang optimal maka pembiayaan pemerintah daerah tergantung terhadap peranan Pendapatan
Asli Daerah dan karena sifat pajak yang progresif. Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 1 angka 10 Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Meningkatkan pajak daerah perlu dilakukan upaya efektivitas dan efisiensi
penerimaan pajak daerah. Salah satunya melalui subjek dan objek pendapatan daerah sehingga dapat
meningkatkan produktivitas Pendapatan Asli Daerah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Daerah?


2. Apa saja jenis Pajak Daerah?
3. Apa saja objek Pajak Daerah?
4. Siapa subjek pajak daerah
5. Bagaimana hubungan antara Pajak Daerah dengan Pajak Pusat?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan tentang Pajak Daerah


2. Menjelaskan jenis Pajak Daerah
3. Menjelaskan objek Pajak Daerah
4. Menjelaskan subjek Pajak Daerah
5. Menjelaskan Hubungan antara Pajak Daerah dengan Pajak Pusat

1.4 Manfaat Penulisan

1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang Pajak Daerah


2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang jenis Pajak Daerah
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang objek Pajak Daerah
4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang subjek Pajak Daerah
5. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang hubungan antara Pajak Daerah
dengan Pajak Pusat

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Daerah

Definisi pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian pajak daerah di atas tertuang dalam UU N0. 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

2.2 Jenis Pajak Daerah

Jenis-jenis pajak dikelompokkan berdasarkan provinsi dan kabupaten/kota (Pasal 2 UU 28/2009).

Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

1. Pajak Kendaraan Bermotor;

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4. Pajak Air Permukaan; dan

5. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel;

2. Pajak Restoran;

3. Pajak Hiburan;

4. Pajak Reklame;

5. Pajak Penerangan Jalan;

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7. Pajak Parkir;

8. Pajak Air Tanah;

3
9. Pajak Sarang Burung Walet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Jenis Pajak provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air.

2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan
bakar baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Pajak PBB-KB ini
dipungut atas bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap berguna untuk
kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan yang beroperasi di atas
air.

4. Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Air Permukaan yang dimaksud disini adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat

5. Pajak Rokok

Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah

4
Jenis Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan hotel. Yang dimaksud dengan hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya.

2. Pajak Restoran

Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran yang dimaksud adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya
termasuk jasa boga/katering

3. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan yang dimasuk adalah
semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut
bayaran

4. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati
oleh umum.

5. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

5
7. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

8. Pajak Air Tanah

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

9. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia
fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi
adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau
Badan.

2.3 Objek Pajak Daerah

Objek Pajak provinsi terdiri atas:

1. Pajak Kendaraan Bermotor : kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor : penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor : Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan
atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan
untuk kendaraan di air.

6
4. Pajak Air Permukaan : pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

5. Pajak Rokok. : konsumsi rokok meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun

Objek Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel : pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

2. Pajak Restoran : pelayanan yang disediakan oleh Restoran meliputi pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat
pelayanan maupun di tempat lain.

3. Pajak Hiburan : jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran. Hiburan


sebagaimana dimaksud adalah tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau
busana, kontes , kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya, pameran, diskotik, karaoke,
klab malam, dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyar, golf, dan boling;,
pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan, panti pijat, refleksi, mandi
uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan pertandingan olahraga.

4. Pajak Reklame; semua penyelenggaraan Reklame meliputi: Reklame


papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya, Reklame kain, Reklame melekat, stiker,
Reklame selebaran, Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, Reklame udara, Reklame
apung, Reklame suara, Reklame film/slide; dan Reklame peragaan

5. Pajak Penerangan Jalan: penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit
listrik.

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan : kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan
Batuan seperti asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung .

7. Pajak Parkir : penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

8. Pajak Air Tanah : pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

9. Pajak Sarang Burung Walet : pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan : Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan

7
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan : perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

2.5 Subjek Pajak Daerah

Subjek Pajak provinsi terdiri atas:

1. Pajak Kendaraan Bermotor : Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau
Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor : Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor : : Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
adalah konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

4. Pajak Air Permukaan : Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang
dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

5. Pajak Rokok : Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok.

Subjek Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel : Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

2. Pajak Restoran : Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli
makanan dan/atau minuman dari Restoran

3. Pajak Hiburan : Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati
Hiburan

4. Pajak Reklame : Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan
Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan : Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan
yang dapat menggunakan tenaga listrik

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan : Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.

7. Pajak Parkir : Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor

8. Pajak Air Tanah : Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah

8
9. Pajak Sarang Burung Walet : Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan : Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan : Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan

2.5 Hubungan Pajak Daerah dengan Pajak Pusat

Pajak pusat dan pajak daerah mulai muncul di Indonesia sejak diberlakukannya sistem
otonomi daerah. Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam konteks otonomi di Indonesia ,
daerah otonom tersebut merupakan provinsi – provinsi di Indonesia.

Semangat desentralisasi fiskal pun mulai disebarluaskan dan menjadi program ambisius
pemerintah Indonesia sejak awal dekade 2000, tepatnya mulai tahun fiscal 2001. Pada tahun itu,
pemerintah daerah mulai dari provinsi, kabupaten, dan kota diberikan wewenang yang lebih luas
untuk mengatur dan bertanggung jawab terhadap pembelanjaan di beberapa sektor baru. Konsekuensi
logis dari perluasan wewenang itu adalah meningkatnya pengeluaran daerah. Peningkatan itu dapat
terlihat jelas ketika pada tahun 2001, jumlah belanja daerah mencapai kurang lebih 30% dari total
belanja nasional. Desentralisasi fiskal inilah yang menjadi hubungan antara pajak pusat dengan pajak
daerah di Indonesia. Perluasan wewenang keuangan pemerintah pusat dalam hal mengatur keuangan
tersebut perlu diimbangi dengan perluasan otoritas daerah untuk memperoleh pendapatan daerahnya
sendiri yaitu dengan perluasan otoritas pemerintah daerah untuk menambah objek pajak daerahnya
sendiri. Dari sinilah tercipta adanya pajak pusat yang dipungut untuk pendapatan APBN dan Pajak
Daerah yang dipungut untuk pendapatan APBD. Kedua nya merupakan pungutan sebagai pendapatan
pada anggaran hanya saja pajak pusat mengambil porsi lebih luas secara skala anggaran nasional dan
pajak daerah hanya berfokus pada pendapatan daerahya saja.

9
Sistem pemerintahan di negara kita, di mana sistem pemerintahan di negara kita menganut
desentralisasi atau berdasarkan asas otonomi bagi suatu pemerintahan daerah berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang
secara sederhana didefinisikan sebagai penyerahan kewenangan. Kewenangan dimaksud meliputi
kewenangan dalam menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan
serta bantuan dari pemerintah pusat. Bagian terbesar dari kewenangan itu salah satunya dalam
menyusun dan menjalankan keuangan daerah secara mandiri. Hal ini terlihat adanya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun atau dirancang oleh pimpinan eksekutif daerah
(bupati/walikota/gubernur) dengan pimpinan legislatif daerah (DPRD Tingkat I dan Tingkat II) yang
mencerminkan otonomi penuh daerah dalam mengelola keuangannya. Dan salah satu sumber utama
keuangan di sebuah daerah adalah pajak. Karena itulah, pemerintah pusat berbagi objek pungutan
pajak dengan pemerintah daerah alasan utamanya adalah sistem desentralisasi atau otonomi daerah di
negara kita. Dan semangat ini kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dapat dismpulkan bahwa pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang -undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis Pajak Daerah dapat dibagi berdasarkan jenis
pajak provinsi dan jenis pajak kabupaten/kota. Jenis Pajak Provinsi ini dibagi lagi menjadi 5
jenis pajak yang meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok. Jenis Pajak
Kabupaten/Kota dibagi lagi menjadi 11 jenis pajak. Adanya pembagian pajak ini membuat setiap
tingkatan pemerintah hanya dapat memungut pajak yang ditetapkan menjadi kewenangannya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari adanya tumpang tindih dalam pemungutan pajak. Adapun
rasionalisasi pajak daerah tidak mengalihkan kewenangan pemungutan pajak daerah melainkan hanya
wewenang penetapan tarif atas beberapa jenis pajak. Pajak daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu kepatuhan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan.Richard.(2013). Hukum Pajak. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Lembaran Negara RI Tahun 2009 No 130.
Jakarta : Sekretariat Negara

Rani Maulida (6 September 2018). Jenis-Jenis dan Tarif Pajak Daerah. Diakses pada 18 April 2021

dari https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah

Sigit (2 Tahun lalu). Definisi Pajak Daerah. Diakses pada 18 April 2021 dari

https://www.pajakku.com/read/5d82eb4574135e0390823b09/Definisi-Pajak-Daerah-
dan-Jenis-jenis-Pajak-Daerah

iv

Anda mungkin juga menyukai