Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PAJAK PROVINSI - PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN


BERMOTOR (PBBKB)
DAN PAJAK AIR PERMUKAAN (PAP)”

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

DOSEN PEMBIMBING
Citra Lutfia,S.E.,M.A

DISUSUN OLEH
Lutfiana Amalia Bahari (170221100003)
Vanita Afi Syah Putri (170221100010)
Ahmad Fahmi Rosyid (170221100097)
Ziana Yustika Fitri (170221100098)
Tri Muji Lestari (170221100110)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang berjudul “Pajak Provinsi - Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBBKB) Dan Pajak Air Permukaan (PAP)” dapat selesai seperti waktu yang telah
kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Citra Lutfia S.E., MA dosen mata kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Universitas Trunojoyo Madura.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat di selesaikan.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Makalah
ini membahas tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Dan Pajak Air Permukaan.
Tak ada gading yang tak retak penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat diharapkan bagi penyusun untuk penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

Bangkalan, 20 September 2019


    

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................2


Daftar Isi ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4


1.1      Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2      Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1.3      Tujuan............................................................................................................................5
1.5      Manfaat..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 7
2.1       PBBKB – Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor......................................................7
2.1.1 Nama, Objek dan Subjek Pajak................................................................................7
2.1.2 Dasar Pengenaan, Tarif Pajak & Cara Perhitungan..................................................7
2.1.3 Masa Pajak & Saat Pajak Terutang………………..................................................8
2.1.4 Pemungutan, Penyetoran & Pelaporan Surat Pemberitahuan...................................8
2.1.5 Pembayaran………………………………………..................................................8
2.1.6 Pengawasan & Pengendalian……………………...................................................8
2.2       PAP – Pajak Air Permukaan..........................................................................................9
2.2.1 Nama, Objek & Subjek Pajak…..............................................................................9
2.2.2 Dasar Pengenaan, Tarif & Cara Perhitungan Pajak.................................................9
2.2.3 Masa Pajak, Ketetapan dan Pajak Terutang….........................................................9
2.3       Hasil Wawancara...........................................................................................................12
2.3.1 PBBKB – Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor – SPBU….............................12
2.3.2 PAP – Pajak Air Permukaan - PDAM.....................................................................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................................14


3.1       Kesimpulan..................................................................................................................14
3.2      Saran………………………………………………………........................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
LAMPIRAN.......................................................................................................................15

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan


otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya dengan
menetapkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daaerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan
dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintahan
daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak
daerah dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda diupayakan
tidak berbenturan dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai) karena hal tersebut
akan menimbulakan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan
perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam Undang-Undang Nomor 18
tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana di ubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain menyatakan bahwa objek
pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat.
Penyelenggaraan otonomi daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
didikung sumber-sumber pembiayaan yang memadai. Salahsatunya adalah dengan
meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara rumah tangganya. Sekalipun
demikian, otonomi daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia, bukan hanya diukur
dari jumlah PAD yang dapat dicapai, tetapilebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan
retribusi daerah dapat berperan dalam mengatur perekonomian masyarakat agar dapat
bertumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah.
Makalah ini kami buat untuk menjelaskan dua macam pajak yaitu pajak bahan bakar
kendaraan bermotor dan pajak air permukaan. Tentu kita tahu bahwa keduanya memiliki
peran yang berbeda antara satu dan lainnya. Tetapi kedua objek tersebut sangat berperan
dalam menambah pendapatan negara melalui pajak. Negara memungut pajak bahan bakar
kendaraan bermotor dan pajak air permukaan agar pemilik ikut berpartisipasi kepada
pemerintah dalam pembangunan fasilitas umum yang nantinya dapat dinikmati bersama.
Sehingga wajib pajak diwajibkan memenuhi pajaknya kepada negara.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengenaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor?


2. Bagaimana pengenaan pajak air pemukaan?

1.3. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1.      Mengetahui apa dan bagaimana pengenaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
dan pajak air pemukaan.
3.      Mengetahui prosedur-prosedur yang terjadi di lapangan.

1.4. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama, dan
bagian akhir. Pada bagian awal yaitu cover, kata pengantar dan daftar isi.
Kemudian pada bagian utama penulis membagi menjadi tiga bab yaitu:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari:
1.      Latar Belakang
2.      Rumusan Masalah
3.      Tujuan Penulisan
4.      Sistematika Penulisan
5.      Manfaat Pembahasan
Bab kedua berisi uraian, yang terdiri dari: PBBKB – Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, PAP – Pajak Air Permukaan dan Hasil Wawancara.
Bab ketiga merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dari seluruh makalah ini dan penutup
dari penulis.

1.5. Manfaat

1.      Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami apa dan bagaimana pajak bahan
bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PBBKB – Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Seperti yang telah diatur pada Pasal 2 ayat 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor merupakan Jenis Pajak yang termasuk didalam Pajak
Provinsi. Pengertian dari Bahan Bakar Kendaraan Bermotor itu sendiri adalah semua jenis
bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor, sedangkan Pajaknya
dipungut pajak atas penggunaan bahan bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau
dianggap digunakan untuk Kendaraan Bermotor.
Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk
bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air. Bahan bakar Kendaraan Bermotor
sebagaimana yang dimaksud adalah pertamax, premium, solar dan sejenisnya
PBBKB adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu semua
jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Pemungutan
PBBKB diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 yang telah direvisi menjadi UU Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Berdasarkan UU Nomor
34 Tahun 2000, besarnya PBBKB yang dikenakan pada setiap liter bahan bakar yang
dikonsumsi oleh masyarakat adalah sebesar 5 persen dari nilai jual sebelum pajaknya. Ini
berarti dari setiap liter BBM yang dibeli oleh masyarakat, pemerintah daerah mendapatkan 5
persen penerimaan PBBKB. Sementara itu, besaran tarif PBBKB berdasarkan UU Nomor 28
Tahun 2009 paling tinggi sebesar 10 persen.
Pengaturan lebih lanjut dilakukan terhadap kendaraan umum dengan tarif paling
sedikit 50 persen lebih rendah dari tarif PBBKB untuk kendaraan pribadi. Dengan demikian,
dalam UU PDRD yang baru, pengenaan PBBKB dapat dilakukan secara diskriminatif baik
antar daerah maupun antar jenis (peruntukan) kendaraan. Peluang pemberlakuan diskriminasi
tarif tersebut sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan daya saing daerah, karena harga jual
per liter BBM dapat berbeda antar daerah. Selain itu, diskriminasi harga tersebut juga secara
tidak langsung juga ditujukan agar masyarakan dapat mengurangi konsumsi BBM
sedemikian rupa sehingga besaran subsidi dalam APBN dapat dikurangI.

1
2.1.1 Nama, Objek dan Subjek Pajak
 Dengan nama PBBKB dipungut pajak atas bahan bakar kendaraan bermotor.
 Objek PBBKB adalah bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk
kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air.
 Subjek PBBKB adalah konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Wajib PBBKB meliputi:
a. orang pribadi; atau
b. Badan; yang menggunakan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Pemungutan PBBKB dilakukan oleh penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
sebagai Wajib Pungut. Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah produsen dan/atau
importir Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijual maupun untuk digunakan
sendiri. Setiap terjadi perubahan harga jual bahan bakar, Wajib Pungut diwajibkan
melaporkan kepada Kepala Dinas.

2.1.2 Dasar Pengenaan, Tarif Pajak & Cara Perhitungan

Dasar pengenaan PBBKB adalah Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Tarif PBBKB ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Dalam hal terjadi
perubahan tarif yang dilakukan Pemerintah, maka tarif menyesuaikan dengan tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

Pembelian bahan bakar oleh sektor industri, usaha pertambangan, kehutanan,


kontraktor jalan dan sejenisnya yang digunakan untuk operasional kendaraan bermotor
dipungut PBBKB. Pemungutan PBBKB diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

2.1.3 Masa Pajak & Saat Pajak Terutang


Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
kalender.
PBBKB terutang pada saat penyedia bahan bakar kendaraan bermotor
menyerahkan bahan bakar kendaraan bermotor kepada lembaga penyalur dan/atau konsumen
langsung bahan bakar.

1
2.1.4 Pemungutan, Penyetoran & Pelaporan Surat Pemberitahuan
Penyedia bahan bakar kendaraan bermotor wajib mengisi dan menyampaikan SPTPD
setiap bulan kepada Kepala Dinas paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya atas
penjualan BBM dan dilampiri rekapitulasi.
SPTPD memuat data volume penjualan bahan bakar, jumlah PBBKB yang telah
disetor, termasuk koreksi atas data laporan bulan sebelumnya disertai dengan data pendukung
lainnya. Penyedia bahan bakar, wajib menyampaikan data subjek PBBKB baru sesuai
penggolongan sektor industri, usaha pertambangan, perkebunan, kontraktor jalan, transportasi
dan perusahaan sejenisnya kepada Kepala Dinas.

2.1.5 Pembayaran

Penyedia bahan bakar berkewajiban mencantumkan pungutan PBBKB pada


Delivery Order (DO). Penyedia bahan bakar berkewajiban untuk memisahkan pungutan
PBBKB pada saat pembayaran di Bank Persepsi.
Penyedia bahan bakar berkewajiban untuk menyetor PBBKB yang terutang pada
Kas Daerah melalui Bank Persepsi atau tempat lain yang ditunjuk dengan menggunakan
SSPD atau dokumen yang dipersamakan. Gubernur berkewajiban membuka Rekening Kas
Daerah di masing-masing Bank Persepsi.

2.1.6 Pengawasan & Pengendalian

Gubernur berkewajiban mengadakan pengawasan dan pengendalian penggunaan


Bahan Bakar pada DEPO, Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), Stasiun
Pengisian Bahan Bakar untuk TNI/POLRI, Agen Premium dan Minyak Solar (APMS),
Premium Solar Packed Dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker (SPBB),
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), yang akan menjual BBM pada semua sektor
usaha kegiatan ekonomi yang berada di darat dan di laut.

1
2.2. PAP – Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air
permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak Air Permukaan semula
bernama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
(PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Hanya saja berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak, yaitu Pajak Air
Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah.
Pajak Air Permukaan dimasukkan sebagai Pajak Provinsi, sedangkan Pajak Air
Bawah Tanah ditetapkan menjadi Pajak Kabupaten/Kota. 
Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi tidak termasuk air laut
kecuali air laut tersebut telah dimanfaatkan di darat. Air bawah tanah adalah semua air yang
terdapat dalam lapiran pengandung air di bawah permukaan tanah termasuk mata air yang
muncul secara alamiah di atas permukaan tanah.
Pajak Air Permukaan dilakukan dengan mendasarkan pada Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah, khususnya Pasal 33-37; Peraturan Daerah Provinsi Lmpung Nomor 4
Tahun 2002 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Baawah Tanah dan Air
Permukaan; serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 tentang Pedoman
Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah.
Dalam PP Pengusahaan Sumber Daya Air, definisi Air Permukaan adalah adalah
semua Air yang terdapat pada permukaan tanah. Sedangkan dalam UU Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pengertian Air Permukaan lebih spesifik yaitu semua air yang terdapat
pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.
Pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan komersial yang mendatangkan
keuntungan dapat menjadi potensi untuk dikenakan Pajak bila dilihat fungsi pajak sebagai
instrumen reguleren dan fungsi pemerataan pendapatan. Mempertimbangkan bahwa banyak
air permukaan yang berposisi lintas wilayah kabupaten/kota, maka pemungutan Pajak Air
Permukaan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi.

1
2.2.1 Nama, Objek dan Subjek Pajak

 Dengan nama PAP dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan
di daerah.
 Objek PAP adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.
Dikecualikan dari objek PAP adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan
untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
 Subjek PAP meliputi:
a. orang pribadi; atau
b. Badan; yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.
Wajib PAP
a. orang pribadi; atau
b. Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

2.2.2 Dasar Pengenaan, Tarif & Cara Perhitungan Pajak

Dasar pengenaan PAP adalah Nilai Perolehan Air Permukaan.


Nilai Perolehan Air Permukaan dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
Jenis sumber air;
Lokasi sumber air;
Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
Kualitas air;
Luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air.
Besarnya Nilai Perolehan Air Permukaan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk ketenagalistrikan pemanfaatan
umum ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Volume pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan, diukur dengan meter air
dan/atau alat ukur lainnya

1
Meter air dan/atau alat ukur lainnya wajib dipasang pada setiap tempat
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Meter air dan/atau alat ukur lainnya dapat
disediakan oleh Pemerintah dan/atau pihak ketiga dan/atau Wajib Pajak. Pencatatan volume
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan dilakukan setiap bulan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Pengairan bersama Dinas Pendapatan.
Tarif PAP ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran pokok PAP yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan dengan dasar pengenaan pajak.

2.2.3 Masa Pajak, Ketetapan dan Pajak Terutang

Masa PAP adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender. PAP terutang timbul sejak
diterbitkan SKPD.

1
2.3. HASIL WAWANCARA

2.3.1 PBBKB – Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor – SPBU

Pendahuluan
SPBU Kamal merupakan anak cabang dari perusahaan perseorangan yang
perusahaan induknya berada di Surabaya. Direktur Perusahaan tersebut yaitu Ibu Ratna Astuti
Dewi S. SPBU Kamal menjadi lembaga penyalur bahan bakar kendaraan bermotor untuk
masyarakat Kamal, Bangkalan.SPBU Kamal sudah berstatus Pasti Pas! SPBU yang sudah
lulus dari standarisasi SPBU dan memiliki banyak sertifikat.

Hasil penjualan
Hasil penjualan Bahan Bakar SPBU Kamal pada bulan Agustus.Hasil penjualan ini, nantinya
akan dilaporkan kepada perusahaan induk yang ada di Surabaya.

Pihak yang terlibat


1) Dirjen Terkait
2) Dinas Pendapatan
3) Pertamina
4) Perusahaan
5) Masyarakat

Prosedur pengadaan BBM


1) Perusahaan membeli BBM ke pemasok
2) Penerbitan Surat Perintah
3) Pengeluaran Barang
4) SPBU Penyalur
5) Konsumen

1
2.3.2 PAP – Pajak Air Permukaan

Pihak yang terlibat

1) Dinas Pendapatan Provinsi


2) Upt Pengelolaan Sumber Daya Air
3) Upt Pengelolaan Pendapatan Daerah
4) Pengguna Atau Pemanfaat Air Permukaan

Prosedur Pajak Air Permukaan

1) Pihak PDAM Mengajukan Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) ke Pem Prov Jatim
UPT Dinas Pendapatan
2) Dilakukan Survei
3) Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

Pembayaran Pajak

1) Pelunasan pajak terutang harus dilaksanakan dalam batas waktu paling lama 30
hari sejak tanggal diterbitkan.
2) Pembayaran setelah batas waktu yang ditentukan dikenakan saksi administrasi
berupa bunga 2% sebulan.
3) Pembayaran dilakukan pada kantor uptd pendapatan provinsi jawa timur

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PBBKB adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu semua
jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Air Permukaan. Pajak Air Permukaan adalah pajak
atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan. Air Permukaan adalah semua air
yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut
maupun di darat.
Tentu kita tahu bahwa keduanya memiliki peran yang berbeda antara satu dan
lainnya. Tetapi kedua objek tersebut sangat berperan dalam menambah pendapatan negara
melalui pajak. Negara memungut pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak air
permukaan agar pemilik ikut berpartisipasi kepada pemerintah dalam pembangunan fasilitas
umum yang nantinya dapat dinikmati bersama. Sehingga wajib pajak diwajibkan memenuhi
pajaknya kepada negara.

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari banyaknya kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah kami perlukan.
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini.
Semoga dengan mempelajari materi ini mahasiswa dan mahasiswi memiliki wawasan dan
ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan dapat
dipahami dengan mudah dan baik.

1
DAFTAR PUSTAKA

Gubernur Jawa Timur. 2010. Peraturan daerah provinsi jawa timur no 9 tahun 2010 tentang
pajak daerah. Biru Hukum Provinsi Jawa Timur.

https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/artikel_dan_opini/pbbkb_140311.pdf

https://bapenda.jabarprov.go.id/pajak-air-permukaan/

1
LAMPIRAN

Wawancara ini kami lakukan pada Jum’at, 20 September 2019 di Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Bangkalan dan di SPBU Pertamina Kamal, Bangkalan. Kami
melakukan wawancara di PDAM Bangkalan dengan Bapak Subairi dan Bapak Bambang di
bagian keuangan. Sedangkan di SPBU Kamal Bangkalan, kami melakukan wawancara
dengan Bapak Misskamto selaku kepala bagian pengawas SPBU Kamal.

Berikut ini transip wawancara yang telah kami lakukan:

Transkip wawancara di PDAM Bangkalan

Penanya Assalamualaikum Wr. Wb.


Narasumber Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Penanya Selamat pagi bapak kami dari Universitas Trunojoyo Madura jurusan
Akuntansi. Kami datang ke sini dalam rangka kunjungan untuk
mewawancarai bapak mengenai pengambilan, pemungutan dan
penyetoran pajak air permukaan.
Narasumber Baik silahkan.
Penanya Kami mulai pertanyaan ya pak. PDAM kan menangani tentang air
permukaan, nah air permukaan seperti apa bapak?
Narasumber PDAM ini menangani air permukaan seperti air sungai dan air bawah
tanah, seperti sumber pocong.
Penanya Air sungai dan air bawah tanah ini diambilnya dimana dan bagaimana
caranya bapak?
Narasumber Air sungai dan air bawah tanah ini di ambil di tangkel dengan
menggunakan pompa.
Penanya Setelah air sungai dan air bawah tanah ini diambil. Kemuan di taruh
dimana bapak?
Narasumber .... akan tetapi sebelum kami mengambil air tersebut, kami harus
mengajukan surat izin dahulu.
Penanya Bagaimana prosedur pengambilan air sungai dan bawah tanah tersebut
bapak, hingga mendapatkan izin?
Narasumber Awalnya kami itu mengajukan surat izin ke provinsi tingkat satu
dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang ada kemudian dari
provinsi tingkat satu melakukan survei, nah setelah melakukan survei
barulah keluar surat izinnya.

1
Penanya Surat izinnya itu berisi apa saja bapak?
Narasumber Surat izin dari provinsi tingkat satu itu berisi jumlah kubib, nominal
rupiah per kubik, serta total perkalian jumlah kubik dengan nominal
per kubik.
Jumlah kubik inilah yang menjadi dasar kami untuk mengambil air
tersebut. Selain itu juga terdapat total tagihan yang harus kami bayar.
Penanya Mengenai jumlah tagihan yang harus dibayar itu pak, apakah sudah
termasuk dengan pajak, dan bagai mana dengan penentuan tarifnya?
Narasumber Surat tagihan itu sudah termasuk dengan pajak, yang menghitung dan
menentukan tarifnya dari sana, yaitu provinsi tingkat 1. Kami hanya
menerima dan membayar sejumlah tagihan tersebut.
Penanya Jumlah tagihan tersebut dibayar setiap bulan atau setiap tahun bapak?
Dan mengenai meter kubiknya apakah bisa berubah atau tidak bapak?
Narasumber Tagihan tersebut kami bayar setiap bulan. Untuk meter kubik selalu
sama karena yang menentukan provinsi tingkat 1.
Penanya Oh iya bapak, mengenai surat perizinan itu, mengajukan setiap tahun,
bulan atau bagaimana bapak?
Narasumber Surat perizinan itu kami perbarui setiap tiga tahun sekali.
Penanya PDAM kan setiap bulannya selalu menyetorkan kepada provinsi
tingkat 1 ya bapak, nah adakah timbal baliknya,khususnya terhadap
PDAM sendiri?
Narasumber Seharusnya sih ada akan tatapi sampai saat ini masih belum ada.
Penanya Baiklah kami rasa sudah cukup atas pertanyaannya. Kami sangat
berterimaasih atas waktu bapak dan kami mendapatkan banyak sekali
pengetahuan tentang air permukaa.
Terimaksi Bapak, wassalamualaik Wr. Wb
Narasumber Baiklah sama-sama. Waalaikumsalam Wr. Wb

Transkip wawancara di SPBU Kamal Bangkalan:

Penanya Bapak, untuk pembayaran pajak PBBKB di spbu Kamal sendiri itu
akan dipungut atau ditagih oleh siapa?
Narasumber Untuk pajak PBBKB di spbu Kamal ini akan di potong langsung oleh
pemasok bbm yang ada dipusat, jadi spbu disini tidak melakukan
pemungutan pajak PBBKB secara langsung karena kalau di urutkan
kita spbu Kamal ini hanya sebagai konsumen tingkat 2, bisa dibilang
juga spbu Kamal hanya sebagai penyalur atau menjembatani antara

1
pihak pusat dengan konsumen atau warga disini.
Penanya Kalau untuk yang menghitung / menentukan seberapa besar tarifnya itu
siapa pak ?
Narasumber Untuk yang menentukan tarif itu dari pusat pemerintahannya kalau
untuk yang menghitung saya kurang tau mungkin karena yang
membayar pajak adalah bagian penyuplai jadi yang menghitung adalah
bagian penyuplai.
Penanya Untuk tarif PBBKB sendiri yang dipotong oleh penyedia itu berapa pak
?
Narasumber Untuk tarifnya sendiri kami tidak tau pasti karena yang pertama dari
waktu pembelian kami hanya tau harga pokok penjualan yang sudah
jadi tanpa mengetahui harga pokok dengan rincianya yang secara detail.
Penanya Nominal per liter itu apakah sudah dipotong pajak atau belum ?
Narasumber Kalau untuk konsumen sendiri tidak menanggung pajak PBBKB karena
yang wajib menanggung pajaknya adalah bagian penyedia bbm bukan
pamakainya, jadi jika mbaknya misalnya beli bbm Rp. 20.000,00 maka
dengan harga tersebut mbaknya akan mendapat bbm dengan harga yang
ditentukan oleh pemerintah harga tanpa pajak, dan di spbu Kamal ini
sudah menganut atau sudah masuk dalam spbu “pasti pas” yang setiap
tahunya akan diaudit dan diperiksa oleh pusat
Penanya Apakah bapak mengetahui alur dari pembayaran PBBKB itu sendiri?
Narasumber Dari penyedia akan mencatat setiap pengeluaran delivery order atau
surat perintah pengeluaran barang yang akan menjadi dasar
penghitungan pajak PBBKB itu sendiri, kemudian setelah sudah ada
surat perintah pengeluaran barang maka akan ketemu jumlah pajak
yang harus dibayar, kemudian untuk penyetoran pajak itu sendiri
penyedia akan menyetorkan uangnya ke bank yang telah ditunjuk oleh
mentri keuangan.

Anda mungkin juga menyukai