MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Dosen Pengampu : Ari Nur Wahidah,SE.MM
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Winda Meliana (02070627016)
Wike Mardianti (02070626680)
Maimunah (02070627237)
Sarah Dwi Cahyanti (02070627495)
Julillah Auli (02070626728)
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang
“Pajak Air Permukaan Dan Pajak Rokok” meskipun bentuknya sangat jauh dari
kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah, saya memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi
yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh pembaca.
Dan saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang membimbing
mata kuliah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada semester ini. Saya juga mengharapkan
agar makalah ini dapat dijadikan pedoman apabila, pembaca melakukan hal yang berkaitan
dengan makalah ini, karena apalah gunanya saya membuat makalah ini apabila tidak
dimanfaatkan dengan baik.
Sebagai manusia biasa tentu saya tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini
dengan baik, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari dosen pembimbing mau pun pembaca.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan Masalah.........................................................................
BAB II PAJAK AIR PERMUKAAN..............................................
A. Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan
Pajak Air Permukaan................................................................
B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Air Permukaan.......................
C. Izin Pengambilan, Dasar Pengenaan, Tarif, dan
Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan...................................
D. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, Wilayah
Pemungutan, Pengukuhan, Pendaftaran, dan Pendataan
Pajak Air Permukaan................................................................
E. Pelaporan Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD), Cara Pemungutan, Penetapan,
dan Ketetapan Pajak..................................................................
F. Pembayaran, Penagihan Pajak, Pembetulan, Pembatalan,
Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administrasi Pajak Air Permukaan.........
G. Keberatan, Banding, dan Pemeriksaan
Pajak Air Permukaan ..............................................................
H. Keringanan, Pembebasan, dan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Air Permukaan.........................
I. Bagi Hasil Pajak, Biaya Pemungutan, Kedaluwarsa
Penangihan Pajak, dan Penghapusan Piutang
Pajak Air Permukaan................................................................
J. Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak
Air Permukaan.........................................................................
BAB III PAJAK ROKOK................................................................
A. Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Rokok.........
B. Objek dan Bukan Objek Pajak Rokok......................................
C. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Rokok......................................
D. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Rokok...
BAB IV PENUTUP..........................................................................
KESIMPULAN..................................................................................
SARAN...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sumber utama pendapatannya ada pada sektor
pajak. Seiring dengan menipisnya sumber daya alam minyak bumi dan gas alam
menyebabkan penerimaan pendapatan nasional dari sektor migas semakin berkurang.
Penurunan pendapatan pada sektor migas menjadikan sektor pajak sebagai pendapatan utama
nasional.Pajak dianggap pilihan yang paling tepat karena jumlah pendapatannya yang relatif
stabil dan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembiayaan pembangunan.
Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara.Tanpa pajak kehidupan negara
tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembayaran para pegawai negara dan
pembangunan fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin banyak pajak yang
dipungut maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun. Hingga saat ini,
belum ada sumber pendapatan selain pajak yang dapat diandalkan sebagai sumber
pendapatan utama negara.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan agar
pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip
kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang perpajakan harus selalu ditunjang
dengan iklim yang mendukung peran aktif masyarakat serta pemahaman hak dan kewajiban
dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.Secara umum, pajak yang
berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat
adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap
daerah-daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahanya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan biaya
kepada masyarakat berupa pajak. Contoh dari Pajak Daerah adalah Pajak Kendaraan
Bermotor, Pajak Bea Balik Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
dan Pajak Perusahaan Air Tanah dan Permukaan.Pajak Air Permukaan adalah pajak atas
pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di
darat. Pajak Air Permukaan semula bernama Pajak Pengambilan Permanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang nomor 34 Tahun
2000. Hanya saja berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009, dipecah menjadi dua
jenis pajak, yaitu Pajak Air Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah, dimana Pajak Air
Permukaan dimasukkan sebagai pajak provinsi sedangkan Pajak Air Bawah Tanah menjadi
pajak kabupaten/kota.Kontribusi penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan harus diimbangi dengan efisiensi dan efektifitas dalam proses pemungutannya.
Dengan cara pengelolaan yang benar maka penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Permukaan sebagai komponen pembentuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah
khususnya di Provinsi Jawa Tengah.Salah satu perusahaan yang terkena Pajak Air Permukaan
adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang. Dalam
menjalankan kegiatan produksi, air bersih, perumahan dinas dan keperluan lainya
membutuhkan Air Permukaan. Air ini diambil dari Sungai Kaligarang dan beberapa sumber
lokasi lainnya. Apabila merujuk pada pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 2
Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah maka Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang dikenai Pajak Permukaan.Oleh karena itu,
PDAM Tirta Moedal Kota Semarang tidak terlepas dalam kewajiban perpajakannya dalam
rangka membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan yang disetorkan dan dilaporkan ke kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Semarang.
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok
adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan
dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (Hans Tendra, 2003).
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.
Secara efektif pemberlakuan pajak rokok ini baru akan diterapkan pada tahun 2014. Dasar
Pengenaan Pajak rokok adalah cukai rokok dan besarnya tarif ditetapkan sebesar 10 persen
dari cukai rokok. Pajak rokok masuk dalam kategori pajak provinsi yang menjadi
penyempurna kebijakan dan peraturan pajak daerah dalam bentuk perluasaan objek pajak
daerah. Artinya, pajak rokok ini nantinya akan menjadi sumber pendapatan asli daerah
(PAD). Meskipun demikian pemerintah provinsi diharuskan membagi penerimaan dari Pajak
Rokok ini dengan pemerintah kabupaten/kota dengan porsi sebesar 70 persen untuk
kabupaten/kota sisanya sebesar 30 persen diperuntukkan bagi pemerintah provinsi. Terdapat
alokasi paling sedikit 50 persen dari hasil penarikan pajak rokok, dipakai untuk mendanai
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum. Di bidang kesehatan
keputusan ini diambil sebagai langkah pengimbangan antara konsumsi rokok dengan
kesehatan masyarakat. Dan di bidang penegakan hukum terkait permasalahan rokok illegal.
Prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan.Sesuai
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mulai 1
Januari 2014 derah provinsi dapat memungut jenis pajak baru yakni pajak rokok. Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi adanya kebijakan pajak rokok, yaitu :
(1) Perlunya penerapan pajak yang lebih adil kepada seluruh daerah, agar seluruh daerah
mempunyai sumber dana yang memadai untuk mengendalikan dan mengatasi dampak negatif
rokok, karena sebelumnya daerah yang mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(yang sebagian dananya dapat digunakan untuk mengendalikan/mengatasi dampak negatif
rokok) hanya daerah penghasil rokok dan penghasil tembakau.
(2) Perlunya peningkatan local taxing power guna meningkatkan kemampuan daerah dalam
menyediakan pelayanan publik, khususnya pelayanan kesehatan
(3) Perlunya penerapan piggyback taxes, atau tambahan atas objek pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat terhadap konsumsi barang yg perlu dikendalikan, sesuai dengan
bestpractice yg berlaku di negara lain
(4) Perlunya pengendalian dampak negatif rokok, karena terkait dengan meningkatnya
tingkat prevalensi perokok di Indonesia (jumlah penduduk perokok terhadap jumlah
penduduk nasional), meningkatnya dampak negatif konsumsi rokok bagi masyarakat, dan
masih rendahnya komponen pajak dalam harga rokok di Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain khususnya negara ASEAN.
Seperti halnya dengan pajak provinsi lainnya, penerimaan pajak rokok juga harus
dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, yakni 30% untuk provinsi dan 70% untuk
kabupaten/kota. Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kab/kota,
minimal 50% digunakan untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan
hukum oleh aparat yang berwenang. Kegiatan yang terkait pelayanan kesehatan masyarakat
antara lain pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan
kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan
memasyarakatkan bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok. Sementara kegiatan yang terkait penegakan hukum sesuai dengan kewenangan
Pemda yang dapat dikerjasamakan dengan pihak/instansi lain, antara lain, pemberantasan
peredaran rokok illegal, dan penegakan aturan mengenai larangan merokok sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air Permukaan?
2. Apa Itu Objek, Subjek dan Wajib Pajak Air Permukaan?
3. Apa Itu Izin Pengambilan, Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Air
Permukaan?
4. Apa Itu Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, Wilayah Pemungutan,
Pengukuhan, Pendaftaran, dan Pendataan Pajak Air Permukaan?
5. Apa Itu Pelaporan Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Cara
Pemungutan, Penetapan, dan Ketetapan Pajak?
6. Apa Itu Pembayaran, Penagihan Pajak, Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan,
Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi Pajak Air
Permukaan?
7. Bagaimana Keberatan, Banding, dan Pemeriksaan Pajak Air Permukaan?
8. Bagaimana Keringanan, Pembebasan, dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak Air Permukaan?
9. Bagaimana Bagi Hasil Pajak, Biaya Pemungutan, Kedaluwarsa Penangihan Pajak, dan
Penghapusan Piutang Pajak Air Permukaan?
10. Apa Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak Air Permukaan?
11. Apa Itu Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Rokok?
12. Apa Itu Objek dan Bukan Objek Pajak Rokok?
13. Apa Itu Subjek Pajak dan Wajib Pajak Rokok?
14. Bagaimana Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Rokok?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air
Permukaan?
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Objek, Subjek dan Wajib Pajak Air Permukaan?
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Izin Pengambilan, Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara
Perhitungan Pajak AirPermukaan?
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, Wilayah
Pemungutan, Pengukuhan, Pendaftaran, dan Pendataan Pajak Air Permukaan?
5. Untuk Mengetahui Apa Itu Pelaporan Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD), Cara Pemungutan, Penetapan, dan Ketetapan Pajak?
6. Untuk Mengetahui Apa Itu Pembayaran, Penagihan Pajak, Pembetulan, Pembatalan,
Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
Pajak Air Permukaan?
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Keberatan, Banding, dan Pemeriksaan Pajak Air
Permukaan?
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Keringanan, Pembebasan, dan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Air Permukaan?
9. Untuk Mengetahui Bagaimana Bagi Hasil Pajak, Biaya Pemungutan, Kedaluwarsa
Penangihan Pajak, dan Penghapusan Piutang Pajak Air Permukaan?
10. Untuk Mengetahui Apa Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak
Air Permukaan?
11. Untuk Mengetahui Apa Itu Pengertian dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Rokok?
12. Untuk Mengetahui Apa Itu Objek dan Bukan Objek Pajak Rokok?
13. Untuk Mengetahui Apa Itu Subjek Pajak dan Wajib Pajak Rokok?
14. Untuk Mengetahui Bagaimana Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak
Rokok?
BAB II
PAJAK AIR PERMUKAAN
Kesimpulan
Kesimpulan pajak rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah pusat (Pasal
1 UU PDRD). Pemungutan pajak rokok menjadi kewenangan pemerintah daearah tingkat I
atau pemerintah provinsi (Pasal 2 ayat 1 UU PDRD). Berdasarkan pada Pasal 181 UU PDRD,
ketentuan mengenai pajak rokok mulai berlaku sejak 1 Januari 2014. Pemerintah daerah yang
ingin memungut pajak rokok harus menyusun peraturan daerah yang mengatur tentang pajak
rokok. pajak rokok juga dipungut guna melindungi masyarakat dari dampak negatif rokok.
Pemungutan pajak rokok juga dilatarbelakangi adanya kebutuhan untuk meningkatkan dana
untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Namun, pengenaan pajak rokok tidak mutlak ada
pada seluruh daerah provinsi. Pemerintah daerah bisa juga tidak memungut suatu jenis pajak
daerah. Hal ini jika potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis sebutkan diatas, maka penulis memberikan saran
yang dapat bermanfaat:
1. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten di harapkan lebih giat lagi dalam menggali
sumber-sumber penerimaan pajak air permukaan yang akan memberikan konstribusi besar
terhadap penerimaan pajak air permukaan.
2. Meningkatkan dam mengembangkan system pemungutan pajak air permukaan serta
memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini agar memudahkan masyarakat untuk
membayar pajak.
3. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten untuk membentuk tim penyidik agar dapat
melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap wajib pajak yang di curigai melakukan
kecurangan.
4. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten untuk lebih giat mensosialisasikan cara
pemunguta, perhitungan dan pembayaran pajak air permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan, Marihot P. 2016. Pajak Daerah dan Retrbusi Daerah. Edisi Revisi. Jakarta:Rajawali
http://repository.utu.ac.id/846/1/-Unlicensed-BAB%20I%20ori.docx.edit.pdf