Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 14

PENAGIHAN PAJAK

Tindakan penagihan pajak dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak karena


yang bersangkutan mempunyai utang pajak yang tidak dibayar atas suatu atau beberapa
surat ketetapan pajak yang telah jatuh tempo (1 bulan sejak tanggal penerbitan).
Utang pajak adalah :
a. Pajak yang masih harus dibayar
b. Sanksi administrasi berupa bunga,
c. Sanksi administrasi berupa denda
d. Kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

A. Utang Pajak

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


24/PMK.03/2008 jo PMK-85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan
dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dijelaskan
bahwa utang pajak adalah
a. Pajak yang masih harus dibayar
b. Sanksi administrasi sebagaimana ditetapkan dalam Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan  Pajak  Kurang
Bayar  Tambahan  (SKPKBT), Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan
(STPPBB), Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB),
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SKBKB), Surat
Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Tambahan (SKBKBT),
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.

1
B. Penanggung Pajak

Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak atau orang yang nyata-nyata ikut dalam menjalankan jalannya perusahaan
walaupun tidak ada dalam susunan pengurus perusahaan, menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Tindakan penagihan pajak berupa sita dapat dilakukan terhadap harta pribadi milik
penanggung pajak apabila petugas pajak (jurusita pajak) tidak dapat menemukan harta
yang dapat disita ditempat kedudukan dan atau tempat usaha Wajib Pajak.

C. Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak


Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di
luar kekuasaannya, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya (melunasi utang
pajaknya) pada waktunya, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk mengangsur
atau menunda pembayaran.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran
pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.

D. Dasar Penagihan Pajak


Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak
adalah:
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Ketetapan Pembetulan
e. Surat Ketetapan Keberatan
2
f. Putusan Banding
g. Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar ditambah, tidak dibayar olehPenanggung Pajak sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan.
 
E. Proses Penagihan

Gambar Alur dan Jadwal Penagihan Pajak

F. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak atau Penanggung Pajak selama Penagihan
Wajib Pajak/Penanggung Pajak
a. Meminta Jurusita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Jurusita
Pajak.
b. Menerima Salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan.
c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang

3
d. Sebelum pelaksanaan lelang, Wajib Pajak/Penanggung Pajak diberi
kesempatan terakhir untukmelunasi utang pajak termasuk biaya
penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan
tersebut kepada Kepala KPP yang bersangkutan.
e. Lelang tidak dilaksanakan apabila  Penanggung  Pajak  melunasi  utang
pajak dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.

Kewajiban Wajib Pajak/ Penanggung Pajak


a. Membantu Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya;
 Memperbolehkan Jurusita Pajak memasuki ruangan
tempat usaha/tempat tinggal WP/Penanggung Pajak;
 Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
f. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau
dipindahkan.
 
G. Penagihan Seketika dan Sekaligus

Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah Penagihan pajak yang dilaksanakan oleh
Jurusita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan
Tahun Pajak.
Dilaksanakan karena;
1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya
atau berniat untuk itu;
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan/ mengecilkan kegiatan perusahaan,
atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
3. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan
usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau

4
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya
4. badan usaha akan dibubarkan oleh negara
5. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh Pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan

H. Hak Mendahulu

Maksud dari hak mendahulu adalah memberi kesempatan kepada Pemerintah


(kedudukannya sebagai kreditur preferen) untuk mendapatkan bagian lebih dahulu dari
kreditur lain atas hasil pelelangan barang-barang milik Penaggung Pajak dimuka umum
guna menutupi atau melunasi utang pajaknya.
a. Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang Wajib
Pajak begitu pula atas barang-barang milik wakil yang menurut peraturan
perpajakan bertanggung jawab secara pribadi dan / atau secara renteng.
b. Ketentuan tentang hak mendahulu, meliputi pokok pajak, bunga, dan denda
administrasi, kenaikan dan biaya penagihan.
c. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya,
kecuali terhadap :
• Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun tidak
bergerak.
• Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang yang
dimaksud
• Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan
hipotek

Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang
membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada
5
pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.

Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

I. Daluwarsa Penagihan

Saat daluwarsa penagihan pajak perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum
kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi, yaitu :
1. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali.
2. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
3. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
4. Sejak tanggal surat keberatan Wajib Pajak diterima Direktur Jenderal Pajak.
5. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajak
tersebut.
6. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penerbitan ketetapan pajak tersebut

J. Hapusnya Piutang Pajak

Penghapusan piutang pajak diatur dalam pasal 24 UU KUP, dimana penghapusan


tersebut harus didasari Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Menteri Keuangan
6
mengatur tata cara penghapusan dan menetukan besarnya jumlah piutang pajak yang
tidak dapat ditagih lagi.

Hal-hal yang dapat menyebabkan dihapuskannya piutang pajak, antara lain:


1. WP telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan
atau kekayaan
2. WP badan yang telah selesai proses pailitnya
3. WP yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak
4. Hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa.

Piutang Pajak Yang Dapat Dihapus


Piutang pajak yang dapat dihapuskan, adalah piutang pajak yang tercantum pada:
1. STP
2. SKPKB
3. SKPKBT
4. SPT Pajak Terhutang PBB
5. Surat Ketetapan Pajak
6. Surat Ketetapan Pajak Tambahan
7. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah.

K. Bunga Penagihan

Apabila atas yang terutang SKPKB atau SKPKBT dan tambahan yang harus
dibayar berdasarkan SK Pembetulan, SK Keberaratan atau Putusan Banding, pada saat
jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa buga sebesar 2 % sebulan
untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan pembayaran
atau tanggal diterbitkannya STP dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Anda mungkin juga menyukai