Anda di halaman 1dari 24

PAJAK AIR TANAH DAN HIBURAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pajak dan Restribusi Daerah

Dosen Pengampu:
Taslim Syahputra S.I.A., M.Ak

Disusun Oleh ;
Alfiatun Nurkhasanah (191011250250)
Ambar Wangi Miharja (191011250255)
Andalusia Eka Prasasti (191011250262)
Enthy Sulistya Suci Wulandari (191011250233)

07SAKK001

UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Taslim Syahputra S.I.A.,
M.Ak. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pajak dan Restribusi Daerah yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pamulang, 23 Februari 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................................7

2.1 Pengertian Pajak Air Tanah......................................................................................7

2.2 Pengertian Pajak Hiburan.........................................................................................7

2.3 Subjek Pajak Air Tanah............................................................................................8

2.4 Subjek Pajak Hiburan...............................................................................................9

2.5 Objek Pajak Air Tanah...........................................................................................10

2.6 Objek Pajak Hiburan..............................................................................................10

2.7 Tarif dan Perhitungan Pajak Air Tanah..................................................................11

2.8 Tarif dan Perhitungan Pajak Hiburan.....................................................................11

2.9 Tata Cara Pemungutan Pajak...................................................................................12

BAB III..................................................................................................................................14
3
PENUTUP.............................................................................................................................14

1.1 Kesimpulan............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada Undang- Undang

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sehingga dengan adanya undang-undang

tersebut pemerintah telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung

jawab kepada daerah secara proposional yang diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional perimbangan keuangan pusat dan

daerah dengan prinsip-prinsip demokrasi peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan serta potensi dan keanekaragaman dalam rangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Keberadaan pajak sebagai hukum positif di Negara Indonesia dapat

menjadi suatu masalah ketika adanya transaksi antarnegara. Transaksi antarnegara

membuat dunia semakin menyatu dan mengecil yang disebabkan oleh adanya

keterkaitan antarnegara, seperti dalam aktivitas pertukaran barang, migrasi sumber

daya manusia, transaksi jasa lintas perbatasan, arus modal serta pembiayaan

antarnegara, dan arus informasi. Disisi lain, ada pertimbangan ekonomis dalam

melakukan transaksi antarnegara, yaitu kedua belah pihak mendapatkan manfaat serta

keuntungan.
Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya

untuk diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli daerah (PAD). Dalam rangka

menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan

kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi

sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu

menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui PAD.

Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya

kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah dan disertai pengalihan

personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah. PAD adalah salah

satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada kenyataannya belum cukup

memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah

daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan

asli daerah.

Dasar hukum PAD terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Undang-Undang No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pajak

daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat di laksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membayari

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.


6
Pajak daerah terdiri atas Pajak Provinsi serta Pajak Kabupaten/Kota. Pajak

Provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak

Rokok. Sementara itu, Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral

Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung

Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan. Yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini adalah Pajak

Air Tanah dan Bangunan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait dengan

sub-bab yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah dituliskan

dengan poin-poin sebagai berikut:

a. Apa saja yang menjadi subjek Pajak Air Tanah dan Hiburan?

b. Apa saja yang menjadi objek Pajak Air Tanah dan Hiburan?

c. Bagaimana tarif dan perhitungan Pajak Air Tanah dan Hiburan?

d. Bagaimana tata cara pemungutan Pajak Air Tanah dan Hiburan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban

dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:

7
a. Untuk memahami tentang subjek Pajak Air Tanah dan Hiburan

b. Untuk mengetahui tentang objek Pajak Air Tanah dan Hiburan

c. Untuk mengetahui tentang tarif dan perhitungan Pajak Air Tanah dan Hiburan

d. Untuk mengetahui tentang tata cara pemungutan Pajak Air Tanah dan Hiburan

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau air yang berasal dari

batuan di bawah permukaan tanah. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000

menyatakan pajak air tanah semula bernama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air

Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP) dan termasuk ke dalam pajak

Provinsi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Air Tanah adalah

pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang

terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Objek Pajak Air

Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Dikecualikan dari objek

Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk

keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta

peribadatan; dan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur

dengan Peraturan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Pengambilan dan

Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dipecah menjadi dua jenis pajak

yaitu pajak air permukaan yang dimasukkan ke dalam pajak provinsi serta pajak air
9
tanah yang ditetapkan menjadi pajak Kabupaten/Kota. Selanjutnya pajak air tanah

disebut dengan pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

2.2 Pengertian Pajak Hiburan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi

daerah, pengertian pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain

itu pajak hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan

hiburan. Sedangkan hiburan itu sendiri merupakan semua jenis tontonan, pertunjukan,

permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik

untuk atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi

tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan. Penonton atau penunjang

adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan/atau

mendengar, menikmatinya atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh

penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggaraan karyawan, artis (para pemain), dan

petugas yang menyadari untuk melakukan tugas pengawasan. Pembayaran adalah

jumlah nilai uang atau yang dapat disamakan dengan itu yang diterima atau

seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan jasa kepada penyelenggara

hiburan.

Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama

dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan

fasilitas, atau menikmati hiburan. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat

10
HTM, adalah nilai jual yang tercantum pada tanda masuk yang harus di bayar oleh

penonton atau pengunjung. Bon Penjualan atau Bill, faktur atau invoice adalah

dokumen bukti pembayaran yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat

oleh Wajib Pajak Hiburan pada saat pengajuan pembayaran kepada subjek pajak

2.3 Subjek Pajak Air Tanah

Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Wajib pajak air tanah adalah orang

pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Untuk DKI Jakarta, subjek Pajak Air

Tanah digolongkan menjadi:

a. Subjek Non Niaga, Misalnya: Institut/Perguruan/Lembaga Kursus; Kantor

Pengacara; Lembaga Swasta Non Komersial; Rumah Tangga Mewah dengan

Sumur Bor; dan Non Niaga Lainnya.

b. Subjek Niaga Kecil, misalnya: usaha kecil yang berada dalam rumah tangga; usaha

kecil/losmen; rumah makan/restoran kecil; rumah sakit

swasta/poliklinik/laboratorium/praktik dokter; hotel melati/non bintang; dan niaga

kecil lainnya.

c. Subjek Industri Kecil, misalnya: perikanan; peternakan; hotel bintang 1, 2, 3;

rusun sederhana; dan industri kecil dan menengah lainnya.

11
d. Subjek Niaga Besar, misalnya: hotel bintang 4, 5; apartemen; steambath dan salon;

bank; night club/bar/cafe/restoran besar; bengkel besar/service station; perusahaan

terbatas/BUMN/BUMD; real estate; dan niaga besar lainnya.

e. Subjek Industri Besar, misalnya: pabrik es; pabrik makanan/minuman; pabrik

kimia/obat-obatan/kosmetik; gudang pendingin; pabrik tekstil dan produk tekstil;

pabrik baja; dan industri besar lainnya.

2.4 Subjek Pajak Hiburan

Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati Hiburan.

Sedangkan wajib Pajak Hiburan Adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan Hiburan.

UU Daerah No. 13 Tahun 2010, sebagaimana telah diubah dengan UU Daerah

No. 3 Tahun 2015 tentang Pajak Hiburan. Hiburan adalah segala jenis pertunjukan,

tontonan, permainan atau keramaian yang dinikmati secara gratis. Subjek pajak

hiburan adalah penyediaan jasa hiburan dengan pertimbangan, khususnya:

a. Tontonan film

b. Seni pertunjukan, musik, tari dan busana

c. Kontes kecantikan

d. Pameran, dll.

Subyek pajak hiburan dibebaskan dari pajak atas penyediaan hiburan gratis pada

pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan, dan pameran buku.

12
2.5 Objek Pajak Air Tanah

Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah

termasuk dewatering yakni kegiatan pengontrolan air untuk kepentingan

mengeringkan areal penggalian.

Yang termasuk objek Pajak Air Tanah adalah yang akan dimanfaatkan sebagai

bangunan bawah tanah atau untuk berbagai kepentingan yang digunakan oleh orang

pribadi atau badan untuk berbagai macam keperluan seperti konsumsi perusahaan dan

perkantoran. Sedangkan yang tidak termasuk objek Pajak Air Tanah adalah :

1. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,

pengairan pertanian dan Perikanan rakyat serta peribadatan

2. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah lain yang diatur oleh Peraturan

Daerah seperti untuk keperluan pemadaman kebakaran.

2.6 Objek Pajak Hiburan

Jenis hiburan yang terkena pajak sebelumnya termasuk penyelenggara hiburan di

tempat keramaian tempat wisata, taman rekreasi, pasar malam, kolam pemancingan,

komidi putar, kereta pesiar dan sejenisnya.

Namun dalam perubahan Perda Nomor 13 Tahun 2010 menjadi Perda DKI

Jakarta Nomor 3 Tahun 2015, jenis hiburan ini tak lagi dikenakan pajak.

13
Dengan pembaruan regulasi, maka jenis hiburan yang dikenakan pajak saat ini

adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran meliputi :

1. Tontonan film.

2. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana.

3. Kontes kecantikan.

4. Pameran.

5. Diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya.

6. Sirkus, akrobat, dan sulap.

7. Permainan biliar dan bowling.

8. Pacuan kuda, pacuan kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan.

9. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center).

10. Pertandingan olahraga.

2.7 Tarif dan Perhitungan Pajak Air Tanah

Besarnya Pajak Air Tanah adalah sebesar 20% dikalikan dengan nilai perolehan air,

dimana nilai perolehan air akan dihitung oleh Dinas Teknis dengan mengalikan

volume air yang diambil dengan harga dasar air.

Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6.

Contoh perhitungan :

14
Volume Air Tanah yang digunakan oleh perusahaan sebesar 10.000 liter/bulan, dan

harga dasar air yang ditetapkan oleh pemerintah daerah adalah Rp. 500/liter. Maka

pajak air yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 1.000.000,-

Penjelasannya sebagai berikut :

Tarif pajak air tanah adalah 20%

Dasar pengenaan : 10.000 liter x Rp. 500 = Rp. 5.000.000

2.8 Tarif dan Perhitungan Pajak Hiburan

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan :

1. Tontonan film, sebesar 20 % (dua puluh persen);

2. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana, sebesar 10 % (sepuluh

persen);

3. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya, sebesar 20 % (dua puluh

persen);

4. Pameran, sebesar 15 % (lima belas persen);

5. Diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya, sebesar 20 % (dua puluh

persen);

6. Sirkus, akrobat, dan sulap, sebesar 15 % (lima belas persen);

7. Permainan bilyar, golf, dan boling, sebesar 30 % (tiga puluh persen);

15
8. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan, sebesar 15

% (lima belas persen);

9. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center),

sebesar 20 % (dua puluh persen); dan

10. Pertandingan olahraga, sebesar 20 % (dua puluh persen).

Perhitungan Besaran Tarif Pajak Hiburan Ditetapkan:

a. Tontonan film, sebesar 20%

b. Pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana, sebesar 10%

c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya, sebesar 20%

d. Pameran, sebesar 15%

e. Diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya, sebesar 20%

f. Sirkus, akrobat, dan sulapp, sebesar 15%

g. Permainan bilyar, golf, dan boling, sebesar 30%

h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan,

sebesar 15%

i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness

center), sebesar 20%


16
j. Pertandingan olahraga, sebesar 20%

Contoh Perhitungan Pajak Bioskop

Tanda masuk per orang Rp 10.000

Pajak hiburan sesuai tarif 20% x Rp 20.000 Rp 2.000

Jumlah tanda masuk yang Rp 1.000 + Rp 10.000 Rp 12.000

harus dibayar penonton

Contoh Perhitungan Pajak Pertunjukan Kesenian

Tanda masuk per orang Rp 10.000

Pajak hiburan sesuai tarif 10% x Rp 10.000 Rp 1.000

Jumlah tanda masuk yang Rp 1.000 + Rp 10.000 Rp 11.000

harus dibayar penonton

17
2.9 Tata cara pemungutan pajak air tanah dan Hiburan

Cara pemungutan pajak air tanah

1. Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah;

2. Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan

mempertimbangkan sebagian atau faktor-faktor berikut :

a. Jenis sumber air;

b. Lokasi sumber air;

c. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

d. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;

e. Kualitas air; dan

f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau

pemanfaatan air.

3. Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah ditetapkan dengan Peraturan Bupati yang

berpedoman pada Peraturan Gubernur mengenai nilai perolehan air tanah.

 Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah dan PP No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Pemungutan Pajak Daerah. Besarnya NPAT ditetapkan dengan Peraturan Bupati

18
yang berpedoman pada Peraturan Gubernur mengenai NPAT. Penggunaan faktor-

faktor dalam menetapkan NPAT disesuaikan dengan kondisi masing-masing Daerah.

Tarif

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar …. %. Disesuaikan dengan UU No.

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.  Tarif Pajak Air Tanah

ditetapkan paling tinggi sebesar 20 % (duapuluh persen).

Cara Perhitungan Pajak

Besaran pokok pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

dengan dasar pengenaan pajak. Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Contoh kasus

Pengambilan air tanah oleh badan usaha dan digunakan oleh para

karyawannya/masyarakat setempat untuk kebutuhan rumah tangga.

Pengambilan air tanah oleh badan usaha dan digunakan oleh para karyawannya dapat

dikenakan Pajak Air Tanah. Sedangkan Penyediaan sumber air tanah oleh badan

usaha yang pengelolaannya oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga tidak

dapat dikenakan Pajak Air Tanah.

19
Cara pemungutan pajak Hiburan

Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang

seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang yang seharusnya

diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada

penerima jasa Hiburan.Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk

pembayaran dalam bentuk lain, misalnya produk tertentu yang dipersyaratkan sebagai

tanda masuk bagi penonton.

Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.  Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga

puluh lima persen).  Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes

kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan

mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh

puluh lima persen).

20
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah yakni air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan

tanah. Pajak Air Tanah termasuk Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Air Tanah subjeknya

adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan

Air Tanah.

Berdasar pada Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang PDRD, “Pajak

Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis

tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan

dipungut bayaran.” Pajak Hiburan termasuk salah satu Pajak Kabupaten/Kota, dengan

subjeknya adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.

Secara umum, yang menjadi objek pajak air tanah menurut Pasal 67 ayat (1)

UU PDRD adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Namun demikian,

tidak semua pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dapat dikenakan pajak.

Sedangkan yang menjadi objek pajak hiburan meliputi semua jenis tontonan,

pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang penyelenggaraannya dikategorikan

sebagai hiburan dan dipungut bayaran.

21
Untuk penyelenggaraan hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk,

penetapan pajak terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak dengan jumlah

bayar oleh konsumen atau pendapatan kotor dari usaha.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anon, (2023). Diakses 24 Februari 2023, dari

http://repository.ekuitas.ac.id/bitstream/handle/123456789/84/BAB%201.pdf?

sequence=6&isAllowed=y

Anon, (2023). Diakses 24 Februari 2023, dari

http://repository.unika.ac.id/24474/2/17.H1.0089_BAB%201.pdf

Dwi Rezki A. 2020. Analisis Pemungutan Pajak Air Tanah Dan Efektifitasnya Pada

Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kabupaten Kepulauan

Meranti. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau

Hamida Amri S. Aturan Pemungutan Pajak Hiburan, News DDTC, Jakarta, 2020

Ida Zuraida, Teknik Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah Dan

Retribusi Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm.68

Online Pajak (2020). Ketahui Tarif & Cara Hitungnya di Sini!. Diakses pada 24

Februari 2023, dari

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-hiburan

23
Pajak.com (September, 2022). Retribusi dan Pajak Daerah – Pajak Air Tanah.

Diakses pada tanggal 24 Februari 2023, dari

https://www.pajak.com/pajak/retribusi-dan-pajak-daerah-pajak-air-tanah

PEDOMAN UMUM (kemenkeu.go.id)

24

Anda mungkin juga menyukai