TENTANG APBD
Disusun Oleh :
Kelompok 6 EKONOMI
Puji dan syukur senantiasa kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang APBD ( Anggaran
Pembangunan dan Belanja Daerah ) ini pada waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran ekonomi. Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) ini.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula halnya dengan makalah ini, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifst membangun sangat kami harapkan. Kami
berharap makalah APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) dapat berguna bagi
siswa-siswi dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kelompok 6
( Penulis )
I
DAFTAR ISI
1.2 Rumusan
Masalah ..........................................................................................................2
KESIMPULAN...................................................................................................................13
SARAN ..............................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Suatu daerah tidak akan dapat menjalankan kegiatan pemerintahan tanpa
adanya anggaram, oleh karena itu setiap tahunnya APBD ditetapkan guna
meningkatkan efektifitas dan efisiensi perekonomian daerah berdasarkan fungsi
alokasi APBD.
LANDASAN TEORI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja
membiayai kegiatan dan proyek daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran.
Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk
tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demikian
223).
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak
dan pengeluaran daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau
anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset
daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan. Sedang sumber
yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
yaitu:
1. Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang
Dipisahkan. 4. Lain-lain
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
publik.
Pajak kabupaten / kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah
daerah tingkat kabupaten / kota. Pajak kabupaten / kota yang berlaku sampai saat
ini,
terdiri dari:
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
b. Retribusi Daerah
daerah.
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
pelaksanaan desentralisasi.
Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain
Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta sektor pertambangan panas bumi
Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK,
Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal
(fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal
need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Daerah yang potensi fiskalnya besar
tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar
akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut
enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam
APBN.
b. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi
dasar.
Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota yang terdiri atas urusan
wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
– undangan.
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta
1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan umum.
4. Perumahan rakyat.
5. Penataan ruang.
6. Perencanaan pembangunan.
7. Perhubungan.
8. Lingkungan hidup.
9. Pertanahan.
13. Sosial.
17. Kebudayaan.
21. Kepegawaian.
23. Statistik.
24. Arsip.
1. Pertanian.
2. Kehutanan.
4. Pariwisata.
6. Perdagangan.
7. Perindustrian.
8. Transmigrasi.
atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
1. Pelayanan umum.
3. Ekonomi.
4. Lingkungan hidup.
5. Perumahan dan fasilitas umum.
6. Kesehatan.
8. Pendidikan.
9. Perlindungan sosial.
dari pemerintah pusat (DAU) dan kenaikan penerimaan pendapatan yang berasal
pengeluaran daerahnya. Hal ini dalam kajian ilmu ekonomi biasa disebut dengan
pengeluaran pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu
2001). Pertama merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja
transfer diberikan untuk jangka waktu tertentu. Selama periode tersebut, pihak-
mengemukakan karena alasan politis belanja pemerintah daerah bisa jadi tidak
Daerah di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY sebelumnya telah diteliti dan
daerah, baik dengan lag maupun tanpa lag. Ketika tidak menggunakan lag,
pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi ketika
menggunakan lag, pengaruh DAU terhadap belanja daerah justru lebih kuat
daripada PAD. Hal ini berarti telah terjadi flypaper effect dalam respon Pemda
terhadap DAU dan PAD. Ketika kedua faktor (DAU dan PAD) diregres serentak
terhadap BJD (belanja daerah), pengaruh keduanya juga signifikan, baik dengan
ataupun tanpa lag. Dalam model prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD
tetap lebih tinggi dibandingkan daya prediksi PAD. Dengan demikian, memang
(1986) memberikan bukti senada untuk data pemerintah kota di Amerika Serikat,
yakni terjadi flypaper effect dalam reaksi belanja terhadap unditional grants.
Karena itu flypaper effect dipandang sebagai suatu anomali dalam prilaku rasional
besarnya nilai Belanja daerah (pengaruh positif). Kedua, hasil pengujian hipotesis
flypaper effect, juga diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi
yang merupakan hipotesis uji beda adalah tidak dapat diterima. Artinya, tidak
pada daerah yang PAD-nya rendah maupun daerah yang PADnya tinggi di
daerah sektor yang berhubungan langsung dengan publik yang terdiri atas tiga
hipotesis alternatif. Hasil pengujian hipotesis alternatif enam bagian a adalah tidak
dapat diterima, dengan kata lain tidak terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah
effect pada Belanja Daerah bidang Kesehatan. Hasil pengujian terakhir atau
dialokasikan dalam belanja. Secara empiris juga ditemukan adanya flypaper effect
pendapatan dari effort sendiri dengan pendapatan yang diberikan pihak lain
erat antara transfer dari Pempus dengan belanja Pemerintah daerah. Studi legrenzi
Daerah.
tax spend hypothesis (Aziz et al, 200; Doi, 1998; Von Furstenberg et al (1986).
menemukan adanya perbedaan hubungan dalam dua rentang waktu yang berbeda.
Mereka menemukan bahwa untuk sampel data sebelum pertengahan tahun 1960-
independent).
dan Milas (2001) juga membuktikan bukti empiris tentang adanya flypaper-effect
bahwa local goverments consistently increase their expenditure more with respect
(1986) memberikan bukti senada untuk data pemerintah kota di Amerika Serikat,
Karena itu flypaper-effect dipandang sebagai suatu anomali dalam prilaku rasional
erat antara transfer dari Pempus dengan belanja pemerintah daerah. Hal yang sama
dinyatakan oleh Sukriy dan Halim (2004) bahwa daya prediksi DAU terhadap
jumlah transfer dari pemerintah federal di Amerika Serikat untuk tahun 1953-
utility function dengan menggunakan data runtun waktu selama tahun 1934-1991
memprediksi belanja tahun ini, namun sebaliknya, belanja tahun lalu tidak dapat
penelitian untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Belanja Daerah