Belanja Daerah
Buku Panduan untuk Komunitas
Penulis
Yenny Sucipto
Sekretaris Jenderal, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)
Yenti Nurhidayat
Peneliti,Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)
Editor
Maryati Abdullah
Koordinator Nasional, Publish What You Pay Indonesia
Jensi Sartin MSc
Manajer Pengembangan Program, Publish What You Pay Indonesia
Meliana Lumbantoruan, M.A.
Manajer Riset dan Pengetahuan, Publish What You Pay Indonesia
ii
Daftar Isi
Bagian I. Memahami Anggaran Daerah....................................................................... 3
Ruang Lingkup Anggaran....................................................................................................................3
Fungsi Anggaran.......................................................................................................................................5
Prinsip Penyelenggaraan Anggaran...............................................................................................6
Bagian II. Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah
(PPD)................................................................................................................................ 7
Konsep Perencanaan Penganggaran Daerah............................................................................7
Regulasi Perencanaan Penganggaran Daerah..........................................................................8
Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah..........................................................................9
Bagian III. Struktur dan Komponen APBD................................................................12
Pendapatan Daerah............................................................................................................................... 13
Dana Transfer Daerah......................................................................................................................... 16
Belanja Daerah......................................................................................................................................... 16
Pembiayaan daerah............................................................................................................................... 18
Bagian IV : Metode Pemantauan (Strategi Advokasi)..............................................19
Advokasi...................................................................................................................................................... 19
Advokasi Anggaran.............................................................................................................................. 20
Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggaran............................................... 21
Strategi Advokasi Anggaran.............................................................................................................22
Daftar Pustaka..............................................................................................................................................25
Biodata Penulis.............................................................................................................................................26
Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia....................................................26
iii
Daftar Gambar
iv
Kata Pengantar
Maryati Abdullah
Koordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia
vi
Bagian I.
Kewajiban untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintah daerah dan
membayar tagihan pihak
ketiga
Ruang Lingkup
Anggaran
Penerimaan daerah
Pengeluaran
daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah juga temasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah merupakan seluruh
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Fungsi Anggaran
Anggaran merupakan cerminan dari tanggung jawab dan kewenangan negara
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dan penyusunan keuangan
negara selayaknya mencerminkan tanggung jawab dan kewenangan negara dan
daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang diamanatkan oleh undang-undang
dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Berikut beberapa fungsi anggaran
daerah:
Transparansi
Partisipatif
Disiplin
Berkeadilan
Pertanyaan Kunci:
Bagian II.
Pedoman
Pedoman
RPJP
NASIONAL
diacu
RPJM
NASIONAL
Pedoman
RKA-KL
RINCIAN
APBN
diacu
dijabarkan
Pedoman
RKP
RAPBN
APBN
diperhatikan
dijabarkan
Pedoman
RPJM
DAERAH
Pedoman
RKPD
Pedoman
APBD
RAPBD
PPAS
Pedoman
RENSTRA
SKPD
Pedoman
KUA
RENJA
SKPD
PERENCANAAN PROGRAM
Pedoman
RKASKPD
PENJABARAN
APBD
Pemerintah
Daerah
RPJP
DAERAH
RENJA
KL
Pemerintah
Pusat
RENSTRA
KL
PENGANGGARAN
Perencanaan
Laporan BPKP/
bawasda dan BPK
UU 25 tahun 2004
UU 10 tahun 2004
UU 17 tahun 2003
UU 32 tahun 2004
UU 33 tahun 2004
Prioritas usulan
dan anggaran
Pembahasan/
Penetapan APBD
Monev
PP 58 tahun 2005
PP 24 tahun 2004
PP 37 tahun 2005
PP 37 tahun 2006
Permendagri 13
tahun 2006
Permendagri 26
tahun 2006
Penatausahan
dan akuntansi
UU 17 tahun 2003
UU 1 tahun 2004
UU 32 tahun 2004
PP 58 tahun 2005
Permendagri 13
tahun 2006
Pelaksanaan
Efektifitas dan
efisiensi
MUSRENBANGNAS
RPJMD
Apr
Rancangan
AwalRKPD
Prioritas pemb.
Pagu Indikatif berdasar
fungsi SKPD,
sumber dana &
Wilayah Kerja
MUSRENBANG
PROV
Rancangan
RKPD Prov
Mei
Apr
Rancangan
RKPD
Okt
MUSRENBANG RKPD/
MUSRENBANGDA
Rancangan
Akhir RKPD
RAPBD
Penetapan
RKPD
Mar
Mei
KUA &
PPAS
Jun
Rancangan
Renja SKPD
Renstra
SKPD
Renja
SKPD
Forum
SKPD
RKASKPD
Apr
Feb
MUSRENBANG
Kecamatan
Feb
MUSRENBANG
Desa/Kel
Jan
Agt
Pokok-pokok
Pikiran
DPRD
Forum SKPD
Penyusunan Kerja SKPD
Kab/Kota (Maret)
10
Musrenbang Kecamatan
(Februari)
Musrenbang Desa
(Januari)
11
1
13
Pelaksanaan APBD
Januari tahun berikutnya
12
Penyusunan DPA
SKPD(Desember)
Studi Kasus
Perencanaan dan Penganggaran di DKI Jakarta
Pada awal tahun 2015, Indonesia dikagetkan dengan berita kisruhnya proses
penetapan APBD Propinsi DKI Jakarta. Ada dua versi Rancangan APBD DKI yang
dikirimkan kepada Kemendagri untuk disahkan. Kemudian diketahui bahwa, kisruh
ini bermula ketika Gubernur DKI saat itu mengetahui adanya dana-dana siluman
yang muncul tanpa melalui proses dan tahapan perencanaan dan penganggaran yang
seharusnya sesuai ketentuan undang-undang.
Usulan program dan kegiatan seharusnya muncul di dalam proses perencanaan,
mulai dari musrenbang tingkat kelurahan hingga penetapan KUA PPAS. KUA PPAS
merupakan rancangan program dan kegiatan prioritas beserta patokan maksimal
anggaran yang akan digunakan oleh SKPD dalam penyusunan RKA SKPD sebelum
disahkan oleh DPRD.
Dalam kasus RAPBD DKI, program dan kegiatan siluman muncul pada saat
pembahasan RAPBD di DPRD dimana seharusnya sidang dioptimalkan untuk melihat
apakah program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prioritas yang dibutuhkan
daerah. Tidak boleh lagi ada usulan program dan kegiatan baru pada tahap ini.
Kisruh ini kemudian memperlihatkan betapa selama ini proses perencanaan dan
penganggaran masih sangat tertutup. Partisipasi masyarakat di dalam proses ini
cenderung masih sangat minim. Banyak usulan-usulan program dan kegiatan yang
sangat dibutuhkan masyarakat tiba-tiba menghilang di tengah perjalanan dan digantikan
oleh program dan kegiatan yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. **
Pertanyaan Kunci:
10
Bagian III.
11
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari
Propinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Propinsi
dan Pemda Lainnya
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil (DBH Pajak & Non
Pajak)-->berdasarkan persentase
(%)
Dana Alokasi Umum (DAU)
pemerataan kemampuan keuangan
daerah berdasarkan Alokasi Dasar
dan Celah Fiskal (Kebutuhan Fiskal
- kapasitas Fiskal)
a. Kebutuhan fiskal=kebutuhan
daerah untuk membiayai
pegawai dan infrastruktur
dasar
b. Kapasitas Fiskal = DBH + PAD
Dana Alokasi Khusus (DAK)
pada daerah tertentu, kegiatan
khusus prioritas nasional Dana
pendamping APBD sebesar 10%
No
KOMPOSISI/PEMBAGIAN
Menurut UU 33 Tahun 2004
Jenis DBH
Pusat
12
PAJAK
a. PBB
b. BPHTBP
c. PPh Pasal 25, Pasal 29
dan PPh 21
a. Kehutanan :
1. IHPH
Jumlah
Daerah
Propinsi
10%
20%
80%
90%
80%
20%
16,2%
16%
40%
20%
80%
16%
Kab/Kota
64,8%
64%
60%
2. PSDH
20%
80%
16%
3. Dana Reboisasi
60%
40%
b. Pertambangan Umum
20%
80%
16%
2. Iuran eksplorasi
dan eksploitasi
(royalti)
16%
c. Perikanan
d. Minyak Bumi
84,5%
0,5%
e. Gas Bumi
20%
69,5%
0,5%
f. Panas Bumi
(komponen PNBP)
20%
80%
80%
15,5% 3%
6% kab/kota penghasil
propinsi yg
bersangkutan
0,5% 0,1% prop yg - 0,2% kab/
bersangkutan kota penghasil
- sisanya 0,2% dibagi
merata utk seluruh kab/
kota dalam prop. yg
bersangkutan
30,5% 6% utk
12% utk kab/kota
prop. Yg
penghasil
bersangkutan
0,5% 0,1% prop yg - 0,2% kab/
bersangkutan kota penghasil
- sisanya 0,2% dibagi
merata untuk seluruh
kab/kota dlm prop.yg
bersangkutan
80% 16% utk
32% utk kab/kota
prop. Yg
penghasil
bersangkutan
13
14
Belanja Daerah
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003, Belanja Daerah didefinisikan sebagai
kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005 yang kemudian
dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006,belanja diklasifikasikan berdasarkan
jenis belanja yaitu: belanja tidak langsungdan belanja langsung. Kelompok belanja
tidak langsung merupakan belanja yangpenganggarannya tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dankegiatan. Kelompok belanja langsung
merupakan belanja yang penganggarannya terkaitsecara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Daerah diklasifikasikan sebagai berikut:
Fungsi
Organisasi
Program/Kegiatan
15
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/
Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Pembiayaan daerah
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah yang
digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan dengan belanja daerah.
Dalam UU dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik padatahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
16
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)
Pertanyaan Kunci:
17
Bagian IV.
18
Legislasi
dan
Litigasi
Politik
dan
Birokarasi
Sosialisasi
dan
Mobilisasi
Advokasi Anggaran
Proses Perencanaan dan Penganggaran merupakan salah satu fokus utama dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan partisispasi
masyarakat dalam membantu terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.
Partisipasi masyarakat menjadi komponen yang penting dalam proses
perencanaan dan penganggaran karena menentukan ketepatan sasaran
perencanaan dan penggunaan anggaran. Terdapat beberapa titik ruang partisipasi
yang dapat digunakan masyarakat yaitu:
Musrenbang desa/
Kelurahan hingga
musrenbang
kecamatan
Forum SKPD
Penyusunan RKPD
hingga KUA PPAS
Penyusunan RKA
SKPD hingga
Penetapan APBD
Pelaksanaan
APBD
19
Faktor
Pendukung
Faktor
Penghambat
Kemauan untuk
bersinergi dan
berjaringan yang lem
ah
Kelembagaan dan
ketersediaan akses
informasi publik ba
ik
terpusat pada satu
SKPD
ataupun masing-m
asingmasing SKPD
Adanya regulasi ya
ng
menjamin partisipas
i
publik dan keterbuk
aan
informasi publik
Kepemimpinan daer
ah
yang masih menutup
diri
20
evaluasi dan
monitoring
posisi lembaga/
kelompok
pelaksanaan
rencana
analisis situasi/
masalah
menentukan dan
mengemas isu
advokasi
riset kebijakan
memetakan
kekuasaan
menentukan
target advokasi
Relevant, Time-bound).
Tahap 3: Identifikasi dan Analisis Aktor/Stakeholders
Dalam tahapan ini dilakukan analisis berdasarkan isu dan tujuan advokasi yang
sudah ditetapkan. Daftar actor/stakeholders disusun lalu dikategorisasi berdasarkan
tingkat relevansinya terhadap isu dan tujuan advokasi.
21
Studi Kasus:
Advokasi Anggaran Kesehatan di Polewali Mandar *
Kabupaten Polewali Mandar (Polman) merupakan salah satu kabupaten yang berada
di wilayah Sulawesi Barat. Polman terbagi atas 16 kecamatan dengan 455.572 jiwa.
Dari segi infrastruktur terjadi kesenjangan yang sangat tinggi antara daerah perkotaan
dengan perdesaan. Infrastruktur yang relatif baik hanya terdapat di 2 kecamatan
di wilayah perkotaan saja yaitu Kecamatan Polewali dan Kecamatan Wonomulyo.
Sementara kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah perdesaan minim fasilitas
publik baik sarana maupun prasarana. Mereka juga kesulitan akan akses terhadap
listrik, pendidikan, kesehatan bahkan sarana kebersihan (MCK).
Berdasarkan data UNDP pada tahun 1999, Angka Harapan Hidup di Polman
termasuk rendah bila dibandingkan dengan daerah lain. Sementara itu, alokasi
anggaran kesehatan hanya sebesar 5,4% dari total APBD dengan rincian 15,2% untuk
belanja aparatur dan 84,8% untuk belanja publik. Namun setelah dianalisa lebih dalam
ternyata 84,8% belanja publik ini lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai yaitu
sebesar 76,8%. Sehingga dengan demikian, alokasi anggaran yang riil digunakan untuk
kepentingan masyarakat hanya sebesar 15,2%.
Alokasi anggaran kesehatan yang sangat minim ini berbanding terbalik dengan
penerimaan yang diterima dari sektor kesehatan. Pada tahun 2005, penerimaan dari
retribusi kesehatan mencapai sebesar 1,3 Milyar atau 50% dari total penerimaan
retribusi daerah. Dan itu sama artinya bahwa pembangunan di Polman dibiayai oleh
orang sakit.
Advokasi anggaran kesehatan di Polman dimulai pada tahun 2005 oleh YASMIB.
Setelah melakukan analisis terhadap APBD dan menemukan fakta-fakta kesenjangan
22
Pertanyaan Kunci:
24
(Sumber: http://bappeda.banjarmasinkota.go.id)
LAMPIRAN
25
LAMPIRAN
Lampiran 3 Contoh Ringkasan APBD
Sumber: http://kalbarprov.go.id
26
27
28
LAMPIRAN
Lampiran 6 - Rekapitulasi Belanja Pemerintah Daerah
Sumber: Dikutip dari data Seknas FITRA
29
Daftar Pustaka
Yenny Sucipto, dkk (2014). Modul Magang; Perencanaan dan Penganggaran responsif
Gender. Jakarta: Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA).
Fridollin Berek, dkk (2006).Kumpulan Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi
Warga. Bandung; Bandung Institute for Governance Studies(BIGS),
Yenny Sucipto, dkk. (2008). Belajar Dari Tanah Mandar; Makassar: Yayasan Swadaya
Mitra Bangsa (YASMIB) dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(FITRA).
30
Biodata Penulis
Yenny Sucipto. Lulusan S1 Universitas Brawijaya Malang, dan tercatat sebagai
mahasiswa pasca sarjana Ilmu Ekonomi IPB dan pasca sarjana Kajian Gender dan
Transformasi Sosial UI. Sejak Tahun 2013 dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). Aktif sebagai aktivis
lembaga swadaya masyarakat dan peneliti APBN/D sudah sejak tahun 2002, hingga
dipercaya menjadi kontributor untuk isu anggaran sektoral di beberapa publikasi
lembaga, dan beberapa tulisan opininya juga pernah dipublikasikan di media,
seperti Kompas maupun Jurnal Nasional. Yenny juga menulis beberapa publikasi, di
antaranya Gerakan Advokasi Pro Poor Budget (2007); Belajar Dari Tanah Mandar
(2008); Inovasi Partisipasi (2009); Beban Keuangan Negara Terhadap Pemekaran
Daerah (2010); Kebijakan Anggaran HIV dan Aids (2011); Pak Bujet: Melek Anggaran
(2012); dan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (2013), APBN Konstitusi Tahun
Anggaran 2014 (2013), APBN 2014: Anggaran Kesejahteraan Sosial (2014). Dapat
dihubungi melalui email: yenny.sucipto@gmail.com
Yenti Nurhidayat. Sejak kuliahdi Universitas 17 Agustus Jakarta pada tahun
1993 aktif mengeluti dunia advokasi dan kampanye dengan merancang berbagai
kegiatan kesenian yang ditujukan untuk membangun kesadaran publik terhadap
isu-isu kemanusiaan. Pernah bekerja sebagai campaign officer Komnas Perempuan
pada tahun 2002-2004. Mulai terlibat dalam riset dan kajian sejak tahun 2007 dan
awal 2015 mulai bergabung dengan Seknas FITRA sebagai staff riset.
Selain sebagai peneliti, Yenti juga aktif mendalami dunia teater dan penulisan.
Karya-karyanya diterbitkan di beberapa media massa. Yenti dapat dihubungi
melalui yn_sikumbang@yahoo.com.
31
32
33
34
35