Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEUANGAN NEGARA

KEBIJAKAN FISKAL

Dosen Pengampu: Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR., CSRS.

DISUSUN OLEH :

1.Santri Khumaira B1B121013


2. Evita Desi Agustini B1B121062
3.Abin Arya Anggana Mahisa B1B121040
4. Wahyu Bhakti Pratama B1B121085

FAKULTAS HUKUM PRODI

ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada Kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul KEBIJAKAN FISKAL tepat waktu.Makalah KEBIJAKAN FISKAL disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah keuangan Negara.Selain itu,kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni . kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 30 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I ..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

Latar Belakang .......................................................................................................1

Rumusan Masalah ..................................................................................................1

Tujuan....................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................3

PEMBAHASAN ..............................................................................................................3

Asal Mula Dari Kebijakan Fiskal ...........................................................................3

Macam-Macam Kebijakan Fiskal ...........................................................................4

Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) ..................................................4

Pengelolaan Anggaran .....................................................................................5

Stabilisasi Anggaran Otomatis .........................................................................6

Anggaran Belanja Seimbang............................................................................6

Tujuan Kebijakan Fiskal ........................................................................................6

Mencegah Pengangguran .................................................................................7

Stabilitas Harga ...............................................................................................7

Fungsi Dan Manfaat Kebijakan Fiskal ....................................................................8

Fungsi kebijakan fiskal ....................................................................................8

Manfaat kebijakan fiskal..................................................................................8

Tujuan Lain Kebijakan Fiskal (Tambahan) .............................................................9

ii
Tujuan kebijakan fiskal dalam pembangunan demokrasi..................................9

Meningkatkan kesempatan kerja ......................................................................9

Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional ............................. 10

Meningkatkan laju investasi .......................................................................... 10

Meningkatkan stabilitas ekonomi................................................................... 10

Konflik Antara Stabilitas Dan Kesempatan Kerja ................................................. 11

Kaitan Antara Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter ...................................... 12

BAB III ......................................................................................................................... 15

PENUTUP ..................................................................................................................... 15

Kesimpulan .......................................................................................................... 15

Saran .................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam perekonomian yang dilakukan oleh
pemerintah melalui instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN merupakan
instrumen yang mengatur penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang pada
hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, sehingga tercipta
kemampuan yang professional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat.

Diputuskannya kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai otonomi daerah sebagaimana dimuat


dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, daerah memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kepentingan pemerintah daerahnya masing-masing.
Otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Selain itu, otonomi daerah
diharapkan mampu meningkatkan daya 1 saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhususan, serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu menciptakan sistem
manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah pada era otonomi daerah.
Salah satunya adalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) menjadi instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan Pemerintah Daerah dalam
bentuk angka dan batas maksimal untuk periode anggaran.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
2. Bagaimana asal mula terbentuknya kebijakan fiskal?
3. Apa saja macam-macam kebijakan fiskal?
4. Apa perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter?

1
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui asal mula terbentuknya kebijakan fiskal
3. Untuk mengetahui macam-macam kebijakan fiskal
4. Untuk mengetahui perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter

2
BAB II

PEMBAHASAN

Asal Mula Dari Kebijakan Fiskal


Kesadaran terhadap pengaruh pengeluaran dan penerimaan pemerintah belum
lama muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Maka timbulah gagasan dengan sengaja
untuk mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai
kesetabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah
inilah yang dikenal dengan kebijakan fiskal atau politik fiskal. Sebelum tahun 1920-
an, pengeluaran pemerintah hanya dianggap sebagai alat untuk membiayai kegiatan-
kegitan pemerintah dan dinilai atas dasar asas manfaat langsung yang dapat
ditimbulkannya tanpa melihat pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Sebaliknya
pajak hanya sebagai sumber pembiayaan pengeluaran negara dan belum diketahui
pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Akibatnya dalam masa depresi di mana
penerimaan pemerintah menurun, maka pengeluaran pemerintah harus dikurangi pula.
Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan nasional serta semakin lesunya
perekonomian. Kalau timbul deflasi atau inflasi kebijakan yang diambinya adalah
kebijakan moneter lewat bank sentral dan bukan kebijakan fiskal. Pada masa depresi
pada tahun 1930-an teori kebijakan fiskal pertama kali mulai muncul karena tidak
mempunyai kebijakan moneter dalam menanggulangi depresi itu. Kebijakan moneter
berguna untuk merangsang kegiatan individu atau swasta. pada saat terjadi
pengangguran harga-harga turun deoresi, maka oleh kebijakan moneter dengan cara
menambah jumlah uang yang beredar lewat politik dengan menurunkan tingkat bunga
atau dengan politik pasar terbuka, dimana pemerintah membeli surat berharga. pada
masa depresi yang paling amat parah adalah masalah pengangguran dan kebijakan
fiskal berorentasi maslah pengguran dan masalah ingflasi.

Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal ialah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan. Umumnya para individu akan mengurangi
pengeluaran apabila penerimaanya menurun, sedangkan pemerintah tidak harus
berbuat demikian, karena apabila perintah mengurangi pengeluaranya, maka tindakan

3
ini akan lebih menyusahkan atau memperberat jalannya perekonomian karena
menurunnya pengeluaran pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan
masyarakat sebagai objek pajak dan selanjutnya justru memperkecil penerimaan
pemerintah lagi. Di samping itu juga disadari bahwa dalam masa depresi banyak dana
masyarakat (swasta) yang menganggur, sehingga peningkatan dalam pengeluaran
pemerintah tidak akan mengurangi investasi sektor swasta lewat kenaikan tingkat
bunga.

Kebijakan fiskal sendiri mempunya dua komponen utama, pertama komponen


penerimaan yang terdiri dari pajak dan bukan pajak, dan yang kedua komponen
pengeluaran pemerintah. Dari kedua komponen pajak dan bukan tersebut yang perlu
kita perhatikan adalah pengelolaan manajemen keuangan negara yang harus dikelola
secara efektif dan efisien. Pada penerapannya manajemen keuangan negara harus
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 dan tiga
prinsip pokok yaitu Perfomance Based Budgeting, Medium Term Expenditure
Framework (MTEF), dan Unified Budget. Diharapkan dengan mengimplementasikan
ketiga prinsip tersebut dapar menciptakan profesionalitas dalam pengelolaan anggaran
negara, transparansi dan akuntabilitas. (Heliany, 2021)

Macam-Macam Kebijakan Fiskal


Dalam Perkembangan Kebijakan Fiskal Dapat Dibedakan Menjadi Empat
Macam Atas Dasar:

Pembiayaan Fungsional (Functional Finance)


Tokoh dari kebijakan fiskal ini adalah Ap.Lener. dalam hal ini pengeluaran
pemerintah dengan melihat akibat-akibat terhadap pendapan nasional terutama guna
meningkatkan kesempatan kerja (Employment). Di lain pihak pajak dipakai untuk
mengatur pengeluaran swasta dan bukan Untuk meningkatkan penerimaan
pemerintah, Sehingga pada saat ada pengangguran pajak sama sekali tidak diperlukan.
Selanjunya pinjaman akan dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat
pengangguran dana yang tersedia dalam masyarakat. Kemudian apabila pajak maupun

4
pinjaman dirasa tidak tepat maka ditempuh pencetakan uang. Jadi pengeluaran
pemerintah dan perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah, namun
demikian ada fungsi penawaran menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan pada
berbagai tingkat harga dari barang tersebut. Hukum penawaran menyatakan bahwa
jumlah yang ditawarkan akan bertambah apabila harga barang tersebut lebih tinggi
ceteris paribus atau hal-hal lain tetap.

Pengelolaan Anggaran
Pendekatan ini lebih banyak disukai dari pada pendekatan “Pembelanjaan
Fungsional” karena pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dimaksudkan
untuk pencapaian kesetabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam pendekatan ini,

Hubungan antara pengeluaran perintah dan perpajakan selalu dipertahankan,


tetapi penyesuaian dalam anggran selalu dibuat guna memperkecil ketidakstabilan
ekonomi, sehingga pada suatu saat dapat terjadi deficit maupun surplus. Tokoh dalam
Pendekatan Ini Adalah Alvin Hasen Yang menyarankan bahwa dalam masa depresi di
mana banyak pengguran, pengeluaran perintah adalah satu-satunya obat. Dalam
perkembangan pemikiran lebih lanjut, penggunaan anggaran belanja yang

Seimbang untuk jangka panjang diperlukan dengan catatan bahwa dalam masa
depresi ditempuh anggaran defisit sedangkan dalam masa inflasi ditempuh anggaran
belanja surplus. Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pendekatan ini selalu
berusaha untuk mempertahankan adanya anggaran belanja yang seimbang tanpa
deficit anggaran belanja. Sehingga dalam masa defresi (Perekonomian Lesu)
Pengeluaran pemerintah akan ditingkatkan dan penerimaan dari pajakpun akan
ditingkatkan pula tetapi jangan sampai menimbulkan Deplasi. Sebaliknya dalam masa
inflasi, pajak akan dimanfaatkan sebaik-baiknya guna mencegah timbulnya akibat
inflasi yang tidak diinginkan. Kebaikan dari pendapat ini ialah bahwa pinjaman negara
tidak akan meningkat, Tetapi sayangnya sektor swasta menjadi kurang bersemangat
karena kurang percaya pada diri sendiri.

5
Stabilisasi Anggaran Otomatis
Pada akhir tahun 1940-an kepercayaan lebih banyak diberikan kepada
mekanisme otomatis dari politik fiskal. Penyesuaian secara otomatis dalam
penerimaan dan pengeluaran pemerintah terjadi sedemikian rupa sehingga membawa
pada perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja.
Dengan stabilitas otomatis, pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasar atas
perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak akan
ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.

Anggaran Belanja Seimbang


Suatu modifikasi dari atas anggaran yang disesuaikan dengan keadaan
(Managed Bidget) adalah pebelajaran secara seimbang dalam jangka panjang, tetapi
ditempuh pada masa deprisi dan surplus pada masa inflasi. Kegagalan dalam
mempertimbangkan keseimbangan anggaran dalam jangka panjang dapat
menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dapat pula
diikuti pendekatan serupa tetapi mempertahankan keseimbangan anggaran. Dalam
masa depresi, pengeluran perlu ditingkatkan diikuti pula dengan peningkatan
penerimaan sehingga tidak akan memperbesar utang negara.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah kesetabilan
ekonomi yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan lalu pertumbuhan ekonomi
yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan laju ekonomi yang layak tanpa
adanya pengangguran yang berarti di satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-
harga umum. Kestabilan ekonomi tidak berarti kesetabilan harga untuk semua sektor
perekonomian, karena perubahan harga relatif sangat diperlukan bagi penyesuian
dalam perubahan teknologi, preferensi konsumen dan tersedianya faktor produksi,
agar penggunaan optimum dalam penggunaan sumber daya ekonomi dapat terealisasi.

6
Mencegah Pengangguran
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan utama dari kebijakan
fiskal. Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh tidak hanya berarti tidak
tercapinya tingkat pendapatan nasional dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimum,
tetapi juga berakibat kurangnya menyenagkan bagi perorangan yang menderita atau
yang mengalami pengguran. Kesempatan kerja penuh (Full Employment) dapat kita
artikan sebagai keadaan di mana semua pemilik faktor produksi yang ingin
memperkerjakannya pada tingkat harga atau upah yang berlaku dapat memperoleh
pekerjaan bagi faktor-faktor produksi tersebut. Konsep kesempatan kerja ini
dihubungkan dengan kesempatan kerja manusia, karena pengangguran tenaga kerja
manusia inilah yang mempunyai pengaruh soaial yang sangat luas. Dengan definisi
diatas maka pencapain tenaga kerja penuh itu sangat sukar tercapai, karena pada setiap
saat tentu ada faktor-faktor produksi yang kehilangan lapangan kerja dan pada saat ini
pula belum mendapat pekerjaan berhubungan dengan adanya ketidak sempurnaan
pasar.

Stabilitas Harga
Aspek kedua dari kebijakan fiskal adalah mempertahankan kesetabilan harga
umum pada tingkat yang layak. Penurunan yang tajam dalam harga-harga umum jelas
akan mendorong timbulnya pengangguran karena sektor swasta akan kehilangan
harapan keuntungan, bahkan keuntungan mereka akan semakin mengecil. Selanjtnya
investasi sektor swasta dapat tidak ada lagi lebih-lebih bila mereka mengharapkan
harga-harga akan turun terus sebaliknya harga-harga umum yang meningkat terus juga
mempunyai akibat yang tidak menggembirakan. Inflasi memang dapat menciptakan
kesempatan kerja penuh dan memberikan keuntungan kepada beberapa kelompok
orang, tetapi juga mempersulit kehidupan orang-orang yang berpenghasilan rendah
dan terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Inflasi yang deras akan cenderung
melemahkan juga sektor usaha swasta karena investasi produktif umumnya berubah
menjadi investasi barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah dan sebagainya.
Dalam jangka panjang inflasi akan berakibat pada kurangnya kepercayaan masyarakat
pada pemerintahnya.

7
Fungsi Dan Manfaat Kebijakan Fiskal
Fungsi kebijakan fiskal
Fungsi kebijakan fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
Pasal 3 Ayat 4 tentang keuangan negara, yaitu fungsi otoritas, perencanaan,
pengawasan, alokasi, stabilisasi, dan distribusi

a. Fungsi otoritas adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk mencari
pendapatan dan belanja untuk tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan merujuk ketika anggaran negara menjadi dasar bagi manajemen
dalam nerencanakan anggaran tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, taitu ketika anggaran negara dialokasikan untuk tujuan mengurangi
tingkat engangguran dan pemborosan sumber daya, serta menambah efisiensi dan
efektivitas perekonomian negara.
e. Fungsi stabilisasi, yaitu ketika anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
f. Fungsi distribusi, yaitu ketika kebijakan negara membuat kebijakan anggaran dengan
adil dan rasa kepatutan.

Manfaat kebijakan fiskal


Sudah umum dipahami jika tanggung jawab dari pemerintah adalah untuk
menjaga serta menjalankan dengan baik perekonomian negara. Dengan kondisi
perekonomian yang baik dan stabil, rakyat mampu mendapatkan taraf hidup yang lebih
sejahtera. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi negara sedang kacau, yang menerima
dampak negatifnya sudah pasti masyarakatnya juga. Agar perekonomian negara dapat
pulih dari keterpurukan, dikeluarkanlah kebijakan fiskal oleh pemerintah. Alasan
utamanya karena kebijakan tersebut mampu memberikan beragam manfaat yang
dibutuhkan negara dan masyarakat. Manfaatnya antara lain adalah: Dapat
menumbuhkan kondisi ekonomi yang lebih baik, pengalokasian sumber daya yang
lebih efektif dan tepat sasaran, menstabilkan kondisi ekonomi negara jangka pendek,

8
serta membantu pemerintah untuk melakukan pengembangan pada pembangunan
jangka panjang.

Tujuan Lain Kebijakan Fiskal (Tambahan)


Tujuan ini diambil dari salah satu jurnal yang ditulis oleh (Heliany, 2021), yaitu :

Tujuan kebijakan fiskal dalam pembangunan demokrasi


Salah satu hal yang wajib dilakukan oleh pemerintah adalah mengetahui
bagaimana laju pertumbuhan ekonomi saat ini. Dengan mengetahui laju pertumbuhan
ekonomi,maka keberlangsungan hidup negara tersebut akan terjamin tanpa adanya
gangguan yang berarti. Dalam rangka mencari inovasi dan terobosan baru agar dapat
berkontribusi dalam kemajuan perekonomian negara serta mencari sebuah pemecahan
masalah untuk digunakan dikemudian hari ketika banyak problem dan tantangan yang
menyerbu perekonomian negara. Pemerintah berusaha untuk mencari terobosan dan
inovasi baru tersebut dan salah satunya adalah dengan menerapkan kebijakan fiskal.
Harapannya kebijakan fiscal dapat memberikan kesejahteraan baik material maupun
non material. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut di era pembangunan ini, maka
tujuan kebijakan fiskal tentu saja dijadikan sebagai salah satu instrumen dalam
mencapai tujuan ekonomi nasional tersebut. Secara lebih khusus tujuan kebijakan
fiskal dalam pembangunan demokrasi adalah sebagai berikut:

Meningkatkan kesempatan kerja


Kesejahteraan merupakan factor yang sangat diidamkan oleh masyarakat,
dengan terbukanya kesempatan kerja dan berkurangnya pengangguran diharapkan
dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, karena keduanya adalah indikator
kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Sebagaimana tertuang dalam UUD
1945 khususnya Pasal 27 Ayat 2 berbunyi : ―semua warga negara berhak atas
pekerjaan dan kehidupan yang layak. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah
dengan menerapkan kebijakan fiscal. Untuk mengurangi angka pengangguran, bukan
hanya andil pemerintah tapi masyarakat juga harus ikut andil ,salah satu contoh nyata
adalah dengan mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki, seperti halnya ada
sebuah pergerakan masyarakat berupa UKM . Terbukti bahwasannya 94% sumbangan

9
ekonomi Indonesia diperoleh dari UKM dan 6% dari industri yang sebagaian besar
dikuasai oleh asing. Diharapkan dengan penerapan kebijakan fiscal ini maka masalah
pengguran teratasi.

Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional


Adanya ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar wilayah merupakan
masalah yang harus segera diatasi. Salah satu cara untuk meminimalisir hal tersebut,
adalah menerapkan kebijakan fiskal dengan cara memprioritaskan pengeluaran-
pengeluaran tertentu untuk kebutuhan masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan
karena jika ketimpangan ini tidak diatasi dapat menyebabkan social unrest dan dapat
mengganggu stabilitas ekonomi dan politik.

Meningkatkan laju investasi


Salah satu cara untuk meningkatkan laju investasi baik dalam sector swasta
maupun pemerintah dapat dilakukan dengan peningkatan investasi pada sector-sektor
yang mempunyai pengeluaran besar untuk kebutuhan masyarakat

Meningkatkan stabilitas ekonomi


Kebijakan fiscal merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan stabilitas
ekonomi jangka pendek di Indonesia. Kebijakan fiscal ini dapat dilakukan dengan cara
peningkatan pendapatan negara dan peningkatan efektivitas serta efisiensi pengeluaran
negara. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak
stabil karena disebabkan oleh wabah Corona dan Virus Covid -19. Mewabahnya virus
ini merupakan guncangan yang sangat berat untuk kondisi perekonomian di Indonesia,
ditambah lagi dengan tekanan inflasi harus segera dapat diatasi oleh pemerintah.
Kebijakan fiskal juga harus menstabilkan harga pasar. Karena hal ini akan berakibat
fatal terhadap perekonomian negara, ketika harga pasar terus menerus turun maka yang
akan terjadi adalah banyak pengusaha dan UKM gulung tikar karena akan mengalami
kesulitan dalam mendapatkan sebuah keuntungan, sedangkan jika harga terus menerus
melonjak naik maka yang akan terjadi adalah inflasi.Sedangkan jangka panjang inflasi
menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan atau trust masyarakat terhadap
pemerintah.

10
Konflik Antara Stabilitas Dan Kesempatan Kerja
Timbul keraguan dalam keberhasilan mencapai tujuan ganda (stabilitas dan
kesempatan kerja penuh) secara optimal. Biasanya usaha untuk mengoptimalkan
tujuan stabilitas harga akan mempunyai akibat sampingan yang bersifat mengurangi
kesempatan kerja atau bahkan menciptakan pengangguran. Sebaliknya usaha
mengurangi pengangguran sering dibarengi dengan adanya laju inflasi yang semakin
meningkat. Hubungan antara dua alternatif tujuan ini dapat dilukiskan dengan
menggunakan kurva Philips seperti dibawah ini.

gambar 1

Kurva Philips menunjukkan hubungan antara tingginya laju kenaikan harga


dan tingginya tingkat pengangguran. Dalam gambar tampak bahwa pada laju inflasi
setinggi 4% per tahun, tingkat pengangguran yang ada dalam masyarakat setinggi 2%
per tahun, dan pada laju inflasi setinggi 3% per tahun, tingkat pengangguran dalam
masyarakat setinggi 3% per tahun. Disini kelihatan bahwa apabila tingkat inflasi
menurun diikuti dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Biasanya tingkat

11
pengangguran dihitung dari jumlah angkatan kerja, dan tingkat inflasi didasarkan pada
indeks harga barang konsumsi (harga rata-rata 400 macam barang).

Kaitan Antara Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter


Mula-mula kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengurangi
ketidakstabilan ekonomi adalah dengan kebijakan moneter yaitu dengan kebijakan
moneter yaitu dengan pengetatan jumlah kredit (Tight Money Policy) atau dengan
memperlonggar pengkreditan (Easy Money Policy) yang diberikan oleh Bank-bank
umum. Untuk itu biasanya Bank Sentral sangat berperan dalam mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dengan cara mengubah-ubah tingkat bunga dan deking (Legal
Reserve Requirement) ataupun membeli atau menjual surat berharga. Dalam masa
depresi Bank Sentral menambah jumlah uang beredar dengan politik pasar terbuka
yaitu dengan membeli obligasi negara, yaitu selanjutnya dapat menekan tingkat bunga
dan memperbesar deking bank-bank umum, sehingga bank-bank umum dapat
memperluas pemberian kreditnya lagi. Dengan demikian maka investasi dalam
perekonomian diharapkan akan terus meningkat dan depresi akan terobati.

Sebaliknya bila perekonomian mengalami inflasi pengeluaran investasi dan


konsumsi akan dikekang dengan politik pasar terbuka lewat penjualan obligasi negara
sehingga ini menyerap uang yang beredar dan akan mengurangi Deming bank-bank
umum yang selanjutnya akan mengurangi penciptaan kredit oleh bank-bank itu dan
jumlah uang beredar akan turun.

Pada tahun 1930-an terbukti bahwa kebijakan moneter saja tidak dapat
mengatasi depresi sebab tingkat bunga yang sudah begitu rendah ternyata tidak dapat
mendorong timbulnya investasi, karena orang lebih senang menyimpan uang tunai.
Dengan kata lain permintaan akan uang tunai untuk sekedar menganggur (Idle
Balance) menjadi elastis sempurna pada tingkat bunga yang rendah. Perekonomian
berada dalam perangkap likuiditas atau perangkap Keynes. Dalam keadaan ini
tambahan jumlah uang beredar tidak dapat menurunkan tingkat bunga lagi.

12
Dengan kegagalan kebijakan moneter itu, maka kebijakan fiskal menjadi
penting. Tetapi sayangnya kebijakan fiskal lebih kaku dibandingkan dengan kebijakan
moneter, dan umumnya kebijakan moneter lebih dapat diterima oleh masyarakat
daripada kebijakan fiskal.

Oleh karena itu kombinasi antara kedua kebijakan tersebut perlu dan bahkan
seringkali masih diperlukan tindakan-tindakan langsung guna menanggulangi inflasi
atau deflasi yang sudah gawat seperti politik harga, pengawasan harga, penjatahan dan
sebagainya.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari


kebijakan makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Sudah lama terjadi perdebatan antara kebijakan fiskal dan
moneter. Di satu sisi, kebijakan moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga
stabilitas tingkat harga. Sementara itu di sisi lain kebijakan fiskal ditetapkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi. Dari sini nampaknya muncul trade-off antara
pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek.
Kebijakan defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi,
sebaliknya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan dampak
negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan perekonomian yang semakin
dinamis dan terintegrasi dengan perekonomian dunia memberikan implikasi penting
bagi para pelaku ekonomi terutama dalam pengambilan kebijakan makroekonomi.
Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan
memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi.
(Pardamean, 2013)

Diperlukan koordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang lebih erat
lagi, seperti menghindarkan pembuatan kebijakan fiskal yang dapat mengganggu
tujuan akhir kebijakan moneter dan sebaliknya. Kerjasama kedua kebijakan diperlukan
dalam rangka menghindarkan dampak negatif yang dapat menjadi kontra produktif
bagi perekonomian nasional. Selain itu, kebijakan fiskal juga hendaknya
memperhatikan stabilitas harga karena kebijakan fiskal yang terlalu terfokus kepada
pertumbuhan ekonomi dapat membahayakan kesinambungan pembangunan ekonomi,

13
seperti tercermin dari hasil empiris yang menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang
terlalu pro-growth menghasilkan kerugian sosial yang lebih besar. Demikian pula
halnya kebijakan moneter hendaknya mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi
karena kebijakan moneter yang terlalu ketat akan membuat perekonomian nasional
akan mengalami tekanan, seperti tercermin dari kerugian sosial yang menjadi lebih
besar. (Simorangkir, 2007)

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan
negara sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah
dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain,
kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju
keadaan yang diinginkannya. Sehingga, dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah
berharap dapat mengendalikan dan mengawasi keadaan ekonomi. Agar perekonomian
negara dapat pulih dari keterpurukan, dikeluarkanlah kebijakan fiskal oleh pemerintah.
Alasan utamanya karena kebijakan tersebut mampu memberikan beragam manfaat
yang dibutuhkan negara dan masyarakat.

Saran
Agar tujuan kebijakan fiskal dan peran kebijakan fiskal dalam pembangunan
di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan seharusnya maka diperlukan kerjasama
dari berbagai elemen baik oleh pemerintah/ negara sebagai pembuat kebijakan maupun
oleh rakyat sebagai warga masyarakat yang harus mematuhi setiap kebijakan
pemerintah sehingga pembangunan demokrasi di Indonesia dapat terwujud.

Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca yang
ingin mengetahui apa itu kebijakan fiskal, macam-macam nya, perbandingan
kebijakan fiskal dan moneter, serta kaitannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Heliany, I. (2021). Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Resesi Ekonomi di Indonesia.
Prosiding Seminar STIAMI, 8(1), 15–21.

Pardamean, A. T. (2013). Dampak Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Perekonomian


Indonesia: Aplikasi Model Mundell-Fleming. Quantitative Economics Journal, 2(3), 36–
51. https://doi.org/10.33830/jom.v5i2.250.2009
Simorangkir, I. (2007). Koordinasi Kebijakan Moneter Dan Fiskal Di Indonesia: Suatu Kajian
Dengan Pendekatan Game Theory. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 9(3), 4–30.
https://doi.org/10.21098/bemp.v9i3.207
Suparmoko. 2011. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik Edisi Keenam. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

https://fiskal.kemenkeu.go.id › Profil Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi - Badan Kebijakan


Fiskal -

Diakses pada tanggal 28 November 2022

https://id.m.wikipedia.org › wiki Kebijakan fiskal - Wikipedia bahasa Indonesia,


ensiklopedia bebas

Diakses pada tanggal 28 November 2022

http://eprints.umsida.ac.id › ...PDF Kebijakan Fiskal Faris Ardiansyah (191020700126)

Diakses pada tanggal 28 November 2022

http://eprints.ums.ac.id › ...PDF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan


fiskal merupakan salah satu ...

Diakses pada tanggal 28 November 2022

16

Anda mungkin juga menyukai