KEBIJAKAN FISKAL
Dosen Pengampu: Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR., CSRS.
DISUSUN OLEH :
ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada Kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul KEBIJAKAN FISKAL tepat waktu.Makalah KEBIJAKAN FISKAL disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah keuangan Negara.Selain itu,kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni . kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I ..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
Tujuan....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ..............................................................................................................3
ii
Tujuan kebijakan fiskal dalam pembangunan demokrasi..................................9
PENUTUP ..................................................................................................................... 15
Kesimpulan .......................................................................................................... 15
Saran .................................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam perekonomian yang dilakukan oleh
pemerintah melalui instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN merupakan
instrumen yang mengatur penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang pada
hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, sehingga tercipta
kemampuan yang professional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
2. Bagaimana asal mula terbentuknya kebijakan fiskal?
3. Apa saja macam-macam kebijakan fiskal?
4. Apa perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter?
1
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui asal mula terbentuknya kebijakan fiskal
3. Untuk mengetahui macam-macam kebijakan fiskal
4. Untuk mengetahui perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal ialah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan. Umumnya para individu akan mengurangi
pengeluaran apabila penerimaanya menurun, sedangkan pemerintah tidak harus
berbuat demikian, karena apabila perintah mengurangi pengeluaranya, maka tindakan
3
ini akan lebih menyusahkan atau memperberat jalannya perekonomian karena
menurunnya pengeluaran pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan
masyarakat sebagai objek pajak dan selanjutnya justru memperkecil penerimaan
pemerintah lagi. Di samping itu juga disadari bahwa dalam masa depresi banyak dana
masyarakat (swasta) yang menganggur, sehingga peningkatan dalam pengeluaran
pemerintah tidak akan mengurangi investasi sektor swasta lewat kenaikan tingkat
bunga.
4
pinjaman dirasa tidak tepat maka ditempuh pencetakan uang. Jadi pengeluaran
pemerintah dan perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah, namun
demikian ada fungsi penawaran menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan pada
berbagai tingkat harga dari barang tersebut. Hukum penawaran menyatakan bahwa
jumlah yang ditawarkan akan bertambah apabila harga barang tersebut lebih tinggi
ceteris paribus atau hal-hal lain tetap.
Pengelolaan Anggaran
Pendekatan ini lebih banyak disukai dari pada pendekatan “Pembelanjaan
Fungsional” karena pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dimaksudkan
untuk pencapaian kesetabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam pendekatan ini,
Seimbang untuk jangka panjang diperlukan dengan catatan bahwa dalam masa
depresi ditempuh anggaran defisit sedangkan dalam masa inflasi ditempuh anggaran
belanja surplus. Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pendekatan ini selalu
berusaha untuk mempertahankan adanya anggaran belanja yang seimbang tanpa
deficit anggaran belanja. Sehingga dalam masa defresi (Perekonomian Lesu)
Pengeluaran pemerintah akan ditingkatkan dan penerimaan dari pajakpun akan
ditingkatkan pula tetapi jangan sampai menimbulkan Deplasi. Sebaliknya dalam masa
inflasi, pajak akan dimanfaatkan sebaik-baiknya guna mencegah timbulnya akibat
inflasi yang tidak diinginkan. Kebaikan dari pendapat ini ialah bahwa pinjaman negara
tidak akan meningkat, Tetapi sayangnya sektor swasta menjadi kurang bersemangat
karena kurang percaya pada diri sendiri.
5
Stabilisasi Anggaran Otomatis
Pada akhir tahun 1940-an kepercayaan lebih banyak diberikan kepada
mekanisme otomatis dari politik fiskal. Penyesuaian secara otomatis dalam
penerimaan dan pengeluaran pemerintah terjadi sedemikian rupa sehingga membawa
pada perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja.
Dengan stabilitas otomatis, pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasar atas
perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak akan
ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.
6
Mencegah Pengangguran
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan utama dari kebijakan
fiskal. Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh tidak hanya berarti tidak
tercapinya tingkat pendapatan nasional dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimum,
tetapi juga berakibat kurangnya menyenagkan bagi perorangan yang menderita atau
yang mengalami pengguran. Kesempatan kerja penuh (Full Employment) dapat kita
artikan sebagai keadaan di mana semua pemilik faktor produksi yang ingin
memperkerjakannya pada tingkat harga atau upah yang berlaku dapat memperoleh
pekerjaan bagi faktor-faktor produksi tersebut. Konsep kesempatan kerja ini
dihubungkan dengan kesempatan kerja manusia, karena pengangguran tenaga kerja
manusia inilah yang mempunyai pengaruh soaial yang sangat luas. Dengan definisi
diatas maka pencapain tenaga kerja penuh itu sangat sukar tercapai, karena pada setiap
saat tentu ada faktor-faktor produksi yang kehilangan lapangan kerja dan pada saat ini
pula belum mendapat pekerjaan berhubungan dengan adanya ketidak sempurnaan
pasar.
Stabilitas Harga
Aspek kedua dari kebijakan fiskal adalah mempertahankan kesetabilan harga
umum pada tingkat yang layak. Penurunan yang tajam dalam harga-harga umum jelas
akan mendorong timbulnya pengangguran karena sektor swasta akan kehilangan
harapan keuntungan, bahkan keuntungan mereka akan semakin mengecil. Selanjtnya
investasi sektor swasta dapat tidak ada lagi lebih-lebih bila mereka mengharapkan
harga-harga akan turun terus sebaliknya harga-harga umum yang meningkat terus juga
mempunyai akibat yang tidak menggembirakan. Inflasi memang dapat menciptakan
kesempatan kerja penuh dan memberikan keuntungan kepada beberapa kelompok
orang, tetapi juga mempersulit kehidupan orang-orang yang berpenghasilan rendah
dan terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Inflasi yang deras akan cenderung
melemahkan juga sektor usaha swasta karena investasi produktif umumnya berubah
menjadi investasi barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah dan sebagainya.
Dalam jangka panjang inflasi akan berakibat pada kurangnya kepercayaan masyarakat
pada pemerintahnya.
7
Fungsi Dan Manfaat Kebijakan Fiskal
Fungsi kebijakan fiskal
Fungsi kebijakan fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
Pasal 3 Ayat 4 tentang keuangan negara, yaitu fungsi otoritas, perencanaan,
pengawasan, alokasi, stabilisasi, dan distribusi
a. Fungsi otoritas adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk mencari
pendapatan dan belanja untuk tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan merujuk ketika anggaran negara menjadi dasar bagi manajemen
dalam nerencanakan anggaran tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, taitu ketika anggaran negara dialokasikan untuk tujuan mengurangi
tingkat engangguran dan pemborosan sumber daya, serta menambah efisiensi dan
efektivitas perekonomian negara.
e. Fungsi stabilisasi, yaitu ketika anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
f. Fungsi distribusi, yaitu ketika kebijakan negara membuat kebijakan anggaran dengan
adil dan rasa kepatutan.
8
serta membantu pemerintah untuk melakukan pengembangan pada pembangunan
jangka panjang.
9
ekonomi Indonesia diperoleh dari UKM dan 6% dari industri yang sebagaian besar
dikuasai oleh asing. Diharapkan dengan penerapan kebijakan fiscal ini maka masalah
pengguran teratasi.
10
Konflik Antara Stabilitas Dan Kesempatan Kerja
Timbul keraguan dalam keberhasilan mencapai tujuan ganda (stabilitas dan
kesempatan kerja penuh) secara optimal. Biasanya usaha untuk mengoptimalkan
tujuan stabilitas harga akan mempunyai akibat sampingan yang bersifat mengurangi
kesempatan kerja atau bahkan menciptakan pengangguran. Sebaliknya usaha
mengurangi pengangguran sering dibarengi dengan adanya laju inflasi yang semakin
meningkat. Hubungan antara dua alternatif tujuan ini dapat dilukiskan dengan
menggunakan kurva Philips seperti dibawah ini.
gambar 1
11
pengangguran dihitung dari jumlah angkatan kerja, dan tingkat inflasi didasarkan pada
indeks harga barang konsumsi (harga rata-rata 400 macam barang).
Pada tahun 1930-an terbukti bahwa kebijakan moneter saja tidak dapat
mengatasi depresi sebab tingkat bunga yang sudah begitu rendah ternyata tidak dapat
mendorong timbulnya investasi, karena orang lebih senang menyimpan uang tunai.
Dengan kata lain permintaan akan uang tunai untuk sekedar menganggur (Idle
Balance) menjadi elastis sempurna pada tingkat bunga yang rendah. Perekonomian
berada dalam perangkap likuiditas atau perangkap Keynes. Dalam keadaan ini
tambahan jumlah uang beredar tidak dapat menurunkan tingkat bunga lagi.
12
Dengan kegagalan kebijakan moneter itu, maka kebijakan fiskal menjadi
penting. Tetapi sayangnya kebijakan fiskal lebih kaku dibandingkan dengan kebijakan
moneter, dan umumnya kebijakan moneter lebih dapat diterima oleh masyarakat
daripada kebijakan fiskal.
Oleh karena itu kombinasi antara kedua kebijakan tersebut perlu dan bahkan
seringkali masih diperlukan tindakan-tindakan langsung guna menanggulangi inflasi
atau deflasi yang sudah gawat seperti politik harga, pengawasan harga, penjatahan dan
sebagainya.
Diperlukan koordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang lebih erat
lagi, seperti menghindarkan pembuatan kebijakan fiskal yang dapat mengganggu
tujuan akhir kebijakan moneter dan sebaliknya. Kerjasama kedua kebijakan diperlukan
dalam rangka menghindarkan dampak negatif yang dapat menjadi kontra produktif
bagi perekonomian nasional. Selain itu, kebijakan fiskal juga hendaknya
memperhatikan stabilitas harga karena kebijakan fiskal yang terlalu terfokus kepada
pertumbuhan ekonomi dapat membahayakan kesinambungan pembangunan ekonomi,
13
seperti tercermin dari hasil empiris yang menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang
terlalu pro-growth menghasilkan kerugian sosial yang lebih besar. Demikian pula
halnya kebijakan moneter hendaknya mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi
karena kebijakan moneter yang terlalu ketat akan membuat perekonomian nasional
akan mengalami tekanan, seperti tercermin dari kerugian sosial yang menjadi lebih
besar. (Simorangkir, 2007)
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan
negara sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah
dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain,
kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju
keadaan yang diinginkannya. Sehingga, dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah
berharap dapat mengendalikan dan mengawasi keadaan ekonomi. Agar perekonomian
negara dapat pulih dari keterpurukan, dikeluarkanlah kebijakan fiskal oleh pemerintah.
Alasan utamanya karena kebijakan tersebut mampu memberikan beragam manfaat
yang dibutuhkan negara dan masyarakat.
Saran
Agar tujuan kebijakan fiskal dan peran kebijakan fiskal dalam pembangunan
di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan seharusnya maka diperlukan kerjasama
dari berbagai elemen baik oleh pemerintah/ negara sebagai pembuat kebijakan maupun
oleh rakyat sebagai warga masyarakat yang harus mematuhi setiap kebijakan
pemerintah sehingga pembangunan demokrasi di Indonesia dapat terwujud.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca yang
ingin mengetahui apa itu kebijakan fiskal, macam-macam nya, perbandingan
kebijakan fiskal dan moneter, serta kaitannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Heliany, I. (2021). Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Resesi Ekonomi di Indonesia.
Prosiding Seminar STIAMI, 8(1), 15–21.
BPFE Yogyakarta.
16