EKONOMI MAKRO
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
AKUNTANSI MALAM 1
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“KEBIJAKAN FISIKAL DAN MONETER” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Afriyadi
selaku dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang telah memberi tugas ini
kepada kami.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kebijakan fisikal dan moneter. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap ada kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang di susun oleh kelompok 6 ini dapat berguna
bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
. Tanjungpinang, 28 Maret2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Mebijakan Fisikal dan Moneter ..........................................................................3
1 Pengertian Kebijakan Fisikal ...........................................................................3
2 Pengertian Kebijakan Moneter .........................................................................3
3 Indikator Kebijakan fisikal...............................................................................4
B. Mekanisme Kebijakan Fisikal Dalam Perekonomian Dan crowding out effect .4
1 Mekanisme Kebijakan Fisikal .........................................................................4
2 Manfaat Kebijakan Fisikal ...............................................................................5
3 Perbandingan Kebijakan Fisikal Konvensional Dan Ekonomi Islam ............10
C. Unsur- Unsur Dalam Kebijakan Fisikal Dan Masalah Perangkat Likuditas ...13
D. Baruan Kebijakan Fisikal Dan Moneter ..........................................................15
E. Suku Bunga Nominal Dan Ril Investasi multiplier kebijakan fisikal dan
moneter...................................................................................................................16
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................22
3.2 SARAN ...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24
ii
Bab 1
Pendahuluan
2
Bab II
Pembahasan
3
Dalam penggunaan kebijakan ini, pemerintah berusaha mengatasi masalah ekonomi
seperti inflasi,pengangguran dan kelancaran perdagangan internasional. Keputusan
penggunaan kebijakan moneter berbeda tergantung negaranya. Di Indonesia,
kebijakan moneter ada ditangan Bank Indonesia. Pemerintah hanya perlu
menyetujui ataupun menolak ajuan kebijakan dari BI.
Defisit = G – Ty + R
Keterangan :
G = pengeluaran pemetrintah
t = tarip pajak
Y = pendapatan nasional
R = pengeluaran untuk transfer
4
Dalam menjalankan kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan tiga bentuk tindakan:
Dalam analisis ini yang akan diterangkan adalah kebijakan fiskal yang
dinyatakandengan cara mengubah pengeluaran pemerintah dan mengubah pajak.
Pengurangan pajak akan melalui perjalanan panjang sebelum menimbulkan
perubahan dalam pengeluaran agregat. Terlebih dahulu, peraturan harus dibuat
mengenai pajak yang dikurang.
Apabila kebijakan dimaksud ternyata gagal, maka cara yang tepat denganmencetak
uang. Uang yang dicetak oleh pemerintah harus dijamin dengan cadangan devisa
yang cukup, agar uang yang beredar di masyarakat aman.
Kebijakan Fiskal
5
jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Manfaat utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga. Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan
dan pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dengan semakin kompleksnya struktur ekonomi perdagangan dan keuangan,
maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi beragam
harus digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
perdagangan dan penentuan harga.
6
R
LM0
39%
38%
IS1
IS0
336 411,4 Y
Misal :
Ms = 550
Md = M1 + M2
Ms = Md
Y = -110 + 2000R
2000R = 110 + Y
7
Atau R = 0,055 + 0,0005Y....... LM
= 640 – 44 – 0,4Y
1,4Y = 596
Y = 425,7
R = 0,8 – 0,00125Y
= 0,8 – 0,00135(425,7)
= 0,8 – 0,53
LM0
LM1
38%
27%
IS0
336 425,7 Y
Kesimpulan : JUB naik akan menurunkan R dan menaikan Y
8
Jika kebijakan fiskal dan moneter dilakukan bersama-sama (simultan), maka
dampaknya adalah Y meningkat lebih besar lagi, tetapi dampak terhadap suku
bunga (R) tidak jelas (naik atau turun). Naik turunnya suku bunga tergantung pada
dua faktor:
Y = 720 – 800 R
Y = -110 + 2000 R
- 0 = 830 – 2800 R
2800R = 830
Dengan subtitusi :
Y = 720 – 800 R
Y = 720 – 236,8
Y = 483,2
9
R
LM0
LM1
38%
29,6%
483,2 IS1
336 Y
IS0
Dari hasil perhitungan dan gambar tersebut, terlihat bahwa kebijakan simultan
itu berdampak menurunkan suku bunga (R) dan manaikkan pendapatan nasional
(Y) lebih besar lagi, dengan demikian kekuatan kebijakan tersebut lebih besar
kebijakan moneter
10
diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Betapa urgennya masalah
pertumbuhan ekonomi dalam paradigma ekonomi konvensional diungkapkan
oleh Thurow. Sebagaimana dikutip Umar Capra, Thurow menyatakan Jika
negara memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, maka ia akan memiliki lapangan
kerja yang lebih banyak dan pendapatan yang lebih tinggi bagi siapa saja, dan ia
tidak perlu risau mengenai distribusi lapangan kerja atau pendapatan.
11
Paradigma tersebut kemudian diubah oleh Keynes. Keynes mengemukakan
bahwa kebijakan fiscal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perekonomian. Sejak saat itu, para ekonom mulai mempertimbangkan dampak
makro atas belanja pemerintah dan pajak.
12
Tingkat crowding out akan mempengaruhi seberapa besaran multiplier
effect yang dihasilkan tetapi tidak akan mempengaruhi arahnya. Selain soal
multiplier effect, aspek penting lainnya adalah soal sinkronisasi kebijakan fiskal
dengan siklus bisnis perekonomian. Idealnya, kebijakan fiskal memiliki fungsi
sebagai automatic stabilizer perekonomian. Artinya, dalam kondisi
perekonomian sedang mengalami ekspansi, belanja pemerintah seharusnya
berkurang atau justru penerimaan pajak yang seharusnya bertambah. Sebaliknya,
jika perekonomian sedang mengalami kontraksi, kebijakan fiskal seharusnya
ekspansif melalui peningkatan belanja atau penurunan penerimaan pajak.
Dengan demikian, automatic stabilizer kebijakan fiskal mensyaratkan adanya
fungsi countercyclical dari kebijakan fiskal. Dalam beberapa laporan hasil
penelitian, belum ditemukan adanya countercyclicality dalam kebijakan fiskal di
Indonesia. Karakter kebijakan fiskal Indonesia lebih cenderung asiklikal atau
bahkan prosiklikal.
Orang-orang Bank dan perusahaan bisa menjadi begitu resiko menolak bahwa
mereka lebih suka likuiditas kas menawarkan kredit atau menggunakan kredit yang
ditawarkan. Dalam keadaan demikian, ekonomi akan terjebak dalam resesi,
walaupun upaya yang terbaik dari pembuat kebijakan moneter. Keynesias rasa
bahwa di tahun 1930-an ekonomi Amerika Serikat dan Inggris yang terjebak dalam
perangkap likuiditas di akhir 1990-an, ekonomi jepang mengalami nasib yang
sama.
13
Tapi monetarism tidak memiliki tempat untuk likuiditas perangkap.
Monetarists pin menyalahkan untuk depresi besar dan jepang lebih baru masalah
pada faktor-faktor lain dan memperhitungkan bahwa cara bisa telah membuat
kebijakan moneter yang bekerja.
Perangkaap likuiditas
Situasi di mana kebijakan moneter ekspansif gagal untuk merangsang
ekonomi. Sebagaimana digunakan oleh Keynes (1936), ini berarti suku bunga
sangat rendah sehingga harapan peningkatan mereka membuat orang tidak
bersedia untuk memegang obligasi. Hari ini biasanya
Modal tidak berwujud
Penemuan baru proses dan produk, penigkatan keterampilan karyawan dan
gambar produk adalah komponen kunci dari perusahaan-perusahaan
pengetahuan, yang penting bagi kinerja mereka.
Pengetahuan masyarakat
Istilah ini mengacu pada penggunaan pengetahuan untuk menghasilkan
keuntungan ekonomi.
Pengetahuan teknik
Disiplin yang berkaitan dengan memperoleh pengetahuan dari para pakar
domain dan sumber pengetahuan dan memasukkan ke dalam basis pengetahuan
Gazump
Untuk menaikkan harga properti sebelum surat-surat yang ditanda tangani
setelah setuju pada harga yang lebih rendah secara lisan sebelum.
Duopsony
Kondisi ekonomi di mana ada hanya dua pembeli yang besar untuk suatu
produk tertentu atau jasa.
Oligopsony
14
Ini adalah pasar di mana terdapat hanya beberapa pemberi besar untuk suatu
produk tertentu atau jasa.
D. Bauran Kebijakan Fiskal dan Moneter
15
menyebabkan turunnya tingkat investasi akibat crowding out. Oleh karenanya,
pemerintah dapat menerapkan policy.
Jika perekonomian hendak mencapai nilai Y* atau titik full employment, maka
kebijakan pemerintah dapat berupa kebijakan fiskal ekspansif dengan konsekuensi
tingkat bunga naik dan investasi menurun karena adanya crowding out (titik E1).
Jika dilakukan kebijakan moneter maka tingkat bunga akan turun pada tingkat E2
dimana investasi meningkat. Pemerintah dapat menerapkan kebijakan gabungan
atau policy mix sehingga hasilnya ada dipertengahan E1 dan E2. Kebijakan
gabungan dapat sama-sama mencapai pertumbuhan ekonomi pada tingkat bunga
yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil.
Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah
16
suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Tingkat suku
bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak
sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan
menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang
diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga
permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal
yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003).
Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan tingkat bunga kredit. Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi
menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini terlihat dari terkendalinya uang
primer, serta laju inflasi dan nilai tukar yang menunjukkan perkembangan yang
positif.
17
dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang dihadapai oleh
sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya dengan konsolidasi
internal di perbankan. Gejolak suku bunga daninflasi menjadi dua faktor penting
yang mempengaruhi aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong
suku bunga kredit, tapi juga membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi
dalam kondisi seperti ini, kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media
cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama
setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus
mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%). Suku
bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank
memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke
depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika
ekspektasi inflasinya adalah 3%.
Tingkat Bunga Efektif adalah disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen
tahunan (equivalent annual rate, EAR). Tingkat suku bunga ini adalah tingkat suku
bunga yang akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan) yang sama menurut
bunga majemuk tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang lebih sering
dengan memberikan suatu tingkat suku bunga nominal tertentu. Semua tingkat suku
bunga nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga ekuivalen tahunan,
atau EFF%.
1. tingkat bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun; jika suku bunga
dibebankan sekali setahun, tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga
efektif; atau
18
2. gambaran mengenai pendapatan/hasil atas nilai suatu instrumen utang yang
dimiliki dibandingkan dengan nilai instrumen pada saat harga pembelian
(effective rate).
Jika tingkat bunga nominal lebih rendah daripada tingkat bunga efektif, maka
akan terjadi diskonto.
Sebaliknya, jika tingkat bunga nominal lebih tinggi daripada tingkat bunga
efektif, maka akan terjadi premium.
r=ixM
ieff = (1 + i)M -1
atau
ieff = (1 + r/M)M -1
Contoh Soal:
Apabila suku bunga nominal per tahun adalah 15%, yang mana dalam satu
tahun terdiri dari 4 kuartal. Berapakah besarnya suku bunga nominal untuk setiap
kuartal.
r = 15%
19
M=3
n ieff = (1 + i)M -1
= (1 + 0,0375)4 – 1
n ATAU
ieff = (1 + r/M)M -1
= (1 + 0,375/4)4 – 1
Hitung suku bunga efektif per kuartal ? n suku bunga nominal per kuartal =
3.75% (= r)
n ieff = (1 + r/M)M -1
= (1 + 0,0375/0,25)0,25 – 1
Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi
yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku
bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat
pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya
return saham. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Pengaruh lain krisis financial
global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga.
20
Dengan naiknya kurs dollar , suku bunga akan naik karena Bank indonesia akan
menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua , gabungan
antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada
sector investasi dan sektor riil, dimana investasi disektor riil seperti properti dan
usaha kecil menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu.
Pengaruhnya pada investasi dipasar modal , krisis global ini akan membuat orang
tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi
karena kondisi makro yang beruntung.
21
Bab III
Penutup
KESIMPULAN
SARAN
22
dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam suatu
negara,Semuanya takkan berhasil dalam suatu negara jika tidak direncanakan
pelaksanaanya secara berhati-hati,sistematis,dan dengan kerja keras dan harus
didukung oleh para pelaku ekonomi karena strategi-strategi yang dilaksanakan
merupakan sebuah rangkaian program kegiatan yang bersifat saling mengisi agar
memberikan hasil seperi yang diharapkan,yang jelasnya berencana dan berbuat
adalah lebih baik dari pada bermimpi,apalagi menggerutu.semoga berhasil.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25