Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EKONOMI MAKRO

“KebijakanFisikal Dan Moneter”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :AFRIYADI, ST., ME

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

EKA GUSLANDARI : 18622154


IKA HERIANA : 18622161
TIKARIA : 18622185
JEFRI IRZA MAHENDRA : 18622162

AKUNTANSI MALAM 1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG

T.A 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“KEBIJAKAN FISIKAL DAN MONETER” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Afriyadi
selaku dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang telah memberi tugas ini
kepada kami.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kebijakan fisikal dan moneter. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap ada kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang di susun oleh kelompok 6 ini dapat berguna
bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

. Tanjungpinang, 28 Maret2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Mebijakan Fisikal dan Moneter ..........................................................................3
1 Pengertian Kebijakan Fisikal ...........................................................................3
2 Pengertian Kebijakan Moneter .........................................................................3
3 Indikator Kebijakan fisikal...............................................................................4
B. Mekanisme Kebijakan Fisikal Dalam Perekonomian Dan crowding out effect .4
1 Mekanisme Kebijakan Fisikal .........................................................................4
2 Manfaat Kebijakan Fisikal ...............................................................................5
3 Perbandingan Kebijakan Fisikal Konvensional Dan Ekonomi Islam ............10
C. Unsur- Unsur Dalam Kebijakan Fisikal Dan Masalah Perangkat Likuditas ...13
D. Baruan Kebijakan Fisikal Dan Moneter ..........................................................15
E. Suku Bunga Nominal Dan Ril Investasi multiplier kebijakan fisikal dan
moneter...................................................................................................................16
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................22
3.2 SARAN ...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24

ii
Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan
moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak.
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang berlaku di dunia
yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan sistem campuran. Salah satu dari tiga
sistem tersebut diterapkan di Indonesia yaitu sistem campuran, dimana sistem
campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya peran pemerintah
yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat. Tetapi campur tangan ini tidak sampai menghapuskan
sama sekali kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta yang
diatur menurut prinsip-prinsip cara penentuan kegiatan ekonomi yang terdapat
dalam perekonomian pasar.
Bentuk-bentuk campur tangan pemerintah antara lain :
1. Membuat peraturan-peraturan, dengan maksud untuk menghindari praktek
sehat dalam perekonomian pasar.
2. Secara langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Ikut serta
pemerintah dilakukan dengan mendirikan perusahaan-perusahaan yang
menyediakan barang atau jasa jasa dalam kehidupan masyarakat. Contoh:
Perusahaan Air Minum
3. Melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal yang
dilakukan pemerintah merupakan kebijakan didalam bidang perpajakan
(penerimaan) dan pengeluarannya, sedangkan kebijakan moneter adalah
langkah-langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral untuk mengawasi
jumlah uang yang berada di tangan masyarakat.
Kedua kebijakan ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah
dibidang ekonomi. Pada dasarnya sebagian besar upaya stabilisasi makro
ekonomi berfokus pada pengendalian atau pemotongan anggaran belanja
pemerintah dalam rangka mencapai keseimbangan neraca anggaran. Oleh
karena itu, setiap upaya mobilisasi sumber daya untuk membiayai
pembangunan publik yang penting hendaknya tidak hanya difokuskan pada
sisi pengeluaran saja, tetapi juga pada sisi penerimaan pemerintah. Pinjaman
dalam dan luar negeri dapat digunakan untuk menutupi kesenjangan
tabungan. Dalam jangka panjang, salah satu potensi pendapatan yang
tersedia bagi pemerintahan untuk membiayai segala usaha pembangunan
adalah penggalakan pajak. Selain itu, sebagai akibat ketiadaan pasar-pasar
uang domestik yang terorganisir dan terkontrol dengan baik, sebagian besar
pemerintahan Negara- Negara Dunia Ketiga memang harus mengandalkan
langkah-langkah fiskal dalam rangka mengupayakan stabilisasi
perekonomian nasional dan memobilisasikan sumber-sumber daya
(keuangan) domestik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan kebijakan fisikal dan moneter
2. Bagaimana mekanisme kebijakan fisikal dalam perekonomian dan
crowing out
3. Apa saja Unsur-unsur dalam kebijakan fiskal dan masalah perangkat likuiditas
4. Cara menghitung Suku bunga nominal dan riil serta investasi multiplier
kebijakan fiskal dan moneter

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui kebijakan fisikal dan moneter
2. Mengetahui mekanisme kebijakan fisikal dalam prekonomian
3. Mengetahui untusr unsur dalam kebijakan fisikal dan masalah perangkat
likuiditas
4. Mengetahui cara menghitung suku bunga nominal dan rill serta investasi
multiplier kebijakan fisikal dan moneter

2
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Kebijakan fisikal dan moneter


1. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam mengarahkan kondisi


perekonomian kearah yang lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekan pada
pengaturan pendapatan dan belanja negara atau pemerintah.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-
dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata
lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran Negara.

2. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER


Secara sederhana kebijakan moneter adalah peraturan ataupun keputusan yang
diambil pemerintah demi mempengaruhi perkembangan faktor – factor moneter
agar sesuai dengan target yang ingin dicapai. Faktor – factor moneter yang
dipengaruhi di sini adalah
 Jumlah uang beredar
 Tingkat inflasi
 Nilai suku bunga
 Nilai bunga kredit
 Nilai tukar mata uang
Kebijakan moneter secara Bahasa kebijakan moneter berarti sesuatu yang
didesain dengan pemikiran untuk mengatur masalah uang.

3
Dalam penggunaan kebijakan ini, pemerintah berusaha mengatasi masalah ekonomi
seperti inflasi,pengangguran dan kelancaran perdagangan internasional. Keputusan
penggunaan kebijakan moneter berbeda tergantung negaranya. Di Indonesia,
kebijakan moneter ada ditangan Bank Indonesia. Pemerintah hanya perlu
menyetujui ataupun menolak ajuan kebijakan dari BI.

3. INDICATOR KEBIJAKAN FISCAL


Dalam kebijakan fiscal, indikator yang biasanya dipakai adalah anggaran
deficit, yakni selisih Antara pengeluaran pemerintah dengan penerimaan, yang
biasa diformulasikan sebagai berikut :

Defisit = G – Ty + R

Keterangan :
G = pengeluaran pemetrintah
t = tarip pajak
Y = pendapatan nasional
R = pengeluaran untuk transfer

B. Mekanisme Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian Dan


Crowding Out Effect
1. MEKANISME KEBIJAKAN FISKAL

Dalam kebijakan fiskal, inflasi dikendalikan dengan surplus anggaran,


sedangkan dalamkerangka kebijakan moneter, inflasi dikendalikan dengan tingkat
bunga dan cadangan wajib.

kebijakan yang perlu dipersiapkan.

1. Pajak untuk sektor swasta


2. Pinjaman pada masyarkat
3. Pengeluaran Pemerintah untuk pengendalian pengangguran

4
Dalam menjalankan kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan tiga bentuk tindakan:

1. Mengubah pengeluaran pemerintah saja


2. Mengubah pajak saja
3. Secara serentak mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak.

Dalam menghadapi masalah pengangguran, analisis yang digunakan menggunakan


dua pendekatan

1. Menggunakan grafik Y=AE


2. Menggunakan grafik AE-AS

Dalam analisis ini yang akan diterangkan adalah kebijakan fiskal yang
dinyatakandengan cara mengubah pengeluaran pemerintah dan mengubah pajak.
Pengurangan pajak akan melalui perjalanan panjang sebelum menimbulkan
perubahan dalam pengeluaran agregat. Terlebih dahulu, peraturan harus dibuat
mengenai pajak yang dikurang.

Apabila kebijakan dimaksud ternyata gagal, maka cara yang tepat denganmencetak
uang. Uang yang dicetak oleh pemerintah harus dijamin dengan cadangan devisa
yang cukup, agar uang yang beredar di masyarakat aman.

Kebijakan Fiskal

· Ekspansif : implementasi kebijakan ini dengan menaikkan pengeluaran


pemerintah dan menurunkan penerimaan pajak.
· Kontraktif : implementasi kebijakan ini dengan menurunkan pengeluaran
pemerintah dan menaikkan penerimaan pajak.

2. MANFAAT KEBIJAKAN FISKAL


Manfaat kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil
pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan

5
jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Manfaat utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga. Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan
dan pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dengan semakin kompleksnya struktur ekonomi perdagangan dan keuangan,
maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi beragam
harus digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
perdagangan dan penentuan harga.

KEBIJAKAN FISKAL SECARA PARTIAL TERHADAP KURVA IS

Jika ada kebijakan fiskal menaikkan G sebesar Rp 20 +, maka kurva is


akan bergeser ke kanan
Y = C+I+G
=100+0,75Y+60-20R+20
0,25Y= 180-200R
Y = 720-800R
Atau R = 0,9-0,00125Y.............. is
Jad keseimbangan umum yang baru sebagai berikut :
Dengan mensubtitusikan :
Y= -360+2000R............ LM
Y= -360+2000(0.9-0,00125Y)
Y= -360+1800-2,5Y
3,5Y = 1440
Y=411,4 dan
R= 0,9-0,00125Y
R= 0,9-0,00125x(411,4)
R= 0,39

Grafik setelah kebijakan fiskal :

6
R

LM0

39%

38%

IS1

IS0

336 411,4 Y

Kebijakan moneter secara partial terhadap kurva LM

Misal :

Pemerintah melakukan kebijakan moneter dengan menaikan JUB sebesar 50 T


maka kurva LM dapat bergeser ke kanan.

Ms = 550

Md = M1 + M2

= 0,2Y + 572 – 400R

Ms = Md

550 = 0,2Y + 572 – 400R

0,2Y = -22 + 400R

Y = -110 + 2000R

2000R = 110 + Y

7
Atau R = 0,055 + 0,0005Y....... LM

Jadi keseimbangan yang baru :

Y = 640 – 800R ...... IS

Y = 640 – 800 (0,055 + 0,0005Y)

= 640 – 44 – 0,4Y

1,4Y = 596

Y = 425,7

R = 0,8 – 0,00125Y

= 0,8 – 0,00135(425,7)

= 0,8 – 0,53

= 0,27 atau 27%

LM0

LM1
38%

27%

IS0

336 425,7 Y
Kesimpulan : JUB naik akan menurunkan R dan menaikan Y

Bagaimana jika kebijakan dilakukan secara bersama-sama ?

8
Jika kebijakan fiskal dan moneter dilakukan bersama-sama (simultan), maka
dampaknya adalah Y meningkat lebih besar lagi, tetapi dampak terhadap suku
bunga (R) tidak jelas (naik atau turun). Naik turunnya suku bunga tergantung pada
dua faktor:

 Kekuatan relatif kedua kebijakan tersebut


 Kepekaan kurva IS dan kurva LM terhadap R

Misalkan kedua kebijakan diatas dilakukan secara bersama-sama, yaitu


dengan kebijakan fiskal menaikkan G sebesar 20 T dan kebijakan moneter
menaikkan JUB sebesar 50 T :

Maka dampaknya dapat dilihat berikut ini :

Y = 720 – 800 R

Y = -110 + 2000 R

- 0 = 830 – 2800 R

2800R = 830

R = 0,296 atau 29,6%

Dengan subtitusi :

Y = 720 – 800 R

Y = 720 – 800 (0,296)

Y = 720 – 236,8

Y = 483,2

9
R

LM0

LM1
38%

29,6%

483,2 IS1
336 Y
IS0

Dari hasil perhitungan dan gambar tersebut, terlihat bahwa kebijakan simultan
itu berdampak menurunkan suku bunga (R) dan manaikkan pendapatan nasional
(Y) lebih besar lagi, dengan demikian kekuatan kebijakan tersebut lebih besar
kebijakan moneter

3. Perbandingan Kebijakan Fiskal Konvensional Dengan Ekonomi Islam

1. Politik ekonomi kebijakan fiskal konvensional

Seperti yang diterapkan di Indonesia menempatkan pertumbuhan ekonomi


sebagaiasas atau sasaran yang harus dicapai perekonomian nasional. Dalam
pembahasan RAPBN hingga menjadi APBN antara pemerintah dan DPR,
termasuk pandangan para pengamat ekonomi, salah satu isu sentralnya adalah
pertumbuhan ekonomi. Adapun argumentasi pemerintah, DPR, dan pengamat
ekonomi yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama
kebijakan fiskal (dalam kerangka lebih luas kebijakan makro ekonomi), yaitu
untuk menuntaskan berbagai permasalahan krusial ekonomi seperti kemiskinan
dan pengangguran bahwa untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran

10
diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Betapa urgennya masalah
pertumbuhan ekonomi dalam paradigma ekonomi konvensional diungkapkan
oleh Thurow. Sebagaimana dikutip Umar Capra, Thurow menyatakan Jika
negara memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, maka ia akan memiliki lapangan
kerja yang lebih banyak dan pendapatan yang lebih tinggi bagi siapa saja, dan ia
tidak perlu risau mengenai distribusi lapangan kerja atau pendapatan.

Dalam keadaan apa pun, distribusi sumber-sumber daya ekonomi secara


otomatis akan menjadi lebih merata seiring dengan proses pertumbuhan
ekonomi. Agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercapai maka kebijakan-
kebijakan makro ekonomi dan fiskal diarahkan untuk menggenjot tingkat
produksi nasional melalui peningkatan investasi, konsumsi masyarakat, dan
ekspor

2. Politik Ekonomi Kebijakan Fiskal Islam

Menurut an-Nabhani, realitas menunjukkan kebutuhan-kebutuhan manusia


yangharus dipenuhi adalah kebutuhan setiap individunya bukan kebutuhan
manusia secara kolektif (seperti kebutuhan bangsa Indonesia). Kunci
permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan kepada setiap warga
negara. Berpijak pada pemikiran ini, sasaran pemecahan permasalahan ekonomi
seperti kemiskinan adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan
kemiskinan yang menimpa negara atau bangsa.

Dengan terpecahkannya permasalahan kemiskinan yang menimpa indvidu


dan terdistribusikannya kekayaan nasional secara adil dan merata, maka hal itu
akan mendorong mobilitas kerja warga negara sehingga dengan sendirinya akan
meningkatkan kekayaan nasional. Ketika kunci permasalahan ekonomi terletak
pada distribusi kekayaan yang adil, maka yang harus dijelaskan adalah
bagaimanakah metode untuk menciptakan distribusi kekayaan yang adil melalui
kebijakan fiskal, sebagaimana yang dikatakan Allah dalam Qs. al-Hasyr [59]: 7
yang artinya Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu.

11
Paradigma tersebut kemudian diubah oleh Keynes. Keynes mengemukakan
bahwa kebijakan fiscal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perekonomian. Sejak saat itu, para ekonom mulai mempertimbangkan dampak
makro atas belanja pemerintah dan pajak.

Keynes menekankan bahwa kenaikan belanja pemerintah tidak hanya


memindahkan sumber daya dari swasta ke pemerintah. Selain itu, Keynes juga
mengemukakan adanya dampak berganda (multiplier effect) dari belanja
pemerintah tersebut. Pendekatan Keynesian mengasumsikan adanya price
rigidity dan excess capacity sehingga output ditentukan oleh permintaan agregat
(demand driven).

Keynes menyatakan bahwa dalam kondisi resesi, perekonomian yang


berbasis mekanisme pasar tidak akan mampu untuk pulih tanpa adanya
intervensi pemerintah. Kebijakan moneter tidak berdaya untuk memulihkan
perekonomian karena hanya bergantung kepada penurunan suku bunga
sementara dalam kondisiresesi tingkat suku bunga umumnya sudah rendah dan
bahkan dapat mendekati nol. Dalam pendekatan Keynes, kebijakan fiskal dapat
menggerakkan perekonomian karena peningkatan belanja pemerintah atau
pemotongan pajak menciptakan multiplier effect dengan cara menstimulasi
tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga. Demikian halnya
dengan apabila pemerintah melakukan pemotongan pajak sebagai stimulus
perekonomian. Pemotongan pajak akan meningkatkan disposable income dan
pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan. Kecenderungan rumah tangga
untuk meningkatkan konsumsi dengan meningkatkan marginal prospensity to
consume, menjadi rantai perekonomian untuk peningkatan belanja yang lebih
tinggi dan pada akhirnya akan berdampak terhadap output.

Pengembangan model Keynesian memungkinkan adanya tambahan dampak


crowding out melaluiperubahan yang disebabkan oleh suku bunga dan nilai
tukar. Crowding out terjadi apabila pemerintah menyediakan barang dan/atau
jasa yang menggantikan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor swasta.

12
Tingkat crowding out akan mempengaruhi seberapa besaran multiplier
effect yang dihasilkan tetapi tidak akan mempengaruhi arahnya. Selain soal
multiplier effect, aspek penting lainnya adalah soal sinkronisasi kebijakan fiskal
dengan siklus bisnis perekonomian. Idealnya, kebijakan fiskal memiliki fungsi
sebagai automatic stabilizer perekonomian. Artinya, dalam kondisi
perekonomian sedang mengalami ekspansi, belanja pemerintah seharusnya
berkurang atau justru penerimaan pajak yang seharusnya bertambah. Sebaliknya,
jika perekonomian sedang mengalami kontraksi, kebijakan fiskal seharusnya
ekspansif melalui peningkatan belanja atau penurunan penerimaan pajak.
Dengan demikian, automatic stabilizer kebijakan fiskal mensyaratkan adanya
fungsi countercyclical dari kebijakan fiskal. Dalam beberapa laporan hasil
penelitian, belum ditemukan adanya countercyclicality dalam kebijakan fiskal di
Indonesia. Karakter kebijakan fiskal Indonesia lebih cenderung asiklikal atau
bahkan prosiklikal.

C. Unsur-Unsur Dalam Kebijakan Fiskal Dan Masalah Perangkat


Likuiditas

Kapan kebijakan moneter menjadi impoten. Memotong bunga seharusnya


menjadi rute melarikan diri dari resesi ekonomi meningkatkan jumlah uang beredar,
meningkatkan permintaan dan dengan demikian mengurangi pengangguran. Tapi
Keynes berpedapat bahwa kadang-kadang memotong bunga, bahkan ke no, tidak
akan membantu.

Orang-orang Bank dan perusahaan bisa menjadi begitu resiko menolak bahwa
mereka lebih suka likuiditas kas menawarkan kredit atau menggunakan kredit yang
ditawarkan. Dalam keadaan demikian, ekonomi akan terjebak dalam resesi,
walaupun upaya yang terbaik dari pembuat kebijakan moneter. Keynesias rasa
bahwa di tahun 1930-an ekonomi Amerika Serikat dan Inggris yang terjebak dalam
perangkap likuiditas di akhir 1990-an, ekonomi jepang mengalami nasib yang
sama.

13
Tapi monetarism tidak memiliki tempat untuk likuiditas perangkap.
Monetarists pin menyalahkan untuk depresi besar dan jepang lebih baru masalah
pada faktor-faktor lain dan memperhitungkan bahwa cara bisa telah membuat
kebijakan moneter yang bekerja.

 Perangkaap likuiditas
Situasi di mana kebijakan moneter ekspansif gagal untuk merangsang
ekonomi. Sebagaimana digunakan oleh Keynes (1936), ini berarti suku bunga
sangat rendah sehingga harapan peningkatan mereka membuat orang tidak
bersedia untuk memegang obligasi. Hari ini biasanya
 Modal tidak berwujud
Penemuan baru proses dan produk, penigkatan keterampilan karyawan dan
gambar produk adalah komponen kunci dari perusahaan-perusahaan
pengetahuan, yang penting bagi kinerja mereka.
 Pengetahuan masyarakat
Istilah ini mengacu pada penggunaan pengetahuan untuk menghasilkan
keuntungan ekonomi.

Ada berbagai bentuk pengetahuan termasuk, bisnis teknologi tinggi,


telekomunikasi, vitual jasa, serta pendidikan dan lembaga-lembaga penelitian.

 Pengetahuan teknik
Disiplin yang berkaitan dengan memperoleh pengetahuan dari para pakar
domain dan sumber pengetahuan dan memasukkan ke dalam basis pengetahuan
 Gazump
Untuk menaikkan harga properti sebelum surat-surat yang ditanda tangani
setelah setuju pada harga yang lebih rendah secara lisan sebelum.
 Duopsony
Kondisi ekonomi di mana ada hanya dua pembeli yang besar untuk suatu
produk tertentu atau jasa.
 Oligopsony

14
Ini adalah pasar di mana terdapat hanya beberapa pemberi besar untuk suatu
produk tertentu atau jasa.
D. Bauran Kebijakan Fiskal dan Moneter

Dalam kebijakan suatu negara, diperlukan adanya gabungan kebijakan (policy


mix) yang saling terkoordinasi dengan baik. Koordinasi antara kebijakan fiskal dan
kebijakan monete diperlukan untuk menghindari tumpang tindih kebijakan dan ke
gagalan kebijakan. Kita mengenal istilah informasi yang asimetris (assimetrics
information)di mana informasi yang tidak seimbang antara kebijakan pemerintah
dengan ekspektasi rumah tangga atau perusahaan akan memicu adanya kegagalan
kebijakan tersebut. Kita juga mengenal istilah crowding out atau kebijakan yang
saling meniadakan sehingga kebijakan menjadi gagal dalam pencapaian tujuan.

Kebijakan gabungan dinilai dapat mempengaruhi perekonomian lebih


maksimal jika di lakukan secara terkoordinasi. beberapa metode dalam pelaksanaan
kebijakan gabungan, antara lain;

1) Kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal ekspansif,


2) Kebijakan moneter kontraktif dan kebijakan fiskal ekspansif,
3) Kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif,
4) Kebijakan moneter kontraktif dan kebijakan fiskal kontraktif.

Beberapa studi empiris memperlihatkan bahwa kombinasi kebijakan moneter


kontraktif dan kebijakan fiskal ekspansif sering kali cenderung mendorong
terjadinya crowding out dimana kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan suku
bunga keseimbangan pasar sehingga dapat menghambat kegiatan investasi oleh
masyarakat (warjiyo dan Solikin, 2003). Sejalan dengan hal tadi, menurut
Dornbusch,et.al (2008:267),

Kebijakan moneter yang ekspansif akan menurunkan tingkat bunga,


sedangankan kebijakan fiskal yang ekspansif akan meningkatkan tingkat bunga.
Kebijakan moneter yang ekspansif akan meningkatkan output dan meningkatkan
investasi. Sedangkan kebijakan fiskal dapat meningkatkan output namun

15
menyebabkan turunnya tingkat investasi akibat crowding out. Oleh karenanya,
pemerintah dapat menerapkan policy.

Jika perekonomian hendak mencapai nilai Y* atau titik full employment, maka
kebijakan pemerintah dapat berupa kebijakan fiskal ekspansif dengan konsekuensi
tingkat bunga naik dan investasi menurun karena adanya crowding out (titik E1).
Jika dilakukan kebijakan moneter maka tingkat bunga akan turun pada tingkat E2
dimana investasi meningkat. Pemerintah dapat menerapkan kebijakan gabungan
atau policy mix sehingga hasilnya ada dipertengahan E1 dan E2. Kebijakan
gabungan dapat sama-sama mencapai pertumbuhan ekonomi pada tingkat bunga
yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi.

Beberapa penelitian memperlihatkan bagaimana koordinasi kebijakan fiskal


dan kebijakan moneter (policy mix) dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.
Musa,et.al. (2013) melihat interaksi kebijakan fiskal dan moneter terhadap inflasi
dan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Estimasi menggunakan uji kointegrasi dan
Vector Error Correction Model (VECM). Penggunaan model ini untuk melihat
hubungan jangka panjang dan jangka pendek antar variabel. Berdasarkan hasil
estimasi, terlihat bahwa penambahan jumlah uang beredar dan variabel pendapatan
pemerintah sangat efektif dalam mempengaruhi inflasi dan output dalam jangka
panjang. Musa menyimpulkan bahwa kedua kebijakan sangat efektif dalam
mempengaruhi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Nigeria jika di lakukan dengan
koordinasi yang baik.

E. Suku Bunga Nominal Dan Riil Serta Investasi Multiplier Kebijakan


Fiskal Dan Moneter

Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Efektif

Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil.
Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah

16
suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Tingkat suku
bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak
sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan
menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang
diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga
permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.

Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal
yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003).
Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan tingkat bunga kredit. Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi
menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini terlihat dari terkendalinya uang
primer, serta laju inflasi dan nilai tukar yang menunjukkan perkembangan yang
positif.

Oleh karena itulah, Bank Indonesia mulai memberikan sinyal penurunan


tingkat bunga secara bertahap. Hal ini dilakukan melalui penurunan tingkat bunga
instrumen moneter yang salah satunya adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI
mengalami penurunan, tingkat bunga kredit relatif rigid. Suku bunga kredit yang
ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku bisnis maupun pakar
ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank Indonesia selaku penguasa
moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit berkaitan
dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sektor riil
lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit yang
dipenuhi (Info Bank, 2004).

Masih relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya


ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia
usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator, fungsi
intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan perbaikan,
namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor riil belum

17
dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang dihadapai oleh
sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya dengan konsolidasi
internal di perbankan. Gejolak suku bunga daninflasi menjadi dua faktor penting
yang mempengaruhi aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong
suku bunga kredit, tapi juga membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi
dalam kondisi seperti ini, kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.

Suku Bunga Nominal

Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media
cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama
setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus
mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%). Suku
bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank
memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke
depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika
ekspektasi inflasinya adalah 3%.

Tingkat Bunga Efektif adalah disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen
tahunan (equivalent annual rate, EAR). Tingkat suku bunga ini adalah tingkat suku
bunga yang akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan) yang sama menurut
bunga majemuk tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang lebih sering
dengan memberikan suatu tingkat suku bunga nominal tertentu. Semua tingkat suku
bunga nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga ekuivalen tahunan,
atau EFF%.

Ketika melakukan perbandingan di antara beberapa pinjaman atau investasi


yang melakukan pembayaran pada jangka waktu yang berbeda-beda, harus
menggunakan EEF%.

1. tingkat bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun; jika suku bunga
dibebankan sekali setahun, tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga
efektif; atau

18
2. gambaran mengenai pendapatan/hasil atas nilai suatu instrumen utang yang
dimiliki dibandingkan dengan nilai instrumen pada saat harga pembelian
(effective rate).

Jika tingkat bunga nominal lebih rendah daripada tingkat bunga efektif, maka
akan terjadi diskonto.

Sebaliknya, jika tingkat bunga nominal lebih tinggi daripada tingkat bunga
efektif, maka akan terjadi premium.

RUMUS BUNGA NOMINAL & EFEKTIF

n Suku bunga nominal :

r=ixM

n Suku bunga efektif

ieff = (1 + i)M -1

atau

ieff = (1 + r/M)M -1

dimana : ieff = suku bunga efektif

r = suku bunga nominal tahunan

i = suku bunga nominal per periode

M = jumlah periode majemuk per satu tahun

Contoh Soal:

Apabila suku bunga nominal per tahun adalah 15%, yang mana dalam satu
tahun terdiri dari 4 kuartal. Berapakah besarnya suku bunga nominal untuk setiap
kuartal.

r = 15%

19
M=3

i = r / M = 15% / 4 = 3.75% per kuartal

Berapa pula suku bunga efektif per tahun nya ?

n ieff = (1 + i)M -1

= (1 + 0,0375)4 – 1

= 0,1586 atau 15,86% per tahun

n ATAU

ieff = (1 + r/M)M -1

= (1 + 0,375/4)4 – 1

= 0,1586 atau 15,86%/tahun

Hitung suku bunga efektif per kuartal ? n suku bunga nominal per kuartal =

3.75% (= r)

n M = 1/4 tahun = 0,25 dalam satu tahun

n ieff = (1 + r/M)M -1

= (1 + 0,0375/0,25)0,25 – 1

= 0,0355 atau 3,55%

Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi
yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku
bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat
pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya
return saham. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Pengaruh lain krisis financial
global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga.

20
Dengan naiknya kurs dollar , suku bunga akan naik karena Bank indonesia akan
menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua , gabungan
antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada
sector investasi dan sektor riil, dimana investasi disektor riil seperti properti dan
usaha kecil menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu.
Pengaruhnya pada investasi dipasar modal , krisis global ini akan membuat orang
tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi
karena kondisi makro yang beruntung.

21
Bab III

Penutup
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah:


1. Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak
2. Kebijakan fiskal di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan
barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full employment
dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi
tidak terjadi.

Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan


antara pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan
untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya
lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua
kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan
pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama
maka dapat kita ketahui tentang bagaimana seluk beluk kebijakan fiscal dan
kebijakan moneter, bahwa baik kebijakan fiscal maupun kebijakan moneter
mempengaruhi sector perekonomian dan nilai mata uang Indonesia.

SARAN

Hingga kini berbagai problematika dalam perekonomian Indonesia dan masih


sulit diprediksi perbaikannya,oleh sebab itu adanya peran pemerintah dalam
kebijakan ini sangat penting dalam suatu negara untuk arah perekonomian yang
lebih baik,dan adanya peninjauan kembali tentang strategi-strategi yang perlu

22
dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam suatu
negara,Semuanya takkan berhasil dalam suatu negara jika tidak direncanakan
pelaksanaanya secara berhati-hati,sistematis,dan dengan kerja keras dan harus
didukung oleh para pelaku ekonomi karena strategi-strategi yang dilaksanakan
merupakan sebuah rangkaian program kegiatan yang bersifat saling mengisi agar
memberikan hasil seperi yang diharapkan,yang jelasnya berencana dan berbuat
adalah lebih baik dari pada bermimpi,apalagi menggerutu.semoga berhasil.

23
DAFTAR PUSTAKA

EfektivitaskebijakanLiteratur. Universitas Indonesia. (Diakses pada 02 Desember


2014)

Macam-macam kebijakan moneter.hendrinote.blogspot.com. (Diakses pada 02


Desember 2014)

Moneter data inflasi. bi.go.id(Diakses pada 11 Desember 2014)

Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III2014. bi.go.id. (Diakses pada 11


Desember 2014)

Chapter II_3(2).pdf. repository.usu.ac.id. (Diakses pada 02 Desember 2014)

Kebijakan moneter. indraputrabintan.blogspot.com. (Diakses pada 02 Desember


2014)

LPI 2013 ID - Bagian II Perekonomian Domestik. bi.go.id. (Diakses pada 11


Desember 2014

24
25

Anda mungkin juga menyukai