DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kebijakan Fiskal dan Moneter”
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata
Kuliah Ekonomi Makro Islam.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada kedua orang tua, keluarga serta teman-
teman yang telah memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis sehingga tugas Mata
Kuliah Ekonomi Makro Islam ini dapat diselesaikan. Dalam makalah ini dibahas tentang
bagaimana kebijakan fiskal dan moneter berlaku pada Ekonomi Makro.
Dalam penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penulis memerlukan kritik dan saran yang bermanfaat untuk lebih baiknya pembuatan
makalah di masa mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
dan seluruh masyarakat Indonesia.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan............................................................................................................5
C. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
B. Saran.............................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemudian Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu
pengetahuan sosial lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang
terlibat dalam organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk
mengatur sebuah negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui
semua kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi.Pentingnya perekonomian dibagi menjadi tiga
bagian yang pertama, pentingnya ilmu ekonomi untuk perseorangan (individu), kedua
pentingnya ilmu ekonomi untuk dunia usaha, dan ketiga, pentingnya ilmu ekonomi untuk
bangsa dan Negara.
4
Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan di dalam bidang
perpajakan (penerimaan) dan pengeluarannya, sedangkan kebijakan moneter adalah langkah-
langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral untuk mengawasi jumlah uang yang berada di
tangan masyarakat. Kedua kebijakan ini merupakan wahana utama bagi peran aktif
pemerintah dibidang ekonomi. Selanjutnya Moneter, fiskal dan perdagangan internasional
adalah merupakan instrument kebijakan makro ekonomi.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“EKONOMI MAKRO ISLAM” yang di bimbing Oleh Dosen Ibu Aulia Delvina, SH,
ME.Sy. Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam STEBI AL JABAR Bandung.
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBIJAKAN FISKAL
5
Adapun pemahaman lain dai kebijakan fiskal (fiscal policy) adalah
kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan
perpajakan dalam rangka mengstabilkan perekonomian. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan
dan belanja pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat
yang dijelaskan diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah
suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
6
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan
ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
7
pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada
berbagai sektor perekonomian.
8
B. KEBIJAKAN FISKAL DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM
9
memanipulasi tingkat suku bunga untuk mencapai keseimbangan
(equiblirium) dalam pasar uang (yaitu antara penawaran dan
permintaan terhadap uang). Dengan demikian, pemerintahan harus
menemukan alat alternatif untuk mencapai equilibrium ini.
c) Ekonomi Islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi
masyarakat yang kurang berkembang dan untuk menyebarkan
pesan dan ajaran Islam seluas mungkin. Oleh karena itu, sebagaian
dari pengeluaran pemerintah seharusnya digunakan untuk berbagai
aktivitas yang mempromosikan Islam dan meningkatkan
kesejahtaraan muslim di negara-negara yang kurang berkembang.
Zakat, yaitu salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi
sumber utama pendapatan di dalam suatu pemerintahan Islam
pada periode klasik.
Ushr, yaitu bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang
dimana pembayarannya hanya sekali dalam satu tahun dan hanya
berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Yang
menarik dari kebijakan Rasulullah adalah dengan menghapuskan
semua bea impor dengan tujuan agar perdagangan lancar dan arus
ekonomi dalam perdangan cepat mengalir sehingga perekonomian
di negara yang beliau pimpin menjadi lancar. Beliau mengatakan
bahwa barang-barang milik utusan dibebaskan dari bea impor di
wilayah muslim, bila sebelumya telah terjadi tukar menukar barang.
Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam
yang disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan
didepositokan di baitul maal.
10
Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang
seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan
kepada kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi
pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi
pada masa perang tabuk.
Khumus adalah harta karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada
periode sebelum Islam.
Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang
muslim pada acara keagamaan seperti berburu di musim haji.
C. Kebijakan Pengeluaran
11
berhak menerima pendapatan (distribusi pendapatan) adalah berdasarkan
atas kreteria langsung dari Allah S.W.T yang tergambar di dalam al-Qur’an
QS.At-Taubah Ayat (90).
12
Upaya Rasulullah dalam mencegah terjadinya perpecahan di
kalangan kaum muslimin maka beliau mempersatukan kaum Anhsor
(sebagai tuan rumah) dengan kaum Muhajirin (sebagai kelompok
pendatang). Rasulullah menganjurkan agar kaum Anshor yang notabene
memiliki kekayaan dapat membantu saudara-saudaranya dari kaum
Muhajirin.Maka hasil dari upaya tersebut terjadilah akulturasi budaya
antara kaum Anshor dengan kaum Muhajirin sehingga kekuatan kaum
Muslim bertambah.
13
Islam sumber utama pendapatannya adalah Khums, zakat, kharaj, dan
jizya (bagian ini akan dijelaskan secara mendetail pada bagian komponen-
komponen penerimaan negara Islam).
c) Kebijakan Pajak
14
memberikan pijaman kepada orang-orang tertentu yang baru masuk Islam
serta menerapkan kebijakan insentif.
15
bagian apapun. Kalau dia membutuhkan maka dia memakai dengan jalan
yang benar.
Pada masa Usman tidak ada perubahan yang signifikan pada kondisi
ekonomi secara keseluruhan. Kebanyakan kebijakan ekonomi mengikuti
khalifah sebelumnya yang kebanyakan pakar mengatakan bahwa khalifah
sebelumnya (Umar) adalah sang reformis dalam bidang ekonomi.
C. KEBIJAKAN MONETER
a) Pertama
Persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini pasti terikat dengan
mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak pada dirinya sendiri
sedemikian sehingga nilainya tidak pernah stabil karena bila nilai mata uang tertentu
bergejolak, pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.
16
b) Kedua
Kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja, tapi juga sebagai
komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik keuntungan (interest)
alias bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau penyimpanan uang.
Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah
keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern (External Balance).
Kebijakan intern biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja yang tinggi dan
dipertahankannya laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan ekstern dipertahankan
agar neraca pembayaran internasional (Balance of Payment) seimbang dalam arti bahwa
neraca pembayaran internasional tidak defisit dan surplus.
1) Stabilitas Ekonomi
2) Kesempatan Kerja
3) Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga
yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga
sekarang sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke
waktu adalah sama.
17
4) Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai
barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca
pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya
adalah dengan cara melakukan devaluasi.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
Karena uang tunai (uang kertas dan uang logam) merupakan bagian terbesar dari
penawaran uang, maka kebijakan moneter bukan saja harus ditunjukkan untuk mempengaruhi
penawaran yang diciptakan oleh sistem bank, tetapi harus pula meliputi usaha untuk
mempengaruhi penawaran uang tunai dalam masyarakat. Pertambahan penduduk dan
pendapatan masyarakat sebagai akibat dari usaha dan kegiatan pembangunan menyebabkan
dari tahun ke tahun penawaran uang harus ditambah.
18
Berarti salah satu tugas dari kebijakan moneter adalah untuk menyediakan
pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usaha-usaha pembangunan dapat berjalan
dengan lancar. Dan di negara berkembang kebijakan ini harus mencakup juga kebijakan
untuk mempengaruhi penawaran uang tunai dalam masyarakat, yaitu dengan berusaha
menarik uang tersebut dari tangan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat
pengeluarannya.
Salah satu caranya adalah dengan menarik uang tersebut kedalam sistem bank,
misalnya dengan cara memberikan bunga yang tinggi kepada penyimpan deposito berjangka.
Langkah ini bukan saja dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga, tetapi juga dapat
membantu menyediakan tabungan untuk digunakan dalam penanaman modal yang lebih
produktif.
2) Fungsi Uang
Uang pada dasarnya berfungsi sebagai alat transaksi yang berguna sebagai refleksi
dari nilai sebuah barang atau jasa. Berikut ini adalah fungsi uang berdasarkan pandangan
konvensional:
Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat digunakan sebagai alat untuk
mempermudah pertukaran.
Sebagai alat kesatuan hitung (unit of Account) untuk menentukan nilai/ harga
sejenis barang dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang lain.
19
Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store of Value) dapat dalam bentuk
uang atau barang.
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku uang dalam
ekonomi konvensional, antara lain:
Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori
kuantitas uang (MV = PT). Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga,
tetapi ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk memegang uang ada tiga
tujuan yaitu: Transaction motive, Precautionary motive (keperluan berjaga-jaga)
dan Speculative motive. Motif transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh tingkat
pendapatan, sedangkan motif spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Konsep Time Value of Money. Dua hal yang menjadi alasan munculnya konsep
ini adalah: presence of inflation dan preference present consumption to future
consumption.
20
6) Teori Economic Value Of Time Vs Time Value Of Money
Teori konvensional meyakini bahwa uang saat ini lebih bernilai dibanding uang di
masa depan (time value of money). Teori ini berangkat dari pemahaman bahwa uang adalah
sesuatu yang sangat berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu.
Dengan memegang uang orang dihadapkan pada risiko berkurangnya nilai uang
akibat inflasi. Sedangkan jika menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik uang
akan mendapatkan bunga yang diperkirakan diatas inflasi yang terjadi. Teori time value of
money ini tampak tidak akurat, karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan
mendapat hasil positif, negatif bahkan tidak mendapat apa-apa. Dalam teori keuangan hal ini
dikenal dengan istilah risk-return relation. Disamping itu kondisi ekonomi tidak selalu
menghadapi masalah inflasi, keberadaan deflasi yang seharusnya menjadi alasan munculnya
negative time value of money ini diabaikan oleh teori konvensional.
َ ت َوتَ َوا
ص ْوا َ )إِال الَّ ِذ٢( ْر
ِ ين آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا َ )إِ َّن اإل ْن َس١( َو ْال َعصْ ِر
ٍ ان لَفِي ُخس
َّ اص ْوا بِال
)٣( صب ِْر ِّ بِ ْال َح
َ ق َوتَ َو
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Selanjutnya terkait dengan konsep ekonomi Moneter Konvensional maka tidak bisa
dipisahkan dengan Kebijakan Moneter. Kebijakan Moneter adalah Kebijakan pemerintah
dalam mengatur penawaran uang dan tingkat bunga yang dilaksanakan oleh Bank sentral.
Bentuk Kebijakan Moneter ini terdiri dari Kebijakan Moneter Kuantitatif dan Kebijakan
Moneter Kualitatif.
21
1) Operasi pasar terbuka
Pada masa inflasi maka Bang Sentral akan mengadakan operasi pasar terbuka dengan
melempar surat-surat berharga ke Bank umum, sehingga kelebihan uang di Bank Umum
tidak menyebabkan inflasi, dan sebaliknya pada masa deflasi.
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengubah
cadangan minimun bank-bank umum ketika inflasi maka pemerintah mengambil kebijakan
untuk menaikkan cadangan minimum yang harus dimiliki oleh bank umum, dengan demikian
jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, dan sebaliknya pada masa deflasi.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan
erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut diantaranya
sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor duniainternasional/luar
negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan
pendapatan dan pengeluaran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang
dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi
rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan
22
fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang
dan jasa.
Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan
kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya
akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap
permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat
dan pasar uang serta pasar surat berharga.
Perekonomian Jazirah Arabia ketika itu adalah perekonomian dagang, bukan ekonomi
yang berbasis sumber daya alam; Minyak bumi belum ditemukan dan sumber daya alam
lainnya terbatas. Lalu lintas perdagangan antara Romawi dan India yang melalui Arab
dikenal sebagai Jalur Dagang Selatan. Sedangkan antara Romawi dan Persia disebut Jalur
Dagang Utara. Sedangkan antara Syam dan Yaman disebut Jalur Dagang Utara-Selatan.
Dinar dan Dirham juga dijadikan alat pembayaran resmi. Sistem devisa bebas
diterapkan, tidak ada halangan sedikit pun untuk mengimpor dinar dan dirham. Transaksi
tidak tunai diterima luas dikalangan pedagang. Cek dan promissory notes lazim digunakan.
Misalnya Umar Ibnu-Khaththab ra. Beliau menggunakan instrumen ini untuk mempercepat
distribusi barang-barang yang baru diimpor dari Mesir ke Madinah.
Instrumen factoring (anjak piutang) yang baru populer tahun 1980-an, telah dikenal
pula pada masa itu dengan nama al-hiwalah, tapi tentunya bebas dari unsur bunga.
23
dikatakan bahwa keseimbangan supply dan demand di pasar uang adalah derived market dari
keseimbangan aggregate supply dan aggregate demand di pasar barang dan jasa.
Nilai emas dan perak yang terkandung di dalam dinar dan dirham, sama dengan nilai
nominalnya. Sehingga dapat dikatakan penawaran uang elastis sempurna terhadap tingkat
pendapatan. Tidak ada larangan impor dirham dan dinar berarti penawaran uang elastis.
Sistem moneter mengunakan bimetallic standar, dengan emas dan perak (dalam
bentuk uang dirham dan dinar) sebagai alat pembayaran yang syah. Nilai tukar emas dan
perak pada masa ini relatif stabil dengan nilai kurs dinar-dirham 1 : 10. Permintaan akan uang
dilandasi hanya oleh dua motif, yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga. Modelnya sebagai
berikut: Md = Mdtr + Md pr ; apabila Md pr maka Mdtr. Mata uang dimpor, dinar dari
romawi, dirham dari parsia dan disesuaikan dengan volume ekspor dan impor. Nilai emas dan
perak pada kepingan dinar dan atau dirham sama dengan nilai nominal (face value) uangnya.
Penawaran uang terhadap pendapatan sangat elastis.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sarana lain yang berfungsi sebagai media
pertukaran dan satuan pengukur nilai untuk melakukan sebuah transaksi. Jauh sebelum
bangsa Barat menggunakan uang dalam setiap transaksinya, dunia Islam telah mengenal alat
pertukaran dan pengukur nilai tersebut, bahkan Al Quran secara eksplisit menyatakan alat
pengukur nilai tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para fuqaha menafsirkan
emas dan perak tersebut sebagai dinar dan dirham.
24
Uang dalam bahasa Arab disebut “Maal”, asal katanya berarti condong, yang berarti
menyondongkan mereka kearah yang menarik, dimana uang sendiri mempunyai daya
penarik, yang terbuat dari logam misalnya-tembaga, emas, dan perak. Menurut fiqh ekonomi
Umar RA diriwayatkan, uang adalah segala sesuatu yang dikenal dan dijadikan sebagai alat
pembayaran dalam muamalah manusia. Berdasarkan sejarah Islam, pada masa Rasulullah
SAW. mata uang menggunakan sistem bimetallic standard (emas dan perak) demikian juga
pada masa Bani Umayyah dan Bani Abassiyah.
Dalam pandangan Islam mata uang yang dibuat dengan emas (dinar) dan perak
(dirham) merupakan mata uang yang paling stabil dan tidak mungkin terjadi krisis moneter
karena nilai intrinsik sama dengan nilai riil. Mata uang ini dipergunakan bangsa arab sebelum
datangnya Islam.
Dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukkan pengertian uang dan
keabsahan penggunaan uang sebagai pengganti sistem barter. Kata-kata yang menunjukkan
pengertian ‘uang’ dalam al-Qur’an ada beberapa macam, yaitu :
c. Emas dan perak ( فضـة/ ) ذ هـب, penggunaan kata-kata emas dan perak ini banyak
terdapat dalam al-Qur’an antara lain pada QS. At-Taubah : 34.
d. Waraq atau uang tempahan perak ( ) و ر ق, yaitu pada QS al-Kahfi ayat 19
e. Barang-barang niaga yang biasa dijadikan alat tukar ( ) بضـا عـة, tersebut antara lain
pada QS. Yusuf ayat 88.
Ekonomi Islam secara jelas telah membedakan antara money dan capital. Dalam
Islam, Uang adalah adalah public good/milik masyarakat, dan oleh karenanya penimbunan
uang (atau dibiarkan tidak produktif) berarti mengurangi jumlah uang beredar. Implikasinya,
proses pertukaran dalam perekonomian terhambat.
25
perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan harta, memonopoli
kekayaan, “al kanzu” sebagaimana telah disebutkan dalam QS. At Taubah 34-35 berikut:
Uang Dalam Pandangan al-Ghazali & Ibnu Khaldun, Jauh sebelum Adam Smith
menulis buku “The Wealth of Nations” pada tahun 1766 di Eropa., Abu Hamid al-Ghazali
dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Beliau
menjelaskan, uang berfungsi sebagai media penukaran, namun uang tidak dibutuhkan untuk
uang itu sendiri. Maksudnya, adalah uang diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan
menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut, dan uang bukan merupakan sebuah
komoditi. Menurut al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi
dapat merefleksikan semua warna.
Maknanya adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua
barang. Dalam istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan
langsung (direct utility function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli
barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.
26
Pembahasan mengenai uang juga terdapat dalam kitab “Muqaddimah” yang ditulis
oleh Ibnu Khaldun. Beliau menjelaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh
banyaknya uang di negara tersebut, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut
dan neraca pembayaran yang positif. Apabila suatu negara mencetak uang sebanyak-
banyaknya, tetapi bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, maka
uang yang melimpah tersebut tidak ada nilainya Sektor produksi merupakan motor penggerak
pembangunan suatu negara karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan
pekerja, dan menimbulkan permintaan (pasar) terhadap produksi lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun, jika nilai uang tidak diubah melalui kebijaksanaan
pemerintah, maka kenaikan atau penurunan harga barang semata-mata akan ditentukan oleh
kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand), sehingga setiap barang akan
memiliki harga keseimbangan. Misalnya, jika di suatu kota makanan yang tersedia lebih
banyak daripada kebutuhan, maka harga makanan akan murah, demikian pula sebaliknya.
Inflasi (kenaikan) harga semua atau sebagian besar jenis barang tidak akan terjadi karena
pasar akan mencari harga keseimbangan setiap jenis barang. Apabila satu barang harganya
naik, namun karena tidak terjangkau oleh daya beli, maka harga akan turun kembali.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kebijakan moneter adalah proses
mengatur persediaan uang sebuah Negara. Biasanya otoritas moneter dipegang oleh Bank
Sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen Bank
Sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel
finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.
27
Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap
faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang
pada akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu negara,
seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan
moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun
eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai.
Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam
berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan AL Qur’an dalam QS.Al.An’am: 152.
Mengenaistabilitas nilai uang juga ditegaskan oleh M. Umar Chapra (Al Quran
Menuju Sistem Moneter yang Adil), kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian Islam
adalah stok uang, sasarannya haruslah menjamin bahwa pengembangan moneter yang tidak
berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi kapasitas
perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan sosial umum.
a) Kebijakan Pasar terbuka. (Open Market Operation). Kebijakan membeli atau menjual
surat berharga atau obligasi di pasar terbuka. Jika bank sentral ingin menambah suplai
uang maka bank sentral akan membeli obligasi, dan sebaliknya bila akan menurunkan
jumlah uang beredar maka bank sentral akan menjual obligasi.
b) Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve Requirement). Bank sentral
umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang tunai (reserve) dengan
kewajiban giral bank (demand deposits), yang biasa disebut minimum legal reserve
ratio. Apabila bank sentral menurunkan angka tersebut maka dengan uang tunai yang
28
sama, bank dapat menciptakan uang dengan jumlah yang lebih banyak daripada
sebelumnya.
c) Penentuan Discount Rate. Bank sentral merupakan sumber dana bagi bank-bank
umum atau komersial dan sebagai sumber dana yang terakhir (the last lender resort).
Bank komersial dapat meminjam dari bank sentral dengan tingkat suku bunga sedikit
di bawah tingkat suku bunga kredit jangka pendek yang berlaku di pasar bebas.
Discount rate yang bank sentral kenakan terhadap pinjaman ke bank komersial
mempengaruhi tingkat keuntungan bank komersial tersebut dan keinginan meminjam
dari bank sentral. Ketika discount rate relatif rendah terhadap tingkat bunga pinjaman,
maka bank komersial akan mempunyai kecendrungan untuk meminjam dari bank
sentral.
d) Moral Suasion atau Kebijakan Bank Sentral yang bersifat persuasif berupa
himbauan/bujukan moral kepada bank.
a. Reserve Ratio Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus
dipegang oleh banksentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah
uang beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20 %, yang
dampaknyasisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu
sebaliknya.
b. Moral Suassion Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan
permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam
keadaan depresi.Dampaknya,kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam
ekonomi.
c. Lending Ratio Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan),
lending ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
d. Refinance Ratio Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika
refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika
refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong
untuk memberikan pinjaman.
e. Profit Sharing Ratio Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan
sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio
29
sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah
uang beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.
f. Islamic Sukuk Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah
akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral
dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk
menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Government Investment
Certificate
Penjualan atau pembelian sertifikat bank sentral dalam kerangka komersial, disebut
sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan dijual oleh
bank sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek dan berbunga
meskipun kecil. Treasury Bills ini tidak bisa di terimadalam Islam, maka sebagai
penggantinya diterbitkan pemerintah dengan systembebas bunga, yang disebut GIC:
Government Instrument Certificate.
Saat ini terdapat beberapa bank sentral, baik yang menggunakan single banking (bank
Islam saja) maupun dual banking system yang telah menciptakan dan menggunakan
instrumen pengendalian moneter ataupun menggunakan surat berharga dengan underlying
padatransaksi-transaksi syariah. Prinsip transaksi syariah yang digunakan antaralain adalah
Wadiah, Musyarakah, Mudharabah, Ar-Rahn, maupun Al-Ijarah.
Menurut konsep Ekonomi Syariah, uang adalah uang, bukan capital, sementara dalam
konsep ekonomi konvensional, konsep uang tidak begitu jelas. Misalnya dalam buku
“Money, Interest and Capital” karya Colin Rogers, uang diartikan sebagai uang dan capital
secara bergantian.
Sedangkan dalam konsep ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow
concept dan merupakan public goods. Capital bersifat stock concept dan merupakan private
goods. Uang yang mengalir adalah publicgoods, sedangkan yang mengendap merupakan
milik seseorang dan menjadi milik pribadi (private good).
Islam, telah lebih dahulu mengenal konsep public goods, sedangkan dalam ekonomi
konvensional konsep tersebut baru dikenal pada tahun 1980-an seiring dengan
berkembangnya ilmu ekonomi lingkungan yang banyak membicarakan masalah externalities,
public goods dan sebagainya. Konsep publics goods tercermin dalam sabda Rasulullah
30
Shalallahu alaihiwasalam, yakni “Tidaklah kalian berserikat dalam tiga hal, kecuali air, api,
dan rumput”.
a) Dalam penggunaannya sebagai alat pembayaran atau media untuk pertukaran dalam
melaksanakan transaksi ekonomi, maka penggunaan uang sejalan dengan konsep
ekonomi syariah. Dimana manfaat uang mencapai nilai optimum bila peredarannya
berlaku optimal. Akibatnya segala kegiatan yang mengganggu pemakaian uang
dalam transaksi ekonomi tidak sesuai dengan Syariah Islam. Sehingga pada saat
emas dipakai sebagai uang, maka penyimpanan emas yang mengakibatkan
peredaran uang terganggu (kanzul maal) dilarang oleh Syariah Islam.
b) Dalam penggunaannya sebagai sarana untuk menyimpan nilai maka penggunaan
uang tidak bertentangan dengan konsep ekonomi syariah, selama uang tersebut
masih bisa dipergunakan dalam kegiatan transaksi perniagaan. Oleh karena itu
diperlukan adanya pihak ketiga (dalam hal ini adalah lembaga keuangan) yang
menerima simpanan uang dari pihak yang ingin menyimpan nilai dan kemudian
menyalurkannya kepada pihak-pihak yang ingin melakukan transaksi sehingga uang
tersebut masih dapat dipergunakan dalam transaksi walaupun nilai yang disimpan
oleh pemilik asal tidak berkurang.
c) Namun penggunaan uang untuk spekulasi sama sekali bertentangan dengan Syariah
Islam, baik karena spekulasi tersebut tidak disukai maupun karena spekulasi
umumnya berkaitan dengan menghalangi terjadinya mekanisme pasar yang wajar
guna mendapatkan fluktuasi harga yang abnormal. Spekulasi juga mengakibatkan
ketidak stabilan nilai dari mata uang itu sendiri karena fluktuasi harga pada
hakekatnya adalah fluktuasi nilai (daya beli) dari uang itu sendiri.
Persamaan fungsi uang dalam sistem Ekonomi Syariah dan Konvensional adalah uang
sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account).
31
Dengan demikian, dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas
karena manfaat yang didapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari
fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain.
Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan nilai mejadi komoditi
dapat dirasakan saat ini, yang dikenal dengan teori “Bubble Gum Economic”.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa mata uang yang digunakan bangsa arab, baik
sebelum atau sesudahnya, adalah dinar dan dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai
uang yang tetap dan karenanya tidak ada masalah dalam perputaran uang. Walaupun
demikian, dalam perkembangan berikutnya, dirham lebih umum digunakan dari pada dinar.
Hal ini sangat berkaitan erat dengan penaklukan tentara Islam terhadap hampir seluruh
wilayah kekaisaran Persia. Sementara itu, tidak semua wilayah kekaisaran Romawi berhasil
dikuasai oleh tentara Islam.
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW ini, kedua mata uang tersebut
diimpor, dinar dari Romawi dan dirham dari Persia. Besarnya volume dinar dan dirham yang
diimpor dan juga barang-barang komoditas bergantung kepada volume komoditas yang
diekspor ke dua negara tersebut dan wilayah-wilayah lain yang berada dibawah pengaruhnya.
Lazimnya, uang akan diimpor jika permintaan uang (money demand) pada pasar internal
mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, komoditas akan diimpor apabila permintaan uang
mengalami penurunan.
Karena tidak adanya pemberlakuan tarif dan bea masuk pada barang impor, uang
diimpor dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan internal. Pada sisi lain, nilai
emasdan perak pada kepingan dinar dan dirham sama dengan nilai nominal (face value)
uangnya, sehingga keduanya dapat dibuat perhiasan atau ornamen. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada awal periode Islam, penawaran uang (money suply) terhadap
pendapatan, sangat elastis.
Frekuensi transaksi perdagangan dan jasa, menciptakan permintaan uang. Karena itu
motif utama permintaan terhadap uang pada masa ini adalah permintaan transaksi
(transaction demand). Akibatnya, permintaan terhadap uang selama periode ini secara umum
bersifat permintaan transaksi dan pencegahan. Larangan penimbunan, baik uang maupun
32
komoditas, dan talqqi rukhban tidak memberikan kesempatan kepada penggunaan uang
dengan selain kedua motif tersebut.
Ketika penduduk arab banyak yang memeluk agama islam, jumlah populasi kaum
muslimin berkembang dengan pesat. Disamping itu, harta rampasan perang (ghonimah)
dibagikan kepada seluruh kaum muslimin, sehingga standar hidup dan pendapatan mereka
meningkat. Berdasarkan semua ini, Nabi Muhammad SAW, melalui kebijakan khususnya,
meningkatkan kemampuan produksi dan ketenaga kerjaan kaum muslimin secara terus
menerus. Keseluruhan faktor ini meningkatkan permintaan transaksi terhadap uang dalam
perekonomian periode awal islam.
Disamping itu, penawaran uang tetap elastis karena tidak ada hambatan terhadap
impor uang ketika permintaan terhadapnya mengalami kenaikan. Disisi lain, ketika
penawaran akan naik, penawaran berlebih (exces supply) akan diubah secara mudah menjadi
ornament emas atau perak. Akibatnya, tidak ada penawaran atau permintaan berlebih
terhadap mata uang emas dan perak sehinga pasar akan selalu tetap pada keseimbangan
(equilibrium). Oleh karena itu, nilai uang tetap stabil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan
jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk
mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.
33
Tujuan utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan
harga. Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan dan pengeluaran dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dilakukan dengan cara mengatur
Pengeluaran komsumsi pemerintah (G), Jumlah transfer pemerntah (Tr), dan Jumlah pajak
(Tx) yang diterima pemerintah, Sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional
(Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan
ekonomi. Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan
kontraktif. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Pengaruh pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
digunakan untuk menghilangkan inflationary gap dan deflationary gap dengan menggeser
fungsi pengeluaran agregrat dan fungsi penawaran agregrat.
34
Sedangkan, Kebijakan Moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah
negara untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan dengan berbagai cara seperti menahan
inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan
mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan
pemerintah lain. Kebijakan Moneter juga merupakan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas
moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang
beredar atau suku bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi
kesetabilan harga, dan inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah
keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern (External Balance). Dan
tujuan kebijakan fiskal, antara lain meningkatkan investasi, meningkatkan kesempatan kerja,
memelihara stabilitas ekonomi internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri), serta
mengendalikan tingkat inflasi. Untuk mewujudkan tujuan kebijakan fiskal, pemerintah
menggunakan alat-alat kebijakan fiskal antara lain pajak, pinjaman publik, dan subsidi.
Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. Kebijakan moneter masih tetap
besar peranannya dalam menciptakan kestabilan ekonomi. Salah satu tugas dari kebijakan
moneter adalah untuk menyediakan pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga
usaha-usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Kebijakan fiskal lainnya yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber daya dalam perekonomian adalah
dengan memberikan perangsangan fiskal (fiscal incentives) kepada perusahaan-perusahaan
yang akan berusaha dalam beberapa bidang kegiatan tertentu atau di daerah-daerah tertentu.
35
Dalam ekonomi islam disadari bahwa kebijakan moneter tidak dapat dijadikan satu-
satunya andalan untuk pengeloalaan ekonomi makro, hal tersebut hanya merupakan salah
satu kebijkanan ekonomi yang akan senantiasa terkait dengan kebijakan-kebijakan ekonomi
lainnya. Oleh karena itu efektifitas kebijakan moneter akan sangat tergantung pada banyak
sektor, disamping keandalan kebijakan moneter sendiri. Beberapa hal yang mempengaruhi
efektifitas kebijakan moneter ialah:
Adapun tujuan yang diharapkan dalam kebijakan moneter adalah stabilitas ekonomi,
kesempatan kerja, kestabilan harga, neraca pembayaran internasional. Instrumen-Instrumen
kebikan moneter seperti opersasi pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan minuman,
himbauan, dan lain sebagainya, serta indikator moneter (tingkat bunga, jumlah uang beredar),
akan mempengaruhi perekonomian suatu Negara.
Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan
tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai
pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada gilirannya permintaan dan
penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
36
uang tidak dapat diperjualbelikan. Uang merupakan publics goods, uang
yang tidak produkstif (idle asset) akan dikenakan sehingga jumlahnya
akan berkurang, oleh karena itu uang harus dimanfaatkan di sektor
produktif/sektor riil (flow concept). Kemajuan sektor moneter dalam
ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari kemajuan sektor riil melalui
penyediaan uang guna pembiayaan perekonomian yang tergantung pada
sektor riil. Kebijakan moneter dalam ekonomi Islam hanya bersifat
pelengkap untuk memenuhi pembiayaan sektor riil.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya sangat jauh sekali dari kata
sempurna dan sangat dekat dengan banyaknya kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu demi untuk perbaikan di masa yang akan datang
dan sebagai koreksi, kritik dan saran sangat di perlukan demi kebaikan di
masa yang akan datang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Ani Sri. Pengantar Kebijakan Fiskal. 2010. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
38
39