Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN

DIINDONESIA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H., Nana Herdiana Abdurrahman S.E. M.M. Ak

Disusun Oleh :

RAFLY AZMY 1213020148


SABILA MUNAWWAROH 1213020159
SYIFA NURROHMATILLAH 1213020171

SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Kebjakan fiskal dan moneter dalam
perekonomian Indonesia ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Kebijakan Ekonomi Publik.Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembacanya terkhusus kami
yang menyusunnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Nana selaku dosen mata kuliah
Kebijakan Ekonomi Publik yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang kami tekuni.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua sumber yang telah dikontribusikan dalam pembuatan
makalah ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi terhadap
pembacanya.

Bandung, 3 April 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian kebijakan fiskal dan moneter................................................................................3


B. Stimulus fiskal dan perkara pajak...........................................................................................3
C. Kerangka penargetan inflasi...................................................................................................4
D. Kinerja sektor perbankan........................................................................................................6

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................................8
B. Saran ......................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan
perekonomian. Masing-masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh
dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku
bunga.Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut diantaranya sektor rumah
tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri.
Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan
pendapatan dan pengeluaran.

Kebijakan fiskal dan moneter merupakan salah satu topik pembahasan utama dalam kajian-
kajian ekonomi, termasuk kajian ekonomi Islam. Dalam kajian ekonomi Islam, Kebijakan
fiskal telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan khulafaurrasyidin yang kemudian
dikembangkan oleh para ulama..

Kemudian Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan
sosial lainnya yaitu ilmu politik.Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam
organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah
negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan,
termasuk kebijakan ekonomi.Pentingnya perekonomian dibagi menjadi tiga bagian yang
pertama, pentingnya ilmu ckonomi untuk perscorangan (individu), kedua pentingnya ilmu
ekonomi untuk dunia usaha, dan ketiga, pentingnya ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara.

Krisis global dapat membuat keadaan perekonomian di berbagai Negara sangat


menghawatirkan dan membuat tingkat perekonomian menurun tajam, yang mengakibatkan
suasana ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu Negara yang
mengalaminya. Kebijakan yang akan dibahas yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan di dalam bidang


perpajakan (penerimaan) dan pongeluaranmya., sedangkan kebijakan moneter adalah
langkah-langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral untuk menguwasai jumlah uang yang
berada di tangan masyarakat. Kedua kebijakan ini merupukan wahana utama bagi peran aktif

1
pemerintah dibidang ekonomi. Selanjutnya Moneter, fiskall dan perdagangan internasional
adalah merupakan instrument kebijakan makro ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Stimulus Fiskal dan Perkara Pajak?
2. Bagaimana Kerangka penargetan Inflasi?
3. Bagaimana Kinerja sektor Perbankan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana stimulus kebijkan fiskal dan perkara pajak dalam
perekonomian di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana kerangka penargetan inflasi dalam perekonomian di indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana kinerja sektor perbankan dalam perekonomian di indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal dan moneter

Kebijakan fiskal dan moneter merupakan dua instrumen utama penggerak kegiatan ekonomi yang bisa
dikendalikan oleh pemerintah. Khusus kebijakan moneter, wilayah intervensi pemerintah Sebagian
tergantung dari posisi bank sentral, bilamana bank sentral dalam suatu wilayah sedang di bawah
kendali pemerintah , kebijakan moneter dapat dikelola serta diatur oleh pemerintah. Dan apabila bank
sentral tersebut independent , maka tidak sepenuhnya pemerintah dapat mengendalikan. Sejarah
ekonomi pada hampir semua negara menunjukan permasalahan terberat dalam memanfaatkan kedua
instrumen itu yang tak lain adalah mengharmonisasikan antara kebijakan fiskal dan moneter.
Masalahnya, dalam banyak hal, kedua instrumen itu dapat saling menegasikan. Misalnya, kebijakan
fiskal yang ekspansif yang mana cenderung memicu inflasi pada sisi moneternya merupakan tugas
terpenting yang harus dijalankan pemerintah.

B. Stimulus Fiskal dan Perkara Pajak

Kebijakan fiskal yang ekspansif bertujuan memberikan stimulus kegiatan ekonomi. Stimulus fiskal
bermaksud untuk mendorong roda perekonomian sehingga bisa meningkatkan pendapatan nasional
dan menciptakan lapangan kerja, kebijakan fiskal bermanfaat jika pemerintah membuat ruang fiskal
yang tepat sehingga meningkatkan kegiatan ekonomi .kebijakan ini dapat melalui sisi permintaan,
( demind side) dan sisi penawaran ( supply side) dari sisi permintaan , kenaikan pendapatan nasional
bersumber antara lain dari naiknya konsumsi , investasi, belanja pemerintah, ekspor serta menurunya
inpor. Tingkat perubahan dari berbagai komponen tersebut bersamaan dengan membesarnya koefisien
sensitivitas masing masing komponen permintaan total terhadap faktor penentunya sehingga akan
mempengaruhi besarnya kenaikan pendapatan nasional.dari sisi penawaran , kenaikan penapatan
nasional antara lain bersumber dari naiknya kemampuan produksi sebab berkembangnya teknologi
atau dari meningkatnya ketersedian sumber daya ekonomi, kebijakan stimulus fiskal bisa diberikan
untuk kegiatan kegiatan mengembangkan teknologi atau menemukan sumber daya alam baru.

Kebijakan fiskal seringkali juga diebut sebagai kebijakan anggaran ( budgetary policy), pada isu
anggaran ini, salah satu masalah yang mengemuka adalah rendahnya tingkat penyerapan anggaran
pemerintah pada masa masa awal tahun, sehingga mengurangi efektivitas kebijakan fiskal. Data pada
lima belas tahun silam, contohnya, departemen keuangan (2006) menyebutkan sampai dengan
semester pertama 2006 alokasi belanja yang terkait dengan investasi pemerintah terealisasi rendah
sekali. Apapun yang menjadi penyebab macetnya penyerapan anggaran harus segera dicarikan jalan
keluarnya. Karena sumber daya fiskal amat vital dalam mempengaruhi perekonomian, pemerintah

3
harus mencari solusi solusi kreatif untuk mendorong setiap Lembaga penyerap dana, seperti K/L ,
memanfaatkan anggaran yang telah diratifikasikan dalam APBN sebab rendahnya penyerapan adalah
keterlambatan mengerjakan proses lelang atau pengadaan sehingga memiliki efek sampai ke
belakang. Pengadaan paket paket fisik memerlukan waktu lelang yang Panjang dan setelah itu proses
atau pembayaran pengerjaan dibagi dalam beberapa termin sehingga penyerapan baru tuntas di ujung
tahun. salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah percakapan siklus pembahasan RAPBN
sehingga proses lelang dapat dilakukan sebelum anggaran tahun berjalan.

Persfektif lain soal kebijakan pajak adalah mengaitkan dengan Amanah konstitusi yang mana
berporos pada cita cita keadilan sosial, pajak, sebgai instrument yang memotong pendapatan memiliki
peran strategis karena berkaitan dengan spirit keadilan, tersebut. Di negara negara eropa penganjur
welfare state, kebijakan pajak didesain progresif karena meletakan keadilan sosial di atas
kesejahteraan individu. Semangat konstitusi Indonesia tidak jauh dengan negara eropa tersebut
sehingga desain kebijkan pajak seharusnya lebih progresif.

Ketergantungan penerimaan negara terhadap pajak dalam jangka Panjang harus pula diwaspadai
sebab perekonomian tidak selalu stabil. Bilamana perekonomian hancur,pasti akan berdampak kepada
penerimaan pajak. Jadi diversifikasi penerimaan negara,harus dijadikan sebuah agenda prioritas agar
tidak sepenuhnya tergantung pada pajak.

C. Kerangka Penargetan Inflasi

Setelah berakhirnya krisis moneter menghantam perekonomian indonesia pada tahun 1997/1998,
adanya perubahan mendasar dalam perumusan kebijakan moneter. Jika sebelum krisis kebijakan
moneter diarahkan untuk merealisasikan beberpa tujuan, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja,
stabilitas harga, dan tujuan tujuan pembangunan yang lebih luas , kebijakan moneter saat ini hanya
memiliki satu tujuan yaitu mnjaga dan mewujudkan tingkat inflasi yang rendah. Sering juga disebut
kebijakan moneter dengan sasaran tunggal (inflasi). Bentuknya yang paling eksplisit , sasaran tunggal
tersebut diumumkan sebagai target inflasi yang harus dicapai oleh kebijakan moneter. Adapun jika
dilihat secara terminologi ekonomi moneter, kerangka kerja kebijakan yang mendasarkan pada,
pencapaian suatu target inflasi yang diumumkan kepada publik disebut sebagai inflation targeting
framework. Target inflasi dapat dipandang sebagai suatu anchor kebijakan yang mana akan
menentukan respons kebijakan yang akan diambil suatu bank sentral. Kemudian sakyi et al (2017)
mengemukakan bahwa dibawah kerangka kebijakan target inflasi ini, bank sentral harus membuat
keputusan untuk mencapai stabilitas harga, mengingat tingkat inflasi rendah dan stabil akan
mendorong pertumbuhan ekonomi, pada banyak kasus , kebijakan penargetan inflasi relative
menghasilkan capaian yang mnggembirakan bagi perekonomian di negara negara maju, selama
beberapa dekade terakhir. Adapun negara negara maju yang menerapkan kebijakan ini yaitu: Selandia
baru, Kanada, Inggris, Swedia, Finlandia, Australia, dan Spanyol. Secara garis besarnya sasaran serta

4
tujuan kebijakan moneter sama halnya dengan kebijakan makro ekonomi lainnya. Sasaran kebijakan
moneter adalah tersedianya kesempatan kerja tinggi, pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga,
kestabilan suku bunga, ketabilan pasar keuangan dan, kestabilan pasar valuta asing. Ketiga sasaran
yang pertama dan keseimbangan neraca pembayaran sering disebut sebagai sasaran akhir dan untuk
mencapainya diperlukan sasaran kerja dan dn antara. Idealnya, semua sasaran itu diharapkan dapat
dicapai secara bersamaan , namun seringkali pencapaianya mengandung unsur unsur yang
kontradiktif atau tumpang tindih sehingga semakin disadari perlunya kebijakan moneter dengan
sasaran tunggal. Salah satu sasaran tunggal yang saat ini menjadi mode kebijakan moneter, adalah
penargetan inflasi (inflation targeting).Di banyak negara maju, kebijakan penargetan inflasi sudah
jamak digunakan dengan hasil yang cukup memuaskan sehingga pemerintaah Indonesia pun
berupaaya melakukan kebijakan serupa.

Pulungan dan Listiyanto mengemukakan bahwa pengendalian inflasi sebetulnya, dapat melalui baik
sektor fiskal maupun moneter. Namun, kebijakan moneter dirasa lebih efektif dibandingkan kebijakan
fiskal, kebijakan penargetan inflasi ini dalam banyak segi memiliki keunggulan sasaran yang lain:
jumlah uang yang beredar, sebab kebijakan ini dipusatkan pada fenomena domestik, penentuan
sasaran lebih jelas dan sederhana, tidak tergantung pada hubungan antara uang dan inflasi,
meningkatkan akuntabilitas bank sentral, dan mengurangi efek kejutan yang bersifat inflasioner.
Bilamana hal ini digabung dengan kebijakan penanganan yang bersasaran kepada kurs mata uang,
kelebihannya menjadi lebih banyak lagi, seperti secara langsung mengendalikan inflasi yang
disbabkan oleh barang barang yang diperdagangkan secara internasional serta berperan secara
otomatis dalam pengelolaan kebijakan atau sasaran moneter, sehingga kelebihan kelebihan tersebut
menjadikan kebijakan penargetan inflasi sangat popular sehingga studi mengenai hal ini juga mulai
menyebar di Indonesia.kebijakan yang berfokus pada target inflasi bukan tanpa kelemahan, secara
eksplisit kelemahan itu dapat dibaca dari dua sisi, yaitu: pertama kelambanan sinyal atau indikasi
mengenai pencapaian sasaran. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kebijakan yang hanya fokus
pada inflasi memerlukan waktu untuk sampai pada sasaran, yang mana permasalahanya terdapat pada
tenggat waktu itu tidak dapat ditentukan secara pasti sehingga efektifitas nya secara lebih awal, kedua,
menyebabkan terjadinya fluktuasi keluaran (output) jika sasaran hanya berfokus pada inflasi sehingga
permasalahan ini sangat serius mengingat impliksinya terhadap kinerja sektor riil. Yakni demi
menahan inflasi dan seringkali bank sentral harus mengorbankan sektor riil. Maka dapat disimpulkan
bahwa secara teoritis menempatkan inflasi sebagai anchor kebijakan moneter memberikan manfaat
diantaranya; mudah dipahami oleh masyarakat, sebab masyarakat akan melihat ukuran keberhasilanya
pada pencapaian laju inflasi, menciptakan ekspetasi yang rendah terhadap inflasi sehingga pada
akhirnya menghasilkan tingkat inflasi actual sesuai yang diinginkan, menghindari kemungkinan
munculnya kebijakan yang dapat menimbulkan deviasi terhadap pencapaian target inflasi
(discretionary policy). Namun yang perlu digarisbawahi adalah meskipun hanya satu tujuan,

5
implementasi kebijkan inflation targeting tidak semudah yang dibayangkan.Di antara penyebabnya
adalah banyaknya faktor faktor moneter dan nonmoneter, termasuk diluar faktor ekonomi, yang
sangat sulit dikendalikan oleh bank sentral sebagai institusi yang bertanggung jawab atas
implementasi kebijakan moneter.

D. Kinerja Sektor Perbankan

Perbankan merupakan salah satu institusi ekonomi (di sektor keuangan) yang sangat vital, perbankan
dan sektor keuangan lain adalah darah yang mengalirkan sumber daya ekonomi untuk menggerakan
organ ekonomi lain, investasi, perdagangan, konsumsi, dan lain sebagainya. Zeqiraj et al
mengemukkan bahwa sistem keuangan yang berfungsi dengan baik dapat menyalurkan sumber daya
keuangan ke dunia usaha secara produktif, hal ini memerlukan peran sektor perbankan sebagai
instrument sektor keuangan pendorong pembangunan ekonomi. Bagi kegiatan investasi, perbankan
memainkan peran yang khas, yakni sebagai institusi intermediasi individu atau kelompok yang
memiliki kelebihan modal ( uang) menempatkan dana di perbankan untuk kepentingan keamanan atau
berjaga jaga . bagi yang kekurangan modal ( misalnya untuk investasi) pelaku ekonomi tersebut bisa
meminjam uang ke perbankan , jadi dalam situasi ini perbankan menyediakan fasilitas agar sumber
daya modal tidak menganggur, tetapi bergerak mengembangkan aktivitas perekonomian. Oleh sebab
itu ,instrument moneter juga amat peduli mengurus sektor ini.

Berikut pada table ini kondisi total dana, DPK, dan kredit perbankan ( dalam Rp Triliun)

Keteragan Total dana DPK Kredit


Desember 2014 7.820,9 4.114,4 3.706,5
Desember 2015 8,505,2 4.413,1 4.092,1
Deember 2016 9,250,2 4.836,8 4.413,4
Desember 2017 10.071,3 5.289,4 4.781,9
Desember 2018 10,988,5 5.630,4 5.358,0
Desember 2019 11.682,4 5. 998,6 5.683,8

Jumlah dana yang diserap dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.pada 2014, total dana
yang ada di sektor keuangan mencapai Rp. 7.820,9 triliun, yang kemudian meningkat lumayan besar
menjadi Rp. 11.682, 4 triliun pada oktober 2019. Barangkali saat ini total dana tersebut sudah
menembus Rp. 12.000 triliun, artinya selama lima tahun terjadi peningkatan sekitar 75% dana di
sektor keuangan. Sebagian dana tersebut diserap oleh perbankan, misalnya pada 2014 dana pihak
ketiga / DPK perbankan mencapai Rp. 4.114,4 triliun. DPK itu terus meningkat setiap waktu sehingga
menjadi Rp. 5.998,6 triliun pada oktober 2019, denga kata lain, sektor perbankan masih menjadi

6
sumber perbankan menyalurkan kredit. Seperti halnya total dana dan DPK yang terus meningkat,
jumlah kredit tiap tahun juga terus naik sesuai dengan permintaan yang meningkat.

Data tersebut mengabarkan bahwa likuiditas sektor perbankan sebenarnya sangat bagus, konteks yang
lebih mikro, yajni kinerja perbankan sendiri, juga menari diamati, secara keseluruhan, loan to deposit
ratio , rasio jumlah kredit yang disalurkan terhadap DPK, terus menigkat dari 2014-2019. Artinya,
perbankan menggunakan DPK untuk menyalurkan kredit sehingga mendorong pergerakan
perekonomian.Ini tentu saja bagus dan sehat bagi perekonomian.Penyaluran kredit itu juga diiringi
dengan kehati hatian, terbukti kedit macet ( non-perfomance oan / NPL) tidak terlalu tinggi. NPL di
bawah 5% masuk kategori rendah (bagus). Rasio kecukupan modal ( capital adequacy ratiolCAR)
juga semakin kokoh, yaitu pada 2019 mencapai di atas 23%. Pada masa lalu ( pascakrisis 1997/1998)
CAR perbankan hanya pada kisaran 8% namun, kinerja perbankan yang bagus ini masih bermasalah
pada isu net interest margin / NIM yang tinggi ( di atas 4%) meskipun ini sudah turun dibandingkan
masa lalu yang di atas 6% . jadi, perbankan mengambil marjin keuntungan yang terlalu tinggi ( di atas
bunga) sehingga menyebabkan biaya investasi mahal.

Maka secara sederhananya bahwa kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia masih belum padu
sehingga menimbulkan beragam persoalan ekonomi. Kebijakan fiskal di Indonesia masih dihantui
dua masalah kunci, yakni keterbatasanya menjadi stimulus fiskal ( salah satunya karena penyerapan
anggaran yang rendah) dan ketergantungan penerimaan negara dari sektor pajak. Sementara itu,
kebijakan moneter yang terkonsentrasi kepada penargetan inflasi, disamping mendatangkan
keuntungan juga mengakibatkan kerugian, salah satu kerugian itu adalah dikorbankannya suku bunga
( tinggi) sebagai jalan menahan inflasi. Berarti bagusnya, lima tahun terakhir pemerintah berhasil
mengawal stabilitas inflasi pada tingkat yang rendah ( di bawah 4%) sehingga tingkat suku bunga bisa
ditekan. Dan perlu diperhatikan pula mengenai kinerja perbankan yang belum sepenuhnya efisien dan
mengambilmarjin bunga yang tinggi. Juga,kredit perbankan Sebagian besar lari ke sektor industry,
perdagangan, dan pengangkutan. Sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar , baik terhadap PDB
maupun penyerapan tenaga kerja ( misalnya sektor pertnian) , belum banyak dilayani oleh perbankan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perckonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.Macam
Kebijakan Fiskal adalah Ekspansif yaitu implementasi kebijakan ini dengan menaikkan pengeluaran
pemerintah dan menurunkan penerimaan pajak.

Dan Kontraktif yaitu implementasi kebijakan ini dengan menurunkan pengeluaran pemerintah dan
menaikkan penerimaan pajak.

Kebijakan fiskal di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk
mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat
harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.uang tidak dapat diperjualbelikan. Uang
merupakan publics goods, uang yang tidak produkstif (idle asset) akan dikenakan sehingga jumlahnya
akan berkurang, oleh karena itu uang harus dimanfaatkan di sektor produktif/sektor riil (flow
concept). Kemajuan sektor moneter dalam ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari kemajuan sektor
riil melalui penyediaan uang guna pembiayaan perekonomian yang tergantung pada sektor
riil.Kebijakan moneter dalam ekonomi Islam hanya bersifat pelengkap untuk memenuhi pembiayaan
sektor riil.

Perbedaan utama kebijakan moneter konvensional dan Islam adalah Islam tidak mengakui adanya
instrumen suku bunga karena jelas dalam Alqur'an riba itu sangat dilarang atau haram.Hikmah
pelarangan riba agar terjadi hubungan partnership antara pemilik modal dan usaha secara adil.

Sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam seperti
Reserve Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary
base, equity based type of securities.masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit,
sepanjang sesuai dengan prinsip transaksi syariah antara lain adalah Wadiah, Musyarakah,
Mudharabah, Ar-Rahn, maupun Al-ljarah.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami definisi tentang kebijakan fiskal
dan moneter serta dapat mengetahui jenis dan tujuan terjadinya diantara kebijakan tersebut.Dan
dampak yang terjadi pada kebijakan tersebut.Penulis menyadari makalah ini banyak sckali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta
saran yang mengenai pembahasan makalah di atas agar penulis terus berusaha memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggung jawabkan nantinya

8
DAFTAR PUSTAKA

Nanga Muana (2001), Makroekonomi Teori, Masalah Dan Kebijakan, Edisi Perdana, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Nopirin (2000), Ekonomi Moneter, Buku I Dan II, Jilid 1, BPFE Yogyakrata, Yogyakarta.

Yustika, Ahmad Erani. 2007. Perekonomian Indonesia: Satu Dekade Pascakritis Ekonomi,
Malang: BPFE Unibraw

Anda mungkin juga menyukai