Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“ KEBIJAKAN EKONOMI DOMESTIK “


Dosen pengampu : Eka Putri, M.Pd.E

Kelompok 5 :

Adinda Shavira
Ulfah Nabila
Alyatul Jamaliyah
M. Havizh
Yudistira eka putra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI BEKASI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-
Nya makalah ’’ Kebijakan Ekonomi Domestik ’’ ini terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Eka Putri, M.Pd.E,
pada Mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

Dengan ketabahan kami, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Hendaknya makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pelajar atau mahasiswa,
khususnya diri kita sendiri dan semua yang telah membaca makalah ini. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan yang lebih luas mengenai kebijakan ekonomi domestik.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
untuk perbaikan tugas ini, meengingat tidak ada seesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Bekasi, 09 April 2023

Kelompok 5
2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Pembahassn..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAAN............................................................................................6
A. Kebijakan Fiskal............................................................................................6
B. Kebijakan Moneter........................................................................................10
C. Kebijakan Harga............................................................................................17
D. Kebijakan Produksi.......................................................................................18
BAB III PENUTUP.......................................................................................................22
A. Kesimpulan......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak
bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun
sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang
merupakan kesatuan dari setiap individu disebut dengan negara.

Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu
pengetahuan sosial lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-
individu yang terlibat dalam organisasi yang disebut sebagai negara dapat
memainkan perannya untuk mengatur sebuah negara agar dapat mencapai tujuannya
yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi.

Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan pemerintah
karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu, menyangkut semua
kebijakan yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Setiap
pemerintahan yang sedang memimpin suatu negara tentu saja memiliki kebijakan
ekonomi andalan untuk menjamin perekonomian negara yang baik dan stabil demi
tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan, karena sudah menjadi keajiban
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi agar tercapainya kehidupan yang
makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.

Kebijakan ekonomi suatu negara juga tidak bisa dilepaskan dari paham atau
sistem ekonomi yang dipegang oleh pemerintahan suatu negara, seperti sistem
ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, campuran, maupun sistem ekonomi Islam. Tentu
saja pemerintah, sebagai pengendali perekonomian suatu negara, menganut salah
satu sistem ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Apapun
sistem ekonomi yang dipegang oleh suatu pemerintahan, sistem ekonomi itulah yang
diyakini sebagai sistem ekonomi terbaik bagi perekonomian negara yang dipimpin
oleh suatu pemerintahan tersebut walaupun nantinya dalam sistem ekonomi yang
dipegang memiliki berbagai kelemahan.

Dari berbagai sistem ekonomi yang ada, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sistem ekonomi Islam dianggap sebagai smart solution
dari berbagai sistem ekonomi yang ada karena secara etimologi maupun secara
empiris, terbukti sistem ekonomi Islam menjadi sistem ekonomi yang mampu
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang nyata dalam penerapannya pada
saat zaman Rasullulah Muhammad Saw dan pada masa Khalifah Islamiyah karena
sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada nilai keadilan
dan kejujuran yang merupakan refleksi dari hubungan vertikal antara manusia
dengan Allah Swt. Makalah ini akan membahas mengenai Kebijakan ekonomi
domestik diindonesia.

4
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai kebijakan fiskal !


2. Jelaskan kebijakan moneter !
3. Jelaskan apa itu kebijakan harga ?
4. Dan jelaskan kebijakan produksi !

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kebijakan fiskal


2. Untuk mengetahui kebijakan moneter
3. Agar mengetahui kebijakan harga dan
4. Untuk mengetahui kebijakan produksi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah aturan atau strategi yang dilakukan pemerintah untuk
menjaga pemasukan dan pengeluaran negara agar tetap stabil sehingga negara bisa
terus bertumbuh. Bisa dikatakan kebijakan fiskal adalah kebijakan dari pemerintah
yang memengaruhi perekonomian negara lewat perubahan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah sesuai yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).

Menurut I Wayan Sudirman dalam bukunya Kebijakan Fiskal dan Moneter:


Teori dan Empirikal yang dikutip dari Kompas, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
yang berkaitan dengan pasar barang dan jasa.

Sebagai contoh, salah satu instrumen pemasukan negara adalah pajak. Untuk
mengatur besaran penetapan pajak bagi wajib pajak, DPR akan mengadakan rapat
untuk membuat kebijakan fiskalnya. Setelah itu, pelaksanaan hasil strategi harus
ditaati oleh seluruh wajib pajak sementara pemungutan dan pengawasannya dilakukan
oleh aparat pemerintah.

1. Dasar Hukum Kebijakan Fiskal


Aturan mengenai kebijakan fiskal tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara. Dalam aturan tersebut dijelaskan kebijakan
fiskal terkait anggaran (APBN) memiliki fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi menjelaskan
bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.

Pernyataan tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1) yang
berbunyi “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun”.
Untuk fungsi perencanaan, anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

6
Sementara itu, fungsi pengawasan pada kebijakan fiskal mengandung
arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau
tidak.

2. Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan utama kebijakan fiskal adalah untuk menentukan arah, tujuan,


sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan perekonomian
bangsa. Tapi tidak hanya itu, inilah beberapa tujuan lain dari kebijakan fiskal:

a. Memacu pertumbuhan ekonomi negara

Tujuan utama kebijakan fiskal adalah menjaga stabilitas ekonomi


negara. Tidak hanya itu, kebijakan fiskal juga berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Karena salah satu fungsinya adalah mengatur pendapatan negara,


maka kebijakan fiskal diharapkan bisa mengeluarkan banyak inovasi
baru dalam bidang ekonomi yang nantinya menjadi solusi
meningkatkan perekonomian di berbagai bidang seperti perbankan,
korporat, sampai usaha mikro.

b. Menjaga stabilitas harga

Kenaikan harga barang yang terasa mendadak sebenarnya terjadi


akibat banyak faktor. Mulai dari yang positif seperti permintaan
(demand) terhadap barang tersebut sampai adanya tindakan curang
seperti monopoli dan penimbunan komoditi. Untuk mencegah dan
memberantas hal tersebut, dibutuhkan kebijakan fiskal agar harga
barang kembali stabil sehingga terjangkau oleh masyarakat.

c. Mendorong laju investasi

Dibutuhkan iklim investasi yang baik agar investor mau menaruh


uangnya pada suatu negara. Tidak bisa dicapai begitu saja, dibutuhkan
kebijakan fiskal guna menunjukan stabilnya ekonomi sebuah negara
sehingga mampu mendorong kepercayaan investor agar mengucurkan
dananya. Jika mampu meningkatkan laju investasi, negara tentu akan
diuntungkan dengan masuknya pendapatan dari pajak usaha.

7
d. Meningkatkan potensi SDM

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, jika laju investasi tinggi


maka ada kemungkinan terbukanya lapangan pekerjaan baru dan
akhirnya menyerap tenaga kerja. Hasilnya tentu mengurangi angka
pengangguran yang menjadi salah satu masalah besar di tiap negara.

Tidak hanya itu, kebijakan fiskal dapat membantu meningkatkan


potensi SDM misalnya lewat program Kartu Indonesia Pintar.
Diharapkan, program tersebut mampu meningkatkan kualitas tenaga
kerja usia produktif sehingga mampu bersaing di dunia kerja dan
nantinya menaikkan taraf ekonomi negara.

e. Mewujudkan keadilan social

Terakhir, kebijakan fiskal memiliki tujuan untuk mewujudkan


keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Salah satu contoh
penerapannya adalah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
dari Kementerian Keuangan.

Program tersebut merupakan langkah pemerintah dalam


melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan
ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam
menjalankan usahanya selama pandemi COVID-19. Dengan
diadakannya program tersebut, diharapkan perekonomian masyarakat
tetap terjaga sehingga kondisi negara turut stabil.

3. Jenis – jenis kebijakan fiscal

a. Kebijakan fiscal ekspansif

Jenis kebijakan fiskal yang pertama ini dilakukan dengan


menaikkan belanja negara dan menurunkan tingkat pajak. Ketika
kebijakan fiskal ini dilakukan, diharapkan daya beli masyarakat yang
sebelumnya lesu akan kembali naik sehingga roda perekonomian
berputar makin kencang. Tujuan lainnya adalah mengurangi tingkat
pengangguran sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat.

b. Kebijakan fiscal ekspansif

Berlawanan dengan jenis pertama, kebijakan fiskal kontraktif


dilakukan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi

8
inflasi dengan menurunkan belanja negara serta menaikkan tingkat
pajak. Biasanya, jenis kebijakan fiskal ini akan dilakukan jika
pemerintah melihat kondisi perekonomian sedang ekspansi yang mulai
memanas demi menurunkan tekanan permintaan.

4. Instrument Kebijakan Fiscal

Setelah mengenal tujuan kebijakan fiskal, Anda juga perlu mengetahui


instrumen apa saja yang digunakan pemerintah dalam menjalankan aturan
tersebut. Instrumen sendiri merupakan sektor dalam perekonomian yang
dimanfaatkan guna menjaga stabilitas perekonomian makro. Sedikitnya, ada 3
instrumen yang digunakan kebijakan fiskal, yakni:

a. Pajak

Instrumen kebijakan fiskal yang paling penting adalah pajak karena


memiliki kekuatan untuk mengatur daya beli masyarakat. Ketika pajak
dinaikkan, daya beli akan menurun dan sebaliknya daya beli kembali naik
saat pajak diturunkan. Kaitannya selain daya beli adalah terhadap
produksi barang dan jasa dimana ketika pajak naik maka output akan
menurun dan sebaliknya.

b. Obligasi public

Obligasi publik jadi instrumen kebijakan fiskal lain yang digunakan


pemerintah untuk menarik masyarakat berinvestasi. Melalui Surat Utang
Negara (SUN) Ritel, masyarakat yang memiliki dana akan ditawarkan
untuk membeli surat tersebut dimana nantinya negara yang mencicil
hutang serta bunga pinjamannya.

c. Pengeluaran belanja

Terakhir instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran belanja


negara. Demi tercapainya stabilitas perekonomian, pemerintah perlu
mengurangi atau menambah belanja negara yang disesuaikan dengan
kondisi saat itu.

Misalnya, jika neraca pembayaran negara defisit, maka pemerintah


harus mengurangi pengeluaran dari sektor lainnya sampai kembali stabil.
Konsep instrumen ini sama seperti kehidupan sehari-hari, dimana saat
pendapatan turun maka seseorang harus mengurangi belanja yang kurang
penting dan berhemat.

9
5. Contoh Kebijakan Fiskal

Agar makin jelas, kebijakan fiskal sejatinya telah sering diterapkan selama
masa pandemi COVID-19 antara lain:

a. Peningkatan anggaran penanganan Covid-19

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pemerintah


meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang
bertujuan memulihkan perekonomian akibat pandemi. Dalam
pelaksanaannya, pemerintah menaikkan anggaran lebih dari Rp700
triliun yang diambil dari program lalin lalu dialokasikan untuk situasi
darurat tersebut. Karena kas negara cukup tergerus akibat program
PEN, pemerintah pun makin gencar menarik utang demi membiayai
defisit anggaran.

b. Subdisi bahan bakar

Pemberian subsidi bahan bakar (BBM) adalah salah satu contoh


penerapan kebijakan fiskal yang paling sering dirasakan. Penurunan
harga BBM diharapkan membantu usaha mikro dan masyarakat lain
sehingga roda ekonomi terus berputar. Selain bahan bakar, subsidi juga
dapat dialokasikan pada sektor lain seperti pendidikan, kesehatan,
sampai fasilitas negara. Setiap subsidi diusahakan selalu menyasar
masyarakat yang membutuhkan sehingga tepat sasaran.

B. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan proses mengatur persediaan uang sebuah


negara untuk mencapai tujuan tertentu misalnya menahan inflasi, mencapai pekerja
penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan pengaturan standar
bunga pinjaman, “margin requirement“, kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan


mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.

10
Jika kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat digunakan untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil. Kebijakan moneter adalah upaya mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga.

Mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha


mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi
dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan atau
distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun
tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,
intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Sedangkan pengertian kebijakan moneter menurut para ahli diantaranya:


kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter dengan
mengendalikan jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga untuk mempengaruhi
tingkat permintaan agregat dan mengurangi ketidakstabilan ekonomi ( Muana Nanga
).

1. Jenis – jenis Kebijakan Moneter

Dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Kebijakan tersebut adalah kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif, berikut penjelasannya:

a. Kebijakan moneter ekspansif

Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang


Longgar (easy money policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang
yang dipasok dalam perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku
bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan
persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan
menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis atau
kegiatan belanja konsumen.

Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter


ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko
inflasi akan semakin tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary
expansive policy) utamanya melakukan penambahan uang yang beredar
dalam masyarakat agar roda perekonomian semakin berjalan cepat.
Kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat
dan mengurangi jumlah pengangguran pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga mempengaruhi
tingkat pengangguran di suatu negara.

Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk


mengurangi angka pengangguran karena ketersediaan uang dalam jumlah

11
banyak akan merangsang kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga kerja
semakin besar. Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar
mata uang dalam negeri (Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh
konkretnya, yaitu bank Indonesia menambah jumlah uang beredar dengan
mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih
murah daripada mata uang negara lain.

b. Kebijakan moneter kontraktif

Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam


rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif (monetary
contractive policy) yang disebut kebijakan uang ketat (tight money policy)
ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar.

Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi.


Tujuan kebijakan moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang
beredar dalam perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan
persyaratan cadangan untuk bank.

Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia Beberapa contoh


monetary policy yang telah diterapkan di Indonesia, adalah sebagai
berikut: Bank Indonesia (BI) melakukan lelang sertifikatnya, atau bisa juga
melalui pembelian surat berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan
suku bunga jika kondisi ekonomi sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI
bisa menaikkan suku bunga bila ingin membatasi aktivitas ekonomi
sehingga aliran uang berkurang.

Ketika perekonomian mengalami resesi maka peredaran uang akan


meningkat sehingga aktivitas perekonomian meningkat. Contohnya adalah
membeli sekuritas (surat-surat berharga) Saat terjadi inflasi, BI akan
mengurangi aliran uang ke masyarakat dengan menjual surat berharga
untuk mengurangi aktivitas ekonomi yang berlebihan.

Prof. Dr. Ali Wardhana selaku Gubernur Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional mengungkapkan betapa beratnya usaha untuk beliau
meloloskan diri dari tekanan rumusan kebijakan negara maju dalam krisis
ekonomi global yang dibahas pada buku Prof. Dr. Ali Wardhana:
Pembaharu Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia.

2. Tujuan Kebijakan moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai


rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.

12
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dan menganut sistem nilai
tukar yang mengambang (free floating).

Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga
dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk


melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan menjaga sasaran laju inflasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah. Jika dirangkum, maka tujuan
kebijakan moneter diantaranya:

a. Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi


berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan
arus barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.
b. Kesempatan kerja. Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga
barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat
percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sama dengan
tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu
adalah sama.
c. Neraca pembayaran internasional. Neraca pembayaran dapat dikatakan
dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang yang diekspor sama
dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran
yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter.
Contohnya adalah dengan cara melakukan devaluasi.
d. Menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Menjaga stabilitas harga
dari banyaknya jumlah uang yang beredar, Meningkatkan kesempatan
kerja, Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran,
jika negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing.

3. Instrument Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang mengatur tingkat


pertumbuhan dan peredaran uang di dalam suatu negara. Variabel makroekonomi
utama yang diatur oleh kebijakan moneter adalah inflasi dan pengangguran.

Cara-cara yang menjadi ciri khas kebijakan moneter adalah pengaturan suku
bunga, transaksi jual dan beli sekuritas pemerintah, dan pengubahan jumlah uang
tunai yang beredar di pasar. Bank sentral atau badan negara pengatur keuangan
seperti Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas perumusan kebijakan
moneter. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah manajemen inflasi, manajemen
pengangguran, dan penjagaan nilai tukar mata uang.

13
Kebijakan moneter bisa membuat target tentang tingkat inflasi, suku bunga,
dan nilai mata uang. Bank Sentral adalah aktor utama dalam pelaksanaan
kebijakan moneter secara langsung dan tidak langsung. Contoh dari kebijakan
moneter langsung adalah mencetak uang baru, membekukan saldo perusahaan
swasta/negara, merombak sistem perbankan, mengambil alih urusan
perbankan/perkreditan, dan masih banyak lagi.

Bank sentral ikut serta dalam peredaran uang dan lalu lintas kredit perbankan.
Sedangkan contoh kebijakan politik moneter tidak langsung adalah memberikan
pengaruh kepada pemberian kredit oleh dunia perbankan. Pengaturan uang
beredar dalam masyarakat dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar.Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang mengatur
tingkat pertumbuhan dan peredaran uang di dalam suatu negara. Variabel makro
ekonomi utama yang diatur oleh kebijakan moneter adalah inflasi dan
pengangguran.

Cara-cara yang menjadi ciri khas kebijakan moneter adalah pengaturan suku
bunga, transaksi jual dan beli sekuritas pemerintah, dan pengubahan jumlah uang
tunai yang beredar di pasar. Bank sentral atau badan negara pengatur keuangan
seperti Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas perumusan kebijakan
moneter. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah manajemen inflasi, manajemen
pengangguran, dan penjagaan nilai tukar mata uang.

Kebijakan moneter bisa membuat target tentang tingkat inflasi, suku bunga,
dan nilai mata uang. Bank Sentral adalah aktor utama dalam pelaksanaan
kebijakan moneter secara langsung dan tidak langsung. Contoh dari kebijakan
moneter langsung adalah mencetak uang baru, membekukan saldo perusahaan
swasta/negara, merombak sistem perbankan, mengambil alih urusan
perbankan/perkreditan, dan masih banyak lagi. Bank sentral ikut serta dalam
peredaran uang dan lalu lintas kredit perbankan. Sedangkan contoh kebijakan
politik moneter tidak langsung adalah memberikan pengaruh kepada pemberian
kredit oleh dunia perbankan. Pengaturan uang beredar dalam masyarakat
dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan


moneter, tujuannya mengatur jumlah uang yang beredar demi terjaganya stabilitas
harga, baik instrumen langsung maupun tidak langsung. Beberapa instrumen
utamanya, diantaranya:

a. Fasilitas diskonto ( discount rate )

Fasilitas Diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan


pemerintah pada bank-bank umum yang meminjam uang kepada bank
sentral. Ketika bank-bank umum mengalami kondisi yang mengharuskan
mereka untuk meminjam uang ke bank sentral, pemerintah dapat
menggunakan kesempatan ini untuk mengatur jumlah uang yang beredar.

Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka


pemerintah akan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman atau diskonto.

14
Ketika tingkat suku bunga pinjaman menurun menjadi lebih murah, maka
bank-bank umum akan lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank
sentral.

Sebaliknya ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang


beredar, maka pemerintah akan menaikan tingkat suku bunga. Kenaikan
suku bunga tersebut akan mengurangi niat bank-bank umum untuk
melakukan pinjaman di bank sentral sehingga pemerintah dapat menekan
laju pertambahan jumlah uang beredar.

b. Operasi pasar terbuka

Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan salah satu instrumen


kebijakan moneter tidak langsung yang sangat penting karena sifatnya
yang sangat fleksibel dibanding dengan instrumen lain. OPT dilakukan
oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan
menjual (open market selling) atau membeli (open market buying) surat-
surat berharga milik pemerintah.

1) Open market selling dilakukan ketika pemerintah ingin


mengurangi jumlah uang yang beredar dengan menjual surat-
surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah menjual surat-
surat tersebut ke masyarakat, maka uang yang digunakan
masyarakat untuk membeli surat tersebut akan masuk ke
otoritas moneter. Akhirnya, uang yang beredar di masyarakat
semakin sedikit.
2) Open market buying dilakukan ketika pemerintah ingin
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara membeli
surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah membeli
surat berharga dari masyarakat, maka uang yang beredar di
masyarakat akan bertambah.

Di Indonesia, kebijakan moneter berupa OPT dilakukan dengan


cara menjual atau membeli surat-surat berharga yang terdiri dari
Sertifikat Bank Indonesia (SBI, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
dan Surat Berharga Negara (SBN) yang dibagi menjadi Surat Utang
Negara (SUN) terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan
Obligasi Negara termasuk Zero Coupon Bond (ZCB) dan Obligasi
Negara Ritel (ORI), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) termasuk
SBSN Ritel.

Ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar


maka pemerintah akan menjual berbagai surat berharga tersebut,
sebaliknya ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar
maka pemerintah akan membeli kembali berbagai surat-surat berharga
yang telah dijual sebelumnya.

c. Rasio cadangan wajib ( Reserve requirement ratio )

15
Ketika minimum cadangan wajib tersebut berkurang, maka bank
memiliki lebih banyak uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui
pinjaman. Sebaliknya jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan
wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk
diedarkan.

Ketika minimum candangan wajib tersebut berkurang, maka bank


memiliki lebih banyak uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui
pinjaman. Sebaliknya jika pemeritnah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan
wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk
diedarkan.

d. Imbauan moral ( Moral persuasion )

Instrumen kebijakan moneter berupa imbauan moral dapat


dilakukan oleh bank sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar
melalui berbagai hal. Bank sentral dapat mengimbau bank-bank umum
untuk menurunkan atau menaikan suku bunga pinjamannya.

Bank sentral juga dapat memberikan saran kepada bank-bank


tersebut untuk hati-hati dalam memberikan pinjaman kredit kepada
masyarakat ataupun membatasi keinginannya untuk meminjam uang
kepada bank sentral melalui Fasilitas Diskonto. Selain 4 instrumen
tersebut, Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen kebijakan moneter
lainnya seperti:

1) Kredit Langsung yaitu Bank Indonesia memberikan kredit secara


langsung kepada sektor, program, proyek, ataupun kegiatan yang
sifatnya mendesak dan harus diprioritaskan. Kredit langsung ini
akan menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat karena
digunakan untuk membiayai program ataupun kegiatan yang
diprioritaskan.

2) Penetapan Uang Muka Impor dimana para importir diwajibkan


membayar sejumlah persentase tertentu sebagai uang muka untuk
pembelian valuta asing yang mereka perlukan untuk mengimpor
barang dari luar negeri. Dengan ditetapkannya instrumen ini,
pemerintah dapat mengatur jumlah uang yang beredar dari sisi
impor dan dapat mengontrol devisa negara.

3) Fasilitas Overdraft (Overdraft Window) dimana Bank


Indonesia akan menyediakan fasilitas pinjaman yang berjangka
sangat pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas (pencairan) jangka pendek. Suku bunga yang diterapkan
pada fasilitas ini lebih tinggi dibanding sumber pinjaman lain
sehingga dapat mengontrol jumlah uang yang beredar.

16
4) Intervensi Rupiah dimana Bank Indonesia melakukan pinjam
meminjam dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) dalam jangka waktu overnight sampai dengan 7 hari
demi membantu instrumen kegiatan Operasi Pasar Terbuka.

5) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah instrumen


yang pada awalnya dibuat oleh Bank Indonesia sebagai fasilitas
untuk bank-bank syariah, namun tidak menutup kemungkinan
SWBI ini digunakan untuk membantu Operasi Pasar Terbuka.
Pelaksanaan SWBI tidak dilakukan secara lelang melainkan
membuka window sehingga memiliki kemiripan dengan fasilitas
simpanan bank sentral. Selanjutnya, bank akan meningkatkan
suku bunga yang mereka tetapkan kepada pelanggan mereka.
Dengan demikian, biaya pinjaman dalam perekonomian akan
meningkat, dan jumlah uang beredar akan berkurang.

C. Kebijakan Harga

Kebijakan Harga, disebut juga pricing policy, adalah keputusan tentang cara


penetapan harga barang atau jasa yang dijual yang diambil manajement. Harga
merupakan salah satu bagian yang bias digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen, disamping cara distribusi dan promosi, dan produk. penetapan harga
dipengaruhi oleh laba yang dicapai, permintaan akan barang atau jasa yang
dipasarkan, biaya produksi, dan tujuan-tujuan khusus yang hendak perusahaan capai.

1. Tujuan Kebijakan Harga

Dalam menetapkan harga, perusahan memiliki tujuan-tujuan khusus sebagai


berikut :

a. Penetrasi pasar

Terdapat perusahaan yang menetapkan harga produknya pada level


yang relative rendah dengan tujuan mendorong perkembangan pasar dan
merangsang pangsa pasar. keputusan harga rendah ini akan efektif dengan
syarat: pasar sangat sensitif terhadap harga; turunya biaya prduksi dan
distribusi per unit bersamaan dengan naiknya penjualan dan rendahnya
harga produksi dapat mencegah kemungkinan persainan.

b. Marketing skimming

Pembeli yang bersedia membayar harga jauh lebih tinggi dari


pembeli yang lain dapat perusahaan manfaatkan. pembeli-pembeli ini
menilai bahwa produk yang ditawarkan layak dengan nilai yang tinggi.
sehingga perusahaan dapat menetapkan harga tinggi terhadap produk yang
dipasarkan. tujuan dari penetapan harga produk yang tinggi adalah untuk
mengeruk keuntungan dari pembeli-pembeli ini kemudian dengan perlahan
harga perusahaan dapat menurunkan harga unuk memperluas segmen pasar.
kebijakan ini dapat berhasil dengan syarat;(a) pembeli yang permintaannya
cenderung inelastis jumlahnya banyak; (b) tidak terlalu tingginya biaya

17
produksi dan distribusi untuk jumlah yang lebih kecil;(c)kesan barang
superior dapat dimunculkan dengan harga yang tinggi.

c. Laba atas investasi

Penetapan harga juga dapat digunakan untuk mencapai laba atas


investasi yang diinginkan. Dalam kebijakan ini perusahaan cukup dengan
laba yang diperoleh jika dihubungkan dengan besarnya investasi dan risiko
yang ditanggung.

d. Promosi

Perusahaan dapat menetapkan harga produk dengan tujuan untuk


merangsang penjualan produk-produk lain dan bukan untuk memperoleh
laba atas produk tersebut.

2. Penetapan Harga

Dalam melakukan penetapan harga, perusahaan hanya menekan salah satu


faktor dari berbagai faktor yang perlu diperhatikan, misalnya menekan faktor
produksi tanpa memperhatikan factor yang lain.

a. Orientasi pada harga pokok

Beberapa perusahaan dalam memetapkan harga mendasarkan pada


harga pokoknya. Harga pokok mencakup semua biaya dan kadang-kadang
juga biaa umum yang dialokasikan.

b. Penetapan harga markup dan cost-plus

Kedua cara penetapan ini menetapkan harga dengan menambah


suatu persentase tertent atas harga pokok per unit. Penetapan harga markup
siasanya digunakan oleh pedagang eceran. Sedangkan, cost-plus biasa
digunakan untuk produk-produk yang sulit dalam menetapkan harga
pokoknya sebelum produk tersebut selesai, seperti pekerjaan konstruksi.

c. Penetapan harga berdasarkan target

Penetapan ini biasanya digunakan oleh perusahaan industri


manufaktur. Perusahaan menentukan suatu harga yang akan memberikan
laba investasi tertentu dan tingkat produksi tertentu. Sebagai contoh,
perusahaan General Motor secara terbuka menyatakan bahwa harga mobil-
mobil produksi mereka ditetapkan sedemikian agar dapat diperoleh laba
atas investasi sebesar 15 sampai 20%.

D. Kebijakan Produksi

18
Kebijakan produksi berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen,
tanggung jawab, dan hubungan produksi atau operasi dengan fungsi bisnis lainnya.
Selain itu, juga keputusan ini berkaitan dengan manufuktur dan jasa.

Kebijaksanaan manajemen produksi dan operasi berhubungan erat dengan


kebijaksanaan fungsional, khususnya dengan kebijaksanaan pemasaran.
Kebijaksanaan produksi meliputi:

1. Kebijaksanaan tentang kapasitas perusahaan

Kebijaksanaan kapasitas berhubungan dengan masalah kapasitas atau beban


puncak dibanding beban normal, umpan belakang kapasitas, cadangan
pertumbuhan dan keseimbangan fasilitas.

a. Beban puncak dibanding dengan beban normal.

Dengan beban normal Kestabilan tempat operasi yang sempurna dalam


jangka waktu yang relatif panjang adalah tidak mungkin terjadi. Banyak
perusahaan yang kegiatan bisnisnya dipengaruhi oleh fluktuasi siklikat.
Permintaan terhadap produk atau jasa yang dijual oleh suatu perusahaan
mungkin akan mengalami kenaikan atau penurunan karena adanya perang,
peraturan pemerintah, penemuan-penemuan baru, perubahan selera bagi
konsumen, bencana alam dan faktor lainnya.

Manajemen puncak harus memutuskan apakah perusahaan akan


menyediakan kapasitas yang cukup besar untuk memuaskan semua
permintaan pada tingkat puncak permintaan dengan resiko banyak
kapasitas menganggur pada permintaan sepi atau apakah dia akan
menyediakan kapasitas yang kecil dengan resiko tidak dapat melayani
semua permintaan pada kondisi puncak, atau apakah perusahaan akan
menyediakan kapasitas normal dengan resiko agak menganggur pada
permintaan rendah dan agak tidak mementukan permintaan pada masa
ramai.

b. Umpan belakang kapasitas.

Umpan belakang kapasitas dapat diikuti oleh perusahaan yang


menggunakan integrasi vertical kebelakang. Dalam hal ini perusahaan
harus melaksanakan kegiatankegiatan akhir proses pengolahan produk
tetapi perusahaan tersebut hanya mengolah beberapa bagian dari
produknya. Kemungkinan penerapan kebijaksanaan ini tergantung pada
ada tidaknya pemasok potensial yang diharapkan untuk dapat memasok
sesuai dengan fluktuasi yang dihadapi perusahaan

c. Cadangan pertumbuhan.

Pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan kemungkinan akan dapat


meningkatkan volume bisnisnya sehingga perusahaan dipandang perlu
untuk memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan yang

19
diperlukan saat ini. Kelebihan kapasitas tersebut adalah untuk cadangan
pertumbuhan perusahaan. Sehingga manajemen harus memutuskan berapa
besarnya kelebihan kapasitas untuk cadangan pertumbuhan perusahaan.
Cadangan kapasitas untuk pertumbuhan dapat berupa pembelian tanah
yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk perluasan pabrik
nantinya, gudang dan kantor di masa yang akan datang, juga kapasitas
lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan bagi perusahaan. Untuk
menentukan cadangan kapasitas pertumbuhan yang tepat maka manajemen
harus memprediksikan pertumbuhan perusahaan di waktu yang akan
datang.

d. Keseimbangan kapasitas.

Kegiatan perusahaan melalui beberapa tahap yaitu: pengelolaan bahan,


proses pengolahan, penggudangan produk selesai, penjualan dan
sebagainya. Manajemen harus mencoba mengembangkan kapasitas semua
sub divisi atau tahapan kegiatan perusahaan. Keseimbangan kapasitas
dapat dicapai dengan perencanaan yang hati-hati. Harus diidentifikasikan
kapasitas yang dapat fleksibel dipindahkan dari suatu bagian ke bagian
yang lain, misalnya kapasitas tenaga kerja. Pengeseran kapasitas
diperlukan untuk menghindari kemacetan.

2. Kebijaksanaan reparasi, pemeliharaan dan penggantian

Kelancaran produksi dan operasi memerlukan dukungan reparasi,


pemeliharaan dan penggantian terhadap aktiva tetap yang memadai.
Keterlambatan pemeliharaan dalam jangka pendek mungkin dapat menghemat
biaya, tetapi dalam jangka panjang mengakibatkan aktiva tetap cepat rusak yang
mengakibatkan pada biaya reparasi yang lebih besar dan mungkin harus cepat
dilakukan penggantian, yang meliputi:

a. Pemeliharaan preventif

Pemeliharaan ini diperlukan secara layak untuk mencegah


terjadinya kerusakan yang fatal. Fungsi pemeliharaan ini bertujuan untuk
mempertahankan fungsi aktiva tetap agar:

1) Aktiva tetap dapat dipakai dalam jangka waktu relative lebih lama
2) Apakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan termasuk produk
tahan lama yang dapat disimpan ?
3) Menghindarkan aktiva tetap dari kerusakan fatal yang akan
memerlukan biaya tinggi
4) Kegiatan produksi dan operasi dapat lancar dan hasilnya dapat
bermutu tinggi
5) Memudahkan koordinasi kegiatan karena semua bagian dapat
melaksanakan kegiatan dengan lancar tanpa terganggu kerusakan
aktiva tetap.

20
Pemeliharaan secara preventif memerlukan inspeksi terhadap
aktiva tetap secara regular untuk mengidentifikasikan hambatan yang
harus segera diperbaiki.

b. Reperasi

Reparasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: reparasi biaya dan


reparasi besar. Reparasi biasa bertujuan agar dapat mengembalikan fungsi
aktiva tetap yang rusak. Sedangkan reparasi besar bertujuan agar aktiva
yang bersangkutan dapat bertambah umur manfaatnya atau dapat
bertambah fungsinya.

c. Penggantian

Penggantian aktiva tetap untuk produksi dan operasi menyangkut dua


masalah pokok yaitu: (1). Kapan akan dilakukan penggantian, (2).
Memilih aktiva tetap pengganti.

3. Kebijaksanaan pengendalian kualitas

Pengendalian kualitas adalah kegiatan-kegiatan dalam rangka untuk menjaga


dan mengarahkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan agar sesuai dengan
yang diinginkan oleh perusahaan. Bagian produksi akan menggunakan bahan baku
yang sesuai dengan kualitas sehingga bagian produksi dapat diukur melalui
kualitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Produk yang dijual bagian
pemasaran adalah produk yang sudah diperiksa kualitasnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengendalian kualitas produk harus merupakan bagian terpadu
yang menyangkut kegiatan di perusahaan dan saling berhubungan satu sama yang
lain.

4. Kebijaksanaan pengaturan skedul produksi bagi perusahaan tersebut.

Kebijaksanaan skedul produksi bertujuan agar kegiatan produksi berdaya guna


dan berhasil guna. Untuk tujuan tersebut maka perlu koordinasi semua bagian di
dalam pabrik. Bagian-bagian tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Manajemen produksi

Departemen produksi adalah departemen dimana akan dilakukan


pengolahan bahan baku menjadi produk selesai, baik dengan tangan
maupun dengan menggunakan mesin. Dalam suatu pabrik, departemen
produksi umumnya dibagi dalam pusat kegiatan yang lebih sesuai dengan
tahap-tahap pengolahan produk atau kelompok mesin.

b. Departemen jasa

Departemen jasa adalah departemen atau bagian di dalam pabrik di


mana pada departemen tersebut tidak dilakukan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai atau bagian produk selesai, akan tetapi departemen

21
tersebut menghasilakan jasa yang akan dinikmati oleh departemen lain,
baik departemen produksi muapun departemen yang lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi rumah tangga pemerintah,


memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilitas,
alokasi, dan distribusi. Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan moneter
adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan
sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut di lakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi
serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.rumah.com/panduan-properti/kebijakan-fiskal-74814
2. https://www.gramedia.com/literasi/kebijakan-moneter/
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_harga
4. https://pustaka.ut.ac.id/lib/adbi4434-kebijakan-dan-strategi-produksi-edisi-3/
5. https://www.academia.edu/30905484/Makalah_Kebijakan_Ekonomi_di_Indonesia
6. https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/article/download/4255/3932

23

Anda mungkin juga menyukai