Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. kami
panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
kelompok ini menyelesaikan tugas untuk membuat makalah dari mata kuliah Sistem
Ekonomi Indonesia. Dalam makalah yang saya susun ini berisi tentang Kebijakan Fiskal dan
Moneter yang meliputi pengertian

Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini agar kami dapat menyelesaikan tugas dari mata
kuliah Sistem Ekonomi Indonesia dan sebagai pembelajaran saya serta teman-teman
mengenai materi Kebijakan Fiskal dan Moneter.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan, materi, maupun bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan agar makalah ini dapat lebih baik nantinya.

Purwokerto, Oktober 2022


Daftar Isi

BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
BAB II..................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Latar Belakang Munculnya Kebijakan Fiskal.............................................5
2.2 Pengertian Kebijakan Fiskal Menurut Para Ahli.........................................6
2.3 Tujuan Kebijakan Fiskal..............................................................................6
2.4 Peran Kebijakan Fiskal................................................................................7
2.5 Instrumen Kebijakan Fiskal.........................................................................8
2.6 Jenis Kebijakan Fiskal.................................................................................9
2.7 Perbandingan Kebijakan Fiskal.................................................................10
2.8 Kebijakan Fiskal Menghadapi Pandemi Covid-19...................................11
2.9 Latar Belakang Munculnya Kebijakan Moneter......................................11
3.0 Pengertian Kebijakan Moneter..................................................................12
3.1 Tujuan Kebijakan Moneter........................................................................12
3.2 Peran Kebijakan Moneter.........................................................................12
3.3 Instrumen Kebijakan Moneter...................................................................13
3.4 Jenis Kebijakan Moneter...........................................................................13
3.5 Sifat Kebijakan Moneter............................................................................14
3.6 Perbandingan Kebijakan Moneter.............................................................14
3.7 Kebijakan Moneter Menghadapi Pandemi Covid-19................................15
3.8 Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter.................................................16
BAB III...............................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................18
4.1 Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan stabilitas dalam makro perekonomian merupakan tugas pemerintah.
Sistem ekonomi yang mengandalkan kebijakan individu dalam perekonomian yang
sepenuhnya membebaskan masyarakat dalam perilaku ekonomi tidak akan mengalami
apa yang dinamakan “invisible hand”
Sistem ekonomi dengan kebijakan individu selalu memaksimalkan kebutuhannya saja
dalam rangka mempertahankan kondisi ekonominya, melemahkan kondisi ekonomi
lawannya, atau ketidakpedulian terhadap lingkungannya.
Kepentingan individu sering kali berbenturan karena memiliki latar belakang agama,
budaya , prinsip social yang berbeda sehingga memiliki cara pandang yang berbeda. Hal
ini akan menimbulkan praktek penguasaan yang kuat terhadap yang lemah dan praktek
memanfaatkan situasi.
Kehadiran pemerintah yang berfungsi sebagai regulator diharapkan dapat menjembatani
semua kebutuhan dan masalah masyarakat yang timbul dalam praktek menjalankan
perekonomian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Latar Belakang Munculnya Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
2. Apa Pengertian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
3. Apa Tujuan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
4. Apa Peran Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
5. Apa Instrumen Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
6. Apa Perbandingan Kebijakan Fiskal dan Moneter
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Latar Belakang Munculnya Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
2. Mengetahui Pengertian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
3. Mengetahui Tujuan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
4. Mengetahui Peran Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
5. Mengetahui Instrumen Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Fiskal
6. Mengetahui Perbandingan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Munculnya Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan
keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih
baik. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara
mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran pada APBN. Pemerintah seringkali
menghadapi masalah defisit anggaran sehingga memerlukan suatu kebijakan fiskal untuk
menghadapinya. Melalui APBN pemerintah berkewajiban untuk menjalankan peran dan
fungsi sentral kebijakan fiskal agar stabilitas kinerja dari anggaran pendapatan dan belanja
negara berada dalam kondisi baik dengan melakukan optimalisasi pendapatan negara dengan
target penerimaan perpajakan yang realistis berdasarkan basis data terkini, pemerintah juga
akan melakukan efisiensi belanja negara serta penguatan terhadap kualitas belanja negara
untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional dan melakukan efisiensi pembiayaan
anggaran untuk mendorong keseimbangan primer menuju ke arah yang positif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal berkenaan dengan urusan pajak atau
pendapatan negara. Kata fiskal itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu fiscus yang
merupakan nama seseorang yang memiliki atau memegang kekuasaan atas keuangan pada
zaman Romawi kuno.Dalam Bahasa Inggris fiskal disebut fisc yang berarti pembendaharaan
atau pengaturan keluar masuknya uang yang ada dalam kerajaan.
Kebijakan Fiskal digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau kerajaan yang
dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap sebagai
pendapatan lalu digunakan untuk pengeluaran melalui program-program untuk mencapai
pendapatan nasional, produksi, perekonomian, dan digunakan juga sebagai perangkat
keseimbangan dalam perekonomian.Istilah kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan
pemerintah dalam rangka mengatur dan mengendalikan peredaran uang dalam masyarakat
yang diharapkan dapat mengakibatkan perubahan terhadap pendapatan nasional dan tingkat
harga. Dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai penerimaan dan pengeluaran pajak untuk
mempengaruhi ekonomi sebuah negara. Penerimaan yang diatur utamanya melalui pajak, dan
pengeluaran yakni berupa anggaran yang dikeluarkan untuk menunjang program pemerintah.
Kebijakan fiskal berkaitan erat dengan kebijakan untuk meraih tujuan ekonomi tertentu
melalui instrumen perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah.

4
Sistem kebijakan fiscal negara Indonesia telah dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 23 Ayat 1:
1. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan oleh
pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu;
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang;
3. Macam-macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang;
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang;
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat;
2.2 Pengertian Kebijakan Fiskal Menurut Para Ahli
Menurut Alam ( 2007: 57 )
Menyatakan kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang menyesuaikan pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
Menurut Ahman ( 2007: 126 )
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian ke arah yang lebih baik.
Menurut Tim Visi Adiwidya ( 2015: 92 )
Kebijakan fiskal ialah kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi negara melalui pendapatan dan pengeluaran negara, pendapatan tersebut berupa
pajak.
Menurut Haryadi ( 2014: 82 )
Menyatakan kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengarahkan perekonomian suatu negara ke arah yang lebih baik atau sesuai dengan
yang diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Zain ( 2008: 12 )
Instrumen yang digunakan untuk kebijakan fiskal yaitu pengeluaran pemerintah dan pajak.
Menyatakan pajak adalah pungutan yang dilakukan oleh negara, baik pemerintah pusat
maupun daerah yang diatur oleh undang-undang untuk pembiayaan umum dari pemerintah
dalam rangka menjalan fungsi pemerintah dan tidak mengandung unsur imbalan individual
oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak.

2.3 Tujuan Kebijakan Fiskal


Tujuan dari Kebijakan Fiskal secara garis besaradalah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian dengan berbagai sasaran berikut ini:

5
1. Meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara
maksimal berpengaruh besar terhadap pemasukan atau pendapatan negara, meliputi: bea
dan cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, devisa negara, impor, pariwisata,
dan lainnya.
2. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Di Indonesia, tingkat
pengangguran pada tahun 2019 mencapai 7,10 juta orang. Sedangkan pada bulan Agustus
tahun 2020 mencapai 9,77 juta. Kebijakan fiskal memang diaplikasikan serta menjadi
prioritas dalam upaya pencegahan timbulnya pengangguran.
3. Menstabilkan harga-harga barang/mengatasi inflasi. Turunnya harga suatu barang
membuat hilangnya harapan untuk mendapatkan keuntungan bagi sektor swasta. Akan
tetapi, harga yang terus meningkat juga bisa mengakibatkan inflasi. Ada dua hal terkait
dengan inflasi :
- Inflasi bisa memberikan keuntungan seperti menciptakan kesempatan kerja penuh.
- Inflasi juga bisa berdampak negatif pada kelompok atau orang yang berpenghasilan
rendah karena daya beli jadi menurun.
Akibat adanya inflasi :
Inflasi berpotensi besar membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
berkurang. Melalui kebijakan fiskal, tingkat pendapatan nasional, kesempatan kerja,
tinggi rendahnya investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional pun diharapkan
akan berjalan dengan baik.

2.4 Peran Kebijakan Fiskal


A. Peran dalam Pemerintah
1. Mampu menurunkan tingkat inflasi dengan cara memperkecil pengeluaran pemerintah
yang dilakukan dengan mengurangi atau menunda atau bahkan membatalkan proyek-
proyek pemerintah untuk sementara waktu.
3. Mampu menanggulangi inflasi yang dilakukan dengan menerapkan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi.
4. Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional dengan cara pemerintah
meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang
lebih tinggi.

B. Peran dalam Masyarakat


1. Menyejahterakan masyarakat melalui aturan pemerintah yang mengatur perekonomian
berupa pengeluaran, pajak, perbelanjaan dan hutang agar lebih stabil
2. Mengurangi tingkat pengangguran dengan cara memperbesar pengeluaran dan transfer
pemerintah. Untuk memperbesar transfer pemerintah, perlu adanya subsidi atau
mengurangi pungutan pajak dari masyarakat

6
3. Berperan meningkatkan pendapatan masyarakat yaitu dengan cara memperbesar
pengeluaran pemerintah, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, atau membelian peralatan militer, rumah sakit, perkantoran. Cara tersebut
akan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat dan dapat melibatkan tenaga kerja.
4. Mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan cara memperbesar
pengeluaran pemerintah. Misalnya pemerintah melakukan pengeluaran dengan cara
menjalankan proyek pembangunan yang didanai oleh APBN, maka dengan cara ini
nantinya akan timbul permintaan barang dana jasa, sehingga hal tersebut akan mendorong
produksi masyarakat atas barang dan jasa. Cara yang lainnya yaitu dengan meningkatkan
transfer pemerintah, maksudnya adalah memberikan bantuan kepada masyarakat miskin,
bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, atau berupa subsidi.
c. Peran dalam Swasta
1. Mampu meningkatkan laju investasi dengan cara mendorong dan memacu atau
menghambat investasi pada sektor swasta maupun sektor negara.
2. Mampu mendorong investasi optimal secara sosial yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Mampu menjaga stabilitas perekonomian internal ataupun eksternal di tengah
ketidakstabilan internasional
2.5 Instrumen Kebijakan Fiskal
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit merupakan suatu kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
negara lebih besar dari penerimaan negara. Hal ini bertujuan untuk memberi stimulus
pada kondisi perekonomian. Umumnya anggatan defisit ini sangat baik digunakan apabila
kondisi ekonomi sedang resesif.
Kebijakan anggaran defisit terdiri dari:
• Defisit konvensional: Defisit konvensional ini adalah anggaran defisit yang dihitung
berdasarkan selisih antara realisasi total pembelanjaan dan realisasi total pengeluaran,
termasuk juga dana hibah di dalamnya.
• Defisit moneter: Defisit moneter merupakan anggaran defisit yang hasilnya diperoleh
dari perhitungan berdasarkan selisih antara realisasi total belanja negara (tidak
termasuk pembayaran pokok ataupun hutang) dan realisasi dari total penerimaan
(tidak termasuk di dalamnya penerimaan dari hutang)
• Defisit operasional: Difisit operasional ini hampir mirip dengan defisit moneter,
hanya saja letak perbedaannya yaitu dalam nilai yang diukur. Dalam defisit
operasional nilai yang dihitung adalah nilai riil atau asli bukan lah nilai nominal.
• Defisit primer: Defisit primer merupakan defisit yang jumlahnya dihitung dari selisih
antara realisasi dari belanja total (belum termasuk pembayaran pokok dan hutang) dan
total penerimaan.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus merupakan suatu kebijakan pemerintah yang bertujuan membuat

7
penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran negara. Umumnya politik anggaran
surplus ini akan labih baik dilaksanakan pada saat perekonomian sedang dalam kondisi
yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
3.Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan agar pengeluaran
negara sama besar dengan penerimaan negara. Tujuan politik anggaran berimbang adalah
terjadinya anggaran yang pasti serta meningkatkan disiplin.
4. Stabilitas anggaran otomatis
Stabilitas disini diartikan sebagai upaya untuk tetap mempertahankan keadaan dan
kondisi perekonomian yang sudah bagus dengan cara menyesuaikan anggaran yang
dimiliki negara, dengan memperhatikan penggunaan biaya atau dana, dalam kebijakan ini
diusahakan untuk menekan pengeluaran negara dengan sesuatu yang lebih bermanfaat
dan tentunya dengan biaya minimum namun bisa menghasilkan banyak hasil.
5. Pengelolaan anggaran
• Merupakan salah satu usaha dari pemerintah untuk menjaga sebuah kestabilan
perekonomian negara. Cara atau alternatif yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan serta menggunakan hasil pajak atau pinajaman sebagai modal
dasarnya.
• Dimana hasil pajak dan pinjaman ini menjadi satu kesatuan utuh dalam hal
penerimaan dan pengeluaran negara.
• Konsep dari pengelolaan anggaran ini senada dengan adanya anggaran seimbang,
dimana ketika kondisi perkonomian lesu atau tidak berkembang maka anggaran
surplus yang diterapkan sedangkan ketika terjadi inflasi kita akan menerapkan tanpa
adanya dana.

2.6 Jenis Kebijakan Fiskal


1. Kebijakan fiskal dari segi teori
• Kebijakan fiskal fungsional: 
merupakan kebijakan dalam pertimbangan pengeluaran dan penerimaan anggaran
pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat  tidak langsung terhadap pendapatan
nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja.
• Kebijakan fiskal yang disengaja: merupakan kebijakan dalam mengatasi masalah
ekonomi yang sedang dihadapi dengan cara memanipulasi anggaran belanja secara
sengaja, baik melalui perubahan perpajakan maupun perubahan pengeluaran
pemerintah. Terdapat tiga bentuk kebijakan fiskal yang disengaja. Pertama, membuat
perubahan pada pengeluaran pemerintah. Kedua, membuat perubahan pada sistem
pemungutan pajak. Tiga, membuat perubahan secara serentak baik pada pengelolaan
pemerintah atau sistem pemungutan pajaknya.

8
• Kebijakan fiskal yang tidak disengaja: merupakan kebijakan dalam mengendalikan
kecepatan siklus bisnis supaya tidak terlalu fluktuatif. Jenis kebijakan fiskal tak
disengaja adalah proposal, pajak progresif, kebijakan harga minimum, dan asuransi
pengangguran.
2. Kebijakan fiskal dari jumlah penerimaan dan pengeluaran
• Kebijakan fiskal seimbang: merupakan kebijakan yang membuat penerimaan dan
pengeluaran menjadi sama jumlahnya. Ada dampak positif dan negatif dari kebijakan
fiskal yang satu ini. Positifnya, negara jadi tidak perlu meminjam sejumlah dana, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Negatifnya, kondisi perekonomian akan
terpuruk bila ekonomi negara dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
• Kebijakan fiskal surplus: pada kebijakan ini jumlah pendapatan harus lebih tinggi
dibandingkan pengeluaran. Kebijakan ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.
• Kebijakan fiskal defisit: merupakan kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan
surplus. Salah satu kelebihan kebijakan ini adalah mengatasi kelesuan dan depresi
pertumbuhan perekonomian. Sedangkan kekurangannya, negara selalu dalam keadaan
defisit.
• Kebijakan fiskal dinamis: kegunaan kebijakan ini adalah menyediakan
pendapatan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah yang
bertambah seiring berjalannya waktu.
2.7 Perbandingan Kebijakan Fiskal
 Pengertian
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai penerimaan dan pengeluaran pajak untuk
mempengaruhi ekonomi sebuah negara. Penerimaan yang diatur utamanya melalui pajak, dan
pengeluaran yakni berupa anggaran yang dikeluarkan untuk menunjang program pemerintah.
Kebijakan fiskal berkaitan erat dengan kebijakan untuk meraih tujuan ekonomi tertentu
melalui instrumen perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah.
 Pelaksana
Di Indonesia,kebijakan fiskal ada pada kewenangan Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Kementerian Keuangan RI.
 Sifat
Kebijakan fiskal berubah setiap tahun, artinya bahwa kebijakan fiskal sangat dipengaruhi
oleh faktor keadaan politik suatu negara.
 Berhubungan dengan
Pendapatan dan pengeluaran negara. Artinya dana yang terkumpul tersebut dianggap oleh
pemerintah sebagai pendapatan dan kemudian digunakan sebagai pengeluaran melalui
program yang dibuat pemerintah. Program yang dibuat pemerintah tersebut bertujuan untuk
dapat menghasilkan capaian atas pendapatan nasional, produksi serta perekonomian dan
digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan di perekonomian negara atau kerajaan
tersebut.

9
 Berfokus pada
Pertumbuhan Ekonomi, artinya kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan
fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Apabila perekonomian berada dalam resesi, kebijakan fiskal
ekspansif dapat mendorong permintaan akan barang dan jasa dan menstimuli pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, kebijakan fiskal dapat membantu mendinginkan perekonomian yang
overheat melalui pengetatan fiskal. Dengan demikian kebijakan fiskal yang tepat untuk
meredam siklus bisnis adalah kebijakan fiskal yang kontrasiklikal.
 Instrumen kebijakan
Tarif pajak dan pengeluaran pemerintah. Artinya, poin pertama instrumen kebijakan fiskal
adalah pajak dari seluruh sektor domestik dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan
fiskal, pemerintah dapat memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan,
penundaan, sampai peniadaan. Kemudian untuk pengeluaran pemerintah yang berarti
pengeluaran belanja negara, yang juga bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan.
Apabila neraca pembayaran negara defisit, maka pemerintah bisa mengurangi pengeluaran
belanjanya di sektor tertentu, misalnya penundaan pembayaran THR bagi PNS.
 Pengaruh politik
Ya, ini dikarenakan kebijakan fiskal dapat terjadi karena adanya pengaruh politik suatu
negara yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi suatu bangsa.

2.8 Kebijakan Fiskal Menghadapi Pandemi Covid-19


a) Pemerintah melakukan kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran. Untuk
itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres No.4/2020, yang
menginstruksikan, seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota
mempercepat refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa
penanganan Covid-19.
b) Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN sebesar Rp62,3 triliun. Dana
tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non operasional, honor-
honor, untuk penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social safety
net) dan insentif dunia usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan realokasi
untuk 3 hal tersebut.
c) Kemenkeu menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk
karyawan dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah,
pembebasan pajak penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25.
Disamping itu, pemberian insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak
Covid-19.
Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga memprioritaskan
pembelian produk UMKM, mendorong BUMN memberdayakan UMKM dan produk
UMKM masuk e-catalog.
2.9 Latar Belakang Munculnya Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

10
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
3.0 Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia
dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan
antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan
suku bunga.Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan
oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau
mengubah suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam
perekonomian.
3.1 Tujuan Kebijakan Moneter
1. Inflasi
Kebijakan moneter dapat menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang rendah
dianggap sehat bagi perekonomian sebuah negara. Namun, jika inflasi sudah sangat
tinggi, kebijakan moneter diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
2. Pengangguran
Kebijakan moneter akan mempengaruhi tingkat pengangguran dalam suatu negara.
Sebagai contoh, kebijakan  ekspansif umumnya mengurangi pengangguran karena
pasokan uang yang lebih tinggi merangsang kegiatan bisnis yang mengarah pada
perluasan pasar kerja.
3. Nilai tukar mata uang
Dengan menggunakan otoritas fiskal, bank sentral dapat mengatur nilai tukar antara mata
uang domestik dan asing. Sebagai contoh, bank Indonesia dapat meningkatkan jumlah
uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Dalam kasus seperti itu,
mata uang negara tersebut menjadi lebih murah dibandingkan dengan mata uang negara
lain.Di Indonesia, kebijakan fiskal ada pada kewenangan Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Kementerian Keuangan RI.
3.2 Peran Kebijakan Moneter

11
 Menjaga stabilitas ekonomi. Kondisi dikatakan stabil apabila arus uang yang beredar
di pasar sama dengan arus barang yang ada di masyarakat.
 Menjaga stabilitas harga yaitu kebijakan moneter ini harus bisa menstabilkan
kenaikan dan penurunan harga yang tidak beraturan.
 Meningkatkan kesempatan kerja yaitu adanya keseimbangan uang beredar dan jumlah
barang dan jasa diharapkan banyak pengusaha berani melakukan penyediaan lapangan
kerja.
 Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan pembayaran.
3.3 Instrumen Kebijakan Moneter
1. Penyesuaian tingkat suku bunga
Bank sentral dapat mempengaruhi suku bunga dengan mengubah tingkat diskonto. Tingkat
diskonto (tarif dasar) adalah suku bunga yang dikenakan oleh bank sentral kepada bank untuk
pinjaman jangka pendek. Sebagai contoh, jika bank sentral meningkatkan tingkat diskonto,
biaya pinjaman untuk bank meningkat.
Selanjutnya, bank akan meningkatkan suku bunga yang mereka tetapkan kepada pelanggan
mereka. Dengan demikian, biaya pinjaman dalam perekonomian akan meningkat, dan jumlah
uang beredar akan berkurang.
2. Penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM)
Bank sentral biasanya mengatur jumlah giro wajib minimum yang harus dipegang oleh bank
komersial. Giro Wajib Minimum (GWM) sendiri adalah simpanan minimum yang wajib
diperlihara dalam bentuk giro pada Bank Indonesia bagi semua bank.
Dengan mengubah jumlah yang diperlukan, bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang
beredar di pasar. Jika bank sentral meningkatkan giro wajib minimum, bank komersial hanya
akan menyediakan sedikit uang tunai untuk diberikan kepada pelanggan dan dengan
demikian, suplai uang menurun.
3. Operasi pasar terbuka
Bank sentral dapat membeli atau menjual surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah
untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Misalnya, bank sentral dapat membeli obligasi
pemerintah . Akibatnya, bank akan memperoleh lebih banyak uang untuk meningkatkan
pinjaman dan uang beredar dalam pasar.
3.4 Jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan Ekspansif
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan uang dalam perekonomian dengan
menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank-bank sentral, dan
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Bersamaan dengan itu, kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan
merangsang aktivitas bisnis dan kegiatan belanja konsumen. Tujuan keseluruhan dari
kebijakan moneter ekspansif adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun
resikonya, kebijakan ini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi.

12
Kebijakan Kontraktif
Tujuan dari kebijakan moneter kontraktif adalah untuk mengurangi jumlah uang beredar
dalam perekonomian. Ini dapat dicapai dengan menaikkan suku bunga, menjual obligasi
pemerintah, dan meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan kontraksi
digunakan ketika pemerintah ingin mengendalikan tingkat inflasi.

3.5 Sifat Kebijakan Moneter


1. Kebijakan moneter longgar (easy monetary policy).
Digunakan untuk mengatasi kelesuan perekonomian dalam negeri dengan menambah jumlah
uang beredar (dalam ekonomi tertutup dan diharapkan kegiatan perekonomian dapat
terdorong. Namun kebijakan ini tidak dapat dilakukan pada ekonomi terbuka, menyebabkan
kesulitan dalam pembayaran karena ada peningkatan jumlah uang beredar yang berakibat
pada inflasi dalam negeri dan menurunkan daya saing produk dalam negeri.
2. Kebijakan moneter ketat (tight monetary policy)
Kebijakan moneter ketat digunakan untuk mengatasai kesulitan pembayaran yang
dikhawatirkan semakin mempertajam kelesuan ekonomi dalam negeri. Kebijakan moneter
yang ditempuh harus disesuaikan dengan prioritas masalah yang dihadapi pemerintah. Jika
prioritasnya keselamatan perekonomian menyeluruh maka menggunakan kebijakan moneter
yang ketat. Jika yang terjadi adalah kelesuan perekonomian, menggunakan kebijakan moneter
longgar.
3.6 Perbandingan Kebijakan Moneter
 Pengertian
Sebuah kebijakan yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar
dalam pasar. Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ketersediaan uang
suatu negara. Karena persediaan uang negara mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi,
seperti inflasi, suku bunga bank, dan sebagainya.
 Pelaksana
Kebijakan moneter di Indonesia yaitu Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia. Hal
ini didasari pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 mengenai Kebijakan Moneter Bank
Indonesia.
 Sifat
Perubahan dalam kebijakan moneter tergantung pada status ekonomi bangsa. Itu karena
kebijakan moneter memiliki ketergantungan terhadap stabilitas ekonomi bangsa.
 Berhubungan dengan
Bank dan kontrol kredit, artinya bahwa kebijakan moneter dilaksanakan oleh bank Indonesia
dan akan selalu berhubungan dengan bank Indonesia pada saat pelaksanaannya. Sedangkan
untuk kontrol kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam uang antara bank sebagai
kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini, bank sebagai kreditur percaya

13
terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (di bayar
lunas). Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan,
sehingga pemberian kredit pada dasarnya merupakan pemberian kepercayaan. Dalam hal ini,
kredit hanya diberikan bila benar-benar diyakini bahwa calon peminjam dapat
mengembalikan kepercayaan tersebut tepat pada waktunya.
 Berfokus pada
Stabilitas ekonomi, yang berarti pertumbuhan ekonomi suatu negara harus berjalan dengan
terkontrol dan berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan melalui keseimbangan arus
barang/jasa dengan peredaran uang. Oleh karena itu, tujuan kebijakan moneter adalah
menjaga stabilitas ekonomi melalui pengaturan dan penetapan terkait peredaran uang di
masyarakat.
 Instrumen kebijakan moneter
Suku bunga dan rasio kredit, suku bunga berarti dalam mencapai tujuan kebijakan moneter,
maka bank Indonesia memiliki wewenang dalam mengendalikan peredaran uang melalui
suku bunga. Besaran suku bunga yang ditetapkan oleh bank Indonesia akan menjadi acuan
bank umum di seluruh Indonesia dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, instrumen
kebijakan moneter adalah penetapan suku bunga acuan. Sedangkan untuk rasio kredit berarti
kebijakan moneter harus dapat menilai perbandingan antara penghasilan (gaji) dan total
jumlah cicilan serta kredit/utang yang dimiliki orang tersebut. Melalui rasio kredit, bank
dapat melihat kemampuan keuangan seseorang. Para ahli keuangan menyarankan rasio kredit
lebih baik tidak lebih dari 40% dari total penghasilan. Jumlah tersebut adalah batasan
maksimal seseorang dalam memiliki utang.
 Pengaruh politik
Tidak, itu berarti karena tujuan kebijakan moneter hanya berfokus untuk memelihara dan
mencapai stabilitas ekonomi keuangan negara. Sehingga tidak berhubungan langsung dengan
kondisi politik suatu negara.

3.7 Kebijakan Moneter Menghadapi Pandemi Covid-19


a) Bank Indonesia menurunkan suku bunga maka harapannya bank umum dan bank
perkreditan rakyat (BPR) juga turut menurunkan suku bunga pinjaman (kredit).
Penurunan suku bunga kredit diharapkan akan mendorong peningkatan sektor usaha
karena turunnya biaya modal perusahaan (kredit lebih murah). Kebijakan ini biasanya
akan didukung LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dengan menurunkan suku bunga
penjaminan sehingga membuat kebijakan moneter itu lebih efektif.
b) Menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Artinya, ketika nilai dolar AS
(USD) naik (rupiah melemah), berarti jumlah US$ berkurang karena permintaannya
meningkat. Pada kondisi ini, nilai rupiah akan terjun, seperti akhir Maret lalu, yang
sempat menyentuh Rp16.000-an per US$.
c) Menambah jumlah US$, menjaga ketersediaan likuiditas, agar US$ kembali banyak di
pasar. Kedengarannya mudah, tapi percayalah pemerintah perlu memeras otak untuk
hal ini, termasuk harus menguras cadangan devisanya, yang entah sudah berapa.

14
d) BI membeli Surat Berharga Negara (SBN, meliputi surat utang negara dan surat
berharga syariah negara) di pasar sekunder. BI juga menyediakan likuiditas di pasar
perbankan melalui mekanisme repo (term-repurchase agreement), swap valuta asing,
hingga menurunkan giro wajib minimun (GWM) sehingga kondisi likuiditas
perbankan saat ini boleh dibilang sangat cukup.

3.8 Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter


1. Pelaku kebijakan
Dilihat dari sisi pelaku kebijakannya, kebijakan fiskal dengan moneter jelas berbeda.
Kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah, sedangkan kebijakan moneter dilakukan oleh
bank sentral (Bank Indonesia). Meski tak tertutup kemungkinan bahwa pemerintah pun bisa
turut andil dalam kebijakan moneter.
Berkenaan dengan turut campurnya pemerintah, kebijakan moneter dalam pelaksanaannya
dibedakan menjadi dua, yaitu:
– Kebijakan moneter langsung, di mana pemerintah terlibat dalam masalah peredaran jumlah
uang dan kredit perbankan.
– Kebijakan moneter tidak langsung, di mana pemerintah tidak terlibat atau ikut campur yang
artinya masalah peredaran uang dan pemberian kredit melalui perbankan hanya dilakukan
oleh bank sentral dengan mempengaruhi bank-bank umum.
Lain halnya dengan kebijakan fiskal. Kebijakan tersebut hanya menjadi otoritas dan
dilakukan oleh pemerintah saja, tanpa melibatkan bank sentral.
2. Langkah Kebijakan
Ketidakstabilan kondisi ekonomi membutuhkan solusi atau penanganan yang tepat agar
stabilitas ekonomi dapat segera dicapai. Sebab itu dibutuhkan langkah-langkah penerapan
kebijakan yang tepat. Penerapan langkah-langkah kebijakan baik dalam ranah fiskal maupun
moneter tentu harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang dihadapi.
Jenis-jenis kebijakan baik pada fiskal maupun moneter dibedakan menjadi dua, yaitu bersifat
ekspansif atau ekspansioner dan kontraktif atau kontraksioner. Langkah-langkah kebijakan
yang diambil pada kedua jenis kebijakan tersebut dalam ranah fiskal dan moneter berbeda.
 Kebijakan ekspansif/ekspansioner
Dalam ranah fiskal, kebijakan ekspansif dilakukan pada saat kondisi ekonomi sedang lesu
dimana laju pertumbuhannya rendah dan tingkat pengangguran tinggi. Langkah yang
diterapkan adalah meningkatkan pengeluaran atau belanja pemerintah dan menurunkan tarif
pajak.Dalam ranah moneter, kebijakan ekspansif diterapkan saat kondisi ekonomi sedang
mengalami kelesuan dan angka pengangguran cukup tinggi. Untuk mengatasinya, bank
sentral melakukan penambahan jumlah uang beredar di masyarakat.
 Kebijakan kontraktif/kontraksioner

15
Dalam ranah fiskal, kebijakan kontraktif diambil dan diterapkan untuk mengatasi kondisi
inflasi yang sangat tinggi. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menurunkan pengeluaran atau
belanja pemerintah dan menaikkan tarif pajak.Dalam ranah moneter, kebijakan kontraktif
dilakukan saat angka inflasi begitu tinggi. Dengan jumlah uang beredar yang terlalu banyak
di masyarakat akan memberikan dampak buruk berupa menurunnya nilai mata uang. Sebab
itu, bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang sifatnya kontraktif dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat.
3. Instrumen kebijakan
Perbedaan kebijakan fiskal dengan moneter terletak pada instrumen kebijakannya. Adapun
instrumen kebijakan fiskal mencakup:
 Anggaran defisit
Defisit merupakan kondisi di mana pengeluaran atau belanja negara lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan negara. Meski terkesan kurang baik, namun anggaran defisit ini
merupakan instrumen yang digunakan pemerintah untuk menerapkan kebijakan fiskal.Tentu
bukan tanpa tujuan, karena instrumen anggaran defisit ini digunakan untuk memberikan
stimulus terhadap kondisi ekonomi yang sedang dihadapi. Instrumen ini umumnya cukup
efektif apabila diterapkan di saat kondisi ekonomi mengalami resesi. Instrumen anggaran
defisit dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Defisit konvensional merupakan bagian dari anggaran defisit yang diperoleh dari
selisih realisasi total pembelanjaan dengan realisasi total pengeluaran yang juga
memperhitungkan dana hibah.
2. Defisit moneter adalah bagian dari anggaran defisit yang diperoleh dari selisih
realisasi total belanja negara tanpa memperhitungkan pembayaran pokok atau utang
dengan realisasi total pendapatan tanpa memperhitungkan pendapatan dari utang.
3. Defisit operasional mirip dengan defisit moneter, hanya saja nilai yang diukur
berbeda, di mana pada defisit moneter menggunakan nilai nominal, sedangkan defisit
operasional menggunakan nilai riil.
4. Defisit primer merupakan bagian dari anggaran defisit yang dihasilkan dari selisih
antara realisasi total belanja tanpa memperhitungkan pembayaran pokok dan utang
dengan total pendapatan

16
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan
keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih
baik. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara
mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran pada APBN. Kebijakan Fiskal
digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau kerajaan yang dikumpulkan
dari masyarakat dan oleh pemerintahan.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia
dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan
antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku
bunga.
Berdasarkan pengertian dari kedua kebijakan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan
fiskal adalah kebijakan keuangan yang dikeluarkan negara untuk mempengaruhi
perekonomian menggunakan pengeluaran, pendapatan, dan perpajakan. Ini digunakan
bersamaan dengan kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, dan memengaruhi
perekonomian menggunakan jumlah uang beredar dan suku bunga.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.simulasikredit.com/perbedaan-kebijakan-fiskal-vs-kebijakan-moneter/
https://www.slideshare.net/anggitacxcx/tugas-makalah-ekonomi-kebijakan-moneter
http://eprints.umsida.ac.id/7010/1/faris%20ardiansyah%20-191020700126.pdf
file:///C:/Users/myhp1/Downloads/776-Research%20Results-3104-1-10-20180906.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai