Disusun oleh:
KELAS C
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Publik 1 yang berjudul “Kebijakan
Fiskal Dan Moneter” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Ekonomi Publik 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang topik makalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Jamaliah, S.E., M.Si. selaku dosen
mata kuliah Ekonomi Publik 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok Lima
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6
2.1 Implementasi Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Di Indonesia ....................... 6
2.2 Perbedaan Antara Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter .................................... 8
2.3 Efektivitas Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Dan Mengatasi Masalah-masalah Ekonomi Lainnya .................. 8
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan
Moneter ............................................................................................................................. 9
2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Nilai Tukar
Mata Uang ....................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................
13
3.2 Saran ......................................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana implementasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di Indonesia?
2. Apa perbedaan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter?
3. Bagaimana efektivitas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi?
4. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter?
5. Bagaimana pengaruh kebijakan fiskal dan kebijakan moneter terhadap inflasi dan nilai
tukar mata uang?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pajak: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan bea materai merupakan
sumber pendapatan utama pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara.
Belanja pemerintah: Anggaran pemerintah digunakan untuk membiayai berbagai
program dan proyek, seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Utang negara: Pemerintah Indonesia juga menggunakan utang negara sebagai sumber
pendanaan untuk membiayai anggaran negara.
Subsidi: Pemerintah memberikan subsidi untuk sektor tertentu, seperti energi dan
transportasi, untuk mengurangi beban biaya yang ditanggung oleh masyarakat.
Suku bunga: Bank Indonesia mengatur suku bunga untuk mempengaruhi jumlah uang
yang beredar dan tingkat inflasi.
Cadangan devisa: Bank Indonesia memegang cadangan devisa untuk menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah.
Operasi pasar terbuka: Bank Indonesia melakukan operasi pasar terbuka untuk
mengendalikan pasokan uang di pasar.
Evaluasi kebijakan moneter menunjukkan bahwa Bank Indonesia telah berhasil menurunkan
inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, terdapat tantangan dalam
6
implementasi kebijakan moneter, seperti fluktuasi nilai tukar global dan perubahan kebijakan
moneter dari bank sentral negara lain.
7
Dalam implementasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di Indonesia,
peran Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan sangat penting. Bank Indonesia
memiliki kewenangan dalam mengatur kebijakan moneter, sementara Kementerian
Keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan kebijakan fiskal.
B. Tujuan
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mengatur dan mempengaruhi pengeluaran
pemerintah serta memberikan insentif bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi
dan investasi. Sedangkan tujuan kebijakan moneter adalah untuk mengendalikan
inflasi, mempengaruhi suku bunga, dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan kebijakan fiskal melibatkan pemerintah dan parlemen, dengan
pengaturan anggaran pemerintah dan perubahan tarif pajak yang disetujui oleh
parlemen. Sedangkan pelaksanaan kebijakan moneter melibatkan bank sentral, dengan
pengaturan suku bunga dan jumlah uang yang beredar.
D. Dampak
Kebijakan fiskal dapat memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang
pada perekonomian, seperti peningkatan konsumsi dan investasi atau peningkatan
defisit anggaran. Sedangkan kebijakan moneter dapat memiliki dampak pada tingkat
inflasi, suku bunga, dan ketersediaan uang di pasar.
8
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengeluaran
dan pendapatan negara. Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah dan
mengurangi pajak bagi masyarakat. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat digunakan untuk
memperbaiki distribusi pendapatan di masyarakat.
Kebijakan moneter, di sisi lain, adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral
dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan ini bertujuan
untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan nilai tukar. Bank sentral dapat melakukan
kebijakan moneter dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga serta melakukan
operasi pasar terbuka.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter memiliki efek yang berbeda terhadap
perekonomian. Kebijakan fiskal cenderung memiliki efek yang lebih langsung terhadap
perekonomian, sedangkan kebijakan moneter cenderung memiliki efek yang lebih lambat dan
tidak langsung. Namun, kedua kebijakan tersebut memiliki peran yang penting dalam
mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai tukar, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu contoh efektivitas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan
stimulus fiskal dengan memberikan insentif pajak bagi industri tertentu, sedangkan bank
sentral menurunkan suku bunga. Kebijakan ini dapat merangsang investasi industri dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter juga memiliki risiko yang harus
diperhatikan. Kebijakan fiskal yang berlebihan dapat menyebabkan defisit anggaran dan
meningkatkan hutang negara, sedangkan kebijakan moneter yang salah dapat menyebabkan
kegagalan pasar dan terjadinya krisis ekonomi.
Oleh karena itu, implementasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus
dilakukan secara hati-hati dan berimbang, dengan mempertimbangkan risiko dan keuntungan
dari masing-masing kebijakan. Selain itu, kerjasama antara pemerintah dan bank sentral juga
sangat penting dalam menciptakan sinergi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
1. Kestabilan politik dan keamanan nasional: Kondisi politik dan keamanan nasional
yang stabil dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter. Sebaliknya, ketidakstabilan politik dan keamanan dapat
mengganggu pelaksanaan kebijakan tersebut.
2. Tingkat inflasi: Inflasi dapat mempengaruhi keefektifan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Jika tingkat inflasi tinggi, maka kebijakan moneter harus lebih
diutamakan untuk menstabilkan nilai tukar dan mengendalikan inflasi.
9
3. Tingkat suku bunga: Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam melakukan konsumsi atau investasi. Jika suku bunga tinggi, masyarakat akan
cenderung menyimpan uangnya dan tidak melakukan konsumsi atau investasi,
sehingga kebijakan moneter harus mengatur suku bunga agar dapat menciptakan
kondisi yang kondusif bagi konsumsi dan investasi.
4. Struktur pasar: Struktur pasar yang kompetitif dapat mempengaruhi kebijakan
moneter dan fiskal. Pasar yang kompetitif dapat menciptakan harga yang stabil dan
mengurangi pengaruh kebijakan fiskal dan kebijakan moneter pada harga.
5. Kebijakan ekonomi makro lainnya: Kebijakan ekonomi makro lainnya seperti
kebijakan perdagangan, kebijakan investasi, dan kebijakan sektoral lainnya dapat
mempengaruhi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
6. Kebijakan internasional: Kebijakan internasional seperti kebijakan bank sentral
negara lain, nilai tukar mata uang, dan kebijakan perdagangan internasional dapat
mempengaruhi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam suatu negara.
7. Kapasitas institusi: Kapasitas institusi yang kuat dapat mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Institusi yang kuat akan dapat melaksanakan
kebijakan dengan baik dan efektif.
8. Respons masyarakat: Respons masyarakat terhadap kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan tersebut. Masyarakat yang tidak
mendukung kebijakan tersebut dapat menghambat pelaksanaan kebijakan.
9. Ketergantungan terhadap sumber daya alam: Negara yang sangat tergantung pada
sumber daya alam dapat mengalami fluktuasi harga komoditas global yang dapat
mempengaruhi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
10
faktor tersebut dan menggunakan pendekatan yang terintegrasi dan berkoordinasi untuk
mencapai tujuan-tujuan ekonomi nasional yang diinginkan.
2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Nilai
Tukar Mata Uang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter adalah dua instrumen utama yang digunakan
oleh pemerintah untuk mengendalikan perekonomian suatu negara. Kebijakan fiskal mengacu
pada penggunaan pengeluaran dan pendapatan pemerintah untuk mempengaruhi aktivitas
ekonomi, sementara kebijakan moneter mengacu pada penggunaan suku bunga dan jumlah
uang beredar untuk mengontrol tingkat inflasi dan memperbaiki stabilitas mata uang. Kedua
kebijakan tersebut saling terkait dan mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang.
Kebijakan fiskal yang ekspansif, seperti pengeluaran publik yang lebih besar dari
pendapatan, akan meningkatkan permintaan dalam ekonomi dan dapat menyebabkan
peningkatan inflasi. Sebaliknya, kebijakan fiskal yang ketat, seperti pengurangan pengeluaran
atau peningkatan pajak, dapat menurunkan permintaan dan mengurangi inflasi.
Kebijakan moneter juga memiliki pengaruh pada inflasi dan nilai tukar mata uang.
Kebijakan moneter yang ketat, seperti kenaikan suku bunga atau pengurangan jumlah uang
beredar, dapat menurunkan permintaan dan menurunkan inflasi. Namun, kebijakan moneter
yang terlalu ketat juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, kebijakan
moneter yang longgar, seperti penurunan suku bunga atau peningkatan jumlah uang beredar,
dapat meningkatkan inflasi namun juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Dalam mengambil kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, pemerintah harus
mempertimbangkan efek dari kebijakan tersebut pada inflasi dan nilai tukar mata uang.
Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti situasi ekonomi global, perubahan dalam harga
komoditas, dan stabilitas politik juga dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter.
Dalam rangka mengatasi masalah inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar mata uang,
pemerintah dapat menggunakan instrumen fiskal dan moneter secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan tersebut. Namun, keberhasilan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter juga
memerlukan dukungan dari masyarakat dan pelaku ekonomi lainnya.
Tingkat harga merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam sistem
perekonomian modern, karena bisa menjaga keseimbangan alokasi sumber daya ekonomi
dalam suatu negara. Dengan adanya tingkat inflasi yang tinggi dapat mengaburkan bahkan
menghilangkan indikator tersebut dan mendistorsi harga-harga yang terjadi. Hal ini akan
menyulitkan suatu perencanaan dan tidak memotivasi masyarakat dan juga dunia usaha untuk
melakukan tabungan dan investasi. Peningkatan kesejahteraan masyarakat secara adil dan
merata pada hakikatnya merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi. Pendapatan per
kapita merupakan salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan masyarakat, karena mampu
menggambarkan secara riil terhadap keberhasilan pembangunan ekonomi dan tingkat
kemakmuran masyarakat. Parameter untuk mengukur tingkat kemakmuran dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara juga bisa dilihat dari adanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam suatu sistem perekonomian modern target atau sasaran inflasi merupakan
tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah.
11
Penetapan sasaran inflasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia dilakukan oleh pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank
Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri
Keuangan (PMK). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 124/PMK.010/ 2017
tentang Sasaran Inflasi 2019-2021 yang ditetapkan masing-masing sebesar 3,5%, 3,0% dan
3,0%, dengan deviasi masing-masing ±1% (BI, 2019).
Sementara inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran
ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti halnya kenaikan harga minyak dunia dan
adanya gangguan panen atau banjir. Dilihat dari segi bobot dalam keranjang IHK, bobot
inflasi yang dipengaruhi oleh faktor kejutan diwakili oleh kelompok volatile food dan
administered prices yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot IHK. Pengendalian inflasi
sangat penting menjadi salah satu perhatian pemerintah karena beberapa alasan. Inflasi bisa
memperburuk distribusi pendapatan yaitu menjadi tidak seimbang, menyebabkan
berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi negara-negara
berkembang. Dengan terjadinya inflasi juga bisa mengakibatkan deficitnya neraca
perdagangan serta menigkatnya utang luar negeri.
Salah satu kebijakan yang efektif untuk mengatasi kondisi ekonomi yang tidak stabil
pada suatu negara adalah melalui kebijakan fiskal. Stabilitas ekonomi suatu negara
diantaranya tercermin dari stabilitas harga, dalam arti tidak terdapatnya gejolak harga yang
besar yang dapat merugikan masyarakat, baik konsumen maupun produsen yang akan
merusak sendi-sendi perekonomian. Kenaikan harga-harga yang menjadi penyebab terjadinya
inflasi dapat diklasifikasikan dan jika harga-harga naik secara perlahan-lahan maka inflasi
yang terjadi disebut sebagai “Creeping Inflation”. Jika harga-harga meningkatnya secara
cepat maka kondisi tersebut disebut sebagai “Hyperinflation” atau inflasi yang melebihi 50
persen per bulan atau lebih dari 1 persen per hari (Mankiw, 2003). Pengedalian inflasi dengan
menggunakan beberapa instrumen kebijakan yang tepat akan membawa akibat stabilitas
perekonomian makro yang baik. Sehingga terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat banyak serta keadilan ekonomi dan sosial bisa terwujud.
Dalam kesimpulannya, pengaruh kebijakan fiskal dan kebijakan moneter terhadap
inflasi dan nilai tukar mata uang sangat kompleks dan saling terkait. Pemerintah perlu
mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal serta memperhatikan dukungan dari
masyarakat dan pelaku ekonomi lainnya untuk mencapai keberhasilan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengatasi masalah-
masalah ekonomi lainnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal dan
moneter memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kebijakan fiskal dan
moneter memiliki perbedaan dalam tujuan, instrumen, dan pelaksanaannya. Kebijakan fiskal
digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian melalui pengeluaran dan
pendapatan negara, sedangkan kebijakan moneter digunakan oleh bank sentral untuk
mempengaruhi pasokan uang dan suku bunga.
Kebijakan fiskal dan moneter juga memiliki dampak yang berbeda pada
perekonomian. Kebijakan fiskal dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
kesenjangan sosial, sedangkan kebijakan moneter dapat mempengaruhi tingkat inflasi, nilai
tukar, dan stabilitas sistem keuangan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar pemerintah dan bank
sentral dapat bekerja sama untuk menciptakan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat guna
mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh suatu negara. Selain itu, penulis juga
menyarankan agar masyarakat dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang kebijakan
fiskal dan moneter, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
ekonomi negara.
13
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, H. (2017). Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 18(2), 154-173.
Wicaksono, A. (2020). Efektivitas Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Menangani Krisis
Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 28(2), 149-162.
Budiyanti, Eka. (2014). Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Sektor Industri
Manufaktur di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 5 No. 2, Edisi
Desember 2014.
Mishkin, F. S., & Eakins, S. G. (2012). Financial markets and institutions. Pearson
Education.
Bernanke, B. S., & Gertler, M. (1995). Inside the black box: The credit channel of monetary
policy transmission. Journal of economic perspectives, 9(4), 27-48.
14
Bank for International Settlements. (2020). Annual economic report. Retrieved from
https://www.bis.org/publ/arpdf/ar2020e.htm
15