Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

“KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER”

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

Dosen Pengampu : walmadri, S.P, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

AHMAD ZAWIR AKMAL 220201041


CHAIRUNNISA MALIKIA PUTRI 220201076
HAFIFUDDIN HASFA MARPAUNG 220201048
MUHAMMAD FADHIL MUZAKI 220201055
REYNALDI ALBAR LUBIS 220201062
SINGGIH PRAYOGI SITORUS 220201069

PROGAM STUDI AGRIBISNIS

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA

TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi dengan judul “Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan
Moneter.”

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 26 Desember 2022


Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB 1 ................................................................................................................................. 4
LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4
TUJUAN.......................................................................................................................... 4
BAB 2 ................................................................................................................................. 5
I. KEBIJAKAN MONETER ..................................................................................... 5
1. Peranan Dan Fungsi Uang ..................................................................................... 6
2. Proses Perubahan Jumlah Uang Beredar ................................................................ 8
3. Pasar Uang Dan Tingkat Bunga .......................................................................... 10
4. Fungsi bank sentral ............................................................................................. 10
5. Efektivitas Kebijakan Moneter ............................................................................ 11
II. KEBIJAKAN FISKAL ......................................................................................... 12
1. Peran Kebijakan Fiskal ....................................................................................... 12
2. Komponen APBN ............................................................................................... 13
3. Kebijakan Sisi Penawaran ................................................................................... 15
4. Efektifitas Kebijakan Fiskal ................................................................................ 16
5. Keseimbangan Dalam Kebijakan Moneter Dan Fiskal ......................................... 17
6. Inflasi, Efek Dan Pencegahannya ........................................................................ 17
BAB 3 ............................................................................................................................... 21
KESIMPULAN .............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran merupakan tiga persoalan
dalam ilmu ekonomi makro. Sebenarnya, para pengambil kebijakan pemerintah
menginginkan inflasi yang rendah, pertumbuhan output yang tinggi, dan
pengangguran yang rendah1. Namun pada kenyataannya, harapan tersebut tidak
mudah untuk direalisasikan, karena yang terjadi justru inflasi dengan berbagai
tingkatan baik pada negara maju maupun negara berkembang. Inflasi yang terjadi
akan menyebabkan harga yang terus melonjak sehingga petumbuhan output menjadi
rendah. Selain itu, inflasi juga akan berdampak pada jumlah pengangguran yang
tinggi, seperti yang dijelaskan pada kurva Philips.
Saat ini, para pengambil kebijakan telah menerapkan beberapa kebijakan yang
dapat mengendalikan keadaan ekonomi makro. Kebijakan-kebijakan tersebut
diantaranya, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal diterapkannya saling berhubungan.

RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan kebijakaan fiskal dan kebijakan moneter!
2) Jelaskan Cakupan-cakupan permasalahan kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter!

TUJUAN
1) Mengetahui serta menjelakan pengertian kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter.
2) Menjelaskan serta memaparkan cakupan permasalahan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter.
BAB 2
PEMBAHASAN

I. KEBIJAKAN MONETER
I.II Pengertian
Dalam ilmu ekonomi, kebijakan moneter merupakan sebuah kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah untuk mengatur kestabilan keuangan suatu negara di mana
keuangan yang seringkali berubah-ubah dengan adanya berbagai faktor yang
memengaruhi membuat sebuah negara mengatur hal tersebut, dengan suatu kebijakan
dan stabilitas finansial dibutuhkan setiap negara untuk menjaga harga, inflasi serta
output dalam keadaan stabil.
Kebijakan moneter juga merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga pasar di mana agar
hal ini bisa dicapai, Bank Sentral yang juga dikenal sebagai otoritas moneter
mengeluarkan kebijakan untuk mengatur keuangan negara agar lebih terkendali.
Seperti ketersediaan uang, distribusi, kesempatan kerja serta laju inflasi yang
terkendali.
Perekonomian negara selalu mendapatkan perhatian lebih karena
sumbangsihnya untuk negara yang sangat besar. Pemerintah senantiasa mengamati
pembangunan ekonomi, dan jika diperoleh keadaan yang menyimpang maka disinilah
otoritas moneter mengambil tindakan. Pemerintah akan mengambil langkah
kebijaksanaan untuk mengatasi masalah tersebut melalui otoritas moneter yakni
kebijakan moneter.
Pengertian sederhana tentang Ekonomi Moneter merujuk pada bagian dari
ilmu ekonomi yang mempelajari mengenai sifat, fungsi, serta pengaruh uang dalam
berbagai kegiatan ekonomi. Hematnya, ekonomi moneter berbicara mengenai
bagaimana "uang" itu bekerja. Namun, secara substansial masih banyak sekali yang
dipelajari dalam ekonomi moneter, misalnya bagaimana pasar uang berjalan, tingkat
bunga, inflasi, kebijakan moneter, permasalahan dalam kebijakan moneter hingga
sistem moneter internasional dan persoalan krisis keuangan.
Dalam Ekonomi Moneter, dapat diketahui secara mendalam mengenai
jalannya mekanisme pasar uang, pengaruh tingkat bunga dalam perekonomian,
bagaimana negara mengatur persoalan inflasi, kebijakan negara dalam membuat
kebijakan moneter, serta cara kerja sistem moneter internasional hingga mempelajari
krisis keuangan yang sempat melanda Indonesia. Selain itu, dapat dianalisa secara
tajam beberapa fenomena moneter dalam kaitannya dengan kebijakan moneter
terhadap perekonomian negara. Pada akhirnya, dengan mempelajari ekonomi moneter
akan menambah khazanah pengetahuan sehingga diharapkan kita menjadi lebih kritis
dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah, khususnya
kebijakan pengaturan uang dan perbankan untuk mencapai tujuan pembangunan
ekonomi.
Pengetahuan tentang ekonomi moneter juga dapat memberikan masukan
kepada pemerintah dalam mengambil sebuah kebijaksanaan melalui teori ekonomi
moneter yang telah dipelajari sehingga kebijakan tersebut menjadi efektif dan efisien
dalam mencapai tujuannya.

1. Peranan Dan Fungsi Uang


1.2 Fungsi
Uang adalah seperti yang kita bayangkan, yaitu suatu benda yang dapat
ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat
kita simpan. Selanjutnya, jangan lupa bahwa uang dapat juga digunakan untuk
membayar utang di waktu yang akan datang. Dengan kata lain, uang adalah suatu
benda yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai:
1) alat tukar (medium of exchange),
2) alat penyimpan nilai (store of value).
3) satuan hitung (unit of account), dan
4) ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered payment).
Perlu dikemukakan pula bahwa pada awalnya uang hanya berfungsi sebagai alat
penukar saja tetapi, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dalam
memenuhi kebutuhan ekonominya, fungsi tersebut telah berkembang dan bertambah
sehingga mempunyai fungsi seperti uang pada saat ini.

1.3 Peranan uang


Dalam pembicaraan sehari-hari mengenai kondisi perekonomian, masyarakat
sering mengaitkan uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi, kenaikan harga
(inflasi), suku bunga, dsb. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu
banyak akan mendorong kegiatan ekonomi berkembang dengan sangat pesat. Apabila
berlangsung terus, hal ini dianggap berbahaya karena harga barang-barang akan
meningkat tajam. Sebaliknya, apabila uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan
ekonomi menjadi seret atau melambat. Sering juga dikatakan bahwa apabila uang
beredar terlalu banyak maka suku bunga akan cenderung turun dan sebaliknya.
a) Uang dan Kegiatan Ekonomi
Pada dasarnya, peranan dan keterkaitan yang erat antara uang dengan kegiatan
suatu perekonomian dapat dianggap sebagai suatu hal yang bersifat alami
karena semua kegiatan perekonomian moderen, misalnya produksi, investasi,
dan konsumsi, selalu melibatkan uang. Bahkan, dalam perkembangannya
uang tidak hanya digunakan untuk mempermudah transaksi perdagangan di
pasar barang namun uang itu sendiri juga menjadi suatu komoditas yang dapat
diperdagangkan di pasar uang. Dengan kondisi tersebut, sangatlah sulit
dibayangkan apabila tidak ada benda yang namanya uang.

b) Uang dan Suku Bunga


Jumlah uang beredar yang tercipta tersebut merupakan jumlah uang yang
ditinjau dari penyediaannya atau sisi penawaran. Sementara itu, dari sisi
permintaan, masyarakat membutuhkan uang, baik uang kartal, uang giral,
maupun uang kuasi, untuk membiayai semua kegiatan ekonominya. Idealnya,
jumlah uang yang tercipta atau tersedia harus seimbang jumlah uang yang
dibutuhkan atau diminta oleh masyarakat sehingga tidak ter- dapat kelebihan
atau kekurangan jumlah uang yang beredar. Dalam praktik, permintaan
masyarakat akan uang sulit diperhitungkan mengingat kebutuhan masyarakat
akan uang tersebut tidak hanya dilandasi oleh motif untuk melakukan
transaksi saja namun juga motif lainnya, yaitu untuk berjaga-jaga atau bahkan
untuk melakukan kegiatan yang sifatnya spekulatif.

Sesuai dengan hukum permintaan pasar, apabila jumlah uang yang disediakan
melebihi jumlah uang yang diminta maka akan terjadi kelebihan penyediaan uang
yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan harga uang atau suku bunga.
Sebaliknya, apabila jumlah uang yang di minta melebihi jumlah uang yang
disediakan maka akan dapat mengaki- batkan kenaikan harga uang atau suku bunga.
Perlu dikemukakan bahwa suku bunga yang dimaksud adalah suku bunga
keseimbangan pasar, yiatu suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku
bunga simpanan (sisi penawaran uang) dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan
uang).

2. Proses Perubahan Jumlah Uang Beredar


uang beredar menurut Rahardja dan Manurung (2008:324) adalah nilai
keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti
sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan
uang giral.
M1 = C + D
Dimana:
M1 = Jumlah uang beredar dalam arti sempit
C = (Currency) uang kartal = uang kertas dan uang logam
D = (Demand deposit) uang giral/ cek.
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan
perekonomian. Perekonomian yang tumbuh dan berkembang menyebabkan jumlah
uang beredar juga bertambah. Apabila perekonomian semakin maju, porsi
penggunaan uang kartal (uang kertas dan logam) semakin sedikit, digantikan uang
giral. Perekonomian semakin maju komposisi M1 dalam peredaran uang semakin
kecil sebab porsi uang kuasi semakin besar. Uang Kuasi merupakan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang terdiri dari simpanan atau deposito berjangka dan tabungan
(rupiah dan valas) serta simpanan giro valuta asing.
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum,
dan Bank Perkreditan Rakyat / BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak
termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi
komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar
Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta
domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang
dimiliki sektor 5 swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu
tahun
Menurut Nopirin faktor yang mempengararuhi jumlah uang beredar adalah
inflasi harga – harga akan terus mengalami kenaikan yang mendorong jumlah uang
beredar semakin banyak. Jumlah uang beredar sangat ditentukan oleh tingkat
outputnya. Ia kemudian mengembangkan sebuah persamaan yang dituliskan

MxV=PxY,
Dimana :
M=jumlah uang berdar.
V=kecepatan peredaran uang,
P=tingkat harga
Y=PDB riil.
Jadi, apabila PDB nominal (P x Y) adalah setahun adalah 5 trilyun, kecepatan
uang adalah 5, maka jumlah uang beredar adalah 1 trilyun rupiah.3 Adanya kenaikan
suku bunga, maka jumlah tabungan juga akan meningkat. Ini karena bunga
dinyatakan sebagai persentase dari jumlah pokok per unit waktu. Ini sangat logis.
Karena bunga merupakan insentif bagi orang yang memiliki kelebihan dana untuk
menabung dan merupakan ukuran sumber daya yang dibayarkan debitur kepada
kreditur. Pemerintah dapat menggunakan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Dengan kata lain, pemerintah dapat mengatur aliran uang dalam
perekonomian. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat keuangan untuk mengontrol
penawaran.

3. Pasar Uang Dan Tingkat Bunga


Pasar uang merupakan sebuah lembaga dan prosedur yang memberikan fasilitas
transaksi untuk semua tipe tagihan keuangan. Fungsi pasar uang adalah untuk
memfasilitasi transfer dana dari unit ekonomi surplus (pendapatan > belanja) kepada
unit ekonomi yang defisit (pendapatan < belanja).
Kalangan bisnis, individu, dan pemerintah sering membutuhkan tambahan modal.
Misalkan caroline power dan light (CP&L) meramalkan adanya peningkatan
kebutuhan listrik di Carolina utara, dan perusahaan memutuskan untuk membangun
sebuah pembangkit tenaga baru. Karena CP&L sudah dipastikan tidak memiliki
sekitar $1 miliar yang dibutuhkan untuk membuat pembangkit tersebut, maka
perusahaan harus mendapat modal dari pasar keuangan. Dilain pihak, beberapa
individu dan perusahaan memiliki pendapatan yang lebih besar dari pada pengeluaran
mereka sekarang. Sehingga mereka memiliki dana untuk diinvestasikan kepasar
keuangan. Maka dari itulah tujuan dari pasar keuangan pada perekonomian adalah
untuk mengalokasikan tabungan secara efisien ke pengguna yang lebih
membutuhkan.
Sedangkan tingkat bunga Struktur waktu dari tingkat suku bunga menguraikan
hubungan amtara tingkat suku bunga jangka panjang dan jangka pendek. Struktur
waktu memiliki arti penting bagi bendahara perusahaan yang harus memutuskan
untuk melakukan pinjaman dengan menerbitkan utang jangka panjang atau utang
jangka pendek.

4. Fungsi bank sentral


Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasai perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai
lender of the last resort (LoLR). Bank yang berfungsi dan menjalankan
kewenangan sebagai Bank Sentral di Indonesia yaitu Bank Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, sebagai bank sentral ruang lingkup
kewenangan Bank Indonesia terlihat tidak hanya mengurusi bidang perbankan
saja, tetapi juga yang menyangkut kebijakan moneter, sistem pembayaran serta
berperan sebagai penjamin likuiditas perbankan dalam menghadapi krisis keuangan.
Keberadaan Bank Sentral di Indonesia, kemudian dipertegas kembali yang
ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 1953 tentang Pokok-Pokok
Bank Sentral, antara lain memberikan tugas kepada Bank Sentral sebagai penjaga
stabilitas moneter, mengedarkan uang, mengembangkan sistem perbankan,
mengawasi kegiatan perbankan, dan menyalurkan kredit bank, namun Bank Sentral
masih merangkap sebagai bank komersial.
Peran Bank Sentral sebagai Bank Komersial selanjutnya dicabut dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Saat itu,
Bank Sentral masih melaksanakan peran sebagai agen pembangunan dengan
keharusan menyalurkan kredit, yang merupakan konsekuensi dari kedudukan
Bank Sentral sebagai bagian dari Pemerintah. Hal tersebut menjadikan Bank
Sentral kurang independen. Kemudian pada Tahun 1999, saat lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, independensi Bank
Sentral dicantumkan secara tegas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain.

5. Efektivitas Kebijakan Moneter


Terdapat 2 teori mengenai efektifitas kebijakan moneter, yaitu Natural Rate
Hypothesis dan Rational Expectation Hypothesis. Natural Rate Hypothesis
menjelaskan bahwa efektifitas kebijakan moneter hanya berpengaruh pada jangka
pendek saja, tidak untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan kebijakan moneter dalam
jangka pendek akan meningkatkan output, namun dalam jangka panjang masyarakat
akan sadar bahwa upah rilnya turun sehingga output yang semula naik kembali turun.
Rational Expectation Hypothesis menjelaskan bahwa kebijakan moneter tidak efektif
baik jangka pendek maupun jangka panjang, karena masyarakat sadar kebijakan
moneter akan berdapak pada turunnya upah ril (Pohan, 2008).

Efektivitas MTKM dapat diukur dengan dua indikator, yaitu:


1) Berapa kecepatan atau tenggat waktu (time lag)
2) Kekuatan variabel-variabel pada jalur tranmsisi moneter dalam merespons
shock Blrate hingga terwujudnya sasaran akhir.
Indikator kecepatan diukur dari berapa time lag yang dibutuhkan oleh variabel-
variabel dalam suatu jalur untuk merespons shock instrumen kebijakan hingga
tercapainya sasaran antara (agregat kredit) dan sasaran akhir (inflasi)

II. KEBIJAKAN FISKAL


I.II Pengertian
Kebijakan fiskal adalah aturan atau strategi yang dilakukan pemerintah untuk
menjaga pemasukan dan pengeluaran negara agar tetap stabil sehingga negara bisa
terus bertumbuh. Bisa dikatakan kebijakan fiskal adalah kebijakan dari pemerintah
yang memengaruhi perekonomian negara lewat perubahan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah sesuai yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).

1. Peran Kebijakan Fiskal


Peran dari kebijakan fiskal adalah memastikan konsumsi terus meningkat,
belanja negara dan investasi juga tumbuh dengan sehat. Dalam hal meningkatkan
konsumsi, pemerintah telah membuat porsi anggaran untuk perlindungan sosial dan
subsidi dengan tujuan untuk menjaga daya beli dan stabilitas harga. Sedangkan
untuk meningkatkan investasi, pemerintah memastikan adanya anggaran untuk
menjalankan pembangunan infrastruktur sebab tidak ada yang mau berinvestasi jika
infrastruktur belum memadai.

2. Komponen APBN
Secara garis besar struktur APBN merupakan Pendapatan Negara dan Hibah, Belanja
Negara, Keseimbangan Primer, Surplus atau Defisit Anggaran, Pembiayaan.
1) Belanja Negara
Besar kecilnya belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
Kebutuhan penyelenggaraan negara. Risiko bencana alam dan dampak krisi global.
Asumsi dasar makro ekonomi. Kebijakan pembangunan. Kondisi akan kebijakan
lainnya. Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di
daerah.
Belanja pemerintah pusat dapat dikelompokkan menjadi: belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi BBM dan subsidi
non-BBM, belanja hibah, belanja sosial(termasuk penanggulangan bencana), dan
belanja lainnya.
Belanja daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah
meliputi: Dana bagi hasil Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Dana otonomi
khusus.
2) Pembiayaan Negara
Besaran pembiayaan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni asumsi
dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan kebijakan
lainnya.Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan, yakni pembiayaan
dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan
perbankan dalam negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil
pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban penjaminan, surat berharga
negara neto, dan dana investasi pemerintah). Sedangkan pembiayaan luar negeri
meliputi penarikan pinjaman luar negeri yang terdiri atas Pinjaman Program dan
Pinjaman Proyek, penerusan pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok utang luar
negeri yang terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.

3) Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak penghasilan
(PPh), Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah, Pendapatan pajak bumi dan bangunan, Pendapatan cukai, Pendapatan pajak
lainnya. Selanjutnya Pendapatan Pajak Internasional pendapatan bea masuk dan
pendapatan bea keluar.
4) Pendapatan Negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan
pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN biasanya melalui kepabean dan cukai,
penerimaan pajak, dan hibah. Pajak menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari
APBN.
Pasalnya pajak memiliki kontribusi besar dalam pembentukan APBN tiap
tahunnya. Penerimaan pajak terbilang paling besar ketimbang komponen-komponen
lainnya yang ada dalam APBN. Selain melalui penerimaan perpajakan, pendapatan
negara juga didapat melalui penerimaan negara bukan pajak dan lainnya. Pendapatan
tersebut antara lain adalah Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU),Pendapatan
Sumber Daya Alam (SDA),Pendapatan dari kekayaan negara dan hibah yang didapat.
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi
 Kebijakan pendapatan negara
 Kebijakan pembangunan ekonomi
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
 Kondisi dan kebijakan lainnya

5) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Berasal dari Penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas),
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas),
Pendapatan bagian laba BUMN, pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan laba
BUMN non perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN,
pendapatan jasa pendapatan bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil
tindak pidana korupsi dan lain-lain.

6) Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua tahap,
yaitu:
a) pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan Februari
sampai dengan pertengahan bulan Agustus
b) Pengajuan pembahasan dan penetapan APBN, dari pertengahan bulan
Agustus sampai dengan bulan Desember. Berikut ini diuraikan secara singkat
kedua tahapan dalam proses penyusunan APBN tersebut.
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahap ini diawali dengan
beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme
dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan
APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN,
perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai dengan
Pidato Presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan. Selanjutnya
akan dilakukan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran.

3. Kebijakan Sisi Penawaran


Kebijakan segi (sisi) penawaran adalah langkah pemerintah yang berusaha
meningkatkan efisiensi kegiatan perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga
produksi nasional dapat ditingkatkan, biaya produksi dikurangkan dan teknologi
semakin berkembang.
Kebijakan sisi penawaran berusaha mempengaruhi perekonomian melalui
penawaran agregat. Sedangkan, kebijakan sisi permintaan mempengaruhi
perekonomian melalui permintaan agregat.
Pada dasarnya, kebijakan sisi penawaran berusaha meningkatkan kuantitas
dan kualitas faktor produksi. Diantara upaya yang mungkin adalah dengan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong kemajuan teknologi.
Misalnya, perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan yang efektif memberi pekerja
lebih banyak keterampilan. Ini dapat mengarah pada produktivitas tenaga kerja yang
lebih tinggi.
Secara umum, alat untuk kebijakan sisi penawaran mencakup:
a) Privatisasi
b) Deregulasi

c) Bantuan untuk bisnis


d) Pendidikan dan pelatihan

e) Riset dan pengembangan

4. Efektifitas Kebijakan Fiskal


Para ekonom telah lama memperdebatkan apakah kebijakan moneter atau fiskal
yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap permintaan agregat. Menurut model IS-
LM, jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada parameter dari kurva IS dan LM.
Karena itu, para ekonom telah menghabiskan banyak energi untuk membicarakan
besarnya parameter ini. Parameter yang paling banyak dibicarakan adalah yang
menjelaskan pengaruh tingkat bunga terhadap keputusan-keputusan ekonomi.
Para ekonom yang percaya bahwa kebijakan fiskal lebih berpotensi daripada
kebijakan moneter berpendapat bahwa responsivitas investasi terhadap tingkat bunga-
yang diukur dengan parameter dadalah kecil. Jika Anda melihat persamaan aljabar
untuk permintaan agregat, Anda akan melihat bahwa nilai d yang kecil menunjukkan
kecilnya pengaruh jumlah uang beredar terhadap pendapatan. Alasannya adalah
bahwa ketika d adalah kecil, kurva IS hampir vertikal. dan pergeseran dalam kurva
LM tidak menyebabkan banyak perubahan dalam pendapatan. Selain itu, nilai d yang
kecil menunjukkan nilai yang besar, yang akan menunjukkan bahwa kebijakan fiskal
memiliki dampak yang besar terhadap pendapatan. Alasan untuk dampak yang besar
ini adalah bahwa ketika investasi sangat tidak responsif terhadap tingkat bunga, ada
sedikit crowding out.

5. Keseimbangan Dalam Kebijakan Moneter Dan Fiskal


Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter mempunyai peran yang sangat penting
dalam menjaga stabilisasi ekonomi sebagai penyeimbang permintaan agregat dan
panawaran agregat. Walaupun berbeda fungsi, kedua kebijakan tersebut dapat
digunakan secara simultan untuk mencapai stabilitas harga dan neraca pembayaran.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan
makroekonomi yang meiliki target yang harus dicapai baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Sering terjadi perdebatan antara kebijakan fiskal dan
moneter. Di satu sisi, kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai target menjaga
stabilitas harga, sementara di sisi lain kebijakan fiskal ditetapkan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi. Hal ini kemudian munculnya trade-off yang mana terlebih
dahulu apakah stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka
pendek. Pengelolaan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dengan koordinasi yang
baik akan memberikan hasil yang positif dalam perekonomian Indonesia

6. Inflasi, Efek Dan Pencegahannya


6.1 Pengerttian inflasi
Inflasi merupakan keadaan dimana terjadi kenaaikan harga barang secara terus
menerus yang dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat karena secara
riil tingkat pendapatannya juga menurun. Inflasi juga terjadi karena kenaikan
permintaan bertambah besar dibandingkan penawaran suatu barang dipasar. Peristiwa
inflasi merupakan sebuah fenomena yang terjadi dikehidupan masyarakat diseluruh
dunia sejak dahulu hingga saat ini, dan didefinisikan bahwa inflasi terjadi ketika
harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung secara terus-
menerus.
Inflasi digolongkan berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a) Natural inflation dan Human Eror Inflation.
Natural inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena sebab alamiah, sehingga manusia
pun tidak mempunyai kuasa untuk mencegahnya. Sedangkan Human Eror Inflation
yaitu inflasi terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia.
b) Expected Inflation dan Unexpected Inflation.
Expected Inflation, yaitu dimana tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan
tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman
nominal yang dikurangi inflasi. Sedangkan unexpected inflatiom yaitu tingkat suku
bunga pinjaman nominal belum terjadi refleksi terhadap efek inflasi.
c) Demand Full dan Cost Push Inflation.
Demand full, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh perubahan- perubahan yang terjadi
pada sisi permintaan agregat (AD) dari suatu barang pada perekonomian. Cost push
inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh perubahanperubahan pada sisi
penawaran agregat (AS) dari barang pada suatu perekonomian.
d) Spiralling Inflation.
Spiralling inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi
sebelumnya, dimana inflasi tersebut disebabkan oleh inflasi sebelumnya juga, dan
begitu seterusnya.
e) Imported Inflation dan Domestic Inflation.
Imported inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang dialami negara
lain dikarenakan harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional.
Sedangkan domestic inflation, yaitu inflasi yang terjadi hanya di suatu negara dan
tidak mempengaruhi negara lain.
6.2 Efek dari Inflasi
a) Efek Negatif:
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya
dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi
produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang
masyarakatnya memiliki banyak uang.

b) Efek Positif:
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
6.3 Pecegahan inflasi
Ada 4 cara mencegah inflasi, yaitu :
1) Kebijakan Moneter
2) Kebijakan Fiskal
3) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
4) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Kebijakan Moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera,Sedangkan Kebijakan Fiskal kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang
berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait
dengan APBN ( Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).
Dalam Kebijakan fiskal negara berkembang ada beberapa peranan di dalam
negara berkembang yaitu untuk mempercepat proses pembangunan, dapat
mempengaruhi corak penggunaan sumber daya. Begitupun peranan Kebijakan
moneter adalah tetap besar peranannya dalam menciptakan kestabilan ekonomi tapi
harus sesuai dengan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi,dan dinegara
berkembang kebijakan ini juga harus mencakup penawaran uang sebagai usaha-usaha
dalam pembangunan agar berjalan lancar.Adapun Hubungan antara Kebijakan Fiskal
dan Kebijakan Moneter Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor
tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan
sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan
interaksi masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Setiap Bangsa di dunia ini menginginkan segala sesuatu sesuai dengan yang
mereka inginkan, begitu juga dengan perekonomian. Namun, masalah - masalah tetap
terjadi , sebagai tantangan untuk mencapai semuanya itu. Maka dari itu, kebijakan
moneter dan fiskal adalah salah satu cara yang diterapkan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian dengan maksud agar supaya keadaan
perekonomian tidak selalu menyimpang dari keadaan yang diinginkannya
DAFTAR PUSTAKA

alvian, m. (2010). efektifitas mekanisme trasmisi kebijakan moneter pada jalur suku bunga
periode. 96.

atap. (n.d.). pengertian APBN. fungsi, struktur, dasar hukum dan mekanisme
penyusunannya.

hardi fardiansyah, S. M. (n.d.). ekonomi moneter. bandung: 2022.

prof.Dr.I.Wayan Sudirman, S. S. (2011). kenijakan fiskal dan moneter. jakarta.

rumah, t. e. (2022, november 14). kebijakan fiskal. definisi, tujuan, jenis, dan contohnya.

solikin, s. (2002). uang. jakarta.

Anda mungkin juga menyukai