Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Sektor Moneter dan Sektor Rill Harus Saling Terikat”


Dosen Pengampuh : Ikhsan Gasali

DISUSUN OLEH KLP 10 :

SUNARTI (2020203862202046)

FITRIANI HAKIM (2020203862202041)

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah QFFI

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sektor Moneter dan Sektor Rill
Harus Saling Terikat” untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Qawaidul Fiqhiyah Fill
Iqhtishad. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. yang senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir. Aamiin.

Dalam penyelesaian makalah tentang “Sektor Moneter dan Sektor Rill Harus Saling
Terikat” ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat. Kami sadar, sebagai seorang
pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
agar penulisan makalah ini jauh lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana
ini dapat berguna dan bermanfaat untuk menjadi referensi pembaca.

Pinrang, 02 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Sektor Moneter dan Sektor Rill..........................................................................6
B. Hadis Ekonomi Islam Pada Sektor Moneter Dan Sektor Rill...............................................7
C. Hubungan Sektor Moneter dan sektor Rill dalam Perspektif Islam.....................................7
D. Penerapan kebijakan moneter Islam.....................................................................................9
E. Peranan dalam sistem moneter islam..................................................................................10
F. Perbedaan dalam sistem moneter konvensional dengan sistem moneter Islam.................10
BAB III.........................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai landasan aktivitas umat Islam sehari-hari dalam usaha memahami maksud-
maksud ajaran Islam (maqashid al-syari’ah) secara lebih menyeluruh, keberadaan qawaid
Fiqhiyyah menjadi sesuatu yang amat penting. Baik dimata para ahli ushul maupun fuqaha,
pemahaman terhadap qawa’id Fiqhiyyah adalah mutlak diperlukan untuk melakukan suatu
ijtihad atau pembaruan pemikiran dalam masalah ibadah, muamalah, dan skala prioritas.
Banyak kaidah fikih yang ruang lingkup dan cakupannya lebih sempit dan isi kandungannya
lebih sedikit. Kaidah yang semacam ini hanya berlaku dalam cabang-cabang fiqih tertentu
dan disebut al-qawaid al fiqhiyyah al-khashshah atau juga disebut al-dhawabith oleh
sebagian ulama.
Manfaat keberadaan qawa’id fiqhiyyah adalah untuk menyediakan panduan yang lebih
praktis yang diturunkan dari teks dan jiwa nash asalnya yaitu al-Qur’an dan al-Hadis yang
digeneralisasi dengan sangat teliti oleh para ulama terdahulu dengan memperhatikan
berbagai kasus fiqh yang pernah terjadi, sehingga hasilnya kini mudah diterapkan kepada
masyarakat luas.
Islam sangat memperhatikan perekonomian umatnya, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya ayat-ayat Al-quran, Sunah, maupun Ijtihad para ulama yang berbicara tentang
perekonomian. Bahkan ayat yang terpanjang dalam Alquran justru berisi tentang masalah
perekonomian, bukan masalah ibadah mahdhah atau akidah. Ayat yang terpanjang itu ialah
ayat 282 dalam surah al-Baqarah, menurut Ibn ‘Arabi ayat ini mengandung 52 hukum
ekonomi. Alquran sebagai pegangan hidup umat Islam telah mengatur kegiatan bisnis secara
eksplisit, dan mengandung bisnis sebagai sebuah pekerjaan yang menguntungkan dan
menyenangkan, sehingga Alquran sangat mendorong dan memotivasi umat Islam untuk
melakukan transaksi bisnis dalam kehidupan mereka.
Dari analisa beberapa pakar ekonom diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar
penyebab krisis ekonomi adalah berawal dari kesalahan system yang belaku. System yang
berlandaskan pada mekanisme bunga telah membawa peekonomian dunia semangkin tidak
menentu. Setidaknya hal ini di tunjukan oleh terbentuknya pendikotomian antara sector riil
dan sector moneter.
Dan selanjutnya, permasalahan pun akan semangkin menjadi kompleks dengan adanya
pendikotomian ini. Pasar moneter dengan bunga sebagai instrument pokoknya telah
membawa perekonomian dunia menjadi tidak seimbang, yang akhirnya membawa dampak
Globalisasi. Para ekonom dunia pun telah memikirkan akan hal ini, mereka telah membuat
berbagai bentuk teori-teori dan kebijakan untuk menyeimbangkan antara sector Moneter dan
sector Riil dalam sebuah perekonomian. Di antaranya adalah, golongan Keynessian yang
merumuskan keseimbangan umum (general equilibrium) ekonomi dengan mensyaratkan
keseimbangan antara sector Riil dan sector Moneter, dimana bunga menjadi variabel yang
sangat dominan dalam menentukan keseimbangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sektor Moneter dan Sektor Rill?
2. Contoh Hadis Ekonomi Islam pada Sektor Moneter dan Sektor Rill?
3. Bagaimana Hubungan Sektor Riil dan Sektor Moneter dalam Perspektif Islam?
4. Bagaimana Penerapan Kebijakan Moneter Islam?
5. Bagaimana Penerapan dalam Sistem Moneter Islam?
6. Bagaimana Perbedaan dalam Sistem Ekonomi Moneter Konvensional dengan Sistem
Ekonomi Islam?

C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Sektor Moneter dan Sektor Rill
2. Memahami Contoh Hadis Ekonomi Islam pada Sektor Moneter dan Sektor Rill
3. Memahami Hubungan Sektor Riil dan Sektor Moneter dalam Perspektif Islam
4. Memahami Penerapan Kebijakan Moneter Islam
5. Mengetahui Penerapan dalam Sistem Moneter Islam
6. Mengetahui Perbedaan dalam Sistem Ekonomi Moneter Konvensional dengan
Sistem Ekonomi Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sektor Moneter dan Sektor Rill


1. Pengertian Sektor Moneter
Sektor moneter adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh bank sentral untuk
mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang. Secara lebih khusus,
kebijaksanaan moneter bisa diartikan sebagai tindakan makro pemerintah (Bank Sentral)
dengan cara mempengaruhi proses penciptaan uang.
Sistem moneter juga mengatur jumlah uang yang beredar di sebuah negara
agar inflasi bisa terkendali. Inflasi yang tidak terkendali akan mengakibatkan nilai mata
uang anjlok. Jika nilai mata uang anjlok, maka harga akan melambung tinggi. Uang tidak
berarti lagi, dan dapat mengancam kondisi perekonomian suatu negara. Dan juga
mengawasi cadangan valuta asing negara, nilai devisa, serta semua komponen yang
berhubungan dengan keuangan negara.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diterapkan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai mata uang suatu negara.`Kestabilan mata uang yang
dimaksud mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama adalah, kestabilan terhadap harga-
harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sementara, dimensi
kedua terkait dengan kestabilan nilai tukar suatu negara terhadap mata uang negara lain.

2. Pengertian Sektor Rill


Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan
jasa. Sektor riil adalah lingkungan suatu usaha yang nyata dan sungguh. sektor riil adalah
kegiatan penanaman modal yang melibatkan barang-barang produktif yang nantinya
dapat memberikan keuntungan bila dikelola dengan baik.
Sektor rill adalah sektor penghasil barang seperti pertanian, pertambangan, dan
industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional.
Sektor rill itu sektor ekonomi yang secara langsung menghasilkan ouput. Outputnya
biasanya berupa barang dan jasa. Perdagangan, industri, pertanian, pariwisata, itu semua
termasuk sektor riil. Karena mereka secara langsung berproduksi dan memperkerjakan
SDM dan membayar upah.

B. Hadis Ekonomi Islam Pada Sektor Moneter Dan Sektor Rill


Dalam ekonomi Islam tidak di kenal adanya pendikotomian antara sektor moneter
dan sektor rill. Sektor moneter dalam definisi ekonomi Islam diartikan sebagai
mekanisme pembiayaan transaksi atau produksi di pasar riil. Jadi, perekonomian Islam
adalah perekonomian yang berbasis pada sektor rill, Khususnya perdagangan. Oleh
karenanya, sektor moneter dan sektor rill saling berkaitan dan berhubungan.
 
Sebagaimana Firman Allah SWT  dalam QS. Al-Baqarah: 275

‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬


Artinya : “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan Riba”

Dari ayat tersebut telah tergambar bahwa transaksi jual-beli atau perdagangan
merupakan instrument yang ditekankan dalam ekonomi Islam. Artinya perekonomian
Islam adalah perekonomian riil. Sementara yang dimaksud dengan sektor moneter dalam
perekonomian Islam, hanyalah aktivitas yang lebih lebih didominasi oleh kegiatan
pengaturan arus kas oleh negara sebagai penopang sektor rill. Dalam ekonomi kapitalis,
bunga merupakan jantung dari sektor moneternya, sedangkan dalam ekonomi Islam,
jantung dari sektor moneternya adalah sistem bagi-hasil (profit and loss sharing).

C. Hubungan Sektor Moneter dan sektor Rill dalam Perspektif Islam


Pendikotomian antara sektor moneter dan sector Riil memang bukan lagi menjadi
isu hangat saat ini, karena hal ini telah terjadi secara tidak disadari oleh banyak kalangan.
Bahkan beberapa pakar ekonomi konvensional telah mengakui bahwa antara sector
moneter dan sector riil tidak ada keterkaitan antara keduanya.
Menurut Nopirin (1984) disebutkan bahwa golongan klasik konvensional telah
percaya bahwa arus uang (moneter) tidak memiliki hubungan dengan sector Riil. Artinya
penambahan uang beredar hanya akan meningkatkan harga saja, tanpa mempengaruhi
jumlah transaksi riil. Jadi, menurut pemahaman klasik konvensional tak ada hubungan
antara sector riil dengan sector moneter, antara keduanya berjalan secara sendiri-sendiri.
Dalam ekonomi Islam tidak di kenal adanya pendikotomian antara sector Moneter
dan sector Riil. Sebagaimana dalam teori endegeus money, kebijakan moneter hanyalah
representasi dari sector riil (Chouwdury,1986). Sector Moneter dalam definisi ekonomi
islam diartikan sebagai mekanisme pembiayaan transaksi atau produksi di pasar Riil.
Jadi, perekonomian Islam adalah perekonomian yang berbasis pada sector Riil,
Khususnya perdagangan. Oleh karenanya, sector moneter dan sector Riil saling berkaitan
dan berhubungan.
Dalam ekonomi Kapitalis, bunga merupakan jantung dari sector Moneternya,
sedangkan dalam ekonomi islam, jantung dari sector moneternya adalah sistem bagi-hasil
(profit and loss sharing). Dalam konsep ekonomi syari’ah, jumlah uang yang beredar
bukanlah variabel yang dapat ditentukan begitu saja oleh pemerintah sebagai variabel
eksogen. Dalam ekonomi syari’ah, jumlah uang yang beredar ditentukan dalam
perekonomian sebagai variabel endogen, yakni ditentukan oleh banyaknya permintaan
akan uang di sektor riil. Atau dengan kata lain, jumlah uang yang beredar sama
banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian.
Kebijakan Moneter dalam Islam akan sangat menentukan hubungan antara sector
riil dan sector Moneter, agar keduanya saling beriringan dan saling menopang sebuah
perekonomian. Dalam sistem moneter konvensional, instrument moneter merupakan alat
kebijakan moneter, yang pada dasarnya ditujukan untuk mengatur uang beredar di
masyarakat. instrument bunga yang dijadikan sebagai pengendali preferensi jumlah uang
yang beredar di pasar keuangan. Ekonomi Islam tidak mengenal istilah Bunga (riba)
dalam setiap kebijakannya. oleh karena itu, dalam kebijakan moneter pun bunga akan
absen.
Fokus dari arah kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan
stabilitas perputaran sumber daya ekonomi. Sederhananya, para regulator harus
memastikan ketersediaan produk-produk keuangan untuk menyerap potensi-potensi
Investasi masyarakat. arah dari kebijakan moneter Islam adalah sebagai pelengkap dan
penyempurna sistem ekonomi Islam yang berbasis pada perdagangan atau produksi (riil).
Aktivitas yang tinggi di bidang perdagangan dan produksi nantinya akan meningkatkan
jumlah uang yang beredar. Dengan inilah antara sector riil dan moneter saling berkaitan
dan berbanding lurus.

D. Penerapan kebijakan moneter Islam


Aplikasi dari penerapan kebijakan moneter Islam temporer memang masih hanya
sebatas isu-isu para akademisi. Menurut Ali Sakti (2007) sulitnya penerapan moneter
Islam, disebabka: pertama, sector moneter islam memang masih belum berkembang, atau
dengan kata lain sector keuangan Islam masih belum pada tingkat signifikan dan sector
keuangan nasional. Kedua, dikarenakan perkembangan keuangan Islam yang masih ada
pada tahap awal, maka para pakar keuangan Islam masih terus mengembangkannya.
Keuangan Islam pada hakikatnya merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi
sector riil yang menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat antara sector moneter dan
sector riil dalam sebuah perekonomian Islam.
Perbedaan lingkungan operasional keuangan Islam, dengan apa yang berlaku di
keuangan konvensional. Keuangan Islam akan menggambarkan aktivitas ekonomi riil
yang menggunakan berbagai jenis transaksi seperti perdagangan dan investasi serta jasa-
jasa keuangan.
Terlihat bahwa dalam dual economic System , keuangan Islam menjadi penguat
aktivitas sector riil yang menyeimbangi sector moneter. Sedang sector social economi
yang di aplikasikan melalui Zakat, Infak, Shadaqah, dan Waqaf akan semangkin menjadi
penguat struktur perekonomian riil. Bentuk instrument moneter Islam berisi berbagai
kebijakan-kebijakan yang akan memperlancar arus uang ke sector riil atau dengan kata
lain akan menekan uang beredar yang menganggur untuk masuk kesektor riil.
Namun perlu disadari juga bahwa penerapan dual economic system dalam sistem
keuangan dapat saja terjadi fenomena dilematis atau trade off antara keuangan Islam dan
keuangan konvensional terutama ketika porsi keuangan Islam masih sedikit.
Sebagai contoh adalah ketika bank central menaikan suku bunga diatas tingkat
bagi hasil di perbankan syariah. Hal ini akan membuat kontraksi yang cukup berarti di
sisi penghimpunan bank syariah jika para nasabah masih sensitive terhadap kenaikan
tingkat suku bunga.
E. Peranan dalam sistem moneter islam
Dalam ekonomi konvensional, fungsi uang disamakan dengan komoditi sehingga
menyebabkan timbulnya pasar tersendiri dengan uang sebagai komoditinya dan bunga
sebagai harganya. Pasar ini adalah pasar moneter yang tumbuh sejajar dengan pasar riil
(barang dan jasa) berupa pasar uang, pasar modal, pasar obligasi dan pasar derivatif.
Akibatnya, dalam ekonomi konvensional timbul dikotomi sektor riil dan moneter.

F. Perbedaan dalam sistem moneter konvensional dengan sistem moneter Islam


Terdapat perbedaan dalam sistem moneter konvensional dengan sistem moneter
Islam. Perbedaan tersebut diantaranya adalah dalam hal instrumennya. Di dalam moneter
konvensional intrumen yang digunakan adalah suku bunga, sedangkan intrumen dalam
moneter Islam berbasis pada bagi hasil (Loss and Profit Sharing). Fokus kebijakan
moneter konvensional adalah mengatur jumlah uang beredar sedangkan kebijkan moneter
Islam berfokus pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi. Hal tersebut
sejalan dengan konsep uang dalam ekonomi Islam bahwa uang harus mengalir (flow
concept) yang digunakan untuk mendukungnya berputarnya sumber daya ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perekonomian terbagi kedalam dua sektor, yaitu sektor Moneter dan
Sektor Riil. Disaat sistem bunga belum eksis, sektor riil lah yang mendominasi sistem
perekonomian sebuah Negara, yang direpresentasikan dengan pasar Barang dan Jasa.
Namun di saat sistem bunga sudah menjadi instrument mutlak dari sebuah perekonomian,
maka lahirlah sektor moneter (keuangan) yang direpresentasikan melalui Pasar Uang,
dengan bunga sebagai harganya. Lahirnya pasar uang telah membawa perekonomian
dunia pada situasi yang tidak menentu. Betapa tidak, pasar Uang dengan bunga sebagai
Instrumen pentingnya telah membuat Pasar Barang dan Jasa menjadi lesu, karena aliran
uang menumpuk pada sektor Moneter. Sehingga antara sektor Riil dan Sektor Moneter
tejadi pemisahan dan pendikotomian.
Dalam perekonomian Islam tidak memandang bunga dalam seluruh aktivitasnya.
Absenya bunga digantikan oleh sistem berbasis profit and loss sharing (PLS). mekanisme
kerja PLS adalah representasi dari aktivitas usaha kemitraan yang berbasis sektor Riil.
Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam seluruh kegiatan ekonominya selalu berdasarkan
pada kondisi riil. Namun bukan berarti Islam menafikan sektor Moneter. Sektor Moneter
tidaklah independen terhadap perubahan-perubahan di sektor riil. Keduanya akan
berintegrasi dalam satu kesatuan, sektor riil akan menentukan level keseimbangan sektor
moneter, namun bukan berarti pergerakan sektor riil disebabkan oleh sektor moneter.
Oleh karena itu antara keduanya akan saling menguatkan dan saling berhubungan,
sehingga sektor moneter bukanlah variable bebas yang berdiri sendiri.

B. Saran
Kami berharap makalah yang kami paparkan dapat memberikan mamfaat kepada
teman-teman sekalian. Kritik serta saran membangun sangat kami harpkan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya,
DAFTAR PUSTAKA

Ali Sakti, Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Aqsa Publishing. Jakarta:
2007

Adiwarman karim, Ekonomi Makro Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta:2008


M.Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Gema Insani Press, Jakarta: 2000

MB.hendrie Anto, Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam. Jurnal Solusi, Volume 1, Nomor
1,Tahun 2006. Hal: 83.

Nopirin, Ekonomi Moneter, BPFE Universitas Gadjah Mada, jogyakarta, 1984

Hurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam pendekatan teoritis, Kencana. Jakarta:2008

Leonard Tampubolon, Agenda Penggerak Sektor Riil, direktorat keuangan Negara-BAPENAS,


disampaikan pada seminar Nasional dengan tema “Pemerintah Baru dan Percepatan
pembangunan Indonesia, dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-52, 19 Nov 2009
Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Mustafa Edwin dkk, 2006

Muhammad Hendry Imansyah, Krisis Keuangan di Indonesia dapatkah diramalkan ?, PT Elex


Media Kompotindo, Jakarta:2009

Anda mungkin juga menyukai