Anda di halaman 1dari 21

TEORI KEBIJAKAN MONETER ISLAM

TAFSIR AYAT DAN HADIST EKONOMI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH: KELOMPOK 6

1.Jihan elpi rahmi jambak (190200265)


2.Leli khairani (1940200289)
3.Putri yulia rosa lubis (1940200264)
4. Raudah Lubis (1940200254)
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Muhammad Arsad Nasution,M.,Ag

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SYAHADA PADANG SIDIMPUAN
T.A 2022.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini , guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Tafsir Ayat Dan Hadis Ekonomi yang berjudul “TEORI
KEBIJAKAN MONETER ISLAM ”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang membantu terutama pada pihak penulis buku, jurnal yang menjadi referensi dalam
pembuatan makalah ini. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga
dibalas oleh Allah Swt.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran,masukan bahkan kritik yang membangun dari puhak
pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat membantu bagi para pembaca
dan semoga segala sesuatu atas yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah Swt
nantinya ,Aamin ya robbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padangsidimpuan,19 oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
A.Latar Belakang........................................................................................................................ 4
B.Rumusan Masalah....................................................................................................................5
C.Tujuan...................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 6
A.Sasaran Moneter Islam............................................................................................................ 6
B.Urgensi Pelarangan Riba dalam Keuangan Islam................................................................... 8
C.Konsep Time Value Of Money dalam Islam....................................................................... 11
D.Konsep Bank Sentral dalam Islam.........................................................................................14
E.Peran Sektor Keuangan Syariah bagi Perekonomian.............................................................16
BAB III PENUTUPAN............................................................................................................19
Kesimpulan................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Secara umum, kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan oleh otoritas moneter
(bank sentral) suatu negara dalam mengontrol atau mengendalikan jumlah uang beredar (JUB)
melalui pendekatan kuantitas atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk
mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk dalam didalamnya stabilitas
harga dan tingkat pengangguran yang rendah.
Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Litteboy and Taylor bahwa
kebijakan moneter merupakan upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi
perkembangan moneter (jumlah uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk
mencapai tujuan ekonomi tertentu yang meliputi : pertumbuhan ekonomi, stabilitas mata
uang dan keseimbangan eksternal serta perluasan kesempatan kerja. Para ekonom meyakini
bahwa melalui kebijakan moneternya, Bank Sentral dapat mengontrol JUB.
Secara khusus,Pasal (1) Ayat 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (BI) yang kemudian diamandemen menjadi Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia menyatakan bahwa:
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diterapkan dan dilaksanakan oleh Bank
Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah yang dilakukan antara lain
melalui pengendalian uang beredar/suku bunga.

4
Dari defenisi yang terakhir,BI sebagai bank sentral di Indonesia dalam operasi
kebijakan moneternya bisa menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku
bunga/harga. Pilihan mengenai pendekatan apa yang akan digunakan sangat tergantung pada
efektivitas di antara kedua pendekatan tersebut dan sifat dari tujuan akhir kebijakan moneter,
Apakah bertujuan jamak (ganda) atau tunggal (single).
Berdasarkan definisi dan keterangan mengenai kebijakan moneter yang ada masih
berfokus pada ekonomi yang bersifat konvensional dan masih kurangnya nilai-nilai yang
mengandung islam dalam pengaplikasiannya dalam keuangan dan bank-bank sentral. Untuk
itu kita bisa mempelajari dan mengaplikasikan nilai islam dalam keuangan dan kebijakan
moneter.
Untuk itu kita harus terlebih dahulu apa itu islam dan kebijakan apa saja yang
digunakan dalam islam dan hubungannya dengan keuangan dan bank sentral.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kita bahas diatas, masalah pada makalah ini
dapat di bagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
a. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Moneter?
b. Siapa yang menjadi Sasaran dari Ekonomi Moneter Islam ini?
c. Apa saja yang termasuk dalam Urgensi Pelanggaran Riba dalam Keuangan Islam?
d. Bagaimana konsep Time Value of Money dalam Islam?
e. Bagaimana konsep Bank Sentral dalam Islam?
f. Seperti apa Peran Sektor Keuangan Syariah bagi Perekonomian?

C.Tujuan
Ada pun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah:
a. Setelah mempelajari makalah ini kita mampu menganalisis Sasaran Moneter Islam.
b. Kita dapat mengetahui Urgensi pelanggaran Riba dalam Keuangan Islam.
c. Economic Value Of Time
d. Kita dapat mengetahui Konsep Bank Sentral dalam islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Sasaran Moneter Islam


Basis syariat adalah hikmah dan kemaslahata manusia di dunia dan
diakhirat,kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna ,rahmat,kebahagiaan dan
kebijaksanaan.Apapun mengubah keadilan menjadi penindasan ,rahmat menjadi kesulitan
dan, kesejahteraan menjadi kesengsaraan dan hikmah menjadi kebodohan,tidak ada
hitungannya dengan syariat.Tujuan utama syariat adalah mendorong kesejahteraan manusia
yang terletak pada perlindungan kepada keimanan, kehidupan ,akal, keturunan dan
kekayaan mereka .Apapun yang menjamin terlindungnya lima perkara ini akan memenuhi
kepentingan umum dan dikehendaki .
Sistem perbankan dan uang berperan penting dalam perekonomian islam, seperti
halnya dalam perekonomian lainnya.Akan tetapi untuk memainkan peran ini,menurutajaran
islam ,perlu adanya reformasi dan reorganisasi sedemikian rupa sehingga seirama dengan
etos islam dan mampu memenuhi aspirasi umat .Setiap program reformasi yang diperlukan
harus memasukkan dua komponen utama yaitu sasaran dan strregi.

1.Sasaran
Sistem perbankan dan uang ,seperti aspek aspek kehidupan islam lainnya ,harus
direkayasa untuk mendukung pencapaian sasaran sasaran utama sosio ekonomi islam .Sistem

6
itu juga harus terus melaksanakan fungsi utamanya yang berkaitan dengan bidangnya khusus
dan seperti sistem perbankan lainnya,sebagian diantaranya yang paling penting bagi
pembahasan karakteristik utama sistem uang dan perbankan islam diantara lain:
1. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju
pertumbuhan ekonomi yang optimal.
2. Keadila sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata
3. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang
dapat diandalkan ,standar yang adil bagi pembayaran yang ditangguhkan ,dan alat
penyimpanan nilai yang stabil.
4. Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu
cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak
yang bersangkutan.
5. Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan
dari sistem perbankan.

Karena itu, meskipun tingkatan kesempatan kerja penuh dan kesejahteraan material
sangat penting dalam konteks islam,namun laju pertumbuhan yang tinggi menjadi penting
hanya dalam batas yang mendukung kepada kesempatan kerja penuh dan kesejahteraan
ekonomi yang berbasis luas.Tujuan keadilan sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan
pendapata yang merata ,secara aklamasi dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari
falsafah moral islam dan didasarkan pada komitmennya yang pasti terhadap persaudaraan
kemanusiaan . Sesungguhnya ada penekanan besar pada keadilan persaudaraan di dalam Al-
quran dan As sunnah sehingga nyaris tidak terbayang sebuah masyarakat muslim ideal
dimana hal- hal ini tidak diaktualisasikan di dalamnya .Keduanya secara esensial merupakan
dua profil dari satu wajah. Keduanya tidak dapat direalisasikan tanpa adanya distribusi
pendapatan dan kekayaan .Karena itulah ,sasaran sasaran ini terintegrasi kuat kedalam
seluruh ajaran islam sehingga realisasinya menjadi suatu komitmen spiritual masyarakat
muslim .

2.Strategi
Bagaimanapun juga, sasaran-sasaran ini tidak dapat dicapai tanpa adanya suatu
strategi yang tepat. Disinilah ,islam memiliki keunggulan nyata .Bukan saja sasaran sasaran
yang merupakan bagian integral dari ideologi islam,tetapi juga sebagia isi strategi merupakan
bagian dari syariah dan tidak dapat dipisahkan .

7
Elemen terpenting dari strategi islam untuk mencapai tujuan tujuan islam adalah
terintegrasinya semua aspek kehidupan keduniaan dengan aspek spritual untuk
menghasilkan suatu peningkatan moral manusia dan masyarakat dimana ia hidup.Tanpa
peningkatan moral semacam ini ,tak satupun sasaran akan dapat diwujudkan dan
kesejahteraan manusia yang hakiki sulit dicapai.
Hal ini memfokuskan perhatian kita kepada konsep kesejahteraan dalam islam.
Kesejahteraan manusia hanya dapat direalisasikan melalui pemenuhan kebutuhan material
dan spiritual manusia sedemikian rupa sehingga salah satu dari kedua aspek ini tidak ada
yang diabaikan .Islam memang mendorong kaum muslimin untuk menguasai alam dan
memanfaatkan sumber sumber daya yang disediakan oleh allah bagi kepentingan manusia,
namun mengingatkan mereka juga agar jangan mementingkan satu aspek dengan
mengumpulkan materi sebagai ukuran prestasi manusia karena hal ini akan menyebabkan
mereka lupa kepada pemenuhan aspek spiritual manusia yang tidak bisa diabaikan .Islam
telah begitu tegas mengikatkan aspek kehidupan material dan spiritual sehingga hal itu
berfungsi sebagai sumber kekuatan yang saling menguntungkan dan keduanya bersama sama
berfungsi sebagai pondasi kebahagiaan dan kesejahteraan manusia yang hakiki.
Sesungguhnya tidak ada pemisahan antara kehidupan material dan spiritual dalam
islam .Semua usaha manusia, apakah itu dibidang ekonomi ,sosial ,pendidikan, atau
ilmiah ,bernuansa spiritual selama hal itu sesuai dengan sistem nilai nilai islam.
Dengan demikian strategi islam yang penting adalah bahwa islam telah menyediakan
sebuah cetak biru untuk mereorganisasikan semua aspek kehidupan ,apakah itu
ekonomi,politik, atau sosial agar dapat memperkuat jaringan moral masyarakat dan
mengaktualisasikan sasaran sasaran agung dalam islam.Umpamanya, distribusi kekayaan
yang adil suatu tujuan yang diklaim oleh semua sistem perekonomian tidak dapat
direalisasikan tanpa adanya :
a. Suatu kepercayaan kepada persaudaraan manusia ,yang bermuara hanya kepada
keesaan tuhan yang telah menciptakan manusia dan tanggung jawab sepenuhnya
kepadany
b. Suatu sistem sosio ekonomi yang mereorganisasikan masyarakat pada pondasi moral
untuk mengembangkan interaksi sosioekonomi yang didasarkan kepada keadilan .

Suatu sistem sosio politik yang mencegah ketidakadilan dan eksploitasi melalui berbagai
cara ,diantaranya melarang riba, dan mewajibkan secara moral kepada individu,masyarakat
dan negara untuk mengulurkan dukungan material kepada yang lemah dan yang mendapat
kesusahan.

8
B.Urgensi Pelarangan Riba Dalam Keuangan Islam
1.Arti Riba
Sesudah mengetahui ketegasan hukum Al-Quran dan As Sunnah terhadap riba ,Riba
secara literal berarti bertambah ,berkembang,atau tumbuh,akan tetapi tidak setiap
penambahan atau pertumbuhan itu dilarang oleh islam .Dalam syariah ,riba secara teknis
mengacu kepada pembayaran ‘’premi’’ yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi
pinjaman di samping pengembalian pokok sebagai syarat pinjaman atau perpanjangan batas
jatuh tempo,dalam pengertian ini riba memiliki persamaan makna dan kepentingan dengan
bunga(interest) menurut para fuqaha (ijma ulama) tanpa kecuali, akan tetapi dalam pengertian
syariah ,riba memiliki dua kategori :riba nasiah dan riba fadhal.
1. Riba Nasi’ah
Istilah nasi’ah yaitu menunda ,menangguhkan atau menunggu,dan mengacu kepada
waktu yang diberikan bagi pengutang untuk membayar kembali utang dengan
memberikan tambahan ,karena itu riba nasi’ah mengacu kepada bunga
utang .Intinya ,larangan riba nasi’ah mengandung implikasi bahwa penetapan suatu
keuntungan positif didepan pada suatu pinjaman sebagai imbalan karena
menunggu ,menurut syariah tidak diperbolehkan.
2. Riba Fadhl
Riba fadhl yaitu riba yang dilibatkan pada transaksi pembelian dari tangan ketangan
dan penjualan komoditas ,ia meliputi semua transaksi di tempat yang melibatkan
pembayaran kontan disatu pihak dan pengiriman komoditas segera di lain
pihak,berdasarkan karakteristik emas dan perak sebagai komoditas uang (commodity
money),secara umum semua disimpulkan bahwa semua komoditas yang dipergunakan
sebagai uang masuk kedalam cakupan riba fadhl,dengan demikian larangan riba fadhl
dimaksudkan untuk menjamin keadilan dan membuang semua bentuk eksploitasi
melalui pertukaran yang tidak adil dan menutup semua pintu belakang riba ,karena
menurut syariah apapun yang berfungsi sebagai sarana untuk melakukan hal –hal
terlarang ia juga dilarang.
2.Larangan Riba
Larangan riba muncul dalam Al- quran pada empat kali penurunan wahyu yang
berbeda beda yang pertama (Ar Rum :39) diturunkan dimekah ,menegaskan bahwa bunga
akan menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan ,sedangkan sedekah akan
meningkatkannya berlipat ganda ,kedua (An nisa:161)diturunkan pada masa permulaan

9
periode madinah,mengutuk dengan keras praktik riba,seirama dengan larangannya pada kitab
- kitab terdahulu.Pada tahap kedua ini Al - quran menyejajarkan orang yang mengambil riba
dengan mereka yang mengambil kekayaan orang lain secara tidak benar dan mengancam
kedua pihak dengan siksa Allah yang amat pedih.Wahyu ketiga (Ali imron :130-
132)diturunkan kira kira pada tahun kedua atau ketiga hijriah ,menyerukan kaum muslimin
untuk menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang diinginkan (dalam
pengertian islam yang sebenarnya).Wahyu keempat (Al Baqarah 275-281 )diturunkan
menjelang selesainya misi Rasulullah saw,mengutuk keras mereka yang mengambil
riba ,menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan dan riba,menyerukan mereka
mengambil pokoknya saja ,dan mengiklaskan kepada peminjam yang mengalami kesulitan .
3.Pinjaman Konsumsi dan Produksi
Argumen yang menyatakan bahwa bunga dilarang karena pada zaman rasulullah hanya
ada pinjaman konsumsi dan bunga yang disertakan dalam pinjaman demikian menyebabkan
kesulitan adalah tidak benar dan bertentangan dengan fakta ,pada masa rasulullah masyarakat
muslim telah terbiasa dengan gaya hidup sederhana dan tidak melakukan praktik konsumsi
mencolok ,karena itu tidak ada alasan meminjam dana untuk tujuan pamer diri atau untuk
keperluan konsumsi yang tidak penting ,keseluruhan argumen menyatakan bahwa bunga
menimbulkan kesulitan bagi orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi .Hanya dalam konteks inilah orang dapat memahami argumen jahiliah bahwa jual
beli seperti bunga dan perbedaan yang digambarkan oleh Al Quran antara jual beli dan
bunga .Dalam jual beli seseorang pengusaha mempunyai prospek mendapatkan
keuntungan ,namun ia juga menghadapi resiko kerugian ,sangat berbeda dengan ini ,bunga
ditentukan didepan secara positif dengan mengabaikan hasil akhir usaha bisnis ,yang
mungkin untung atau rugi bergantung banyak pada faktor faktor diluar kontrol pengusaha.
Karena itu riba bertentangan dengan penekanan dan penegasan islam pada keadilan
sosioekonomi .
4.Pelarangan Riba dalam Sistem Keuangan Islam
Pelarangan riba menurut qordhawi,memiliki hikmah yang tersembunyi dibalik
pelarangannya yaitu perwujudan persamaan yang adil diiantara pemilik harta (modal) dengan
usaha ,serta pemikulana resiko dan akibatnya secara berani dan penuh rasa tanggung
jawab .Prinsip keadilan ini tidak memihak kepada salah satu pihak ,melainkan keduanya
berada pada posisi seimbang .Konsep pelarangan riba dalam islam dapat dijelaskan dengan
keunggulannya secara ekonomis dibandingkan dengan konsep ekonomi konvensional .Riba
secara ekonomis lebih merupakan sebuah upaya untuk mengoptimalkan aliran investasi

10
dengan cara memaksimalkan kemungkinan investasi melalui pelarangan adanya pemastian
(bunga).Semakin tinggi tingkat suku bunga ,semakin besar kemungkinan investasi yang
terbendung .Lebih jauh lagi ,ketika riba hanya mencakup usury ,maka fokus pengembangan
ekonomi islam akan mengarah kepada penyempurnaan dan kelengkapan regulasi dari
infrastruktur ekonomi islam saja,yang didalamnya mencakup lembaga keuangan
islam ,namun ketika riba termasuk interest maka fokus pengembangan ekonomi islam juga
mengarah kepada tatanan makro ekonomi dan pengelolaan moneter yang berbasis emas .
5.Cara Cara Pengembangan Uang yang Tidak Mengandung Riba
Riba merupakan suatu bentuk transaksi ekonomi yang keharamannya bukan
disebabkan karena dzatnya ,namun disebabkan oleh transaksi yang dilakukan (haram
lighairihi).Ajaran islam melarang praktik riba (membungakan uang) dan mendorong umatnya
untuk melakukan investasi karena terdapat perbedaan mendasar antara investasi dan
membungakan uang.perbedaan tersebut dapat ditelaah dari defenisi hingga maknanya masing
masing yaitu:
1. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan
unsur ketidakpastian,dengan demikian perolehan returnnya tidak pasti dan tidak tetap.
2. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko karena
perolehan returnnya berupa bunga yang relatif dan pasti tetap .

Investasi ini dapat dilakukan melalui kerja sama ekonomi yang dilakukan didalam
semua kegiatan lini ekonomi ,baik produksi,konsumsi,dan distribusi.Salah satu bentuk
kerjasama dalam bisnis ekonomi islam adalah musyarakah atau mudharabah ,melalui
transaksi musyarakah damn mudharabah ini,kedua bekah pihak yang bermitra tidak akan
mendapatkan bunga ,tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing ,profit loss
sharing ini dapat sebagai sistem kerjasama yang lebih mengedepankan dalam islam ,sehingga
dapat dijadikan sebagai solusi alternatif pengganti sistem bunga.

6.Profit Loss Sharing :Solusi Islam terhadap Alternatif Pengganti Bunga


Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional ,ekonomi islam
menawarkan sistem bagi hasil (profit dan loss sharing) ketika pemilik modal (surplus
spending unit) bekerjasama dengan pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan
kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan ,keuntungan dibagi bersama dan
apabila kegiatan usaha menderita kerugian ,kerugian juga ditanggung bersama .Sistem bagi
hasil ini dapat berbentuk mudharabah atau musyarakah dengan berbagai variasinya, dalam

11
mudharabah terdapat kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak(shahibul mal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai mudharib
(pengelola) .keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak ,sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian mudharib ,namun seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kelalaian mudharib ,maka mudharib juga harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.

C.Konsep Time Value Of Money dalam Islam


1.Pendapat Para Ahli Terhadap Konsep Time Value Of Money
Konsep time value of money atau juga disebut ekonom sebagai positive time
preference menyebutkan bahwa nilai komoditi pada saat ini lebih tinggi nilainya bila
dibandingkan di masa mendatang. Time Value of Money (TVM) sangat terkait erat dengan
konsep diskonto yang yang ada dalam teori modal dan investasi.Konsep time value of money
dalam kaitannya dengan analisis modal dan investasi,maka disajikan secara bersamaan
dengan cost of capital.Pembahasan mengenai kedua persoalan ini (modal dan investasi) tidak
dapat dipisahkan dengan konsep diskonto.1
Diskonto dalam positive time preference (PTP) biasanya didasarkan pada atau paling
tidak berhubungan erat dengan bunga (interest rate). Sehingga bunga berfungsi sebagai alat
ukur dalam penentuan nilai waktu modal dan investasi. Sejak terjadinya konvergensi
pendapat dalam fikih bahwa bunga diharamkan dalam Islam karena dianggap salah satu
bentuk riba, maka muncullah pertanyaan-pertanyaan tentang penggunaan diskonto dalam
evaluasi investasi dan juga pemakainya sebagai cost of capital.
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini, yang berarti belum terdapat kesepakatan ,
menurut Anas Zarqa kalau disebut bahwa positive time preference (time value of money)
merupakan pola yang wajar dan normal dengan melihat latar histori,maka yang rasional
justru memungkinkan positive maupun negative bahkan zero time preference adalah
ketidakpastian di masa depan.2
Perbedaan pendapat terjadi pada saat suatu rate tertentu digunakan sebagai faktor
diskonto. Ahli yang satu menganggap dilarang karena islam tidak membolehkan riba. Di
pihak lain, ditemukan adanya praktek penjualan dalam bentuk bai’ as-salam dan bai’ al-

1
Ahmad Syarif,Ekonomi Islam Suatu Pendekatan Kontemporer,(Palembang: Bening Media
Publishing,2021),hlm.57.
2
Ahmad Syarif,Ekonomi Islam Suatu Pendekatan Kontemporer,(Palembang: Bening Media
Publishing,2021),hlm.58.

12
mu’ajjal yang ternyata tidak dilarang dalam islam. Dalam praktek penjualan yang demikian,
harga komoditi boleh berbeda dengan dengan harga spot-nya dengan adanya pelibatan waktu
dalam proses pertukarannnya. Secara sederhana , terkadang ini dianggap bentuk pengakuan
TVM atau adanya tingkat diskonto.
Shabir. F. Ulgeler memperbolehkan interest rate dipakai sebagai faktor diskonto.
Menurut Ulgeler yang diperlukan adalah pembedaan interest sebagai suatu surplus (riba)
dengan interest sebagai faktor perhitungan efisiensi ekonomi. Anas Zarqa sendiri
menyebutkan diskonto didasari oleh opportunity cost untuk efisiensi karena ekonom pun
sepakat bahwa mengabaikan diskonto akan menyebabkan hilangnya efisiensi , padahal islam
menghendaki efisiensi melalui pelarangan isyraf (sesuatu yang berlebihan). Hanya saja dalam
hal ini Zarqa tidak mau menggunakan interest rate sebagai faktor diskonto. Sebab, kalau
kemudian diskonto membuat interest (bunga) harus pula diterima, sudah semestinya
pengenaan diskonto atas bunga itu di tolak.
Oleh karena itulah, maka Vogel dan Hayes menyimpulkan bahwa sampai saat ini
konsep time value of capital tidak ditolak sepenuhnya dalam hukum islam (fiqh). Faktor
diskonto yang digunakan sebagai cost of capital tergantung dari aset dan resiko yang
dikandungnya. Islam tidak membolehkan pinjam-meminjam dengan bungan, namun islam
membolehkan pinjam-meminjam dengan basis profit sharing.

2.Economic Value of time dan Time Value of Money


Persoalan riba sebenarnya sangat berkaitan dengan masalah uang . sebagai
perbandingan dengan teori ekonomi konvensional (kapitalisme), Islam membicarakan uang
sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang bukanlah barang dagangan. Uang
menjadi berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk
membeli jasa. Dalam islam tidak dikenal dengan adanya time value of money yang dikenal
adalah economic value of time.3
Dalam islam , teori atau konsep mengenai time value of money dianggap sebagai
sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi. Konsep
time value of money muncul karena adanya anggapan bahwa uang disamakan dengan
makhluk hidup. Makhluk hidup untuk waktu tertentu dapat menjadi lebih besar dan

3
Ahmad Syarif, Ekonomi Islam Suatu Pendekatan Kontemporer,(Palembang: Bening Media
Publishing,2021),hlm.60.

13
berkembang. Jadi, konsep mengenai time value of money jelas merupakan sebuah kekeliruan
besar karena uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak.4
Oleh sebab itu, dalam teori keuangan selalu dikenal adanya hubungan antara rick dan
return. Bagi ekonom konvensional, hal yang menjadi argumentasi mereka akan konsep time
value ao money adalah keberadaan inflasi.
Argumentasi dari para ekonom ini tidak dapat diterima karena tidak lengkap
kondisinya, dimana dalam setiap perekonomian akan selalu ada keadaan inflasi (kenaikan
harga) dan juga deflasi (penurunan harga). Apabila keberadaan inflasi menjadi alasan adanya
konsep time value of money , maka seharusnya keberadaan deflasi juga harus menjadi alasan
adanya negative time value of money . Akan tetapi, ternyata yang diakomodasi oleh konsep
time value of money hanya kondisi inflasi saja , sedangkan kondisi deflasi diabaikan. Dari
penjelasan ini , maka argumentasi yang diberikan oleh para ekonom konvensional mengenai
konsep time value of money menjadi terbantahkan dalam ekonomi islam.
Jadi,dalam ekonomi Islam tidak mengenal adanya konsep time value of money. Uang
tidaklah memiliki nilai waktu, tetapi waktulah yang memiliki nilai ekonomi ( economic value)
jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi lain sehingga menjadi
modal yang dapat dipergunakan untuk memperoleh keuntungan . jika waktu tersebut tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik, maka waktu tersebut tidak akan memiliki nilai ekonomi.
Dalam Islam, hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Ashr ayat 1-3.
Surat tersebut menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya, yaitu
24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Akan tetapi nilai ekonomi dari waktu
tersebut akan berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain.5
Perbedaan nilai waktu tersebut sangat bergantung pada cara seseorang dalam
memanfaatkan waktu yang ada , maka akan semakin tinggi pula nilai ekonomi yang akan
didapatkan dari penggunaan waktu tersebut. Pemanfaatan waktu secara hefektif dan efisien
akan mampu mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Bahkan dalam Islam, keuntungan yang dimaksud bukan hanya keuntungan di dunia saja
melainkan juga keuntungan di akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu tidak hanya harus
efektif dan efisien, tetapi juga harus didasari dengan keimanan.

D.Konsep Bank Sentral dalam Islam

4
Catharina Vista Okta Frida, Ekonomi Syariah Pengantar Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Garudhawacana, 2020),
hlm.107.
5
Catharina Vista Okta Frida, Ekonomi Syariah Pengantar Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Garudhawacana, 2020),
hlm.108.

14
Bank sentral harus menjadi pusat sistem perbankan islam, karena hanya melalui usaha
kreatif dan sepenuh hati,sistem perbankan dan uang islam dapat mencapai aktualisasi diri. Ia
harus menjadi sebuah institusi pemerintah yang otonom yang bertanggung jawab untuk
merealisasikan sarana-sarana sosio-ekonomi perekonomian islam dalam dan melalui medan
perbankan dan uang.

1.Fungsi
Seperti halnya dengan bank-bank sentral lainnya, bank sentral islam harus
bertanggung jawab untuk mengeluarkan uang dengan koordinasi dengan pemerintah,
mengusahakan stabilitas internal dan eksternalnya. Ia harus bertindak sebagai bankir bagi
pemerintah dan bank komersial. Ia harus melakukan persiapan untuk kliring dan penyelesaian
cek dan transfer, dan harus bertindak sebagai leader of last resort. Ia harus membimbing
melakukan supervisi dan regulasi bank-bank komersial. Lembaga keuangan nonbank dan
lembaga kredit khusus, korporasi asuransi deposito dan korporasi audit investasi tanpa harus
mengganggu otonomi lembaga-lembaga ini. Tidak seperti bank sentral konvensional, ia harus
juga bertanggung jawab menutup kemungkinan konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di
tangan segelintir vested interest melalui lembaga finansial.6

2.Supervisi
Supervisi dan pengujian bank harus menjadi hal yang lebih penting dalam sebuah
sistem islam karena mungkin besar risiko yang akan ditanggung oleh bank. Akan tetapi, tidak
seperti pengujian bank-bank konvensional. Perlu dijamin bahwa di samping ada dokumentasi
yang tepat, proyek yang dibiayai harus sehat. Tentu saja ini merupakan suatu tugas yang sulit,
namun dapat dilakukan pengujian dengan sampel acak dari proyek yang dibiayai untuk
meminjam bahwa bank-bank tidak melakukan pembiayaan spekulatif atau melakukan
kegiatan ventura yang beresiko. Supervisi mensyaratkan transformasi yang memadai dan
informasi akurat serta pengawasan yang tepat. Bank sentral harus berperan penting dalam
menentukan persyaratan untuk tujuan ini. Ia harus memperkuat kontrol internal dan
mengeluarkan petunjuk kebijakan, dan memonitor kualitas aset dan operasi. Ia harus
mereformasi konsep dan prosedur pengawasan untuk menjamin kesehatan dan kejujuran.7

6
Muhammad Umer Chapra, Sistem Moneter Islam,(Medan: Gema Insani, 2000),hlm.103.
7
Muhammad Umer Chapra, Sistem Moneter Islam,(Medan: Gema Insani, 2000),hlm.105.

15
3.Alokasi Kredit
Bank sentral harus juga memiliki kekuasaan untuk membimbing dan meregulasi
operasi investasi lembaga finansial dengan suatu pandangan untuk menjadikan suatu alokasi
kredit yang sesuai dengan sarana-sarana Islam. Menurut kata-kata gubernur bank-bank
sentral dan otoritas moneter negara-negara muslim, bank sentral harus mempunyai kekuasaan
untuk mengeluarkan bimbingan-bimbingan yang berkenaan dengan tujuan-tujuan
pembiayaan yang akan dilakukan, jumlah maksimal pembiayaan ini, cash margin harus tetap
dipertahankan dan rasio kolateral harus dicapai sehubungan dengan pembiayaan semacam ini.
Alokasi kredit yang berorientasi kepada nilai ,bagaimanapun juga merupakan suatu pekerjaan
yang tidak akan dapat dicapai oleh bank sentral sendirian. Ia memerlukan suatu perencanaan
yang berorientasi kepada nilai di samping orientasi bisnis islam dan para bankir. Dalam
ketiadaan suatu perencanaan yang tepat menurut ajaran islam, bank sentral sepertin organisasi
pemerintah lainnya, tidak akan memiliki suatu pedoman yang harus diikuti dan mereka dapat
beroperasi dengan tujuan yang saling berbenturan. Dalam ketiadaan suatu orientasi moral,
semua anjuran bank sentral secara langsung maupun tidak langsung akan dihindari.

4.Peranan Keteladanan
Karena bank sentral islam akan menjadi kemudi dari sebuah sistem yang secara
keseluruhan berbeda dan menantang, ia tidak dapat menjadi penonton pasif atau pengikut
jinak teknik konvensional. Ia harus memberikan peran keteladanan dan aktif dalam
keseluruhan proses islamisasi dan evolusi yang berkelanjutan sistem perbankan, paling tidak
sampai sistem itu menjadi baik dan kuat. Seperti seorang ibu, ia harus memahami ,
menyiapkan kelahiran, menyuapi, mendidik, dan membantu sistem perbankan islam
berkembang. Hal ini disebabkan karena sistem itu, ketika beroperasi dalam sebuah kerangka
pembiayaan berdasarkan penyertaan modal, akan memerlukan teknik baru, lembaga
pendukung yang tepat, metode pengawasan yang tepat, dan suatu kerangka hukum yang
berubah. Bank sentral akan berperan sebagai inovator, penasehat kepada pemerintah, juga
lembaga financial,dan pendidik masyarakat. Ia akan melakukan persiapan untuk melatih
pegawai dan karyawan bank menuju sasaran dan menggunakan mekanisme sistem baru.
Karena itu, variabel yang akan dipakai dalam suatu kebijakan moneter yang
diformulasikan dalam sebuah perekonomian islam adalah cadangan uang (stock of money)
dari pada suku bunga. Bank sentral islam harus menjalankan kebijakan moneternya untuk
menghasilkan suatu pertumbuhan potensial dalam output selama periode jangka menengah

16
dan panjang dalam kerangka harga-harga yang stabil dan sasaran-sasaran sosioekonomi islam
lainnya.8

E. Peran Sektor Keuangan Syariah bagi perekonomian


1.Peran sistem keuangan
Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara yang
berperan dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh
lembaga keuangan Tugas utama sistem adalah mengalihkan dana yang tersedia ( launable
funds) dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli barang
dan jasa – jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan
standar kehidupan ‘’oleh karena itu ,sistem keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil
dalam perekonomian dan kehidupan.9
Berbagai studi menunjukkan bahwa sistem keuangan memainkan peran vital dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi .Perkembangan sistem keuangan mempengaruhi tingkat
tabungan ,investasi , inovasi teknologi, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang disuatu
negara , bahkan sistem keuangan mampu memprediksi perkembangan ekonomi kedepan.
Umumnya negara negara yang menjadi pemimpin perekonomian dunia adalah negara negara
yang berhasil mengembangkan sistem keuangan yang relatif lebih maju dan berfungsi dengan
baik.
2.Tujuan dan Fungsi Bank Syariah
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip
syariah demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati hatian. Perbankan syariah bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan,kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat,sedangkan apabila kita
berbicara mengenai fungsi bank syariah ,Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu
fungsi bank syariah untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan
investasi ,fungsi bank syariah untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana dari bank , dan juga fungsi bank syariah untuk memberikan pelayanan
dalam brntuk jasa perbankan syariah.
1.Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat

8
Muhammad Umer Chapra, Sistem Moneter Islam,(Medan: Gema Insani, 2000),hlm.136.

9
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Kedua,(Jakarta: Kencana,2009),hlm.17.

17
Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana .Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dengan menggunakan akad al - wadiah dan dalam bentuk investasi dengan
menggunakan akad al mudhrabah .
Al wadiah adalah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dan pihak kedua
(bank) dimana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua ,bank
menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang
diperbolehkan dalam islam .
Al mudharabah merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian
menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana yang
diinvestasikan dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan syariat islam.
2. Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan .Masyrakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat
memenuhi semua ketentuan dalam persyaratan yang berlaku . Menyalurkan dana merupakan
aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah .Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh
return atas dana yang disalurkan .Return atau pendapatan yang diperoleh bank syariah atas
penyaluran dana ini tergantung pada akadnya .Bank syariah menyalurkan dana kepada
masyarakat dengn menggunakan bermacam macam akad ,antara lain akad jual beli dan akad
kemitraan atau kerjasama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas
penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan merupakan selisih antara harga
jual kepada nasabah dan harga beli kepada bank .Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas
penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerjasama usaha adalah bagi hasil.
3..Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank
Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada
masyarakat , bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya .
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsin bank
syariah yang ketiga .Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank
syariah antara lain jasa pengiriman uang ( transfer ) , pemindahbukuan ,penagih surat
berharga dan lain sebagainya.
Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah
untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa
bank .Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informai agar dapat

18
memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah .Pelayanan yang dapat memuaskan
nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat . Harapan nasabah dalam pelayanan jasa
bank ialah kecepatan dan keakuratannya . Bank syariah berlomba lomba untuk berinovasi
dalam meningkatkan kualitas produk layanan jasanya ,dengan pelayanan jasa tersebut maka
bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income.10

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.Sasaran
Sistem perbankan dan uang ,seperti aspek aspek kehidupan islam lainnya ,harus
direkayasa untuk mendukung pencapaian sasaran sasaran utama sosio ekonomi islam .Sistem
itu juga harus terus melaksanakan fungsi utamanya yang berkaitan dengan bidangnya khusus
dan seperti sistem perbankan lainnya,sebagian diantaranya yang paling penting bagi
pembahasan karakteristik utama sistem uang dan perbankan islam diantara lain:
1. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju
pertumbuhan ekonomi yang optimal.
2. Keadila sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata
3. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang
dapat diandalkan ,standar yang adil bagi pembayaran yang ditangguhkan ,dan alat
penyimpanan nilai yang stabil.
4. Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu
cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak
yang bersangkutan.
5. Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan
dari sistem perbankan.

2.Arti Riba

10
Andrianto dan M.Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah,(Pekan Baru:Qiara Media,2019),hlm.31.

19
Dalam syariah ,riba secara teknis mengacu kepada pembayaran ‘’premi’’ yang
dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman di samping pengembalian pokok
sebagai syarat pinjaman atau perpanjangan batas jatuh tempo,dalam pengertian ini riba
memiliki persamaan makna dan kepentingan dengan bunga(interest) menurut para fuqaha
(ijma ulama) tanpa kecuali, akan tetapi dalam pengertian syariah ,riba memiliki dua
kategori :riba nasiah dan riba fadhal.
Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara yang
berperan dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh
lembaga keuangan Tugas utama sistem adalah mengalihkan dana yang tersedia ( launable
funds) dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli barang
dan jasa – jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan
standar kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Umer Chapra,Muhammad.2000.Sistem Moneter Islam.Medan: Gema Insani.

Syarif,Ahmad.2021.Ekonomi Islam Suatu Pendekatan Kontemporer. Palembang:


Bening Media Publishing.

Vista Okta Frida, Catharina.2020. Ekonomi Syariah Pengantar Ekonomi


Islam.Yogyakarta: Garudhawacana.

Budi Badruzaman.2019.”Riba Dalam Presfektif Keuangan Islam” Al Amwal, 1(2): 49-


69.

Andrianto,dan M.Anang Firmansyah.2019. Manajemen Bank


Syariah.Pekanbaru:Qiara Media.
Soemitra,Andri.2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Kedua.Jakarta:
Kencana.

20
21

Anda mungkin juga menyukai