Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM

EKONOMI SYARIAH

Dosen Pengampu: Noni Roziani, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

DODI JESE RIANTO SIBURIAN ( 7212540014 )

IRMA HUTAGALUNG ( 7211240006 )

SASMI EBIGAEL SINAGA ( 7211240007 )

ZAKIA HASANAH HASIBUAN ( 7213540032 )

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahNya kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan Makalah mengenai Konsumsi
dalam Islam dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ekonomi Syariah.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tulisan ini, terutama kepada Ibu Dosen Pengampu Noni Roziani, M.Si yang
telah memberikan arahan dalam mengerjakan makalah. Kami memohon maaf apabila dalam
kepenulisan tugas ini masih banyak terdapat kesalahan, juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan tugas ini karena kami juga masih dalam tahap
pembelajaran.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami sebagai penulis.

Kamis, 27 April 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3

BAB I........................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II ......................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3

2.1 Posisi Kebijakan Fiskal ................................................................................................. 3


2.2 Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam .................................................................... 4
2.3 Kerangka Dan Pajak Dalam Kerangka Teori ............................................................ 5
2.4 Zakat Sebagai Instrument Kebijakan Fiskal .............................................................. 6
2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Hukum Zakat .............................................. 6
2.6 Kebijakan Pendapatan Ekonomi Islam ...................................................................... 8
2.7 Formulasi Kebijaksanaan Fiskal Islami Di Era Modern ......................................... 11
BAB III ..................................................................................................................................... 14

PENUTUP ................................................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14


DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 15

References ................................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan fiskal merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah


dengan tujuan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran yang ada di dalam negara
dalam rangka menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di dalam
ekonomi islam kebijakan fiskal ditujukan sebagai salah satu alat untuk menciptakan
sebuah tujuan secara syariah.
Tujuan syariah yang di maksud yaitu : menjaga kesejateraan dan keamanan
masyarakat, menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan juga
kepemilikan. Menurut islam ada prinsip – prinsip yang harus di taati dalam
melaksanakan kebijakan fiskal secara syariah atau menurut islam. Diantara prinsip-
prisinsip itu salah satunya adalah prinsip bermuamalah yaitu dimana setiap muslim
akan dibebaskan dalam hal melaksanakan sebuah kegiatan atau aktivitas bisnis yang
telah di anjurkan di dalam islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan suatu pokok masalah


yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Jelaskan bagaimana posisi kebijakan fiscal ?

2. Jelaskan bagaimana kebijakan fiscal dalam ekonomi Islam ?

3. Jelaskan zakat dan pajak dalam kerangka teori ?

4. Jelskan zakat sebagai instrument dalam kebijakan fiscal ?

5. Jelaskan bagaimana pengaruh kebijakan fiscal terhadap hukum zakat ?

6. Jelaskan kebijakan pendapatan ekonomi islam ?

7. Jelaskan formulasi kebijaksanaan fiscal islami di era modern ?

1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Syariah

2. Untuk mengetahui bagaimana posisi kebijakan fiscal

3. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiscal dalam ekonomi Islam

4. Untuk mengetahui mengenai zakat dan pajak dalam kerangka teori

5. Untuk mengetahui zakat sebagai instrument dalam kebijakan fiscal

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan fiscal terhadap hukum zakat

7. Untuk mengetahui kebijakan pendapatan ekonomi islam

8. Untuk mengetahui formulasi kebijaksanaan fiscal islami di era modern

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Posisi Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal di dalam ekonomi islam, yaitu sebuah kebijakan pemerintah yang di
dalamnya terdapat proses pengembangan masyarakat yang selalu di dasarkan kepada hukum
distribusi kekayaan berimbang, dengan selalu menerapkan nilai – nilai material dan spiritual
pada posisi yang sama. Kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam sistem ekonomi
Islam bila dibandingkan kebijakan moneter. Adanya larangan tentang riba serta kewajiban
tentang pengeluaran zakat menyiratkan tentang pentingnya kedudukan dari kebijakan fiskal di
bandingkan dengan kebijakan moneter. Larangan bunga yang diberlaku kan pada tahun Hijriah
keempat telah mengakibatkan sistem ekonomi Islam yang dilakukan oleh nabi terutama
bersandar pada kebijakan fiskalnya saja.
Sementara itu, negara Islam yang dibangun oleh nabi tidak mewarisi harta sebagaimana
layaknya dalam pendirian suatu negara. Oleh karena itu, kita akan mampu melihat bagaimana
kebijakan fiskal sangat memegang peranan penting dalam membangun negara Islam tersebut.
Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kaum Muslimin cukup berpengalaman
dalam menerapkan beberapa instru- ment sebagai kebijakan fiskal, yang diselenggarakan pada
lembaga Baitulmal (national treasury). Dari berbagai macam instrument, pajak diterapkan atas
individu (jizyah dan pajak khusus Muslim), tanah kharaj, dan ushur (cukai) atas barang impor
dari negara yang mengenakan cukai terhadap pedagang kaum Muslimin, sehingga tidak
memberikan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat.
Pada saat perekonomian sedang krisis yang membawa dampak terhadap keuangan
negara karena sumber-sumber penerimaan terutama pajak merosot seiring dengan merosotnya
aktivitas ekonomi maka kewajiban - kewajiban tersebut beralih kepada kaum Muslimin.
Sejarah Islam mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan fiskal dalam sistem
ekonomi Islam mulai dari zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada zaman
pertengahan. Setelah zaman pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam
dalam pemerintahan Islam yang ada pada waktu itu, maka kebijakan fiskal Islami tersebut
sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem
ekonomi yang sekarang kita kenal dengan nama sistem ekonomi konvensional.

3
2.2 Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam

Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang didasarkan
pada keseimbangan antara distribusi kekayaan dengan menempatkan nilai-nilai material dan
spiritual secara seimbang. Kebijakan fiskal lebih banyak peranannya dalam ekonomi Islam di
banding dengan ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan antara lain sebagai berikut:

1. Peranan moneter relatif lebih terbatas dalam ekonomi Islam di banding dalam ekonomi
konvensional yang tidak bebas bunga. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua alasan :
a) Tingkat suku bunga tidak memainkan peranan apa pun dalam Ekonomi Islam.
b) Islam tidak memperbolehkan perjudian (spekulasi).

2. Dalam ekonomi Islam, pemerintah harus memungut zakat dari setiap Muslim yang
memiliki kekayaan melebihi jumlah tertentu (nisab) dan digunakan untuk tujuan-tujuan
sebagaimana tercantum dalam Q5 At- Taubah ayat 60.
3. Ada perbedaan substansial antara ekonomi Islam dan non-Islam dalam peranan
pengelolaan utang publik. Hal ini karena utang dalam Islam adalah bebas bunga
(interest free), sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak atau (dalam
kasus proyek-proyek produktif) berdasarkan atas bagi hasil. Dengan demikian, ukuran
utang publik jauh lebih sedikit dalam ekonomi Islam dibanding ekonomi konvensional.

Kebijakan fiskal dalam perekonomian Islam digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sama sebagaimana kebijakan fiskal dalam ekonomi konvensional (yaitu untuk stabilitas
ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan distribusi) ditambah tujuan-tujuan lain yang terdapat
dalam dokterin-dokterin Islam atau harus dicapai untuk menerapkan hukum Islam. Setidaknya
ada tiga tujuan yang hendak dicapai kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam:

1. Islam mendirikan tingkat kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih tinggi, di antara
prinsip-prinsip dan hukum lain, prinsipnya bahwa "kekayaan seharusnya tidak boleh hanya
beredar diantara orang-orang kaya saja". Prinsip ini menegaskan bahwa setiap anggota
masyarakat seharusnya dapat memperoleh akses yang sama terhadap kekayaan melalui
kerja keras dan usaha yang jujur.

4
2. Islam melarang pembayaran bunga dalam berbagai bentuk pinjaman. Hal ini berarti
bahwa ekonomi Islam tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk mencapai
keseimbangan (equilibrium) dalam pasar uang (yaitu antara penawaran dan permintaan
terhadap uang). Dengan demikian pemerintah harus menemukan alat alternatif untuk
mencapai equilibrium ini.
3. Ekonomi Islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat yang
kurang berkembang dan untuk menyebarkan pesan dan ajaran Islam seluas mungkin. Oleh
karena itu, sebagian dari pengeluaran pemerintah seharusnya digunakan untuk berbagai
aktivitas yang mempromosikan Islam dan meningkatkan kesejahtera an Muslim di negara-
negara yang kurang berkembang.

2.3 Zakat Dan Pajak Dalam Kerangka Teori

Zakat adalah pembayaran yang dipungut dari harta bersih sese- orang yang harus
dikumpulkan oleh negara dan dipergunakan untuk tujuan-tujuan khusus seperti untuk
jaminan sosial, bukan untuk pengelua ran rutin pemerintah. Secara etimologis, zakat
berasal dari kata dasar bahasa Arab zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik dan
bertambah. Sedangkan secara terminologis di dalam fiqih, adalah sebutan atau nama bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT. supaya diserahkan kepada orang-
orang yang berhak (mustahiq) oleh orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat (muzakki).
Adapun ayat yang menerangkan kewajiban membayar zakat diantaranya dalam surat
At- Taubah ayat 103 yaitu :

ْۗ‫ل َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ط ِه ُرهُ ْْۗم َوتُزَ ِك ْي ِه ْْۗم بِ َها َو‬


ِْۗ ‫ص‬ َ ُ ‫ص َدقَةْۗ ت‬ ْْۗ ‫ُخ ْْۗذ ِم‬
َ ‫ن ا َ ْم َوا ِل ِه ْْۗم‬
ْۗ‫س ِميْعْۗ َع ِليْم‬ ُْٰۗ ‫ن لَّ ُه ْْۗم َو‬
َ ‫ّللا‬ ْۗ ‫س َك‬
َ ‫ك‬ َْۗ َ ‫ص ٰلوت‬ َ ‫ِن‬ َّْۗ ‫ا‬

Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui". (QS. At- Taubah:103)

5
Sedangkan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara ber dasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak
dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi
barang barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Zakat dan pajak sebagai penerimaan fiskal negara memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah:
1. Kedua-duanya sama-sama dipungut dari harta kekayaan yang dimilik seseorang
atau badan hukum;
2. Zakat dan pajak digunakan untuk kepentingan sosial bukan untuk kepentingan
pribadi;
3. Zakat dan pajak merupakan sarana untuk mendistribusikan keadilan sosial kepada
masyarakat dalam hal ekonomi;
4. Zakat dan pajak juga merupakan respon terhadap akumulasi kondisi sosial yang
menuntut pembiayaan dari masyarakat; dan
5. Masing-masing pernah dikelola oleh negara (Islam).

Adapun perbedaan antara kedua sistem tersebut antara lain:

1. Pajak berlandaskan norma-norma hukum negara yang mengikat berdasarkan Undang-


Undang, sedangkan zakat berlandaskan Al- Quran dan Hadis.
2. Pajak mengalami perkembangan yang signifikan baik dalam hal jenisnya maupun
besarnya ketentuan pajak yang dikeluarkan dari harta kekayaan. Sedangkan, zakat tidak
mengalami perubahan yang berarti untuk meningkatkan pendapatan negara di sektor
zakat bahkan zakat dianggap akan mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak
penghasilan.
3. Selain itu, pada masa sekarang pajak memiliki kekuatan mengikat bagi subjek pajak
karena diakui dalam hukum positif negara. Bagi para pelanggar pajak jelas konsekuensi
hukumannya, sementara bagi pelanggar zakat tidak ada ketentuan hukum positif dan
menjadi tanggung jawab setiap individu Muslim dengan Tuhannya.
4. Ketentuan pajak telah dirasionalisasikan dengan nalar sekular sehingga masyarakat
Barat dapat dengan rela membayarkan pajak meskipun dengan angka yang tinggi.
Sementara umat Islam untuk membayar zakat yang 2,5% saja masih keberatan, karena

6
tidak dukung oleh rasionalitas perhitungan ilmu slonomi makro, di samping
mencerminkan lemahnya iman.

2.4 Zakat Sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal

Pada masa awal Islam tentang kebijakan fiskal, ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan catatan khusus yaitu tentang peningkatan per tumbuhan ekonomi dan tingkat
partisipasi kerja, kebijakan pajak. Anggaran, dan kebijakan fiskal khusus. Dalam hal
kebijakan fiskal, zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi
pendapatan kekayaan, bahkan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumen. Zakat
berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen dalam hal mengalokasikan pendapatannya
untuk tabungan atau investasi dan konsumsi.
Untuk melihat kedudukan zakat dalam kebijakan fiskal adalah dengan menggunakan
ilmu ekonomi makro, yaitu suatu cabang dari ilmu ekonomi berkaitan dengan perma-
salahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan makro. Secara
konvensional, perekonomian secara makro dipilah-pilah menjadi beberapa sektor.
Berdasarkan pendekatan pengeluaran (expenditure approach) perekonomian suatu negara
secara makro dapat dipilah ke dalam tiga faktor, yaitu:
1. Sektor perorangan atau rumah tangga
2. Sektor badan usaha atau bisnis
3. Sektor pemerintah

Perekonomian yang hanya meliputi sektor ekonomi dalam negeri, Pembagian sektor ini
berlaku bagi perekonomian tertutup, yaitu dengan asumsi bahwa suatu negara tidak
mempunyai hubunganekonomi dengan negara lain. Sementara untuk model ekonomi
makro terbuka, yaitu perekonomian yang dipenuhi interaksi dengan negara lain, terdapat
satu sektor lagi yaitu sektor perdagangan luar negeri (ekspor impor).
Secara matematis, model makro perekonomian tertutup (perkonomian dalam negeri)
dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y=C+I+G

Dimana:
Y = Pendapatan Nasional

7
C = Konsumsi sektor perorangan
1 = Investasi sektor bisnis
G = Konsumsi sektor pemerintah

Model makro yang konvensional ini dapat dikatakan tidak realistik. Sisi kredit
(liabilities) pada neraca sektor perorangan memperlihatkan bahwa pengeluaran seseorang
hanya terdiri atas pembayaran dan pembiayaan untuk konsumsi. Dalam model makro
ekonomi Islam dengan pendekatan pengelua ran, perekonomian domestik tidak hanya
terdiri atas tiga sektor yang sudah disebutkan. Akan tetapi, terdapat satu sektor lagi, yaitu
sektor sosial. Sektor ini mencakup lembaga-lembaga sosial yang ada dimasyara kat, antara
lain yayasan-yayasan, amil zakat, panti asuhan, lembaga swa daya masyarakat, dan
sebagainya. Pendapatan lembaga ini bersumber dari perorangan (berupa personal sosial
responsibility) dan dari perusahaan (berupa business sosial reponsibility). Pendapatan ini
mereka keluarkan untuk kesejahteraan sosial.

2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Dalam Hukum Zakat

Dengan bersatunya zakat dan pajak dalam kebijakan fiskal, maka persoalan dualitas
beban yang harus ditanggung mayarakat Muslim dapat terselesaikan. Dengan demikian,
pajak dan zakat dapat menjadi instrumen utama dalam kebijakan fiskal suatu negara
(Muslim). Pajak sebagai salah satu instrumen utama dalam kebijakan fiskal mempunyai
fungsi budgetair dan fungsi regulerand. Dengan adanya kedua fungsi tersebut, pemerintah
bebas menentukan subjek, objek,tarif dan sasaran pendistribusian pajak sesuai dengan
tujuan-tujuan pembangunan ekonomi yang hendak dicapai oleh pemerintah (eksekutif
bersama-sama dengan legislatif) dalam APBN suatu negara.
Apabila zakat dimaknai demikian, tentunya akan menimbulkan pergeseran terhadap
hukum zakat yang selama ini diterapkan oleh masyarakat Muslim, terutama menyangkut
tarif zakat yang menurut kesepakatan para fuqaha" tidak dapat diubah-ubah. Agama Islam
telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat merupakan salah satu rukun dan fardhu yang
wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang hartanya sudah memenuhi kriteria dan syarat
tertentu.

8
Pengaruh kebijakan fiskal dalam hukum zakat adalah hal yang penting untuk dipahami
karena zakat memiliki peran yang besar dalam membantu pemerintah dalam mewujudkan
keadilan sosial dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa poin
penting yang dapat dijadikan materi dalam menjelaskan pengaruh kebijakan fiskal dalam
hukum zakat:
a) Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah melalui
pengaturan pengeluaran dan penerimaan negara. Kebijakan fiskal meliputi pajak,
pengeluaran pemerintah, dan hutang negara.
b) Zakat adalah salah satu rukun Islam yang memiliki arti zakat harta atau sedekah
yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim yang memiliki harta yang mencapai
nisab (jumlah tertentu) dan sudah melewati satu tahun hijriyah.
c) Kebijakan fiskal memiliki pengaruh langsung terhadap zakat karena zakat dianggap
sebagai salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang sangat penting untuk
mewujudkan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang baik
dapat meningkatkan efektivitas pengumpulan zakat dan memperbaiki distribusi
zakat kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat).
d) Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Pengumpulan Zakat Kebijakan fiskal yang
kurang baik dapat berdampak negatif pada pengumpulan zakat. Misalnya, kebijakan
fiskal yang membebankan pajak yang terlalu berat pada masyarakat dapat
menyebabkan penurunan daya beli dan pengurangan pendapatan, sehingga
masyarakat akan sulit untuk membayar zakat. Di sisi lain, kebijakan fiskal yang
mengurangi pajak atau memberikan insentif kepada pengusaha dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat sehingga mendorong masyarakat
untuk lebih mudah membayar zakat.
e) Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi distribusi zakat kepada mustahik.
Misalnya, kebijakan fiskal yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan akan membantu meningkatkan jumlah mustahik yang
dapat menerima zakat, sehingga distribusi zakat menjadi lebih efektif dan merata.
Di sisi lain, kebijakan fiskal yang memperburuk kesenjangan ekonomi dan sosial
dapat menyebabkan distribusi zakat yang tidak merata dan tidak efektif.

Prinsip-prinsip zakat meliputi:


▪ Prinsip Keyakinan Kegamaan; yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan
salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.

9
▪ Prinsip Pemerataan dan Keadilan; merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi
kekayaan yang diberikan Allah SWT lebih merata dan adil kepada manusia.
▪ Prinsip Produktifitas; menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik
tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.
▪ Prinsip Nalar; sangat rasional zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan
▪ Prinsip Kebebasan; zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas.
▪ Prinsip Etika Dan Kewajaran; yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena."

Tujuan zakat ialah:


➢ Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup
serta penderitaan;
➢ Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq (penerima
zakat);
➢ membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama Muslim dan manusia pada
umumnya;
➢ menghilangkan sifat kikir atau serakah para pemilik harta; e) memberisihkan sifat
iri dan dengki (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin;
➢ menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
masyarakat;
➢ mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada
mereka yang mempunyai harta;
➢ mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak
orang lain yang ada padanya;
➢ sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

Manfaat zakat ialah:


• Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT.
• Karena zakat merupakan hak musstahiq, zakat berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yanng
lebih baik.
• Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana

10
• Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
memberisihkan harta yang kotor, Tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain
dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.
• indikator utama ketundukkan seseorang terhadap ajaran Islam.

Adapun Multiplayer effect dari zakat yaitu:


1. Menambah jumlah muzzaki dan munfiq atau mushoddiq.
2. Melipatgandakan penguasaan asset dam modal di tangan umat Islam.
3. Membuka lapangan kerja yang luas.

2.6 Kebijakan Pendapatan Ekonomi Islam

Secara umum kaidah kaidah yang Syar’iah yang membatasi kebijakan pendapatan
tersebut. Ada tiga produser yang harus dilakukan pemerintah islam modern dalam kebijakan
pendapatan fiskalnya dengan asusmis bahwa pemerintah tersebut sepakat dengan adanya
kebijakan pungutan pajak (terlepas dari ikhtilaf ulama mengenai pajak).

1. Kaida Syar’iah yang berkaitan dengan kebijakan pungutan zakat


Ajaran islam dengan rinci telah menentukan, syarat, kategori harta yang harus
dikeluarkan zakatnya, lengkap dengan besaran (tarifnya). Maka dengan ketentuan yang jelas
tersebut tidak ada bagi pemerintah untuk mengubah tariff yang telah ditentukan. akan tetapi
pemerintah dapat mengadakan perubahan dan struktur harta yang wajib di zakati dengan
perpegangan pada nash-nash umum yang ada dan pemanasan terhadap realita modern.

2. Kaidah Ayar’iah yang berkaitan dengan hasil pendapatan yang berasal dari asset pemerintah
Menurut kaidah syar’iah pendapatan dari asset pemerintah dapat dibagi dalam dua
kategori :
a. Pendapatan dari asset pemerintah yang umum yaitu berupa investasi asset pemintah yang
dikelolabaik oleh pemerintah sendiri atau masyarakat.
b. Pendapatan dari asset yang masyarakat ikut memamfaatkanya adalah berdasarkan kaidah
syar’iah yang menyatakan bahwa manusia berserikat delam memiliki air, api, garam, dan yang
semisalnya.kaidah ini dalam konteks pemerintahan modern adalah sarana-sarana umum yang
sangat dibutuhkan masyarakat.

11
3. Kaidah Syar’iah yang berkaitan dengan kebijakan pajak
Prinsip ajaran islam tidak memberikan arahan dibolehkannya pemerintah mengambil
sebagian harta milik orang kaya secara paksa, sesulit apapun kehidupan Rasulullah SAW di
madinah tidak pernah menentukan kebijakan pungutan pajak. Dalam konteks ekonomi modern
pajak merupakan satu satunya pendapatan terpenting dan terbesar dengan alasan bahwa
pendapatan tersebut dialokasikan pada publics goods dan mempunyai tujuan sebagai alat
retribusi, penstabilan dan pendorong pertumbuhan ekonomi.

2.7 Formulasi Kebijaksanaan Fiskal Islami Di Era Modern

Kebijakan fiscal tidak hanya menaruh perhatian pada pendapatan dan pembelajaran
Negara, tetapi juga pada pilihan berbagai instrument kebijakan perpajakan dan pola
pembelanjaan Negara. Cara yang berbeda dalam menaikkan dan membelanjakan anggaran
memiliki dampak ekonomi yang berbeda Al-Quran dan As-sunnah memiliki panduan
panduan pokok dalam kebijaksanaan fiscal, islam tidak menyukai pembelanjaan yang tidak
terkendali dalam Negara. Israf atau berlebih lebihan dilarang secara keras baik dalam AL-
Quran maupun sunnah. Larangan ini berlaku baik untuk individu maupun Negara.
Kebijaksanaan fiskal harus mampu memenuhi sasaran dasar sebuah tatanan sosio ekonomi
islami. Artinya : kebijakan fiskal islami harus memiliki orientasi idologis, yaitu terpenuhi
kesejahteraan material dan spiritual.
Beberapa formulasi kebijaksanaan fiskal Islami yang dapat diterapkan di era modern
antara lain:
a) Memperkuat sistem zakat: Zakat adalah salah satu pilar utama dalam ekonomi Islam
dan dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi negara. Dalam era
modern, pemerintah dapat memperkuat sistem zakat dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan melakukan kerjasama dengan lembaga zakat dan
masyarakat. Hal ini dapat memastikan bahwa zakat terkumpul dan disalurkan secara
efektif dan efisien untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
b) Mengembangkan instrumen keuangan yang Islami: Instrumen keuangan yang
Islami seperti sukuk, mudharabah, musyarakah, dan lainnya dapat menjadi
alternatif untuk instrumen keuangan konvensional yang dianggap bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam. Pemerintah dapat mendorong perkembangan
instrumen keuangan Islami dengan memberikan insentif dan regulasi yang jelas

12
untuk mendorong perbankan dan lembaga keuangan untuk mengembangkan
produk-produk keuangan Islami.
c) Menerapkan pajak yang adil: Dalam Islam, pajak harus dipungut secara adil dan
proporsional terhadap kemampuan masyarakat. Pemerintah dapat mengembangkan
sistem pajak yang lebih adil dengan memperhatikan kemampuan membayar
masyarakat dan memberikan insentif pajak bagi kegiatan produktif dan sosial yang
mendukung kesejahteraan masyarakat.
d) Mendorong investasi dalam sektor produktif: Dalam ekonomi Islam, investasi harus
diberikan pada sektor-sektor yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat, dan
bukan hanya sektor keuangan. Pemerintah dapat memberikan insentif dan bantuan
untuk sektor produktif dan memberikan dukungan untuk penerapan teknologi dan
inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
e) Memperkuat peran Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS): BAZNAS adalah
lembaga yang memiliki tugas untuk menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan
zakat. Pemerintah dapat memperkuat peran BAZNAS dalam mendistribusikan
zakat secara merata dan efektif kepada masyarakat yang membutuhkan.

Dalam era modern, pemerintah dapat menerapkan kebijaksanaan fiskal Islami dengan
memperhatikan prinsip-prinsip Islam dalam ekonomi dan memperkuat sistem zakat,
mengembangkan instrumen keuangan Islami, menerapkan pajak yang adil, mendorong
investasi dalam sektor produktif, dan memperkuat peran BAZNAS. Dengan demikian,
kebijaksanaan fiskal Islami dapat menjadi salah satu solusi untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat yang berkelanjutan dan merata.

Kebijakan-kebijakan dan komposisi pembelanjaan negara secara Islami harus


mencerminkan tanggung jawab negara. Terdapat perbedaan pendapat diantara pemikir
Islam terhadap tanggung jawab negara. Di satu pihak mendeskripsikan secara luas dan
opened ended role bagi negara Islami, namun dipihak lain terdapat pendapat perlunya
batasan yang jelas dan tidak boleh dilanggar. Pandangan bahwa fungsi dan tanggung jawab
sebuah negara Islami memiliki flesibilitas yang luas didasarkan pada premis bahwa Islam
bertujuan untuk kesejahteraan umum masyarakat, sehingga sebuah negara Islami dapat
mendefenisikan apa pun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang


didasarkan pada keseimbangan antara distribusi kekayaan dengan menempatkan nilai-
nilai material dan spiritual secara seimbang.
Dalam hal kebijakan fiskal, zakat memainkan peranan penting dan signifikan
dalam distribusi pendapatan kekayaan, bahkan berpengaruh nyata pada tingkah laku
konsumen. Untuk melihat kedudukan zakat dalam kebijakan fiskal adalah dengan
menggunakan ilmu ekonomi makro, yaitu suatu cabang dari ilmu ekonomi berkaitan
dengan perma- salahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan
makro. Secara konvensional, perekonomian secara makro dipilah-pilah menjadi
beberapa sektor.
Dengan bersatunya zakat dan pajak dalam kebijakan fiskal, maka persoalan
dualitas beban yang harus ditanggung mayarakat Muslim dapat terselesaikan. Dengan
demikian, pajak dan zakat dapat menjadi instrumen utama dalam kebijakan fiskal suatu
negara (Muslim). Pajak sebagai salah satu instrumen utama dalam kebijakan fiskal
mempunyai fungsi budgetair dan fungsi regulerand. Dengan adanya kedua fungsi
tersebut, pemerintah bebas menentukan subjek, objek,tarif dan sasaran pendistribusian
pajak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan ekonomi yang hendak dicapai oleh
pemerintah (eksekutif bersama-sama dengan legislatif) dalam APBN suatu negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

References

Churiyah, H. M. (2011). EKONOMI SYARIAH. Surya Pena Gemilang.

Abdul Azim Islahi. (2013). Economic Concepts of Zakat and Their Implications. Journal of
King Abdulaziz University: Islamic Economics, 26(2), 29-48.

Syed Nawab Haider Naqvi. (2006). Ethics and Economics: An Islamic Synthesis. Leicester:
The Islamic Foundation.

Mohammed Obaidullah. (2005). Islamic Financial Services. Jeddah: Islamic Research and
Training Institute.

15

Anda mungkin juga menyukai