Anda di halaman 1dari 28

SISTEM FISKAL PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi


Tugas Mata Kuliah Fiskal dan Moneter dalam Islam
Pada Program Studi Perbankan Syariah

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Zulkarnain, ME

Disusun Oleh Kelompok/Kelas : 3/PS 6C


Zuhriya Ulfah (3321086)
Mona Liza (3321109)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2024
Abstract

The aim of writing this paper is to explore and analyze the fiscal system during
the time of Khulafaur Rasyidin in the context of Islamic finance and
government. An analytical approach is used by breaking down large problems
into more manageable parts, using the latest literature such as books, journals
and scientific articles from the last ten years. Data was collected through
searching for relevant literature, reading library materials, and taking notes.
The research results reveal that the fiscal system aims to create social and
economic justice for society, with the important role of institutions such as
Baitul Mal in ensuring the stability of state finances and the welfare of Muslims.
In conclusion, the fiscal system enriches understanding of modern economic
policies to improve the welfare of society as a whole.

Keywords: Fiscal System, Khulafaur Rasyidin, Community Welfare.

Abstract

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis sistem


fiskal pada masa Khulafaur Rasyidin dalam konteks keuangan dan
pemerintahan Islam. Pendekatan analitis digunakan dengan memecah masalah
besar menjadi bagian-bagian yang lebih terkelola, menggunakan literatur
terkini seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah dari sepuluh tahun terakhir. Data
dikumpulkan melalui pencarian literatur relevan, pembacaan bahan
kepustakaan, dan pembuatan catatan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
sistem fiskal tersebut bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial dan ekonomi
bagi masyarakat, dengan peran penting lembaga seperti Baitul Mal dalam
memastikan stabilitas keuangan negara dan kesejahteraan umat Islam.
Kesimpulannya, sistem fiskal memperkaya pemahaman tentang kebijakan
ekonomi modern untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

Kata Kunci :Sistem Fiskal, Khulafaur Rasyidin, Kesejahteraan Masyarakat.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu WaTa’ala yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, Sholawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
dengan mengucapkan Allohummaasholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaaaali Muhammad
yang menjadi panutan kita sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul sistem fiskal pada masa
khulafarrasyidin .Penulisan makalah Ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah
satu tugas mata kuliah fiskal dan moneter dalam islam pada Program Studi S1
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini, sejak tahap awal
sampai dengan tahap akhir, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada berbagai piak yang
dengan sabar menyemangati dan mendoakan penulis, sehingga makalah ini dapat
selesai.
Doa dan harapan penulis kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan, bantuan, bimbingan, petunjuk, dan arahan yang bermanfaat tersebut,
semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
menjadi amal jariyah yang berguna diakhirat kelak. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari sisi materi maupun teknik penulisan. Masih banyak hal-hal yang
harus dibenahi. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makala hini.
Bukittinggi, 09 Maret 2024
Penulis,

Zuhriya Ulfah dan Mona Liza

iii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................…… i
ABSTRAK........................................................................................................…… ii
KATA PENGANTAR......................................................................................…… iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................…… iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................…… 1
A. Latar Belakang..........................................................................…… 1
B. Permasalahan.............................................................................…… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................…… 3
A. Pengertian secara terminologi dan etimologi............................…… 3
B. Urgensi sistem fiskal.................................................................…… 4
C. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan.........…… 7
D. Penerimaan dan Distribusi pajak dalam keadilan sosial...........…… 10
BAB III METODE PENULISAN................................................................…… 13
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................…… 15
BAB V PENUTUP......................................................................................…… 21
A. Kesimpulan...............................................................................…… 21
B. Saran..........................................................................................…… 22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................……. 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa Khulafaurrasyidin, sistem fiskal memainkan peran penting dalam
pembangunan dan stabilitas ekonomi. Hal ini tidak hanya mencerminkan kebijakan
pemerintah pada saat itu, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang dianut dalam ajaran Islam. Penting untuk memahami sistem fiskal pada masa
Khulafaurrasyidin karena hal ini dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang
bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam diimplementasikan dalam praktiknya, serta
relevansinya dengan kondisi ekonomi dan sosial saat ini.
Meskipun sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin didasarkan pada prinsip-
prinsip keadilan dan distribusi kekayaan yang merata, realitas sejarah menunjukkan
bahwa implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Banyaknya catatan sejarah yang
menyebutkan adanya ketidaksesuaian antara idealitas sistem fiskal Islam dengan
praktiknya pada masa itu menimbulkan kegelisahan. Misalnya, beberapa riwayat
mencatat adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat fiskal, serta
ketidakmerataan dalam penerapan pajak yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana
sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin berhasil mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan, serta relevansinya dalam konteks ekonomi dan keuangan Islam saat ini.
Melihat adanya gap antara idealitas prinsip-prinsip ekonomi Islam yang
diterapkan dalam sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin dan realitas
pelaksanaannya yang tidak selalu sesuai, penting untuk mengeksplorasi faktor-faktor
yang memengaruhi keberhasilan implementasi sistem fiskal tersebut. Salah satu
contohnya adalah sejauh mana penerimaan dan distribusi pajak tercermin dalam
keadilan sosial dan ekonomi masyarakat pada masa itu. Diskusi mengenai faktor-
faktor keberhasilan atau kegagalan sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin tidak

1
hanya penting untuk memahami sejarah ekonomi Islam, tetapi juga relevan dalam
konteks pembelajaran bagi masyarakat modern yang ingin menerapkan prinsip-
prinsip ekonomi Islam dalam sistem fiskal mereka .

B. Permasalahan
Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas
materi yang terangkum dalam rumusan pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana urgensi sistem fiskal pada masa khulafaurrasyidin?
2. Faktor apa sajakah yang memperngaruhi keberhasilan dan kegagalan pada
sistem fiskal masa khulafaurrasyidin?
3. Sejauh mana penerimaan dan distribusi pajak tercermin dalam keadilan sosial
dan ekonomi masyarakat pada masa itu?

Adapun Tujuan dan Urgensi Pembahasan ini adalah untuk:


1. Memahami urgensi fiskal pada masa khulafaurrasyidin.
2. Mengetahui Faktor apa sajakah yang memperngaruhi keberhasilan dan
kegagalan pada sistem fiskal masa khulafaurrasyidin.
3. Mengetahui Sejauh mana penerimaan dan distribusi pajak tercermin dalam
keadilan sosial dan ekonomi masyarakat pada masa itu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Secara Terminologi dan Etimologi


Kebijakan fiskal diartikan sebagai upaya pemerintah untuk mencapai alokasi
sumber daya secara efisien, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan
distribusi pendapatan dan kepemilikan tanpa memperhatikan kebutuhan spititual
manusia. Artinya, dalam ekonomi Islam kebutuhan material dan spirimal berjalan
secara bersamaan 1 .
Secara terminologi, sistem fiskal mencakup seperangkat aturan, kebijakan,
dan prosedur yang terkait dengan pengumpulan, pengeluaran, dan pengelolaan
keuangan oleh pemerintah. Ini melibatkan berbagai elemen seperti pajak, subsidi,
pengeluaran publik, dan alat keuangan lain yang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
mendanai operasinya serta memengaruhi aktivitas ekonomi. Sedangkan Dari segi
etimologi, kata "fiskal" berasal dari bahasa Latin "fiscus" yang berarti "keranjang
atau peti harta kekayaan". Di zaman Romawi kuno, "fiscus" merujuk pada kas negara
atau kekayaan yang dimiliki oleh kaisar atau negara. Istilah ini kemudian berkembang
menjadi "fiscalis" dalam bahasa Latin yang berarti "yang berkaitan dengan keuangan
negara". Dalam konteks modern, istilah "fiskal" digunakan untuk merujuk pada
semua hal yang berkaitan dengan kebijakan keuangan pemerintah.
Salah satu elemen dalam instrumen kebijakan ekonomi makro adalah
kebijakan fiskal, sebagaimana dijelaskan oleh Wijaya (2000: 5-7). Perkembangan
pemikiran tentang kebijakan fiskal dipicu oleh kesadaran akan dampak dari
pengeluaran dan penerimaan pemerintah terhadap ekonomi, yang menghasilkan
gagasan untuk secara disengaja mengatur pengeluaran dan penerimaan pemerintah

1
Surya Pena Gemilang, Mengenal Ekonomi Syariah, ed. by Drs. Setiyono Wahyudi,D,Ng
(Malang jawa timur: Surya Pena Gemilang, 2011).

3
guna meningkatkan stabilitas ekonomi. Pendekatan ini dikenal sebagai kebijakan
fiskal, sebagaimana dijelaskan oleh Suparmoko (2000: 256).
Setelah membandingkan dari sejumlah sisi, Maka Kesimpulan yang dapat
diambil dari konsep di atas ialah Kebijakan fiskal merujuk pada langkah-langkah
yang diambil oleh pemerintah untuk mengatur penggunaan sumber daya secara
efisien, mencapai stabilitas ekonomi, pertumbuhan, dan redistribusi pendapatan dan
kepemilikan, tanpa mempertimbangkan aspek kebutuhan spiritual manusia. Dalam
konteks ekonomi Islam, dipercayai bahwa kebutuhan material dan spiritual berjalan
beriringan. Sistem fiskal mencakup seperangkat peraturan dan kebijakan terkait
dengan pengelolaan keuangan publik, seperti pajak, subsidi, pengeluaran publik, dan
instrumen keuangan lainnya. Perkembangan pemikiran tentang kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh pemahaman akan dampak dari kebijakan pengeluaran dan
penerimaan pemerintah terhadap ekonomi, dengan tujuan untuk meningkatkan
stabilitas ekonomi melalui pengaturan yang disengaja.

B. Urgensi Sistem Fiskal Pada Masa Khulafaurrasyidin


Pada masa Khulafaurrasyidin, yang merupakan periode kepemimpinan empat
khalifah setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, sistem fiskal memiliki urgensi yang sangat
penting dalam mengatur keuangan dan pemerintahan. Meskipun pada masa itu tidak
terdapat sistem fiskal modern seperti yang kita kenal saat ini, namun prinsip-prinsip
pengelolaan keuangan yang teratur telah diterapkan.
Beberapa urgensi sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin antara lain:
1. Pengaturan Zakat
Zakat merupakan kewajiban keagamaan dalam Islam yang merupakan
salah satu pilar utama ekonomi Islam. Khalifah memastikan zakat
dikumpulkan secara adil dan didistribusikan kepada golongan yang berhak
menerimanya, seperti fakir miskin, janda, yatim piatu, dan yang lainnya.
Pengelolaan zakat menjadi bagian penting dari sistem fiskal pada masa

4
Khulafaurrasyidin. Ada beberapa alasan mengapa negara perlu terlibat
dalam pengelolaan zakat. Pertama, zakat tidak disamakan dengan bentuk
sumbangan biasa atau infaq, wakaf, dan hibah. Zakat merupakan
kewajiban yang diatur secara imperatif, sedangkan sumbangan biasa atau
donasi merupakan anjuran sunnah. Pemerintah dapat mengumpulkan zakat
secara paksa berdasarkan perintah Allah dalam surat al-Tawbah (9) ayat
103. Hanya negara, melalui lembaga pemerintahannya, yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pemungutan secara paksa dalam sistem
demokrasi, seperti halnya pengumpulan pajak. Dengan demikian, jika
disetujui, zakat dapat menjadi salah satu sumber pendapatan negara 2 .
2. Pengelolaan Baitul Mal
Baitul Mal adalah kas negara atau tempat penyimpanan dana publik
pada masa Khulafaurrasyidin. Dana ini digunakan untuk membiayai
kegiatan pemerintahan, memperbaiki infrastruktur, membantu kaum
miskin, dan berbagai keperluan lainnya. Pengelolaan Baitul Mal menjadi
bagian integral dari sistem fiskal pada masa itu. mendirikan beberapa
cabang baitul mal di setiap wilayah provinsi, dan
membagi setiap pos belanja di beberapa departemen, dan juga menguatkan
kebijakan fiskal dengan cara membangun infrastruktur dan fasilitas umum
di kota 3 .
3. Pengaturan Pajak
Meskipun pada masa Khulafaurrasyidin tidak terdapat pajak seperti
yang kita kenal saat ini, namun konsep kontribusi masyarakat terhadap
keuangan negara tetap ada. Misalnya, pada masa Khalifah Umar bin
Khattab, dikenal dengan pembagian perkebunan dan peternakan bagi
kaum Muslim untuk meningkatkan produksi dan kemakmuran umat. Hasil
2
gampito, ‘PEMIKIRAN KEBIJAKAN FISKAL EKONOMI ISLAM Oleh: Gampito*’, 9 No
1 jun.JURIS (2010), 32–46.
3
Reisa Nadika Markavia, Fidzri Nur Febriani, and Fitri Nur Latifah, ‘Instrumen Kebijakan
Fiskal Dalam Perspektif Ekonomi Islam’, May, 2022, 81–91.

5
produksi tersebut kemudian dapat digunakan untuk kepentingan umum,
seperti membiayai keperluan militer dan pembangunan.
4. Redistribusi Kekayaan
Salah satu urgensi sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin adalah
redistribusi kekayaan yang adil. Khalifah memastikan bahwa kekayaan
dan sumber daya negara didistribusikan secara merata di antara
masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan mereka. Dalam
pendistribusian, Abu Bakar menerapkan prinsip kesetaraan dengan
membagi hasil yang sama kepada semua sahabat Rasulullah saw., tanpa
membedakan antara yang masuk Islam lebih awal atau belakangan, serta
tanpa membedakan antara hamba sahaya dan orang merdeka, atau antara
laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, selama masa kekhalifahan
Abu Bakar, dana publik tidak pernah menumpuk untuk waktu yang lama
karena segera didistribusikan kepada semua Muslim, sehingga ketika Abu
Bakar meninggal, hanya ditemukan 1 dirham dalam kas negara 4 .
Jadi yang dapat disimpulkan terdapat beberapa sahabat-sahabat
Rasulullah yang menjabat pada masanya Khulafaurrasyidin ini adala :
Masa pemerintahan Abu Bakar As Shiddiq terjadi setelah wafatnya
Rasulullah. Abu Bakar As Shiddiq menjabat sebagai pemimpin hanya
selama dua tahun. Selama masa pemerintahannya, Abu Bakar As Shiddiq
sangat memperhatikan keakuratan pengumpulan zakat. Dalam
mengumpulkan zakat, Abu Bakar As Shiddiq menerapkan prinsip
kesetaraan dengan menetapkan jumlah zakat yang sama untuk setiap
individu dan sahabat Nabi saw. Kemudian Ketika Umar Bin Khattab
memerintah, wilayah kekuasaan Islam semakin meluas. Kebijakan fiskal
yang diterapkan pada masa tersebut dijalankan secara strategis. Salah satu
langkahnya adalah pendirian baitul mal sebagai lembaga keuangan yang

4
Ainan Radiyah, ‘Perekonomian Islam Pada Masa Khulafa’ Al-Rasyidin Sepeninggal’, 14i01
(2020).

6
tetap dan teratur. Dia juga mendirikan cabang baitul mal di setiap wilayah
provinsi dan mengorganisasi setiap pos belanja ke dalam beberapa
departemen. Selain itu, Umar Bin Khattab menguatkan kebijakan fiskal
dengan membangun infrastruktur dan fasilitas umum di kota.
Selama masa pemerintahan Utsman Bin Affan, kebijakan fiskal yang
telah ada sebelumnya diteruskan. Utsman Bin Affan memperluas
pembangunan di wilayahnya dengan membangun sistem irigasi, jalan,
pelabuhan, serta meningkatkan armada laut dan ketahanan kepolisian.
Sementara itu, pada masa Ali bin Abi Thalib, kebijakan fiskal yang
ditekankan adalah pengaturan pasar untuk memastikan aktivitas transaksi
berjalan dengan lancar. Dari segi perpajakan dan redistribusi kekayaan,
Selain itu, dia juga melarang pengambilan pungutan hasil pertanian
sebelum produksi pertanian mencapai kondisi yang baik.

C. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan pada Sistem


Fiskal Masa Khulafaurrasyidin.
Masa Khulafaurrasyidin atau masa kekhalifahan Rasyidun merupakan periode
awal dalam sejarah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada masa ini,
sistem fiskal atau sistem perpajakan mengalami beberapa perubahan dan
pengembangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pada
sistem fiskal masa Khulafaurrasyidin dapat dibahas sebagai berikut:
1. Keadilan dalam Pajak
Salah satu faktor utama keberhasilan sistem fiskal pada masa
Khulafaurrasyidin adalah prinsip keadilan dalam pemungutan pajak.
Khalifah Abu Bakar Siddiq dan Umar bin Khattab mengimplementasikan
sistem perpajakan yang adil, di mana pajak dikenakan berdasarkan
kemampuan ekonomi individu dan bukan berdasarkan agama, suku, atau
status sosial.
2. Transparansi dan Akuntabilitas

7
Sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin ditandai dengan
transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Khalifah Umar bin Khattab
dikenal akan ketegasannya dalam memastikan bahwa dana publik dikelola
dengan baik dan tidak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah.
3. Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan sistem fiskal juga ditopang oleh partisipasi aktif
masyarakat dalam proses pemungutan pajak. Masyarakat didorong untuk
berkontribusi sesuai kemampuan mereka, dan adanya kesadaran akan
tanggung jawab sosial untuk mendukung kebutuhan umum, seperti
pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik.
4. Keterbatasan Sumberdaya
Salah satu tantangan utama pada masa Khulafaurrasyidin adalah
keterbatasan sumberdaya. Meskipun sistem fiskal telah dirancang untuk
mengoptimalkan pendapatan negara, namun wilayah yang luas, perluasan
kekuasaan, dan kebutuhan akan pembangunan memperumit pengelolaan
keuangan negara.
5. Kestabilan Politik dan Sosial
Kestabilan politik dan sosial memainkan peran kunci dalam
keberhasilan sistem fiskal. Pada masa Khulafaurrasyidin, keberhasilan
sistem fiskal juga didukung oleh stabilitas politik dan kesatuan umat Islam
di bawah kepemimpinan yang kuat dari para khalifah.
6. Pengelolaan Perekonomian
Kemampuan untuk mengelola perekonomian dengan baik juga
menjadi faktor penentu keberhasilan sistem fiskal. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz, misalnya, dikenal karena kebijakan ekonominya yang
bijaksana dan pemberdayaan administrasi fiskal yang efisien. Selama
sepuluh tahun masa pemerintahannya, Umar ibn Al-Khattab mengadakan
ekspansi luas ke wilayah Muslim, termasuk Arab, sebagian wilayah
Romawi (Suriah, Palestina, dan Mesir), dan seluruh Kekaisaran Persia,

8
termasuk Irak. Karena keberhasilannya, orang Barat menganggap Umar
sebagai "Santo Paulus Islam." Menghadapi perluasan wilayah yang cepat,
Umar bin Al-Khattab segera mengatur struktur administrasi negara sesuai
dengan model Persia. Administrasi pemerintahan dibagi menjadi delapan
provinsi: Mekah, Madinah, Suriah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir 5 .
7. Adaptasi terhadap Perubahan
Keberhasilan sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin juga ditopang
oleh kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
politik, ekonomi, dan sosial. Para khalifah yang bijaksana mampu
mengubah kebijakan fiskal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Meskipun ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan
sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin, penting untuk diingat bahwa
sistem tersebut juga mengalami tantangan dan kegagalan, seperti masalah
korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakseimbangan dalam
distribusi kekayaan.
Setelah melihat dari berbagai sisi penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan
secara keseluruhannya ialah masa Khulafaurrasyidin menunjukkan prinsip-prinsip
yang mendasar bagi sistem fiskal Islam yang berlandaskan pada keadilan,
transparansi, partisipasi masyarakat, dan adaptasi terhadap perubahan. Prinsip
keadilan dalam pemungutan pajak, diperkuat oleh transparansi dan akuntabilitas,
memberikan fondasi yang kuat untuk pemerintahan yang stabil dan efisien. Partisipasi
aktif masyarakat dalam proses pemungutan pajak tidak hanya memperkuat basis
keuangan negara, tetapi juga meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap

5
Alamat Jl and others, ‘PRAKTIK EKONOMI PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Rafi Prasojo Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid Pekalongan ,
Indonesia Dwi Sintia Rahmawanti Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN K . H . Abdurrahman
Wahid Pekalongan , Indonesia Nailis Surooya Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN K . H .
Abdurrahman Wahid Pekalongan , Indonesia Muhammad Taufiq Abadi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid Pekalongan , Indonesia Aris Syafi ’ i Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid Pekalongan , Indonesia’, 1.3 (2024), 397–406.

9
pemerintahan mereka. Meskipun demikian, tantangan seperti keterbatasan sumber
daya, stabilitas politik dan sosial, serta adaptasi terhadap perubahan tetap menjadi
ujian yang harus diatasi. Dengan demikian, sementara masa Khulafaurrasyidin
mencerminkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi sistem fiskal yang kuat,
kesuksesannya juga menghadapi tantangan yang harus diatasi dalam
mempertahankan integritas dan efektivitasnya.

D. Penerimaan Distribusi Pajak Tercermin dalam Keadilan Sosial dan


Ekonomi Masyarakat pada masa itu
Pada masa Khulafaurrasyidin, penerimaan dan distribusi pajak
mencerminkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan ekonomi, yang menjadi dasar
utama sistem fiskal Islam pada saat itu. Khalifah Abu Bakar Siddiq dan Umar bin
Khattab mengimplementasikan sistem perpajakan yang menekankan keadilan, di
mana pemungutan pajak disesuaikan dengan kemampuan ekonomi individu
tanpa memandang agama, suku, atau status sosial. Pendekatan ini mencerminkan
komitmen Islam untuk memastikan kesejahteraan bersama dan mengurangi
disparitas ekonomi di antara anggota masyarakat.
Prinsip kesetaraan dalam penyaluran pajak memastikan bahwa semua
anggota masyarakat, tanpa terkecuali, ikut serta memberikan kontribusi sesuai
dengan kemampuan mereka untuk mendukung keperluan umum. Ini tidak hanya
menciptakan kesamaan di antara warga negara dalam tanggung jawab pajak,
tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan solidaritas di dalam masyarakat Islam.
Dengan demikian, penerimaan dan penyaluran pajak pada masa
Khulafaurrasyidin tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menghimpun
pendapatan negara, melainkan juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan utama
Islam dalam menciptakan keadilan sosial dan ekonomi. Dalam menerapkan
Negara yang adil dan makmur, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadikan
jaminan sosial sebagai landasan pokok. Khalifah juga membuka jalur
perdagangan bebas, baik didarat maupundilaut, sebagai upaya peningkatan taraf

10
kehidupan masyarakat.Pemerintah menghapus bea masuk dan menyediakan
berbagai bahankebutuhan sebanyak mungkin dengan harga yang terjangkau 6
.
Untuk mewujudkan negara yang adil dan makmur maka Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz menjadikan jaminan sosial sebagai landasan pokok. Beliau menjamin
hak warisan seseorang dan menjamin hak kebebasan tidak mempedulikan
rakyatnya itu muslim ataupun non muslim. Jika terdapat kelebihan harta setelah
dibagikan kepada kaum muslimin selanjutnya harta Baitul Maal akan diberikan
kepada orang-orang dzimmi.
Aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan untuk keberhasilan umat manusia
meliputi:
1. Mendorong setiap individu umat untuk memiliki semangat kewirausahaan.
2. Membangun kemitraan yang kokoh dengan berbagai pihak, terutama sesama
muslim.
3. Mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi
umat, dengan memberikan dukungan moral dan materiil yang berasal dari
dana zakat.
4. Melakukan transaksi dan perilaku ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diajarkan dalam Islam 7 .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masa Khulafaurrasyidin, terutama
di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, dan
Umar bin Abdul Aziz, penerimaan dan distribusi pajak diatur dengan prinsip
keadilan sosial dan ekonomi yang merupakan inti dari sistem fiskal Islam.
Mereka mengimplementasikan sistem perpajakan yang memperhatikan
kemampuan ekonomi individu tanpa memandang latar belakang sosial, agama,
atau suku. Pendekatan ini tidak hanya mengumpulkan pendapatan negara, tetapi

6
Indonesian Interdisciplinary Journal and Sharia Economics, ‘PEREKONOMIAN DI MASA
DINASTI UMAYYAH: SEBUAH KAJIAN MONETER DAN FISKAL’, 3.1 (2020), 58–69.
7
Mutia Azizah Nuriana and Iain Surakarta, ‘Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan Dan
Pembangunan Perekonomian Umat ( Telaah Pengelolaan Zakat Pada Masa Khulafaur Rasyidin )’, 2.2
(2020), 143–59.

11
juga menguatkan ikatan sosial dan solidaritas di antara anggota masyarakat
Muslim.
Selain itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menekankan jaminan sosial
sebagai landasan pokok dalam menciptakan negara yang adil dan makmur. Dia
memastikan hak warisan dan kebebasan bagi seluruh warga negara, tanpa
memandang agama. Upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat juga
dilakukan dengan membuka jalur perdagangan bebas dan menyediakan bahan
kebutuhan dengan harga terjangkau. Keseluruhan tindakan tersebut menegaskan
komitmen para khalifah dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi, serta
memberikan contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip Islam diterapkan dalam
sistem fiskal dan pemerintahan.
Model Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif.
Model ini cocok karena penulis menggunakan pendekatan analitis untuk
memecahkan masalah besar menjadi bagian-bagian yang lebih terkelola dan
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem fiskal pada masa
Khulafaur Rasyidin. Pendekatan deskriptif memungkinkan peneliti untuk
menggambarkan dan menganalisis fenomena atau keadaan yang ada tanpa
melakukan manipulasi variabel. Dalam konteks ini, penulis menjelaskan secara
rinci tentang bagaimana sistem fiskal diterapkan pada masa tersebut, termasuk
mekanisme pengumpulan dan distribusi pajak, peran lembaga seperti Baitul Mal,
serta dampaknya terhadap stabilitas keuangan dan kesejahteraan umat Islam.
Dengan menggunakan model penelitian deskriptif, penulis dapat memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang sistem fiskal pada masa Khulafaur
Rasyidin dan relevansinya dalam konteks keuangan dan pemerintahan Islam.

12
BAB III
METODE PENULISAN

Penulis menggunakan pendekatan analitis untuk memecahkan masalah besar


menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih terkelola. Hal ini memungkinkan
penulis untuk menguraikan argumen atau konsep secara lebih rinci. Penulisan ini
menggunakan literatur, seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah dari sepuluh
tahun terakhir. Teknik data yang dilakukan dengan mencari buku atau referensi
tertulis yang sesuai dengan materi. Tahap-tahapnya, yaitu mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan penelitian, membaca bahan kepustakaan, membuat
catatan dari yang didapat dari sumber bacaan.
Selain menjelaskan bagaiamana penerapan urgensi sistem fiskal pada masa
khulafaur rasyidin sampai ke penerimaan dan distribusi pajak tercermin dalam
keadilan sosial dan ekonomi masyarakat pada masa itu, penerapan tersebut berlaku
untuk keberlangsungan bernegara dalam mengatur keuangan skala makro maupun
dalam islam lembaga yang mengaturnya dikenal baitul maal. Sejak nabi Muhammad
sampai khulafaur rasyidin keberadaan baitul maal sangat besar kontribusinya kepada
negara dan masyarakat luas.
Berhubungan dengan lembaga fiskalnya yaitu seperti baitu maal yang perlu
penjagaan dikala penerimaan dan penyimpanan harta negara dan penyeledikan
sumber-sumber harta yang tidak jelas dimiliki oleh para pejabat maupun masyarakat,
maka utsman membentuk sebuah keorganisasin kepolisian guna menjaga dan
memilihara ketenangan dan ketentraman negara dari segala bentuk kriminalitas verbal
maupun non-verbal. Sistem yang diterapkan utsman bin affan dalam menjalankan
baitul maal adalah penerapan prinsip keutamaan atau proporsional seperti halnya
yang dilakukan oleh umar bahkan segala kebijakkan nya mengikuti khalifah
sebelumnya dalam hal pendapatan Baitul maal berasal dari zakat, ushr, kharja dan

13
ghanimah 8 . Sejak pendiriannya pada zaman Nabi Muhammad SAW, lembaga Baitul
Maal telah mengalami perkembangan yang pesat hingga masa Khulafaurrasyidin dan
bahkan hingga saat ini. Meskipun ada periode kejayaan dalam meningkatkan kualitas
hidup umat, Baitul Maal terus berkembang dengan cepat melalui kebijakan-kebijakan
yang bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi kesejahteraan umat. Hal ini
tercermin dalam pengaturan pendapatan dan pengeluaran Baitul Maal yang stabil 9 .
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lembaga seperti contoh salah
satunya Baitul Maal telah menjadi bagian integral dalam struktur keuangan dan
pemerintahan Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga masa
Khulafaurrasyidin. Melalui pendekatan analitis, penulis berhasil menguraikan
bagaimana sistem fiskal pada masa itu tercermin dalam penerimaan dan distribusi
pajak yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial dan ekonomi bagi
masyarakat. Selain itu, peran Baitul Maal dalam mengelola keuangan negara juga
dijelaskan, termasuk langkah-langkah penjagaan dan penyelidikan terhadap sumber-
sumber harta yang tidak jelas kepemilikannya. Kesimpulannya, Baitul Maal memiliki
kontribusi yang besar dalam memastikan stabilitas keuangan negara dan
kesejahteraan umat Islam, serta terus berkembang seiring waktu dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

8
Riana Putri Sandita, ‘KEBIJAKAN FISKAL PERSPEKTIF ISLAM Riana’, 1.7032 (2022),
74–90.
9
Jajang Hilman and Rachmad Risqy Kurniawan, ‘Eksistensi Dan Perkembangan Baitul Maal
Pada Masa Pemikiran Ekonomi Islam Khulafaur Rasyidin’, 1.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Dengan melihat kembali kondisi sistem fiskal dan perekonomian yang masih
belum sempurna di Indonesia, sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk
mengambil contoh dari sistem perekonomian Islam yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya. Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin
umat setelah Rasulullah Saw wafat sebagai kepala negara pemegang kebijakan
dikenal sangat arif dan bijaksana. Sebagai pengganti Rasulullah saw yang memegang
hak untuk bertindak dan mengatur berbagai kegiatan kenegaraan. Khulafaur Rasyidin
juga merupakan wali Allah yang mengemban amanah dalam dakwah serta
melindungi rakyatnya dari ancaman penindasan 10.
Menurut Wolfson, yang dikutip oleh Suparmoko, kebijakan fiskal merupakan
langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
melalui pengaturan penerimaan dan pengeluaran pemerintah, penggunaan sumber
daya, serta penentuan harga barang dan jasa oleh perusahaan 11
. Di sisi lain,
Samuelson dan Nordhaus mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai proses pengaturan
perpajakan dan pengeluaran masyarakat untuk mengendalikan fluktuasi siklus bisnis,
serta memainkan peran dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, tingkat penggunaan
tenaga kerja yang tinggi, serta mencegah inflasi yang tinggi dan tidak stabil 12
.
Menurut Nuruddin Mhd. Ali, kebijakan fiskal melibatkan penyesuaian jumlah pajak
dan/atau pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk menjaga stabilitas harga,
tingkat output, dan kesempatan kerja, serta memacu pertumbuhan ekonomi 13 .

10
Dian Septiandani and others, ‘COMPARISON OF INCOME TAX COLLECTION
ARRANGEMENTS IN THE PERIOD OF’, 4.1, 49–66.
11
Moh Nur and others, ‘Penerapan Ushr Pada Masa Khulafaurrasyidin Dan Perbedaannya
Dengan Bea Cukai Di Indonesia’, 01.01 (2023), 16–20.
12
Lilik Rahmawati, ‘Sistem Kebijakan Fiskal Modern Dan Islam’, 1.1 (2016), 21–48.
13
Tina Arfah, ‘KEBIJAKAN FISKAL UMAR BIN KHATTAB’, 4.1 (2021), 25–38.

15
Menurut Mannan, kebijakan fiskal adalah upaya pemerintah untuk melakukan
perubahan dalam sistem perpajakan dan pengeluaran, dengan tujuan mengatasi
tantangan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Dari beberapa definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kebijakan fiskal meliputi tindakan pengeluaran dan penerimaan
pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi. Tujuan
dari kebijakan fiskal adalah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi secara optimal,
menjaga stabilitas harga, output, dan kesempatan kerja, serta mendorong
pertumbuhan ekonomi 14 .
Dikutip dari (Fauzan, 2017) yang menjadi landasan hukum kebijakan fiskal
(penerimaan dan pengeluaran negara) (Q.S Al-Anfal Ayat 41) adalah sebagai berikut:

۞ ‫َو اْع َلُم ْٓو ا َاَمَّنا َغِنْم ُتْم ِّم ْن َش ْي ٍء َف َاَّن ِلّٰل ِه ُمُخَس هٗ َو ِللَّر ُس ْو ِل‬
‫ِلِذى اْلُق ىٰب اْل ٰت ٰم ى اْل ٰس ِكِنْي ا ِن الَّس ِب ِل ِاْن ُك ْنُت ٰا ْنُت ِبالّٰل ِه‬
‫ْم َم ْم‬ ‫ْي‬ ‫َو ْب‬ ‫ْر َو َي َو َم‬ ‫َو‬
‫ّٰل‬ ‫ِد‬
‫َو َم آ َاْنَز ْلَنا َعٰل ى َعْب َنا َيْو َم اْلُفْر َقاِن َيْو َم اْلَتَق ى اَجْلْم ٰع ِۗن َو ال ُه َعٰل ى ُك ِّل‬
‫ٍء َقِد‬
‫َش ْي ْيٌر‬
Artinya: “Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil,
(demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala

sesuatu” 15
.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kepemimpinan dijalankan oleh
Khulafaur Rasyidin, yaitu empat khalifah yang dipilih sebagai pemimpin umat Islam.
14
Salman Zakki, Syahriel Mubarok, and Slamet Santoso, ‘Kebijakan Fiskal Pada Masa
Utsman Bin Affan’, 1.3 (2022), 240–44.
15
Markavia, Febriani, and Latifah.

16
Masa Khulafaur Rasyidin berlangsung selama kurang lebih tiga puluh tahun, dimulai
dari tahun 11 Hingga 41 H/632 M - 661 M. Selama periode ini, Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib melanjutkan
perjuangan Rasulullah SAW dengan gaya dan pendekatan yang berbeda-beda. Dalam
bidang ekonomi, keempat khalifah ini juga mengambil langkah-langkah yang
berbeda, namun telah membawa sistem ekonomi Islam pada tingkat yang lebih maju
dan ideal. Implikasi dari kebijakan mereka tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga
memberikan dampak yang signifikan pada pengembangan Islam secara keseluruhan 16

.
Oleh karena itu, Makalah ini akan mengulas tentang bagaimana para
Khulafaur Rasyidin menerapkan sistem fiskal pada masanya dan sistem ekonomi
selama masa pemerintahan masing-masing, yakni sistem ekonomi di zaman Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Hal ini bertujuan agar pembaca dapat mengenali faktor-faktor yang berkontribusi
pada pertumbuhan yang pesat dari sistem ekonomi pada masa tersebut.
Fungsi daripada sektor kebijakan fiskal menurut Islam adalah :
1. Pemeliharaan terhadap hukum., keadilan dan juga pertahanan
2. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi
3. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN
4. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan 17 .
Menurut Metwalley, ada tiga tujuan utama kebijakan fiskal dalam ekonomi
Islam:
a. Mendorong kesetaraan ekonomi yang demokratis dengan prinsip
bahwa kekayaan harus didistribusikan secara adil kepada semua orang,
bukan hanya orang-orang kaya.

16
Aziz Akbar, Ahmad Misbah, and Yusuf Arisandi, ‘Sistem Ekonomi Dan Fiskal Pada Masa
Khulafaur Rasyidin’, 1.1 (2022), 29–42 <https://doi.org/10.38073/dies.v1i1.598>.
17
Mike Oktaviana and Samsul Bahry Harahap, ‘KEBIJAKAN FISKAL ZAMAN
RASULULLAH DAN’, 26.01 (2020), 283–307.

17
b. Menegakkan larangan terhadap pembayaran bunga (riba), yang berarti
Islam tidak dapat menggunakan manipulasi suku bunga untuk
mengatur pasar uang.
c. Menekankan komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat yang
kurang berkembang dan menyebarkan pesan serta ajaran Islam
sebanyak mungkin.
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama
dari kebijakan fiskal. Selain itu aspek kedua dari kebijakan fiskal adalah
mempertahankan kestabilan harga umum pada tingkat yang layak. Penurunan harga
yang tajam akan mendorong timbulnya pengangguran karena sektor usaha swasta
akan kehilangan harapan untuk mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, harga yang
meningkat terus juga akan berakibat inflasi 18 .
Pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW tepatnya pada periode Madinah,
perekonomian islam telah terbangun walaupun konsepnya masih tebilang sangat
sederhana, tetapi beliau telah mampu menujukkan bahwa prinsip-prinsip yang
mendasar bagi pengelolaan ekonomi 19
. Setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW,
Abu Bakar As-Shiddiq terpilih sebagai khalifah Islam yang pertama. Selama masa
pemerintahannya yang berlangsung selama dua tahun, ia menghadapi tantangan
dalam negeri dari kelompok murtad, nabi palsu, dan mereka yang menolak membayar
zakat 20 . Abu Bakar memutuskan untuk mengatasi masalah ini melalui Perang Riddah
setelah musyawarah dengan para sahabat. Setelah menyelesaikan urusan dalam
negeri, ia berencana untuk meluaskan wilayah ke utara untuk menghadapi ancaman
dari pasukan Romawi dan Persia, meskipun usahanya ini tidak sempat terselesaikan
karena beliau wafat sebelumnya 21. Selama sepuluh tahun masa kekuasaannya, Umar

18
Di Masa and Khalifah Umar, ‘Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian Islam’.
19
Ekonomi Islam and others, ‘Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurasyidin’, 5.1 (1970).
20
Abd. Rosyid3 Taufik Aris Saputra1, Aang Kunaifi2, ‘Benarkah Kebijakan Fiskal Islam
Efektif Menghadapi Resesi? (Kontekstualisasi Kebijakan Fiskal Sesuai Shariah)’, 8.1 (2021), 1–6.
21
Bunga M Shalihah, ‘Sistem Ekonomi Dan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Al-Khulafa Al-
Rasyidun (632-661 M)’, Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 10.1 (2021), 33–41
<https://doi.org/10.19109/intelektualita.v10i1.7955>.

18
ibn Al-Khattab meluaskan wilayah Islam hingga mencakup Jazirah Arab, sebagian
wilayah Romawi seperti Syria, Palestina, dan Mesir, serta seluruh wilayah kekaisaran
Persia, termasuk Irak. Kesuksesannya dalam ekspansi ini menyebabkan orang Barat
menganggapnya sebagai "Santo Paulus Islam."
Khalifah Utsman ibn Affan berhasil memperluas wilayah Islam ke Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan. Dia juga berhasil mengatasi pemberontakan di daerah Khurasan dan
Iskandariah. Dalam enam tahun pertama pemerintahannya, Khalifah Utsman ibn
Affan menerapkan penataan baru sesuai kebijakan Umar ibn Al-Khattab. Dia fokus
pada pengembangan sumber daya alam dengan membangun saluran air, jalan-jalan,
dan membentuk organisasi kepolisian permanen untuk menjaga jalur perdagangan.
Utsman juga membentuk armada laut Muslim di bawah komando Muawiyah,
memperkuat supremasi kelautan Islam di wilayah Mediterania. Meskipun demikian,
pemerintahannya menghadapi beban anggaran yang besar untuk memelihara armada
laut tersebut. Utsman ibn Affan tidak mengambil gaji dari posisinya sebagai khalifah,
dan bahkan membantu meringankan beban pemerintah dengan menyimpan uangnya
di bendahara negara.
Dari uraian diatas sehingga dapat kita simpulkan melalui pengamatan
terhadap sistem fiskal dan ekonomi Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW dan diterapkan oleh Khulafaur Rasyidin, dapat dilihat bahwa kebijakan
ekonomi dalam Islam memiliki fokus utama pada pemeliharaan hukum, keadilan, dan
pertahanan. Khulafaur Rasyidin, sebagai pemimpin umat Islam pasca-wafatnya Nabi
Muhammad SAW, memainkan peran penting dalam pengembangan sistem ekonomi
yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam. Melalui peran mereka, kebijakan fiskal
tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek
sosial dan kemanusiaan, seperti pemberdayaan ekonomi masyarakat yang kurang
berkembang dan redistribusi kekayaan secara adil. Selain itu, sistem fiskal dalam
Islam juga bertujuan untuk mencegah timbulnya pengangguran dan menjaga stabilitas
harga, yang merupakan upaya untuk menjaga kesejahteraan umum. Dengan

19
demikian, pembelajaran dari praktik ekonomi Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan kebijakan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam dalam konteks kontemporer.
Selain itu, masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, terutama Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, menunjukkan
berbagai pendekatan yang berbeda dalam mengelola sistem ekonomi Islam.
Meskipun demikian, kesemuanya bertujuan untuk membawa kemajuan ekonomi umat
Islam dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan. Dalam
setiap masa kepemimpinan, terdapat inovasi dan kebijakan yang diambil untuk
mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi, baik dari dalam maupun luar. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam konteks pengelolaan ekonomi, Islam memiliki
fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan berbagai kondisi dan memperhatikan
kebutuhan serta kesejahteraan umat secara menyeluruh. Oleh karena itu, melalui
pemahaman dan implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam yang diinspirasi oleh
masa Khulafaur Rasyidin, dapat diharapkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif dalam masyarakat yang dijiwai oleh nilai-nilai keadilan
dan keberkahan.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Sistem fiskal pada masa Khulafaur Rasyidin, yang didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam, memiliki urgensi dan relevansi yang penting dalam mengatur
keuangan dan pemerintahan. Pengaturan zakat, pengelolaan Baitul Mal,
pengaturan pajak, dan redistribusi kekayaan merupakan beberapa elemen utama
dari sistem fiskal tersebut. Selain itu, faktor-faktor seperti keadilan dalam pajak,
transparansi dan akuntabilitas, partisipasi masyarakat, keterbatasan sumber daya,
stabilitas politik dan sosial, pengelolaan perekonomian, dan adaptasi terhadap
perubahan memengaruhi keberhasilan atau kegagalan dari sistem fiskal pada
masa Khulafaur Rasyidin. Penerimaan dan distribusi pajak pada masa Khulafaur
Rasyidin tercermin dalam keadilan sosial dan ekonomi masyarakat. Prinsip-
prinsip keadilan dalam pemungutan pajak, transparansi dalam pengelolaan dana
publik, dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pemungutan pajak
menguatkan ikatan sosial dan solidaritas di antara anggota masyarakat Muslim.
Sistem fiskal ini bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama dan
mengurangi disparitas ekonomi di antara masyarakat. Selain itu, lembaga seperti
Baitul Mal juga memainkan peran penting dalam memastikan stabilitas keuangan
negara dan kesejahteraan umat Islam.
Dalam konteks Indonesia dan negara-negara lainnya, pembelajaran dari
sistem fiskal pada masa Khulafaur Rasyidin dapat memberikan wawasan yang
berharga tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam dan pentingnya
mengintegrasikannya dalam sistem fiskal modern. Dengan memahami urgensi
dan prinsip-prinsip dasar dari sistem fiskal Islam, pemerintah dapat

21
mengembangkan kebijakan yang lebih adil dan inklusif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan di
atas adalah:
Dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sistem fiskal pada masa
Khulafaurrasyidin, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang mungkin
bermanfaat bagi pembahasan selanjutnya, Melakukan penelitian lebih lanjut
tentang implementasi sistem fiskal pada masa Khulafaurrasyidin secara lebih
rinci, termasuk mekanisme pengumpulan dan pengelolaan pajak serta redistribusi
kekayaan dalam masyarakat.
Memperluas cakupan analisis terhadap dampak sistem fiskal
Khulafaurrasyidin terhadap ekonomi dan keadilan sosial, dengan
mempertimbangkan konteks sejarah dan nilai-nilai Islam. Meneliti lebih lanjut
tentang relevansi dan aplikabilitas konsep-konsep dalam sistem fiskal
Khulafaurrasyidin dalam konteks keuangan modern dan sistem ekonomi saat ini.
Semoga penjelasan diatas dapat menjadi tambahan ilmu bagi kita, dan
mohon maaf jika makalah ini kurang sempuna, untuk itulah kami mohon saran
dan kritikannya untuk perbaikan makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Aziz, Ahmad Misbah, and Yusuf Arisandi, ‘Sistem Ekonomi Dan Fiskal Pada
Masa Khulafaur Rasyidin’, 1.1 (2022), 29–42
<https://doi.org/10.38073/dies.v1i1.598>
Arfah, Tina, ‘KEBIJAKAN FISKAL UMAR BIN KHATTAB’, 4.1 (2021), 25–38
Gampito, ‘PEMIKIRAN KEBIJAKAN FISKAL EKONOMI ISLAM Oleh:
Gampito*’, 9 No 1 jun.JURIS (2010), 32–46
Gemilang, Surya Pena, Mengenal Ekonomi Syariah, ed. by Drs. Setiyono
Wahyudi,D,Ng (Malang jawa timur: Surya Pena Gemilang, 2011)
Hilman, Jajang, and Rachmad Risqy Kurniawan, ‘Eksistensi Dan Perkembangan
Baitul Maal Pada Masa Pemikiran Ekonomi Islam Khulafaur Rasyidin’, 1
Islam, Ekonomi, Pemikiran Ekonomi, Islam Pada, Masa Nabi, and Studi Islam,
‘Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurasyidin’, 5.1 (1970)
Wahid Pekalongan , K . H . Abdurrahman, dkk Jl, Alamat, Pahlawan No, Kota
Pekalongan, and Jawa Tengah, ‘PRAKTIK EKONOMI PADA MASA
KHULAFAUR RASYIDIN Rafi Prasojo Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN , Indonesia Dwi Sintia Rahmawanti Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN K . H . Abdurrahman Wahid Pekalongan , Indonesia Nailis Surooya
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid
Pekalongan , Indonesia Muhammad Taufiq Abadi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid Pekalongan , Indonesia Aris Syafi ’ i
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN K . H . Abdurrahman Wahid
Pekalongan , Indonesia’, 1.3 (2024), 397–406
Journal, Indonesian Interdisciplinary, and Sharia Economics, ‘PEREKONOMIAN DI
MASA DINASTI UMAYYAH: SEBUAH KAJIAN MONETER DAN
FISKAL’, 3.1 (2020), 58–69
Markavia, Reisa Nadika, Fidzri Nur Febriani, and Fitri Nur Latifah, ‘Instrumen
Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Ekonomi Islam’, May, 2022, 81–91
Masa, Di, and Khalifah Umar, ‘Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian Islam’
Nur, Moh, Afdhal Dzikra, Kevin Shaquille Lesmana, Ilhan Fansyur, and Sufyati Hs,
‘Penerapan Ushr Pada Masa Khulafaurrasyidin Dan Perbedaannya Dengan Bea
Cukai Di Indonesia’, 01.01 (2023), 16–20
Nuriana, Mutia Azizah, and Iain Surakarta, ‘Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan
Dan Pembangunan Perekonomian Umat ( Telaah Pengelolaan Zakat Pada Masa
Khulafaur Rasyidin )’, 2.2 (2020), 143–59
Oktaviana, Mike, and Samsul Bahry Harahap, ‘KEBIJAKAN FISKAL ZAMAN
RASULULLAH DAN’, 26.01 (2020), 283–307
Radiyah, Ainan, ‘Perekonomian Islam Pada Masa Khulafa’ Al-Rasyidin
Sepeninggal’, 14i01 (2020)

23
Rahmawati, Lilik, ‘Sistem Kebijakan Fiskal Modern Dan Islam’, 1.1 (2016), 21–48
Sandita, Riana Putri, ‘KEBIJAKAN FISKAL PERSPEKTIF ISLAM Riana’, 1.7032
(2022), 74–90
Septiandani, Dian, Efi Yulistyowati, Fakultas Hukum, Universitas Semarang, and
Pajak Penghasilan, ‘COMPARISON OF INCOME TAX COLLECTION
ARRANGEMENTS IN THE PERIOD OF’, 4.1, 49–66
Shalihah, Bunga M, ‘Sistem Ekonomi Dan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Al-
Khulafa Al-Rasyidun (632-661 M)’, Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial
Dan Sains, 10.1 (2021), 33–41
<https://doi.org/10.19109/intelektualita.v10i1.7955>
Taufik Aris Saputra1, Aang Kunaifi2, Abd. Rosyid3, ‘Benarkah Kebijakan Fiskal
Islam Efektif Menghadapi Resesi? (Kontekstualisasi Kebijakan Fiskal Sesuai
Shariah)’, 8.1 (2021), 1–6
Zakki, Salman, Syahriel Mubarok, and Slamet Santoso, ‘Kebijakan Fiskal Pada Masa
Utsman Bin Affan’, 1.3 (2022), 240–44

24

Anda mungkin juga menyukai