Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI ISLAM DALAM MENDORONG DAN


MENJAMIN SISTEM EKONOMI
(MANIPULASI LAPORAN KEUNGAN PT. KIMIA FARMA TBK )
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : Muhammad Firousyurahman, M.Sos

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Aina Inayatushofa (21223009)


Aysarah Nuryana (21223018)
Balqis Fitrah Rohendi (22233027)
Iman Sulaeman (21223055)
Maulana Akbar (21223050)
Muhammad Faizal Hakim (21223061)
Reza Ace Hafitriyanti (21223034)
Preni Putri Mulyani (21223019)
Puspa Wulandari (21223058)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE GEMA WIDYA BANGSA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama, dengan
judul "Akuntansi Islam Dalam Mendorong Dan Menjamin Sistem
Ekonomi”.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan terwujud


tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Bapak Muhammad Firousyurahman, M.Sos yang
telah memberikan tugas yang bermanfaat ini kepada penulis juga untuk rekan
sekelompok yang telah bekerja sama dengan sangat baik. Serta semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sesuai dengan yang
diharapkan.

Bandung, 7 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belakangan ini semakin semarak resistensi kepada sistem ekonomi


kapitalis yang dinilai akan terus menghasilkan kemakmuran yang tidak
merata, yang kaya (baik negara, peusahaan, dan individu) akan semakin
kaya, yang miskin semakin miskin. Bahkan dalam konteks keyakinan agama
yang mempercayai akhirat, sistem itu dapat dipastikan tidak memiliki
dimensi ukhrawi, dimensi ilahiah sehingga bagi mereka yang menganut
agama apa pun sebenarnya sistem itu tidak sesuai dengan keyakinannya.
Dalam perkembangannya sistem ekonomi serta sistem yang menompangnya
(antara lain akuntansi) baru kajian Ekonomi Islam dan Akuntansi Islam
yang lebih terdepan dalam kajian ilmiahnya. Akuntansi berkembang karena
penerapan sistem ekonomi Islam khususnya dalam dunia bisnis, misalnya
keuangan, perbankan, asuransi, dan perusahaan lainnya. Lebih 500 lembaga
bisnis di tingkat internasional dengan aset atas U$$ 1 triliun telah
menerapkan sistem syariah ini dalam mengoperasionalkan bisnisnya.
Mueller dan Belkaoui menyebut Akuntansi Islam ini sebagai emerging
model dengan basis religious relativism yang didasarkan pada hukum
syariah. Akuntansi Islam bukan mengenai agama (fikih), ia sejajar dengan
ilmu akuntansi kapitalis. Kalau akuntansi kapitalis dibangun atas dasar
filsafat materialisme/sekularisme hasil pemikiran manusia tanpa campur
tangan Allah, Akuntansi Islam di bangun atas dasar pemikiran manusia yang
mengindahkan hukum-hukum Allah.
Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam
kehidupan ekonomi muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem
ekonomi kapitalis ke sistem ekonomi syariah termasuk dalam dunia bisnis.
Dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dari etika bisnis. Banyak hasil penelitian
yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara etika bisnis dan
kesuksesan suatu perusahaan. Kisah bangkrut nya Lehman Brothers
menggambarkan dampak dari suatu perusahaan yang tidak menggunakan
etika bisnis dalam setiap aktivitas bisnis nya. Pada akhirnya praktik bisnis
yang tidak jujur, hanya memikirkan keuntungan maksimal dan merugikan
pihak lain akan membawa perusahaan, yang tergolong raksasa sekali pun
akan hancur juga.
Akuntansi juga dibutuhkan oleh setiap kalangan bisnis baik pengelola
bisnis, stakeholder, dan masyarakat umum untuk dapat membaca dan
menganalisis keadaan suatu bisnis sebagai bentuk penerapan etika bisnis.
Istilah etika secara umum merujuk pada baik buruknya perilaku manusia.
Etika merupakan dasar baik dan buruk yang menjadi referensi pengambilan
keputusan individu sebelum melakukan serangkaian kegiatan. Etika bukan
hanya laranganlarangan normatif, tetapi lebih merupakan puncak akumulasi
kemampuan operasionalisasi inteligensi manusia. Karena melibatkan
kemampuan operasionalisasi inteligensi manusia, etika juga disebut dengan
sistem filsafat, atau filsafat yang mempertanyakan praksis manusia
berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajibannya.
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya akuntansi dalam etika
bisnis akan membantu stakeholder maupun pemegang saham dalam
melakukan pengawasan baik secara laporan keuangan maupun per tanggung
jawaban secara etika. Dalam laporan per tanggung jawab yang disusun oleh
perusahaan, pelaku usaha akan melaporkan secara detail etika bisnis apa
yang telah dilaksanakan selama satu periode akuntansi. Hal ini dapat kita
lihat pada laporan per tanggung jawaban sosial perusahaan. Tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan salah satu bentuk dari etika bisnis yang
dapat menambah nilai positif untuk citra perusahaan. Semakin baik etika
bisnis yang dilaksanakan suatu perusahaan, akan meningkatkan nilai
perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan


perumusan masalah makalah sebagai berikut:
1. Bagaimana akuntansi dalam islam?
2. Bagaimana awal berkembangnya akuntansi islam di Indonesia?
3. Bagaimana konsep akuntansi islam?
4. Studi kasus tentang manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk

1.3. Tujuan

Ada pun tujuan penulis yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah:
1. Agar mampu mengetahui dan memahami akuntansi dalam islam
2. Agar mampu mengetahui dan memahami perkembangan akuntansi
islam di Indonesia
3. Agar mampu memahami dan mengetahui bagaimana konsep akuntansi
4. Agar mampu mengetahui dan memahami Studi kasus tentang
manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Akuntansi Dalam Sejarah Islam

Diketahui bahwa akuntansi dimulai atau dipelopori oleh Luca Paciolli


sebenarnya akuntansi telah dikenal melalui rasulullah yang telah
menggunakan prinsip akuntansi dalam kesehariannya. Akuntansi juga telah
dikembangkan oleh filsuf Islam antara lain Imam Syafi‟I (768 – 820 M)
dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book atau Auditing.
Menurut Imam Syafi‟I, seorang auditor harus memiliki kualifikasi tertentu
yaitu orang yang hafidz Alquran (sebagai value judgement), intelektual, dapat
dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia yang baik lainnya. Akuntansi
Islam jauh lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau
pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga
tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan
dengan hukum ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai domainnya
akuntansi maka lebih “compatible” dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan
akuntansi amal yang kita kenal dalam Alquran. Atau lebih dekat dengan
“Auditor” dalam bahasa akuntansi kontemporer. Kesimpulan dari berbagai
fakta sejarah ini sudah cukup kuat untuk menyatakan akuntansi sudah dikenal
pada masa kejayaan Islam artinya peradaban Islam tidak mungkin tidak
memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang
dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidakmampuan ummat muslin
untuk menggali khazanah ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.

2.2. Akuntansi Dalam Islam

Akuntansi Islam adalah proses yang memberikan informasi yang tepat


dari suatu entitas tidak harus terbatas pada data keuangan kepada pemangku
kepentingan untuk memastikan entitas tersebut terus menjalankan operasi
dalam batas syariat Islam dan mencapai tujuan sosial ekonomi nya.

“Perbedaan utamanya terletak pada pondasi dasar dari akuntansi, yaitu


transaksi. Apabila kita berbicara dengan transaksi syariah, maka artinya
transaksi harus sesuai dengan syariah, tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Kemudian, laporan keuangannya perlu memuat laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan serta laporan sumber dan penyaluran
dana zakat,” terangnya.

Ia memaparkan perbedaan akuntansi konvensional dan syariah


berdasarkan kriteria dasar hukum, dasar tindakan, orientasi, dan tahapan
operasional. Sumber hukumnya berasal dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan
Qiyas.

Pada penerapannya, kerangka dasar akuntansi syariah mencakup


penyusun standar akuntansi syariah (PSAK) untuk membantu penyusunan
standar, akuntan syariah untuk pedoman menyusun laporan keuangan syariah
dan pemecah masalah yang belum memiliki standar, auditor untuk
memberikan pendapat mengenai kesesuaian laporan keuangan dengan
(Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), serta pemakai laporan
keuangan untuk menafsirkan informasi dalam laporan keuangan syariah.

Jenis akad dalam syariah, terdiri atas:

1. Murabahah, akad jual beli barang dengan harga jual sebesar kesepakatan
harga perolehan dan keuntungan;

2. Salam, akad jual beli barang dengan pengiriman oleh penjual pada
kemudian hari dan pelunasan oleh pembeli saat kesepakatan akad sesuai
syarat tertentu;

3. Istishna’, akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang


dengan kriteria tertentu sesuai kesepakatan antara pemesan atau pembeli
dan pembuat atau penjual;

4. Musyarakah, akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha, setiap pihak berkontribusi dengan ketentuan keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan dan kerugian dibagi berdasarkan kontribusi
dana;
5. Mudharabah, akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola
dana, keuntungan dibagi atas dasar nisbah bagi hasil dan kerugian
ditanggung pemilik dana, kecuali akibat kelalaian pengelola dana,

6. Ijarah, akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa.

Konsep-konsep ekonomi/akuntansi Islam adalah menjaga agar nilai-


nilal Islam tetap berlaku dan dapat mewujudkan risalah yang dibawa oleh
Islam itu sendiri. Menurut Chapra (1992) Ekonomi Islam adalah ekonomi
yang mewujudkan risalah Islam. Beliau menyetir pendapat Al Gazali tentang
maksud Arrisalah sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh manusia yang terletak pada:

1. Mengamankan keyakinan atau agama

2. Mengamankan diri manusia itu sendiri

3. Mengamankan otak dan fikirannya

4. Mengamankan keturunan dan generasi mudanya

5. Mengamankan harta kekayaannya

2.3. Perkembangan Akuntansi Islam di Indonesia

Seiring dengan berkembangnya zaman manusia mulai mengalami


kesulitan dalam menukarkan barang dengan barang lain disebabkan barang
tersebut terkadang tidak sebanding dengan barang yang kita inginkan. Hal
tersebut menyebabkan kurang efisiennya barter pada saat itu hingga pada
saat manusia telah menemukan alat tukarnya yaitu uang, mulailah disana
para pedagang melakukan pencatatan secara sederhana.

Setelah munculnya islam pada zaman Rasulullah dan terbentuknya Daulah


Islamiah di Madinah yang kemudian di lanjutkan oleh para Khulafaur
Rasyidin terdapat undang-undang akuntansi yang diterapkan untuk
perorangan, perserikatan (syarikah) atau perusahaan, akuntansi wakaf, hak-
hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan anggaran negara. Didalam Al-
Quran juga dijelaskan pada Qs Albaqarah ayat 282 yang artinya:
“Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya…”

Dalam surah tersebut jelas disebutkan bahwasanya apabila kita melakukan


transaksi tidak secara tunai maka kita hendak menulis atau mencatatnya
dengan benar, jujur tanpa melebih atau mengurangi jumlah transaksi,
gunanya pencatat itu sendiri ialah menjaga apabila kelak terjadi selisih
diantara penjual dan pembeli maka ada bukti yang sah yang bisa
ditunjukkan.

Zaman Rasullullah diawali dengan berdirinya Baitul Maal yang mana


pengelolaanya masih secara sederhana, hingga pada masa pemerintahan
Abu Bakar, perubahan yang cukup signifikan terjadi pada masa khalifah
Umar Bin Khattab dikenal dengan adanya Diwan ( Dawwana : penulisan).
Yang mana disana proses pekerjaan akuntansi sudah dicatat dan disimpan.
Perkembangan baitul maal pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah
dikelola dengan baik  sesuai dengan ajaran Rasulullah.

Dari sejarah tersebut kita bisa lihat bahwasanya sistem pencatataan yang
sekarang dikenal dengan kata akuntansi sudah ada tertulis di dalam Al-
Quran yang mana diturunkan pada abad ke 610 M jauh sebelum luca
pacioli menerbitkan bukunya pada tahun 1494.

Dan puncak dari pengembangan pengelolaan akuntansi mencapai tingkat


tertinggi pada masa Daulah Abbasiyah. Karena pada masa ini akuntansi di
klasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti akuntansi mata uang, dan
pemerikasaan buku/auditing.

Menurut khaddafi, muammar (2016) Secara sederhana pengertian


akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimilikinya yaitu
akuntansi dan syariah.

Akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan


kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Sedangkan definisi dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas
hidupnya di dunia.

Bisa disimpulkan bahwa akuntansi syariah adalah proses pencatatan


transaksi, penggolongan serta pengikhtisaran transaksi yang mana
prosesnya tidak lepas dari ketentuan syariat yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT sehingga menjadi laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Perkembangan akuntansi di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh


faktor ideologi dan ekonomi yang mana hal itu juga berpengaruh bagi
akuntansi di Indonesia, faktor kuat yang mendorong munculnya Akuntansi
syariah hingga berkembang pesat pada sekarang ini ialah dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah, dan sistem perbankan syariah,
sehingga membuat pola pikir akuntan untuk bersifat jujur, adil dan tidak
melanggar ketentuan syariat.

Akuntansi pertama kali di kenal di Indonesia yaitu sekitar tahun 1960-an


itupun masih bersifat konvensional yang merupakan adaptasi dari
perkembangan akuntansi dari Negara italia.

Akuntansi syariah mulai berkembang di Indonesia tidak lepas dari


munculnya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah
pertama di Indonesia pada tahun 1991 yang secara resmi beroperasi pada
tahun 1992.

Setelah berdirinya bank muamalat pada saat itu beberapa Kendala masih
dialami salah satunya yaitu keganjalan dalam pembuatan laporan keuangan
karena pada saat itu belum adanya aturan mengacu pada standar syariah
yang sesuai dengan syariat islam.

Hingga akhirnya pada tahun 2002 barulah muncul sebuah ide dan
pemikiran atas keberadaan akuntansi syariah, dan mulai diterapkan setelah
adanya standar akuntansi perbankan syariah dan adanya lembaga akuntansi
syariah.

Seiring dengan bertambahnya bank syariah di Indonesia pada tahun 2008


mulai lah bank konvensional juga membuat bank yang berbasis syariah
seperti, BNI Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, Bank Victoria Syariah, dan
Maybank Syariah dan lain sebagainya.
Pada tahun 2008 perbankan syariah sudah memiliki undang-undangnya,
yaitu undang-undang No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Hal ini
tentu mendorong perkembangan akuntansi syariah di Indonesia dan
membuat masyarakat terkhususnya umat islam beralih menggunakan jasa
perbankan Syariah. Bukan hanya dalam segi perbankan tetapi juga sudah
adanya pengkreditan syariah

Hal ini terus terjadi hingga di era modern sekarang ini, lembaga keuangan
syariah dan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang pesat
dalam perjalanan karirnya yang terus mengalami perubahan-perubahan
yang cukup signifikan.

Terutama dalam perkembangan standar akuntasi syariah di Indonesia dan


adanya Dewan syariah Nasional yang mengatur segala aktivitas yang sesuai
dengan syariat islam.

Di Indonesia sendiri, permasalahan standarisasi laporan keuangan syariah


ditangani oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) yang berada di
bawah naungan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). DSAK dibentuk di Jakarta
pada kongres ke-8 IAI pada tahun 1998. Saat ini, Standar Akuntansi
Keuangan Syariah di Indonesia menggunakan PSAK 101 (2014).

SAK Syariah tersebut menggantikan SAK Syariah yang disahkan tahun


2002 dan menyempurnakan SAK tahun 2007 dan 2011. Dasar pembuatan
SAK Syariah ini bersumber pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282-283.

Ayat tersebut menjabarkan prinsip pencatatan laporan keuangan yang


menggunakan konsep kejujuran, keadilan dan kebenaran sesuai dengan
prinsip akuntnasi syariah yaitu:

1. Pertanggungjawaban

2. Keadilan dan

3. Kebenaran

Pembuatan SAK Syariah ini mengikuti perkembangan ekonomi islam di


dunia. Perkembangan tersebut menciptakan lingkungan ekonomi dan pasar
baru yang berbasis syariah.
2.4. Konsep Akuntansi Islam

Konsep akuntansi yang harus dipatuhi yaitu hukum syariah yang berasal dari
Tuhan yang bukan ciptaan manusia. Akuntansi Islam sesuai dengan
kecenderungan manusia yaitu hanief, yang menuntut agar perusahaan juga
memilki etika dan tanggung jawab sosial. Dalam tulisannya Hayashi menjelaskan
bahwa konsep akuntansi Islam sudah ada dalam sejarah Islam yang sangat
berbeda dengan konsep akuntansi konvensional. Menunjukkan bahwa istilah
“muhtasib” sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar dalam masyarakat
untuk memastikan sebagai “muhasabah”. Bahkan beliau menjelaskan bahwa
dalam konsep Islam ada pertanggungjawaban di akhirat, di mana setiap orang
akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan.

Muhammad Akram Khan yang dikutip oleh (Harahap 1992) merumuskan sifat akuntansi
Islam sebagai berikut:

1. Penentuan Laba Rugi yang tepat.


2. Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan.
3. Ketaatan kepada hukum syariah.
4. Keterikatan pada keadilan.
5. Melaporkan dengan baik.
6. Perubahan dalam praktik akuntansi.

(Hameed) mengemukakan dari pandangan makro tujuan akuntansi syariah adalah:

1. Merupakan dasar dalam perhitungan zakat.


2. Memberikan dasar dalam pembagian keuntungan, distribusi kesejahtraan dan
pengungkapan terhadap kejadian dan nilai-nilai.
3. Untuk menyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami dan
hasil (laba) yang diperoleh tidak merugikan masyarakat.

Perbedaan Karateristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi


Syariah

Karakteristik Akuntansi Konvensional Sistem Akuntansi Syariah

Sistem Akuntansi Ekonomi yang Rasionalism Ketauhidan (Unity of God)

Prinsip Sekuler lndividualis Syariah Kepentingan


Memaksimalkan Ummat Keuntungan yang
Keuntungan Survival of the Wajar Persamaan
fittest Ditekankan pada Rahmatan lil 'alamin
proses (mechine
mechanism)

Kriteria Berdassarkan pada hukum Berdasarkan pada etika


perdagangan masyarakat yang bersumber pada
kapitalis modern dari pada hukum Alquran dan Hadis.
etika Penyajian informasi Full disclosure untuk
yang sangat terbatas. memenuhi kebutuhan
lnformasi yang ditujukan informasi keuangan yang
atau bertanggung jawab sesuai dengan syariah dan
kepada pemilik. memenuhi kebutuhan
Islamic Finance Report
User. Pertanggung jawaban
kepada umat/masyarakat
luas (khususnya dalam
memanfaatkan sumber
daya).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai