Anda di halaman 1dari 32

ASAL-USUL SISTEM AKUNTANSI DALAM EKONOMI

DAN KEUANGAN ISLAM

Makalah ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Akutansi dan
Keuangan syariah.
Dosen pengampu: Dr.Finny Ligery, M.M

Oleh:
Azharaf Rajaya Trana (221150003)
Aan Suhendri (221150001)
Dhony Juliansyah (221150007)
Bambang Adi Prayetno (221150005)
Agus Toni (221150002)
Fadlilatul Muna (221150013)
Laras Ayu Aminda (221150018)
Miftah Alfiah (221150021)

Prodi: Ekonomi Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)
1444 H/2023M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat tak terhingga yang telah kita terima
dari-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada uswah khasanah
kita Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Tak lupa rasa terima kasih kami haturkan kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga bantuan yang
telah diberikan dapat bermanfaat dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah.
Amiin.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akutansi dan
Keuangan syariah. Dengan menyusun makalah ini kami memperoleh banyak
sekali wawasan baru mengenai akuntansi. Kami berharap semoga pengetahuan
yang kami dapatkan bisa bermanfaat di masa mendatang.
Kami juga berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan
saran yang sifatnya membangun senantiasa diharapkan agar bisa lebih baik lagi
untuk kedepannya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Metro, Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Akuntansi........................................................ 2
B. Sistem Akuntansi dan Jenis-jenisnya dalam Ekonomi dan
Keuangan Islam.................................................................................... 4
C. Komponen Sistem Akuntansi dalam Ekonomi dan Keuangan Islam. . 8
D. Akuntansi, Pengendalian Internal dan Audit dalam Sistem
Berbasis Kepercayaan........................................................................ 19
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsep sistem akuntansi dan tujuan-tujuannya sebagaimana diuraikan
dalam sistem ekonomi dan keuangan Islam di bawah pemerintahan Islam
sudah ada sejak awal berdirinya, yaitu lebih dari 14 abad yang lalu. Dewasa
ini, membahas perkembangan sejarah bahwa sistem akuntansi mengalami
perkembangan dalam kerangka ekonomi dan keuangan Islam. Dalam hal Ini
dijelaskan mengenai jenis-jenis akuntansi yang paling penting seperti:
terminologi akuntansi, praktik akuntansi, peran akuntansi dan pengendalian
internal yang dikenal dalam sistem ekonomi dan keuangan Islam pada saat itu.
Mengingat pentingnya sebuah akuntansi, dengan demikian makalah ini
penting untuk didiskusikan yang mana dapat memberikan sebuah kontribusi
dengan menggambarkan akuntansi sebagai ilmu berbasis nilai bahkan juga
menyoroti prinsip-prinsip akuntansi dari sistem akuntansi berbasis agama.
Lebih lanjut secara analitis memeriksa komponen-komponen sistem
akuntansi dalam aturan Islam seperti prinsip-prinsip dasar dan struktur dasar
dari sistem akuntansi. Makalah ini juga menganalisis asal-usul sistem
akuntansi dalam ekonomi dan keuangan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem akuntansi dan jenis-jenisnya dalam ekonomi dan
keuangan Islam ?
2. Apa sajakah komponen sistem akuntansi dalam ekonomi dan keuangan
Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem akuntansi dan jenis-jenisnya dalam ekonomi dan
keuangan Islam.
2. Untuk mengetahui komponen sistem akuntansi dalam ekonomi dan
keuangan Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Akuntansi


Studi tentang sejarah Islam seperti sistem keuangan dan sistem
akuntansi merupakan hal yang sangat penting, baik dilihat dari segi umum dan
aspek-aspek utamanya. Studi tentang sejarah akuntansi Islam menunjukkan
kepada kita peran yang dilakukan oleh sistem akuntansi dalam mengatur
keuangan negara, bahkan memiliki berbagai metode yang digunakan pada saat
itu.
Perbedaan utama antara sistem akuntansi Islam dan sistem akuntansi
lainnya yaitu peran aturan dan prinsip-prinsip agama yang memberikan
kerangka sistem akuntansi Islam. Sistem ini didasarkan pada kebijakan dan
metode yang mengatur operasinya serta berkaitan dengan akuntansi hak-hak
keuangan dan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam kerangka aturan
Syariah yang terkait dengan keuangan. Dengan demikian, aturan Syariah yang
menjadi dasar sistem akuntansi Syariah dapat dibagi menjadi dua jenis dari
perspektif yurisprudensi Islam:
1. Aturan Syariah yang berkaitan dengan ibadah (Fiqh Al I'badat), yaitu
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, seperti shalat, puasa
dan zakat. Jenis ini dikenal sebagai sesuatu yang wajib dan tetap seperti
yang ditentukan dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad (saw).
Misalnya jumlah shalat dalam sehari atau persentase zakat yang harus
dibayarkan atas kekayaan seseorang sebesar 2,5% per tahun tidak akan
berubah terlepas dari waktu atau tempat.
2. Aturan Syariah yang terkait dengan transaksi keuangan (Fiqh Al
Mu'amalat), yaitu mengatur tentang ekonomi, keuangan dan masalah
kepatuhannya terhadap Syariah. Berbeda dengan jenis yang pertama yaitu
aturan Syariah yang berkaitan dengan ibadah. Jenis aturan Syariah ini
bersifat praktis, artinya ia dapat berubah dan berkembang dari waktu ke
waktu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Sebagai

2
contoh, kontrak jual beli saat ini berbeda dengan kontrak jual beli yang
digunakan pada masa awal Islam, bahkan metode pertukaran nilai kontra
dari perjanjian jual beli telah berevolusi menjadi perdagangan online dan
melalui via transfer secara elektronik, dan lain sebagainya. Perubahan-
perubahan ini membutuhkan pertimbangan dan aturan Syariah baru untuk
memenuhi kebutuhan keuangan modern tanpa mengubah Prinsip-prinsip
Syariah dan persyaratannya. Dengan demikian, hal ini juga menyebabkan
pengembangan prinsip-prinsip akuntansi, kontrak-kontrak syariah dan
perlakuan akuntansinya menjadi berubah sesuai dengan berkembangnya
kontrak-kontrak syariah.
Oleh karena itu, sistem akuntansi Islam telah berkembang sejak awal
mulanya pada masa nabi Muhammad (saw) hingga masa empat Khalifah,
yaitu pada era Umayyah, pemerintahan Abbasiyah, Negara Ayyubiyah,
kemudian Kekaisaran Ottoman hingga zaman modern. Evolusi sistem
akuntansi Islam ini dikatakan baik dalam konsep maupun tujuan karena
adanya kebutuhan keuangan yang muncul, yang dapat diringkas sebagai
berikut:1
1) Kebutuhan seorang Muslim untuk memenuhi kewajiban agamanya yang
berkaitan dengan salah satu rukun Islam, yaitu Zakat. Seorang Muslim
diharuskan untuk melakukan perhitungan sederhana setiap tahun untuk
memastikan aset atau kekayaannya yang wajib dizakati dan kemudian
menghitung zakat yang harus dibayarkan atas kekayaan tersebut serta
membayarkannya kepada fakir dan miskin yang berhak menerimanya
sesuai dengan Syariah. Tingkat zakat dan metode pembayarannya akan
berbeda sesuai dengan jenis aset yang dimiliki oleh seseorang. Sebagai
contoh, zakat ternak berbeda dengan zakat barang komersial, yang diatur
dalam fikih Islam.
2) Kebutuhan negara untuk melakukan perhitungan akuntansi terkait dengan
aset-asetnya di bait al maal (kas negara) dan memperhitungkan hak-
haknya dalam hal pajak dan kewajiban yang kaitannya dengan arus keluar
1
Hashim Yahya, Z, The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic state
(Research paper, University of Mosul, 2013).

3
moneter. Oleh karena itu, beberapa ilmuan, seperti Al-Qalqashandi
menyatakan bahwa ilmu akuntansi merupakan pengembangan dari ilmu
matematika, yang berhubungan dengan perhitungan matematis dari satu
sisi atau pihak, sedangkan akuntansi mengacu pada perhitungan matematis
antara dua pihak atau dua sisi.2
Al-Qalqashandi lebih lanjut menjelaskan bahwa akuntansi adalah
pencatatan keuangan yang masuk dan keluar dalam berbagai kategori
akuntansi, termasuk proses audit.3 Dengan demikian, menurut pandangan Al-
Qalqashandi, istilah akuntansi adalah berasal dari ilmu matematika, seperti
yang dianjurkan dalam al-Qur’an yaitu :
Terjemahan: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya, dan mengukurnya dengan manzilah-manzilah, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan semua
itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada orang-
orang yang memiliki pengetahuan." (Al-Qur'an, 10: 5).

Kata-kata yang digaris bawahi dalam ayat ini adalah terjemahan dari
kata Arab (al Hisab), yang dalam bahasa Arab berarti matematika atau ilmu
hitung. Umat Islam dianjurkan dalam ayat ini untuk mempelajari ilmu ini,
karena mereka yang terpelajar akan dapat melihat dan memahami tanda-tanda
kekuasaan Allah. Selain itu juga referensi dalam ayat ini untuk mengetahui
jumlah tahun adalah dalam kaitannya dengan kalender yang digunakan untuk
menghitung zakat yang harus dikeluarkan dari kekayaan seseorang setiap
tahun, sehingga setiap Muslim dapat melakukan persyaratan akuntansi setiap
individu melalui zakat.
B. Sistem Akuntansi dan Jenis-jenisnya dalam Ekonomi dan Keuangan
Islam
Awal mula perkembangan sistem akuntansi dalam pemerintahan Islam
yaitu karena proses pengorganisasian pengumpulan dana dari berbagai sumber
dan kemudian menyalurkannya dalam berbagai pengeluarannya. Organisasi
pengumpulan dan pencairan dana pada awal pemerintahan Islam dimulai pada
2
Al-Qalqashandi, Abu al-Abbas bin Ali, Sobh al-A’shi in the al-Ansha industry, photocopy
(Cairo: Emiri Edition, 1963).
3
Al-Qalqashandi, Abu al-Abbas bin Ali, Sobh al-A’shi in the al-Ansha industry, photocopy.

4
masa Nabi Muhammad (saw), di mana negara baru didirikan yang berukuran
kecil dengan jumlah penduduk sedikit. Organisasi administratifnya adalah
sangat sederhana, dan sumber daya keuangannya terbatas, yang pada saat itu
hanya mengandalkan dari hasil rampasan perang yang diambil selama
pertempuran yang dilakukan oleh umat Islam melawan para penyembah
berhala.4
Harta pada saat itu disimpan di rumah Nabi Muhammad dan sumber
daya keuangan didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya pada
hari itu juga atau keesokan harinya apabila barang rampasan perang berupa
hewan ternak, seperti unta, domba, dan kuda.5 Ketika negara sudah mulai
berkembang, Nabi Muhammad Saw, mengirim pekerjanya ke berbagai daerah
untuk mengumpulkan zakat dan upeti, yang merupakan dua sumber utama
pada saat itu.6
Sedangkan masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (ra), karena kondisi
negara tidak berubah selama periode pemerintahannya. Tetapi, pada masa
khalifah Umar ibn al-Khattab (ra), negara diperluas ke wilayah lain, karena
peningkatan wilayah Islam pada masa itu. Hal ini menyebabkan keragaman
penduduk negara dalam hal ras dan agama, yang menyebabkan, sebagai
konsekuensinya, peningkatan dana yang diterima dari wilayah-wilayah Islam.
Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan peraturan administratif yang
diperlukan untuk mengawasi kondisi dan uang umat Islam di seluruh negara
yang dipimpimpin pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (ra)7
Oleh karena itu, terciptalah kebutuhan untuk mengkodifikasi
perbendaharaan negara (bait al maal) untuk konservasi dan pemeliharaan
keuangan negara. Bait al maal mirip dengan Kementerian Keuangan
(Departemen Keuangan) pada saat ini. Bait al maal telah didirikan dalam

4
Muqdad A. Yahya Al-Jaleel, Historical Develepment of Accounting in Iraq, Journal of
Develepment of Rafidain, 2001.
5
M. Kamal Attieh, Accounting System in Islam, Khowledge Establishment in Alexandria,
1982, hlm. 32.
6
Hashim Z. Yahya and L. Mohammed Ayoub, Financial Control in Islam, Journal of
Development of Rafidain, No 45, Faculty of management and Economics, Universidy of mosul,
1995.
7
M. Saed Abdul Salam, Accounting in Islam (Jeddah: Dar al-Bashayyer, 1980).

5
bentuk badan hukum (dawaween), dan masing-masing disebut diwan.
Misalnya, Diwan Al-Kharaj didirikan untuk mengatur pemasukan Baitul maal
dan apa yang harus dibayarkan oleh setiap Muslim. Selain itu, diwan lain yang
disebut Diwan Al 'Ataà untuk membayar dan memberi kompensasi kepada
para pejuang (tentara), kemudian diwan didirikan di setiap negara bagian
(wilayah) sampai struktur perbendaharaan negara telah lengkap. Dua khalifah,
Osman bin Affan (ra) dan Ali bin Abi Thalib (ra) yang memerintah masing-
masing mengikuti jalan yang sama dalam kerangka kerja tersebut.
Sedangkan pada era negara Umayyah di bawah pemerintahan Khalifah
'Abd al-Malik ibn Marwan, kitab-kitab dawawiyah diarabkan. Mereka ditulis
dalam bahasa Farsi (Persia) di Irak bahkan di seluruh Persia, termasuk Diwan
Kharaj dan Diwan Al 'Ataà. Tujuan dari membuat semua kekuasaan dalam
bahasa Arab adalah untuk mengontrol departemen-departemen dan mengawasi
mereka dengan hati-hati untuk mencegah penipuan dan pemalsuan.8
Pada era negara Abbasiyah, Abu Jaafar al-Mansur memindahkan baitul
maal dari Kufah ke Baghdad di Irak. Di era khalifah al-Mahdi, ia mendirikan
Diwan Zimam (departemen audit) dan dikelola oleh Umar bin Yazigh, dengan
tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi dan mengaudit semua kekuasaan
lainnya di negara itu.9 Tercatat bahwa hingga saat itu organisasi uang dan
kontrol dilakukan melalui bait al maal dalam struktur yang sederhana ketika
didirikan pada masa Nabi Muhammad (saw). Hingga menjadi sebuah diwan
besar yang bercabang menjadi beberapa kantor, yang masing-masing
mengkhususkan diri pada fungsi tertentu dalam perjanjian-perjanjian yang
dibuat.
Adapun proses pengaturan tata cara pengukuran uang dan mengawasi
bagaimana uang itu dikumpulkan dan dibelanjakan, dapat dikatakan bahwa hal
ini dilakukan melalui proses pembukuan khusus dan pencatatan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi syariah. Mempertimbangkan apa yang sesuai
dengan ketentuan hukum Islam. Pada masa pemerintahan Islam, ketika
muncul kebutuhan untuk mengontrol dan mengatur uang yang dimasukkan ke
8
Yahya, Z, The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic state.
9
Attieh, Accounting System in Islam, Khowledge Establishment in Alexandria.

6
dalam bait al maal, namun hal ini tidak dicatat dalam dokumen formal sampai
sekitar tahun 765 H/1363 M, di mana ditemukan sebuah buku yang berjudul
"Resalah Falakiyah Kitab al Siyaqat" (sebuah astronomi),10 dengan
penulisnya adalah al Muslim Abdullah bin Muhammad Kaya Almazandrani.
Buku tersebut ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan bahasa
Persia dan juga beberapa bahasa Turki yang lazim digunakan pada masa
Kekaisaran Ottoman. Buku tersebut adalah panduan untuk akuntansi dan
sistem akuntansi dalam pemerintahan Islam. Kitab Almazandrani ditulis
sekitar 131 tahun sebelum penerbitan buku oleh Basilio pada tahun (1494
Masehi), yang diklaim oleh para sarjana Barat sebagai buku pertama yang
ditulis tentang metode pendaftaran ganda. Hal ini karena mereka mungkin
tidak membaca buku Almazandrani, atau karena mereka tidak mencoba
melihat apa yang terjadi di dunia Islam pada saat itu, atau kurangnya
pengetahuan tentang bahasa Arab. Selain itu, kitab Almazandrani tetap
menjadi manuskrip dan tidak dicetak dan diterbitkan secara komersial, hal ini
tidak seperti halnya kitab Basilio.11
Perlu dicatat bahwa terdapat cendekiawan Muslim yang mendahului
Almazandrani dalam meletakkan dasar-dasar sistem akuntansi, di mana
Almazandrani menjelaskan dalam bukunya bahwa ada buku-buku, dan dia
mungkin bermaksud menjelaskan aplikasi akuntansi yang berlaku pada saat
itu dan sebelum penulisan bukunya, "sebuah surat astronomi tentang
konteks". Almazandrani mengatakan bahwa dia secara pribadi telah
mengambil manfaat dari buku-buku tersebut dalam menulis buku ini, di mana
ia menjelaskan dalam bukunya sebagai berikut:12
1. Sistem akuntansi yang berlaku pada saat itu, prosedur pencatatan yang
berlaku pada saat itu dan prosedur pencatatan untuk setiap metode
akuntansi.
2. Jenis-jenis buku akuntansi yang akan digunakan untuk mencatat keuangan.

10
Mahmoud Hilmi Mustafa, Islamic Ruling Compared to Modern System (Cairo: Dar Al-
Fikr, 1970).
11
Yahya, Z, The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic state.
12
Yahya, Z.

7
3. Cara mengatasi defisit dan surplus, termasuk penyesuaiannya.
Menurut Almazandrani, sistem akuntansi yang berlaku pada saat itu,
adalah pada tahun 765 H (1363 M) adalah:
1. Akuntansi konstruksi.
2. Akuntansi penanaman padi.
3. Akuntansi Gudang.
4. Akuntansi instrumen mata uang dan koin.
5. Akuntansi peternakan domba.
6. Akuntansi perbendaharaan
C. Komponen Sistem Akuntansi dalam Ekonomi dan Keuangan Islam
Komponen-komponen sistem akuntansi secara umum, dapat dibagi
menjadi tigas jenis, yaitu:
1. Komponen-komponen sistem manusia dan material yang dapat disusun
dan bekerja satu sama lain untuk mencapai tujuan atau sasaran sistem.
2. Kumpulan dokumen, catatan, dan daftar keuangan yang digunakan untuk
mencatat peristiwa keuangan yang diorganisir, ditabulasi, dianalisis,
diringkas dan disajikan dengan cara yang dapat dimengerti yang dapat
digunakan oleh banyak pihak dalam pengambilan keputusan.
3. Mengendalikan pelaksanaan prosedur akuntansi di setiap komponennya
untuk memastikan kebenaran, ketepatan dan evaluasinya.
Proses penilaian efisiensi dan efektivitas sistem akuntansi menurut
konsep kontemporer, didasarkan pada dan tunduk pada sejauh mana
memperhitungkan serangkaian komponen di atas. Jika kita mempelajari
komponen-komponen sistem akuntansi dalam konteks Islam, kita akan
melihat bahwa semua komponen yang dijelaskan di atas, yang meliputi
seperangkat komponen dan elemen yang diperlukan untuk sistem akuntansi,
sudah ada dan secara bertahap berkembang dengan evolusi kebutuhan melalui
berbagai tahap waktu yang dialami oleh negara Muslim, yang dapat
diilustrasikan di bawah ini.
1. Komponen Sistem akuntansi

8
Komponen sistem dalam aturan Islam terdiri dari komponen fisik
dan kompenen manusia yang dapat diklarifikasi sebagai berikut:
a. Komponen Fisik
Faktor fisik berkaitan dengan semua persyaratan sistem akuntansi
dengan berbagai prosedurnya untuk mencapai tujuannya mengukur
uang dari pendapatan dan pengeluaran sebagai pengendalian. Biro atau
Diwan bait al maal adalah pilar utama dalam faktor material praktik
akuntansi dalam sistem Islam, dari penampilannya yang sederhana pada
masa Nabi (saw), hingga integrasi secara bertahap pada masa
pemerintahan Khalifah Umar Ibn Al Khattab (ra) dan pada masa Bani
Umayyah, Abbasiyah, dan Ayyubiyah.13
Kata Al Diwan adalah bahasa Persia yang berarti catatan atau
buku, juga merupakan metafora untuk tempat penyimpanannya. Al-
Mawardi mendefinisikan Al Diwan sebagai subjek untuk melestarikan
apa yang terkait dengan hak-hak kesultanan atas bisnis dan uang, dan
didasarkan pada tentara dan pekerja'.14 Hal ini termasuk pada istilah
kontemporer seperti: pekerjaan kementerian keuangan dalam
pengawasan anggaran publik, pendapatan dan pengeluaran serta
pekerjaan dan perwakilan mereka dalam pemenuhan berbagai jenis
pajak, biaya dan juga cukai. Dengan demikian, biro atau diwan baitul
maal adalah tempat di mana hubungan keuangan antara negara dan
warganya diatur dan diorganisir dengan membaginya ke dalam
beberapa diwan atau departemen yang berbeda, seperti:15
1) Bait al maal untuk amal dan perbaikan tanah dan apa yang diambil
oleh Wali (penguasa daerah) dari para pedagang Muslim.
2) Baitul maal dalam kaitannya dengan keluarga.
3) Bait al maal untuk harta rampasan perang dan barang tambang.
4) Bait al maal untuk aset-aset yang ditinggalkan (uang tanpa pemilik

13
Yahya, Z, The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic state.
14
Al-Qalqashandi, Abu al-Abbas bin Ali, Sobh al-A’shi in the al-Ansha industry,
photocopy.
15
Ali Abdul Rasoul, Economic Peinciples in Islamic (Cairo: Arab Thought Hous, 1980).

9
yang teridentifikasi).
b. Komponen Manusia
Komponen ini berhubungan dengan semua individu yang
melakukan pekerjaan akuntansi sesuai dengan seperangkat kerangka
acuan. Pada masa pemerintahan Islam terdapat banyak individu yang
bekerja di bait al maal dalam berbagai fungsi akuntansi dan keuangan.
Adapun nama-nama yang digunakan untuk menyebut mereka adalah:
1) Pengendali (Sahib) bait al maal, pemegang gelar ini mewakili
otoritas keuangan tertinggi, dan bait al maal saat ini diwakili oleh
kementerian keuangan. Pengendali (Sahib) bait al maal dalam
pemerintahan Islam sama dengan menteri keuangan saat ini, bahkan
dapat dilakukan oleh orang yang diberi wewenang oleh pengawas
bait al maal. Sebagai contoh, ada pengendali bait al maal untuk
uang tunai, pengendali bait al maal untuk ternak dan pengendali
bait al maal untuk buah-buahan dan tanaman dan sebagainya.
2) Pengawas (al-Nazir), adalah orang yang dipercayakan dengan uang,
bahkan semua rekening baitul maal. Dalam hal ini berhubungan
dengan manajer keuangan saat ini.
3) Saksi (al-Shahed), adalah orang yang memeriksa dan meninjau
pekerjaan bait al maal dan para pegawainya, dan dimasa sekarang
disebut dengan auditor.
4) Mustawfi, adalah orang yang mengirimkan laporan keuangan dan
penerimaan dari daerah lain serta setiap instruksi keuangan yang
dikeluarkan. Dia juga dapat menarik laporan keuangan yang
diterimanya yang melanggar hukum yang berlaku, dan melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan. Dimasa sekarang hal ini
disebut dengan peran pengawas keuangan, atau fungsi kontrol
keuangan.
5) Pekerja (al 'aamel), adalah seseorang yang menulis dan mengatur
akun. Hal ini sama dengan peran seorang akuntan di masa sekarang,
seperti ada seorang pekerja untuk zakat, untuk sedekah dan lain

10
sebagainya.
6) Al-Sirafi, orang yang menerima atau mengeluarkan uang sesuai
dengan yang diberikan kepadanya, peran ini setara dengan peran
bendahara pada masa sekarang.
7) Al-Kharis, orang yang menaksir uang antara dua pihak, yang saat
ini dikenal sebagai penaksir.
2. Elemen-elemen Sistem Akuntansi dalam Ekonomi dan Keuangan
Islam
Elemen-elemen sistem akuntansi adalah dasar untuk
mendokumentasikan persyaratan dan prosedur sistem ini, mulai dari
proses pencatatan dan kemudian tabulasi, pengikhtisaran dan penyajian,
melalui kebutuhan dan ketersediaan koleksi dokumenter, koleksi buku,
buku pembantu, buku besar, kumpulan laporan dan laporan keuangan.
Melalui studi historis tentang realitas sistem akuntansi sistem akuntansi di
negara Islam. Adapun elemen-elemen sistem akuntasi dalam ekonomi dan
keuangan Islam dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Pengumpulan Dokumen
Keberadaan dokumen merupakan pintu gerbang dalam pekerjaan
sistem akuntansi. Dalam hal ini, dokumen merupakan dasar penting
dalam menyediakan data yang diperlukan untuk pengoperasian sistem.
Dokumen menempati posisi penting dalam Islam sebagai bukti tentang
apa yang dapat dilakukan antara dua pihak, terutama yang berkaitan
dengan uang, seperti yang tercantum dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:
Terjemaham : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Hendaklah seorang juru tulis mencatatnya secara
tertulis di antara kamu dengan adil. Janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagaimanaAllah mengajarkannya, maka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekannya, dan
hendaklah ia menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis,dan hendaklah ia mengimlakkan, dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripadanya.Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua

11
tanda (kebesaran Allah). Kemudian Kami jadikan gelap gulita pertanda
malam, dan Kami jadikanmalam, dan Kami jadikan siang terang
benderang, agar kamu mencari karunia dariTuhanmu, dan agar kamu
mengetahui perhitungan tahun-tahun dan perhitungan (waktu); dan
segala sesuatutelah Kami terangkan dengan penjelasan yang terang.
Dan tiap-tiap orang telah Kami ikatkan tali pengikat padalehernya
sendiri, dan Kami akan mengeluarkan baginya pada hari kiamat sebuah
kitab yang akan dia dapati terbuka lebar”. (QS. Al-Isrà, 17: 12 dan 13)
Tercatat melalui ayat-ayat sebelumnya bahwa ada penekanan
pada kebutuhan untuk mendokumentasikan hak-hak, termasuk hak-hak
finansial, baik debitur maupun kreditur, melalui pernyataan yang jelas
sehingga tidak ada keraguan. Adapun pekerjaan sistem akuntansi dalam
aturan Islam, dokumen-dokumen itu dikenal melalui dua jenis utama,
yaitu:
1) Dokumen Internal (untuk keperluan internal), yang disebut "saksi"
dan diedit oleh petugas akun untuk pendapatan yang dikumpulkan
dari orang lain, dan harus berisi data dasar termasuk: tanggal
penerbitan, jumlah, tempat penerbitan, saksi transaksi, tanda tangan
dan alasan pembayaran.16 Saksi terdiri dari sejumlah salinan yang
disimpan oleh akuntan yang asli dan salinannya. Catatan atau
salinan asli disebut "model" dan bukti tersebut dicatat dalam buku-
buku akuntansi, yang bisa berupa dokumen lain, seperti bukti
kepemilikan atau transfer. Dengan demikian, saksi adalah dokumen
pendaftaran dan pencatatan hak-hak hukum tersebut. Kemudian,
akuntan menyiapkan saksi dan disertifikasi oleh Ketua Diwan,
Menteri atau Wakilnya yang akan menulis kata Yaktub (tulis)
sebagai indikasi dari proses sertifikasi atau persetujuan ini. Setelah
saksi telah disahkan, akuntan akan mencatat tanda tersebut dalam
buku-buku dari situs saksi. Akuntan akan menyimpan saksi dan
tetap dalam pengawasannya sebagai bukti otorisasi dari Ketua
Diwan, maka Menteri atau wakilnya mengesahkan transaksi

M. El-Morsi Lashin, Accounting for Public Funds in the Islamic State (Beirut: Lebanese
16

Book House, 1977), hlm. 62.

12
keuangan tersebut dalam pembukuan.17
2) Dokumen Eksternal (untuk tujuan eksternal), yang disebut al-Baraà
"hak paten", dan dikeluarkan oleh pemilik atau pemegang saham
(al-Jahbaz atau al-Khazen), yang merupakan tanda terima
pembayaran yang diterima oleh jumlah pajak yang dikenakan,
pembayaran zakat, sedekah atau upeti.
Era modern telah menunjukkan manfaat dari penulisan kontrak
keuangan untuk menginformasikan kepada para pihak dalam kontrak,
ahli waris mereka atau siapa pun yang terpengaruh oleh hubungan ini
di masa sekarang dan masa depan. Hal ini karena dengan berlalunya
waktu, hak dan kewajiban tersebut akan hilang dan terlupakan. Selain
itu, kontrak tertulis dalam menyediakan data akuntansi yang
menghasilkan proses akuntansi selama masa kontrak berlangsung.
Fikih Islam telah mendahului dalam memformalkan prinsip-prinsip
selama berabad-abad, jauh sebelum apa yang dikenal sebagai praktik
umum saat ini.18
b. Buku Akuntansi
Buku akuntansi pertama kali dikenal pada era Khalifah Umar
ibn al-Khattab karena adanya peningkatan jumlah uang yang diterima
oleh Baitul Mal. Beliau memerintahkan untuk pencatatan dana publik
sesuai dengan sumbernya. Pembukuannya pun tidak seperti yang
dikenal saat ini, di mana buku-buku dan catatan akuntansi tidak terikat
sampai era Khalifah Al-Walid ibn Abdulmalik selama periode 86-96
H. (706-715 M) (Abdul Wahab, 1984). Aspek organisasi dari
pembukuan ini mencapai puncak organisasinya pada masa
pemerintahan Abbasiyah antara tahun 132 dan 232 H (749-847 M).
Pada tahun 132 H (749 M), Khalid Bin Barmak ditunjuk sebagai
kepala Diwan Al-Kharaj (biro pendapatan produk pertanian dan Diwan

17
Omar Zaed, Financial Accounting in the Islamic Society (Jordan: Dar Al- Yazuri, 1995),
hlm. 46.
18
Al-Jaleel, Historical Develepment of Accounting in Iraq, Journal of Develepment of
Rafidain.

13
tentara). Khalid Bin Barmak menata ulang kedua diwan ini,
mengembangkan buku-buku akuntansi dan mendefinisikannya dengan
nama-nama yang khas.19
Buku pertama yang masuk dalam sistem akuntansi Islam dikenal
sebagai buku "Jareedah", yang berarti “Jurnal” pada sekitar tahun 132
H (749 M), sebelum kemunculan buku Basilio pada tahun 1494
Masehi. Hal ini berarti bahwa Basilio menggunakan istilah Arab
"Jareedah" (Jurnal) dalam bahasa Inggris atau Zornal dalam bahasa
Italia, yang merupakan terjemahan harfiah dari kata Arab (Jareedah).
Buku-buku akuntansi yang paling penting yang digunakan
dalam sistem akuntansi Islam (terutama pada masa negara Abbasiyah)
dapat diidentifikasi dari segi sifat dan fungsi yang terkait sifat dan
fungsi yang terkait sebagai berikut:20
1) Jareedah, buku pemasukan dan pengeluaran, yang digunakan untuk
mencatat pemasukan dan pengeluaran secara individual, yang
berarti ada jurnal untuk pendapatan dan jurnal lainnya untuk
pengeluaran.
2) Ta'līq al-Yawmiyyah (Jurnal harian atau catatan harian), yang
digunakan untuk mencatat semua transaksi lain (kecuali
pendapatan dan pengeluaran) yang terjadi setiap hari dan
mencantumkan tanggal hari dan bulan dalam satu tahun kalender.
3) Al-Makhzoumiyah, sejenis buku catatan yang kertas-kertasnya
dijilid menjadi satu (yang mirip dengan file saat ini), dan
mengkhususkan diri pada suatu jenis akun, seperti uang tunai atau
biji-bijian (mirip dengan buku kas sekarang).
4) Al-Uorag, buku catatan yang digunakan untuk mencatat hak dan
kewajiban seseorang lain dalam persyaratan kontrak mereka, dan
berfungsi sebagai bukti dari setiap cicilan pembayaran, sehingga

19
Subhi Al-Saleh, Islamic System-Its Origin and Evolution (Beirut: Dar Al-Ilm fot
Millions, 1987).
20
Al-Jaleel, Historical Develepment of Accounting in Iraq, Journal of Develepment of
Rafidain.

14
mirip dengan buku debitur saat ini.
5) Al-Roznameg (kalender atau program), sebuah buku catatan untuk
mencatat jumlah abses di lahan pertanian, di mana dialokasikan
satu halaman per orang yang bertanggung jawab atas pembayaran
abses untuk mencatat jumlah abses yang harus dibayar. Selain itu,
jumlah yang telah dibayarkan dari jumlah total yang harus
dibayarkan, jumlah abses dulu ditentukan berdasarkan hukum yang
disebut hukum abses (Qanoon al Kharaaj).
6) Dafter al-Nafaqaat (buku pengeluaran), sebuah buku yang
didedikasikan untuk mencatat pengeluaran Khalifah, yang
mewakili pengeluaran negara, dan disimpan di Kantor (Diwan)
Pengeluaran.
7) Dafter al-Amwal al-Musaadarah (buku dana sitaan), sebuah buku
yang membahas dengan pengelolaan dana sitaan dari para menteri
dan pejabat senior negara pada saat itu, dan negara pada saat itu,
dan digunakan dalam Diwan Penyitaan.
8) Al Jareeda al Sudaà, (jurnal akuntansi hitam (militer)), sebuah
buku yang didedikasikan untuk mencatat segala sesuatu yang
berhubungan dengan tentara, termasuk jumlah pengeluaran
mereka, reparasi dan gaji mereka. Alasan yang mungkin ada di
balik nama jurnal akuntansi hitam adalah karena kerahasiaan
catatan ini karenahanya dapat dilihat oleh orang-orang yang
berwenang untuk memastikan kondisi tantara tidak diungkapkan
kepada orang lain.
9) Al-Fahrast (indeks), sebuah catatan nama-nama buku/catatan di
atas dan sifat pekerjaan yang dilakukan.
c. Direktori Akun
Panduan akuntansi saat ini merupakan daftar akun yang dapat
digunakan untuk mencatat transaksi keuangan dalam buku-buku
akuntansi. Untuk memudahkan penggunaan metode ini, nomor dapat
diberikan pada setiap akun sebagai tambahan kemungkinan

15
menggunakan cara otomatis dan elektronik.
Dapat dikatakan bahwa akuntansi manual dikenal dalam sistem
akuntansi Syariah sistem akuntansi syariah di masa lalu, dalam hal
penggunaan seperangkat konsep dan istilah dalam pelaksanaan
pekerjaan akuntansi oleh individu yang melakukan pekerjaan ini
(akuntan). Dimana pekerjaan akuntansi dilakukan dengan cara yang
ilmiah dan tidak membiarkan individu untuk mencatat akun sesuai
dengan interpretasi mereka sendiri. Ada aturan dan konsep khusus
untuk catatan akuntansi yang harus dipatuhi oleh pegawai akuntansi
harus dipatuhi. Ini tidak berhenti hanya dengan menetapkan definisi
konsep dan umum, tetapi setiap bagian dan departemen akuntansi
memiliki seperangkat konsep dan aturan-aturannya sendiri.
Contoh istilah yang digunakan dalam sistem akuntansi Islam di
masa lalu, yang tidak asing lagi bagi para akuntan masa kini, adalah:
1) Al Salaf (uang muka), yaitu uang yang diberikan kepada penerima
manfaat sebelum mereka mendapatkan haknya.
2) Al Muqassah (set-off), yaitu mengambil (mengurangi) uang yang
terutang kepada orang yang telah memberikan uang muka kepada
mereka, sehingga mengimbangi kewajiban keuangan mereka
dengan jumlah yang harus dibayarkan kepada mereka.
3) Al Mustakhraj (diambil), yang mencakup semua pendapatan tunai.
4) Al Hasel (saldo), yaitu saldo yang tersisa dari periode akuntansi
terakhir.
5) Al Jam' al-Wasel (menghitung saldo bersih), yang berarti jumlah
bersih dari yang diterima, setelah dikurangi dengan kerusakan
akibat bencana, dari jumlah yang seharusnya diterima.
6) Hawasil Ma'doomah (yang tidak ada), uang yang dicuri dari Diwan
(dan tidak dapat dicatat dalam catatan akuntansi sampai setelah
dikeluarkannya keputusan yang berkaitan dengannya).
7) Al Râh mina al Maal, hutang yang dapat ditagih.

16
8) Al Munkasir mina al Maal, hutang tak tertagih yang tidak mungkin
ditagih atau dipulihkan.
9) Al Muta'azer, Al Mutahyyer dan Al Muta'aqqed mina al Maal,
setiap hutang yang sulit dan rumit untuk ditagih, hutang yang
diragukan.
d. Laporan Keuangan
Setelah mencatat peristiwa keuangan dalam pembukuan, satu set
laporan dan daftar yang berisi berisi ringkasan proses pencatatan
biasanya disiapkan. Karena tidak ada proyek ekonomi besar dalam
pemerintahan Islam dalam arti yang dikenal saat ini, perhatian terbesar
adalah aspek keuangan negara pendapatan dan pengeluaran negara. Ini
berarti bahwa akuntansi pada saat itu adalah akuntansi pemerintah,
yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana publik,
menentukan cara alokasi dan pendistribusiannya kepada masyarakat
umum dan pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi pemerintahan telah
dikenal sejak awal pemerintahan Islam, terutama setelah munculnya
gagasan bait al maal di era Rasulullah (saw). Pada saat itu, sumber
daya keuangan dan non-keuangan yang masuk ke dalam bait al maal
dipertanggungjawabkan, dan kemudian didistribusikan kepada para
penerima manfaat pada saat itu juga atau setelah beberapa hari.
Konsep bait al maal dikembangkan pada masa pemerintahan
Khalifah Umar ibn al-Khattab, di mana sumber daya bait al maal
meningkat sebagai hasil dari pendapatan baru yang berlipat ganda yang
mewakili sumber daya keuangan negara. Sumber daya ini termasuk
ghanimah, upeti, zakat, barang rampasan, dana yang tidak memiliki
penerima atau pemilik yang teridentifikasi, dana yang dibayarkan oleh
negara lain sebagai bagian dari penyelesaian perjanjian perdamaian
dan harta karun yang digali dari dalam tanah yang menjadi milik
negara. Sementara pengeluaran yang digunakan untuk membelanjakan
uang termasuk pengeluaran untuk memelihara dan mencetak Al-
Qur'an, gaji tentara, gaji pegawai di kantor-kantor negara serta di

17
bidang pelayanan publik, seperti sungai dan perbaikan sungai dan
perbaikan saluran air dan biaya untuk memenuhi kebutuhan tentara.
Sebagai hasil dari perluasan negara Muslim, anggaran setiap
periode dianggap sebagai laporan berkala tentang status kekuasaan di
berbagai negara bagian. Keseimbangan antara pengeluaran dan
pendapatan setiap daerah atau kota diverifikasi dan surplus
ditunjukkan pada setiap periode. Laporan-laporan dan laporan
keuangan disusun menurut beberapa nama dan tujuan, yang paling
penting di antaranya disebutkan di bawah ini:21
1) Al Khitma, adalah laporan keuangan bulanan, yang disiapkan pada
setiap akhir bulan dan berisi pendapatan dan pengeluaran bulan
dan berisi pendapatan dan pengeluaran yang diklasifikasikan
menurut jenisnya dengan saldo yang tersisa pada akhir setiap
bulan. Laporan ini mirip dengan apa yang dikenal saat ini dengan
nama laporan arus kas.
2) Al Khitma al Jami'a, adalah laporan yang disiapkan oleh akuntan
dan disajikan kepada atasannya. Jika laporan ini diterima oleh
atasannya, maka disebut al-Muwafaqa (persetujuan). Jika tidak
diterima karena ketidaksesuaian atau ketidakakuratan dalam data
yang ada di dalamnya, maka disebut Muhasaba (akuntansi) saja.
3) Al Tawaali (Laporan hasil panen), Ini adalah laporan tentang hasil
panen pertanian di setiap musim, yang menunjukkan jumlah,
sumber dan saldo menurut jenisnya untuk setiap periode pertanian.
4) 'Amal al-Mabe'aat (Laporan Penjualan), laporan ini menunjukkan
kuantitas, harga, penjualan nilai penjualan dan saldo dalam jumlah
dan nilai pada akhir setiap periode tertentu.
5) 'Amal al-Mushtarayat (Laporan Pembelian), Laporan ini
menunjukkan jumlah dan harga pembelian dan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada akhir setiap periode tertentu.
6) Al Irtifa' (Neraca), adalah posisi keuangan untuk tahun Hijriah dari
21
Al-Saleh, Islamic System-Its Origin and Evolution.

18
tanggal 1 Muharram (bulan pertama dalam kalender Islam) hingga
akhir Dzulhijjah (bulan terakhir dalam kalender Hijriah). Laporan
ini menunjukkan aset dan liabilitas dan selisih antara pendapatan
dan pengeluaran. Laporan ini disusun dengan angka-angka estimasi
untuk tahun yang akan datang, dan bagian kedua menunjukkan
hasil aktual setelah akhir tahun termasuk catatan yang menjelaskan
perbedaan dalam akun akhir.
D. Akuntansi, Pengendalian Internal dan Audit dalam Sistem Berbasis
Kepercayaan
Pengendalian internal merupakan elemen penting dari sistem akuntansi.
Pekerjaan akuntansi dipantau sesuai dengan elemen other (input dari
kelompok dokumenter, operasi dalam koleksi buku, output dari kelompok
laporan dan daftar), dan istilah umpan balik disebut sebagai komponen dari
sistem akuntansi. Kontrol internal dalam pelaksanaan tugasnya tergantung
pada serangkaian elemen yang meliputi tiga bagian, yaitu:
1. Rencana Organisasi yang Baik
Rencana organisasi yang baik merupakan fondasi penting dalam
menentukan garis wewenang, tanggung jawab, jalur komunikasi dan
koordinasi antara berbagai tingkat administrasi yang telah ditetapkan.
Pemerintahan Islam telah menjalankan kekuasaan dan tanggung jawabnya
dengan sangat hati-hati dalam untuk menempatkan orang yang tepat di
tempat yang tepat.
Khalifah Umar ibn al-Khattab (ra) adalah salah satu orang pertama
yang mengetahui dan menerapkan prinsip pembagian kerja dan alokasi
tugas, sebelum diadopsi oleh mazhab administrasi ilmiah modern.
Ketertarikannya terhadap prinsip ini ditunjukkan dengan jelas dalam
rencana yang ditujukan kepada semua Muslim di mana ia berkata:
Terjemahan: “Siapa pun yang ingin bertanya tentang Qur'an, Anda
dapat mengarahkan pertanyaan Anda kepada Ubai ibn Ka'eb, dan siapa
pun yang inginbertanya tentang fikih, biarkan dia datang kepada Mu'az ibn
Jabel, dan siapapun yang ingin bertanyatentang uang, hendaklah ia datang

19
kepadaku, karena Allah telah menjadikan aku sebagai benteng dan
pembagi",(Al-Bukhari, 1985).

Selain itu, sistem ekonomi dan keuangan Islam di bawah


pemerintahan Islam telah memperhatikan pembagian administratif dari
urusan-urusan saat ini. Di mana posisi keuangan negara dibagi menjadi
tiga bagian, masing-masing bagian memiliki aliran pemasukan dan bagian
lainnya untuk pengeluaran. Dengan demikian, tidak diperbolehkan untuk
mencampur satu bagian dengandengan yang lain, misalnya tidak boleh
mencampur uang dari ghanimah dengan uang dari sedekah atau zakat, atau
membelanjakan pendapatan dari satu alokasi ke alokasi yang.22
Mengenai pekerjaan akuntansi, ada deskripsi khusus tentang hal itu
dengan membagi pekerjaan di antara sekelompok individu, yang masing-
masing melakukan pekerjaannya sendiri serta melapor kepada manajer
atau atasannya. Dengan demikian, ada banyak posisi dan peran akuntan,
seperti pengamat, saksi, karyawan, pekerja, pemegang kas.
2. Sistem Akuntansi Hermetis
Ketentuan sistem akuntansi dalam ekonomi Islam sebagaimana
yang dipraktekkan di masa lalu dapat dilihat dari ketersediaan komponen-
komponennya, yang meliputi kelompok dokumen, catatan akuntansi, buku
pedoman akuntansi, kumpulan laporan keuangan. Pada keterangan
sebelumya bahwa telah mencatat semua elemen ini dalam kerja sistem
akuntansi dalam aturan Islam. Ketelitian dan keakuratan sistem akuntansi
dan keuangan pada masa pemerintahan Islam adalah karena fokus pada
keakuratan sistem akuntansi, yang digunakan dan diterapkan pada saat itu.
Kekuatan dan kekokohan sistem akuntansi dalam aturan Islam
dapat diilustrasikan dengan penemuan tepat waktu dari setiap
penyimpangan atau defisit dalam perbendaharaan negara, dan
kemungkinan untuk segera mendaftarkannya dan memvisualisasikannya
secara otomatis melalui ketidakseimbangan pembukuan. Telah diketahui

22
Hashim Z. Yahya and L. Mohammed Ayoub, Financial Control in Islam, Journal of
Development of Rafidain, No 45, Faculty of management and Economics, Universidy of mosul.

20
bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, salah satu
penguasa yang ditunjuknya yang bernama 'Amir bin al-Jarrah
memberitahukan kepadanya bahwa ada kekurangan satu Dirham (koin
perak) di Baitul Maal. Hal itu akan hanya mencerminkan ketangguhan dan
keakuratan sistem akuntansi yang diimplementasikan pada saat itu di satu
sisi, dan sebagai bukti keefektifannya di sisi lain. Almazandrani
menyebutkan dalam bukunya pada tahun 765 H (1363 M) bahwa sistem
pengendalian internal sangat penting dan diterapkan di semua kantor-
kantor negara pada saat itu.23
Selain itu, dapat dikatakan bahwa banyak prinsip dan aturan
akuntansi yang digunakan pada masa pemerintahan Islam, yang
memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kekuatan dan
kekokohan sistem akuntansi, telah membentuk dasar-dasar dari banyak
prinsip-prinsip akuntansi kontemporer, seperti24 periode akuntansi,
objektivitas, konsolidasi akuntansi dan pengungkapan data.
3. Individu yang Berkualitas
Sistem akuntansi audit internal yang efisien memerlukan adanya
individu-individu yang berkualitas yang bekerja dalam ruang lingkupnya.
Individu-individu ini termasuk akuntan yang melaksanakan berbagai tugas
akuntansi dan keuangan yang harus mereka catat dalam pembukuan
akuntansi, serta auditor yang mengaudit dan mencatat dalam pembukuan
akuntansi, dan kontrol yang ada.
Untuk memilih individu yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan tugas-tugas ini, Islam menekankan karakter pribadi manusia
dan integrasi dari berbagai elemen dalam pekerjaan yang dipercayakan
kepada individu. Selain apa yang diketahui dan dimiliki oleh setiap orang
kualifikasi tentang apa yang ditugaskan kepada mereka untuk memastikan
mereka mampumelaksanakan tugasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan
dari semua aspek pribadi, praktis dan ilmiah. 25 Nabi (saw) menegaskan hal
23
Yahya, Z, The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic state.
24
Lashin, Accounting for Public Funds in the Islamic State, hlm. 63.
25
Zaed, Financial Accounting in the Islamic Society.

21
itu dengan mengatakan (siapa pun yang mengambil peran sebagai
penguasa umat Islam atau bertanggung jawab atas urusan mereka, dan
kemudian menunjuk seseorang untuk melakukan tugas tertentu, padahal
dia tahu bahwa ada orang lain yang lebih memenuhi syarat dan lebih baik
bagi kaum Muslimin daripada orang yang ditunjuk, maka dia telah
mengkhianati Allah dan Rasul-Nya).26
Konsep ini juga ditekankan oleh Imam Ali as ketika beliau
memberi tahu al-Ashteral-Nakha'i ketika ia menunjuknya sebagai
penguasa Mesir, ia berkata kepadanya (periksalah pekerjaan para pegawai
Anda dan tugas-tugas yang Anda delegasikan kepada mereka, biarlah ini
menjadi ujian bagi mereka dan janganlah kamu pilih. Urusan negara,
rakyat dan para penguasanya tidak akan berjalan dengan efektif kecuali
jika orang-orang yang dipekerjakan oleh penguasa untuk membantu
mengisi kekosongan dan menjalankan negara memiliki kualitas yang baik
dan sesuai dengan peran yang mereka jalankan).
Khalifah Umar bin Khattab (ra) memilih para pekerja dari bangsa
Arab bukan karena ras atau keunggulan mereka, tetapi karena kemampuan
mereka untuk memahami dan memahami asal-usul hukum Islam dan
ajaran-ajarannya. Hal ini karena mereka akan membimbing orang-orang
dalam masalah agama mereka, menyelesaikan perselisihan mereka dan
mengalokasikan serta mendistribusikan uang sesuai dengan hak masing-
masing individu dalam negara dan sesuai dengan aturan Syariah.
Perlu dicatat bahwa menurut sistem Islam, jabatan publik tidak
diperbolehkan diberikan kecuali kepada individu yang memenuhi syarat
jujur dan memiliki individu yang berkualitas. Hal ini juga berlaku untuk
semua fungsi akuntansi. Oleh karena itu, pemilihan individu (pekerja)
yang berkualitas sejak awal berdirinya negara Muslim telah dianggap
sebagai kinerja perwalian, sehingga sehingga pemegang amanah/penguasa
yang memegang kekuasaan harus memberikan setiap pekerjaan atau tugas
kepada yang tepat dan sesuai dengan individu yang mampu
26
Attieh, Accounting System in Islam, Khowledge Establishment in Alexandria.

22
melaksanakannya dengan baik. Hal ini didukung oleh ayat Al-Qur'an
berikut ini,
Terjemahan: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui" (Al-
Qur'an, Al-Anfal, 8: 27).
Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa pemilihan individu yang
berkualitas dari akuntansi dan perspektif pekerjaan keuangan sangat
penting, sehingga individu yang individu yang tepat ditempatkan pada
posisi yang sesuai berdasarkan kemampuan dan kualifikasi praktis untuk
melaksanakan pekerjaan secara efisien. Hal ini harus dilakukan tanpa pilih
kasih atau kecurangan, Nabi (saw) menekankan hal itu dengan
mengatakan:
Terjemahan: "Barangsiapaberada dalam posisi berkuasa untuk
melayani umat Islam dan dia menunjuk seseorang untuk
mengelolanepotisme, maka ia akan dikutuk sampai hari penghakiman."
(Al-Bukhari, 1985). Beliau juga bersabda: "Setiap penguasa/orang yang
berada dalam posisi kepercayaanuntuk mengelola urusan umat Islam dan
menyalahgunakan posisinya secara tidak jujur dan meninggal dalam
keadaandalam keadaan seperti itu, maka Allah akan mengharamkannya
masuk surga." (HR. Bukhari, no. 1985).

Perlu dicatat bahwa semua elemen ilmiah dasar dari pengendalian


internal di masa sekarang waktu yang ada selama pemerintahan Islam dan
merupakan bagian dari sistem ekonomi dan sistem keuangan Islam. Dapat
dikatakan bahwa ini merupakan dasar untuk mencapai efisiensi tertinggi
dari pengendalian internal sistem akuntansi dan sekarang harus
diimplementasikan dengan cara yang sama oleh lembaga keuangan Islam
(LKI) dalam praktik akuntansi dan pelaporan keuangan serta
pengungkapannya.
Di sisi lain, perkembangan perbankan dan keuangan Islam
sekarang dianut bahkan oleh lembaga-lembaga kapitalis yang bersemangat
seperti Citibank, Lloyds, Standard Chartered Bank dan lainnya dapat
menarik minat para akuntan dan auditor terhadap kemungkinan adanya

23
peluang baru dalam disiplin. Mungkin, kasus Enron telah menghidupkan
kembali minat untuk memiliki profesional yang lebih jujur yang benar-
benar peduli dengan kepentingan publik selain posisi mereka. Di sini telah
menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah "akuntansi berbasis
agama", bersama dengan diskusi tentang asal-usul, karakteristik dan
komponen-komponennya.
Perkembangan historis yang dialami sistem akuntansi dalam
kerangka ekonomi dan keuangan Islam, dengan memberikan wawasan
yang unik dan laporan yang orisinil tentang subjek ini. Makalah ini
memberikan sebuah kontribusi penting dengan menggambarkan akuntansi
sebagai ilmu berbasis nilai dan bukan bebas nilai atau abstrak dengan
menyoroti prinsip-prinsip akuntansi dari sistem akuntansi berbasis sistem
akuntansi berbasis agama. Akuntansi berbasis agama juga merupakan
sebuah alat yang memungkinkan para pesertanya untuk mengevaluasi
akuntabilitas mereka sendiri di bawah aturan agama, sehubungan dengan
transaksi keuangan antar-manusia/lingkungan.
Orang-orang bertransaksi melalui institusi seperti bisnis dan bank.
Aktivitas-aktivitas ini diklasifikasikan, dicatat, dan dirangkum dengan
menggunakan filter filosofis (berdasarkan keyakinan standar akuntansi)
untuk menghasilkan laporan akuntansi, yang kemudian ditindak lanjuti
oleh masyarakat. Jika informasi yang dihasilkan berguna dan sesuai untuk
membuat keputusan ekonomi atau sosial ekonomi melalui kerangka moral,
dalam hal ini meningkatkan perilaku yang baik yang mengarah pada
keridhaan Allah di dunia dan di akhirat.
Makna dari akuntansi "berbasis agama" akan lebih jelas jika kita
membandingkannya dengan definisi akuntansi "konvensional". Akuntansi
konvensional didefinisikan sebagai identifikasi, pencatatan, klasifikasi,
penafsiran, dan komunikasi peristiwa ekonomi untuk memungkinkan para
pengguna untuk membuat keputusan yang tepat. Dari sini, baik akuntansi
berbasis syariah maupun akuntansi konvensional sama-sama menyediakan
informasi. Perbedaannya terletak pada tujuan penyediaan informasi

24
tersebut, jenis informa siapa yang diidentifikas dan bagaimana informasi
tersebut diukur, dinilai, dicatat dan dikomunikasikan, dan kepada siapa
informasi tersebut dikomunikasikan (para peserta).
Jenis-jenis akuntansi yang paling penting, komponen-
komponennya dan pengendalian internal yang dikenal dalam sistem
akuntansi berbasis agama Islam selama 1400 tahun sejarahnya. Lebih
lanjut secara analitis memeriksa komponen-komponen sistem akuntansi
berbasis dalam hal prinsip-prinsip dasar dan struktur dasar dari sistem
akuntansi ini. Kami menganalisis lebih lanjut asal-usul sistem akuntansi
dalam kerangka kerja ekonomi dan keuangan Islam. Analisis kami
menarik perbandingan dengan apa yang saat ini dipraktekkan dengan
beberapa pelajaran dan kesimpulan mengenai sistem akuntansi berbasis
agama yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan Islam kontemporer
(LKI) dapat mengambil manfaat dan menerapkannya dalam praktik,
kebijakan, dan prosedur akuntansi saat ini.kebijakan dan prosedurnya saat
ini. Hal ini karena IFI juga merupakan organisasi berbasis agama yang
akan mengikuti aturan agama yang berlaku dalam menjalankan dan
menawarkan jasa keuangan. Aturan-aturan tersebut merupakan bagian
integral dari struktur tata kelola dan operasinya, yang harus mereka
pertahankan dalam segala hal yang mereka lakukan. Kontribusi dari
diskusi ini akan membantu LKM memahami bagaimana sistem akuntansi
berbasis agama mereka berasal dan dikembangkan agar dapat
memasukkan komponen, nilai, dan elemen yang berlaku dalam praktik
akuntansi mereka.
Sistem akuntansi berbasis agama berhubungan dengan sumber daya
dan pengeluaran negara atau LKI melalui pencatatan, pemrosesan dan
pelaporan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam. Sistem
akuntansi berbasis syariah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para
pelakunya, dan untuk memenuhi salah satu kewajiban agama yang
berkaitan dengan salah satu rukun ibadah, yaitu zakat. Serta untuk
memenuhi kebutuhan negara melalui persyaratan untuk mengetahui dan

25
menentukan aset, dana, dan cara mengumpulkannya bahkan hingga
mendistribusikannya, serta memastikan adanya kontrol dan audit.
Persyaratan tersebut juga berlaku untuk LKM yang tunduk pada aturan
Syariah.
Akuntan yang lebih tua mungkin masih ingat ketika mereka
pertama kali belajar akuntansi. Mereka harus untuk menyiapkan akun
akhir (yaitu neraca dan akun laba rugi). Namun, Amerikanisasi kurikulum
telah mempopulerkan istilah laporan keuangan, oleh karena itu,
konsentrasi akuntansi telah berpindah dari akuntansi berbasis akuntansi
untuk uang (ditekankan oleh pengukuran moneter). Konsep pengukuran
moneter). Ini tidak berarti bahwa akuntansi berbasis iman tidak peduli
dengan uang. Sebaliknya, karena adanya larangan pendapatan atau
pengeluaran berbasis bunga, penentuan laba akan memiliki kepentingan
khusus dalam akuntansi berbasis iman jika dibandingkan dengan akuntansi
konvensional. Namun, akuntansi berbasis agama harus bersifat holistik
dalam pelaporannya. Oleh karena itu, baik keuangan dan non-keuangan
terkait peristiwa dan transaksi ekonomi, sosial, lingkungan dan peristiwa-
peristiwa keagamaan serta transaksi-transaksi diukur dan dilaporkan.
Sistem akuntansi konvensional di mana banyak dari kita di didik
dan bekerja sebenarnya adalah akuntansi kapitalis. Kata sifat 'kapitalis'
tidak digunakan sebelum kata akuntansi, karena kata tersebut tidak akan
terlihat netral karena kapitalisme adalah sebuah filosofi, dan orang
mungkin berpendapat bahwa kapitalisme adalah sebuah agama.
Kapitalisme bukan hanya sistem ekonomi yang memungkinkan adanya
pilihan dan kesempatan, tetapi juga sebuah filosofi dan agama yang
meninggalkan kesetaraan untuk efisiensi dan keinginan segelintir orang
untuk kebutuhan banyak orang. Kapitalisme dapat dikatakan sebagai
'agama' yang dominan di dunia, baik di negara Muslim maupun di negara-
negara Non-Muslim. Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan dan agama
adalah untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Yang satu membahas

26
hal-hal yang bersifat fisik dan material sementara yang lain membahas
sosial, mental, emosional dan spiritual.

27
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi dalam
sistem ekonomi dan keuangan Islam berhubungan dengan dengan sumber daya
dan pengeluaran negara melalui pencatatan, pengolahan dan pelaporan, dan
pelaporannya sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Sistem akuntansi dalam
pandangan Islam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, dan untuk
memenuhi salah satu kewajiban agama mereka yang berkaitan dengan salah satu
rukun Islam,yaitu, Zakat. Serta untuk memenuhi kebutuhan negara melalui
persyaratan untuk mengetahui dan menentukan aset, dana, dan cara pengumpulan
serta pendistribusiannya.
Komponen akuntansi dibagi menjadi tiga yaitu 1)Komponen-komponen
sistem manusia dan material yang dapat disusun dan bekerja satu sama lain untuk
mencapai tujuan atau sasaran sistem. 2)Kumpulan dokumen, catatan, dan daftar
keuangan yang digunakan untuk mencatat peristiwa keuangan yang diorganisir,
ditabulasi, dianalisis, diringkas dan disajikan dengan cara yang dapat dimengerti
yang dapat digunakan oleh banyak pihak dalam pengambilan keputusan. 3)
Mengendalikan pelaksanaan prosedur akuntansi di setiap komponennya untuk
memastikan kebenaran, ketepatan dan evaluasinya.
Proses akuntansi keuangan telah dikenal sejak awal awal pemerintahan
Islam dengan didirikannya Bait al-Maal, dan perkembangannya dimulai sejak
zaman Rasulullah. Perkembangan ini terus berlanjut melalui masa empat
Khalifah. Ekspansi besar dari kekuasaan Islam juga berkontribusi pada
perkembangan dengan kebutuhan untuk sistem keuangan dan akuntansi yang ketat
yang akurat, kuat dan efisien. Proses pembukuan telah dikenal pada masa negara
Muslim sebelum dikenal di Barat, dan sebelum munculnya buku Basilio selama
lebih dari 131 tahun. Selain mengenal dan menerapkan banyak sistem akuntansi
pada saat itu.

28
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jaleel, Muqdad A. Yahya. Historical Develepment of Accounting in Iraq,


Journal of Develepment of Rafidain, 2001.

Al-Qalqashandi, Abu al-Abbas bin Ali. Sobh al-A’shi in the al-Ansha industry,
photocopy. Cairo: Emiri Edition, 1963.

Al-Saleh, Subhi. Islamic System-Its Origin and Evolution. Beirut: Dar Al-Ilm fot
Millions, 1987.

Attieh, M. Kamal. Accounting System in Islam, Khowledge Establishment in


Alexandria, 1982.

Hashim Z. Yahya and L. Mohammed Ayoub. Financial Control in Islam, Journal


of Development of Rafidain, No 45, Faculty of management and
Economics, Universidy of mosul, 1995.

Lashin, M. El-Morsi. Accounting for Public Funds in the Islamic State. Beirut:
Lebanese Book House, 1977.

Mustafa, Mahmoud Hilmi. Islamic Ruling Compared to Modern System. Cairo:


Dar Al-Fikr, 1970.

Rasoul, Ali Abdul. Economic Peinciples in Islamic. Cairo: Arab Thought Hous,
1980.

Salam, M. Saed Abdul. Accounting in Islam. Jeddah: Dar al-Bashayyer, 1980.

Yahya, Z, Hashim. The Scientific rooting of the accounting system in the Islamic
state. Research paper, University of Mosul, 2013.

Zaed, Omar. Financial Accounting in the Islamic Society. Jordan: Dar Al- Yazuri,
1995.

29

Anda mungkin juga menyukai