Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI

SYARIAH
BAB PERBEDAAN AKUNTANSI SYARIAH DAN
AKUNTANSI KONVENSIONAL, KDPPLKS, DAN
LAPORAN KEUANGAN (PSAK 101)

Disusun oleh Kelompok 05 (AK6-B3):


1. Yunda Roro Anggraini (142010300158)
2. Farikhatul Ilmiyah (142010300163)
3. Eka Listya Putri (142010300169)

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
SEMESTER GENAP 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wacana baru akuntansi Syariah tidak hadir dalam suasana yang vakum (vacuum
condition), tetapi distimulasikan oleh banyak faktor yang berinteraksi begitu konfleks,
non-linier, dinamis, dan berkembang. Faktor faktor seperti : kondisi perubahan sistem
politik, ekonomi, sosial, budaya, peningkatan kesadaran keagamaan, semangat revival,
perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan dan pertumbuhan pusat-pusat studi,
dan lain-lainnya dari umat islam, semuannya berinteraksi secara konfleks dan akhirnya
melahirkan paradigma syariah dalam dunia perakuntansian.
Dasar pijakan ekonomi Islam seperti telah difatwakan oleh ulama Al-LajnahAd-
Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Saudi Arabia adalah muamalah yang
berdasarkan syariat, yaitu dengan mengembangkan harta melalui cara-cara yang
dihalalkan oleh Allah Taala, sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
muamalah syariyyah, yang didasarkan pada hukum pokok, boleh dan halal dalam
berbagai muamalah, dan menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah Taala darinya.
Bangkitnya akuntansi syariah di Indonesia tidak hanya karena terpicu terjadinya
skandal akuntansi sebuah perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Amerika Serikat,
WorldCom beberapa tahun silam. Tetapi akuntan syariah muncul sejalan dengan adanya
kesadaran untuk bekerja lebih jujur, adil dan tidak bertentangan dengan ajaran Al-
Quran dan Al-Hadist.
Amin Musa menjelaskan, bangkitnya sistem akuntansi syariah itu dilatar-belakangi
banyaknya transaksi dengan dasar syariah, baik yang dilakukan lembaga bisnis syariah
maupun non syariah. Dengan animo itu, perlu adanya pengaturan atau standar untuk
pencatatan, pengukuran, maupun penyajian sehingga para praktisi dan pengguna
keuangan mempunyai standar yang sama dalam akuntansinya, kata salah satu angota
Komite Akuntansi Syariah (KAS) kepada Akuntan Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Akuntansi syariah, pada tataran ontology dan epistemology terdapat kesepahaman
antar para pakar akuntansi bahwa akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi
konvensional. Namun, dalam tataran metodologi masih ada perbedaan pandangan di
kalangan pakar akuntansi syariah Perbedaan tersebut sangat mudah diketahui dengan
cara membaca hasil dari karya-karya (tulisan) terkait akuntansi syariah baik tulisan
tingkat internasional maupun skala nasional.
Tulisan tersebut merupakan hasil gagasan (ide) sebagai cerminan perjalanan
perumusan akuntansi syariah. Selain itu, banyak pengetahuan dan pemahaman
masyarakat akademisi atau praktisi- yang dibangun dari tulisantulisan tersebut. Selain
itu, tulisan tersebut sering digunakan sebagai referensi bagi dosen maupun
pengembangan penelitian akuntansi syariah. Oleh karena itu, hadirnya tulisan tersebut
sangat menentukan persepsi masyarakat tentang konsep/teori akuntansi syariah.
Sejarah akuntansi syariah (baca akuntansi zakat), sebenarnya sudah lama lahir. Jika
diruntut, sejak ada perintah untuk membayar zakat itu. Adanya perintah membayar
zakat itulah mendorong pemerintah untuk membuat laporan keuangan secara periodik
Baitul Maal, sementara para pedagang muslim atau produsen muslim wajib menghitung
hartanya (assetnya) apakah sudah sesuai dengan nishabnya (batas harta yang harus
dibayarkan).
Penghitungan dengan sistem akuntan syariah itu di Indonesia belum terbiasa.
Maklum, Bank Mualamat saja, sebagai Bank Syariah Islam pertama di Indonesia baru
berdiri pada awal Nopember 1991. Itu artinya akuntan syariah baru akan lahir setelah
puluhan tahun bank itu berdiri. Tetapi fenomena munculnya transaksi syariah, usaha
syariah di kalangan pebisnis Indonesia, kini telah mendorong lahirnya para akuntan
syariah untuk lebih mendalami masalah audit di bidang zakat dan bentuk perdagangan
lainnya secara syariah Islam.
Itu sebabnya, penyusunan dan penyempurnaan akuntansi zakat oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) merupakan sebuah keharusan. Mengapa? Karena ini sebuah
keniscayaan sejarah untuk pelaksanaan dan pengelolaan zakat sesuai dengan kaedah
syariah Islam dan sejalan dengan adanya konsep GCG/ good governance, ujar Dr.
Setiawan Budi Utomo, Ketua Tim Kerja Akuntansi Zakat IAI, kepada Muh. Yusuf,
wartawan Akuntan Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi akuntansi ?
2. Bagaimana perkembangan awal akuntansi dan akuntansi syariah ?
3. Bagaimana sejarah lahirnya akuntansi syariah ?
4. Bagaimana perkembangan akuntansi syariah ?
5. Bagaiman prinsip-prinsip umum akuntansi syariah ?
6. Penjelasan mengenai prosedur dan istilah yang digunakan ?
7. Apa perbedaan dan hubungan akuntansi konvensional (modern) dan akuntansi
syariah?
8. Bagaimana perkembangan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah ikatan akuntan indonesia?
9. Bagaimana tujuan kerangka dasar dari laporan keuangan syariah?
10. Apa saja aspek yang terkait dengan transaksi syariah dan pemakai laporan
keuangan syariah?
11. Apa tujuan laporan keuangan?
12. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah?
13. Bagaimana karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?
14. Bagaimana kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan
syariah?
15. Apa saja unsur-unsur laporan keuangan ?
16. Bagaimana pengukuran unsur0unsur laporan keuangan ?
17. Bagaimana laporan keuangan entitas syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014) ?
18. Bagaimana laporan keuangan bank syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014) ?
19. Bagaimana laporan keuangan asuransi syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014) ?
20. Bagaimana laporan keuangan amil syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014) ?

1.3 TUJUAN
1. Mengatahui definisi akuntansi
2. Mengetahui perkembangan awal akuntansi dan akuntansi syariah
3. Mengatahui sejarah lahirnya Akuntansi Syariah
4. Mengatahui perkembangan pemikiran Akuntansi Syariah
5. Mengetahui prinsip-prinsip umum akuntansi Syariah
6. Memahami prosedur dan istilah yang digunakan
7. Mengetahui perbedaan dan hubungan akuntansi konvensional (modern) dan
akuntansi syariah
8. Mengetahui perkembangan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah ikatan akuntan Indonesia
9. Mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
10. Mengetahui aspek yang terkait dengan transaksi syariah dan pemakai laporan
keuangan syariah
11. Mengetahui tujuan laporan keuangan
12. Mengetahui asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
13. Mengetahui karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
14. Mengetahui kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah
15. Mengetahui unsur-unsur laporan keuangan
16. Mengetahui pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
17. Mengetahui laporan keuangan entitas syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
18. Mengetahui laporan keuangan bank syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
19. Mengetahui laporan keuangan asuransi syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
20. Mengetahui laporan keuangan amil syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI AKUNTANSI


Beberapadefinisi akuntansi : Littleton mendefinisikan, tujuan utama dari akuntansi
adalah untuk melaksanakn perhitungan periodic antara biaya (usaha) dan hasil
(prestasi)suatuyang merupakan inti dari teori akuntansi yang merupakan ukuransebagai
rujukan dalam mempelajari akuntansi.
APB (Accountng principle boartd )Statement No. 4 akuntansi adalah suatu kegiatan
jasa yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif, dalam ukuran uang,mengenai
suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk pengambilan keputusan ekonomi, dalam
memilih diantara beberapa alternative. AICPA (American Institute ofcertified public
accountant) akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan,dan pengikhtisaran dengan
cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan menafsirkan hasil-hasilnya.
Dalam buku A statement of Basic Accounting theory akuntansi adlah proses
mengidentifikasi mengukur, dan menyampaikan informasi dalam hal pertimbangan
dalam mengambil kesimpulan para pemakai.

2.2 PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI


Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang
bersifat memiliki kebenaran absolut. Penemuan metode baru dalam akuntansi senantiasa
mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat, sehingga dalam perkembangan
selanjutnya, ilmu akuntansi lebih cenderung menjadi bagian dari ilmu sosial (social
science).
Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah allah swt
dal (Qs. 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi
lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan terhadap suatu sistem
pencatatan tentang hak dan kewajiban pelaporan yang terpadu dan komprehensif.
Akuntansi yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari perdaban barat (sejak
paciolli). Padahal apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan
perkembangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban
sebelumnya baik yunani maupun arab islam.
Perkembangan akuntansi dengan domain arithmatic quality nya, sangat ditopang
oleh ilmu lain khususnya arithnatic, algebra,mathematics,alghorithm pada abad ke 9 M.
Ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa. Filosofi islam yang
dikenal yaitu abu yusuf yakub bin ashaq al kindi yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki
(1020) dan Al- Khawarizmy yang merupakanasal kata dari Al gorith, algebra juga berasal
dari kata arab yaitu Aljabr. Ibnu khaldun (Lahir tahun 1332) adalah seorang filosofi
islam yang juga telah bicara tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan.
Para filosofi barat belakangan ini yang muncul pada abad ke 18 M. Al khawarizmy
lah yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan matematika dasarnya untuk
digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan
syariah yang ada di Al Quran,perkara hukum atau (law suit) dan praktek bisnis
perdagangan. Ahli akuntan yang mengakui keberadaan akuntansi islam itu, misalnya RE
Gambling, William roget, Baydoun, Hayasi dari jepang.

1. Sejarah Akuntansi Konvensional


Dari sejak zaman prasejarah, keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk
mencatat makanan dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada
saat musim dingin. Ketika masyrakat mulai mengenal adanyapedaganganmaka pada
saat yang sama mereka telah mangenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem
moneter (monetary system). Bukti tentang pencatatan (book keeping) tersebut dapat di
temukan dari mulai kerajaan babilonia (4500 SM), Firaun mesir dan kode-kode
Hammurabi (2250 SM) sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi
di Ebla, Syria Utara.
Saat ini kita hanya mengenal luca Paciolli sebagai bapak Akuntansi Modern.
Paciolli, seorang ilmuan dan pengajar di bebarapa universitas yang lahir di Tuscany
Italia pada tahun 1445, merupakan orang yang di anggap menemukan persamaan
akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya: Summa de Arithmetica
Geometria et Proportionalita (A Review of Arithmetic, Geometry and Proportions).
Pada buku tersebut, terdapat penjelasan mengenai buku besar telah termasuk
mengeni aset, modal,hutang,pendapatan dan beban. Mengenai ayat jurnal penutup
(closing entris) dan menggunakan neraca saldo (trial balance) untuk mengetahui saldo
buku besar (legerd).
Sebenarnya Luca pacioelli bukanlah orang yang menemukan doble entry book
keeping system, mengingat sytem tersebut telah melakukan sejak adanya perdagangan
antara venice dan genoa pada awal abat ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan
antara timur tengah dan kawasan mediterania. Bahkan, pada tahun1340 bendahara kota
massri telah melakukan pencatatan dalam bentuk double entry.
Majunya peradaban sosial budaya masyarakat arab waktu itu tidak hanya pada aspek
ekonomi atau perdagangan saja, tetapi juga pada proses transformasj ilmu pengetahuan
yang berjalan dengan baik. Selain aljabar, al khawarizmi (logaritma) juga telah
berkembang ilmu kedokteran dari ilmu ibnu sina (avicenna), kimia karya besar ibnu
rusyd (averos), ilmu ekonomi (ibnu khaldun).

2. Perumusan Teori Akuntansi Konvensional


Teori akuntansi konvensional dinyatakan baik secara verbal maupun matematis.
Perumusan teori akuntansi dimulai dari abstraksi (tidak nyata/ unrealworld abstraction)
yang ada dalam pikiran manusia. Supaya lebih bermanfaat, hasil pikiran tersebut
kemudian dihubungkan dengan praktik akuntansi.
Secara umum, teori akuntansi yang dibangun dapat diterima jika memiliki kriteria
kebenaran di antaranya dogmatics basis, self-evident basis, dan Scientific basis. Teori
akuntansi konvensional yang dibentuk dengan kontruksi di atas sangat tergantung pada
realita praktik akuntansi itu sendiri. Perumusan teori yang bersumber pada praktik
akuntansi berusaha menarik kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran praktik
akuntansi. Metode ini disebut dengan proses induksi. Namun, proses induktif tetap
terkait erat dengan proses deduktif karena proses deduktif memberikan petunjuk
pemilihan data yang akan diteliti.

Hal senada juga disampaikan oleh Ahmed Belkaoui yang menjelaskan bahwa
perumusan teori akuntansi konvensional yang paling dikenal menggunakan metodologi
deskriptif. Metode ini muncul sebagai konsekuensi atas keyakinan bahwa akuntansi
merupakan seni yang tidak dirumuskan.

2.3 SEJARAH LAHIRNYA AKUNTANSI SYARIAH (ISLAM)


Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatatakan bahwa akuntansi
dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru, sebenarnya bisa dilihat dari
peradaban Islam yang pertama yang sudah memiliki Baitul Mal yang merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Bendahara Negara serta menjamin
kesejahteraan sosial. Masyarakat Muslim sejak itu telah memiliki akuntansi yang disebut
Kitabat Al-Amwal. Dipihak lain istilah akuntansi disebutkan dalam beberapa karya
tulis umat Islam.
Adapun factor yang menyebabkan terjadinya percepatan perkembangan akuntansi
hingga sekarang diantaranya adalah :
1. Adanya motivasi awal yang memaksa orang untuk mendapatkan keuntungan
besar (maksimalisasi laba = jiwa kapitalis). Dengan adanya laba maka perlu
pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran dengan cara sistematis dan
dalam ukuran moneter atas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dan
menjelaskan hasilnya.
2. Pengakuan usaha akan pentingnya aspek sosial yang berkaitan dengan persoalan
maksimalisasi laba. Dalam hal ini, pemimpin perusahaan harus membuat
keputusan yang menjaga keseimbangan antara keinginan perusahaan, pegawai,
langganan, supplier, dan masyarakat umum.
3. Bisnis dilakukan dengan peranan untuk mencapai laba sebagai alat untuk
menapai tujuan bukan akhir suatu tujuan. Dengan pernyataan lain, laba
bukanlah tujuan akhir dri suatu aktivitas bisnis. Akan tetapi bisnis dilakukan
untuk memperluas kesejahteraan sosial. Dengan demikian, akuntansi akan
memberikan informasi yang secara potensial berguna untuk membuat keputusan
ekinomi da jika itu diberikan akan memberikan perluasan kesejahteraan sosial.
Pertumbuhan ekonomi tidak selamanya memberikan jalan lurus.sehingga timbul
adanya aggapan bahwaakuntansi sebagaiilmu pengetahuan dan praktikyang bebas dari
nilai (Value-free). Engan keadaan seperti ini semakin kuat masyarakat terbawah oleh arus
era informasi dan globalisasi.yang memiliki cirri utama adanya kencenderungan untk
melakukan harmonisasi sesuatu.
Kemudian sejak tahun 1980-an,mulai ada perhatian kuat dari para peneliti akuntansi
dalam upaya memahami akuntansi dalam penertianyang lebih luas. Misalnya dalam
kontek social dan organisasi..akuntansi secara tradisional telah di pahami sebagai
prosedur rasional dalam menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan dan pengendalian.
Dalam pengertian tersebut menunjukan bahwa akuntansi tampak seperti teknologi
yang kelihatan konkrit, tangible dan bebas dari nilai massyarakat dimana dipraktekan.
Tricker secara tegas menyatakan, bahwa (bentuk) akuntansi sebetulnya tergantung pada
teknologi dan moral masyarakat.

2.4 PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH


1. Zaman Awal Perkembangan Islam
Pendeklarasikan negara islam di madinah (tahun 622 M atau berketepatan dengan
tahun 1H) didasari konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang
ras, suku, warna kulit dan golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan
secara bersama dan gotong royong di kalangan para muslim.
Setelah munculnya islam di semenanjung arab dibawah kepemimpinan Rasulullah
saw, serta telah terbentuknya daulah islamiyah di madinah, mulailah perhatian Rasulullah
untuk membersihkan muamalah maaliah (keuangan) dari unsur-unsur riba dan dari
segala bentuk penipuan, pembodohan,perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha
pengambilan harta orang lain secara batil. Bahkan Rasulullah lebih menekankan pada
pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk
menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amwal
(pengawas keuangan).
Dalam perkembangan islam selanjutnya ketika ada kewajiban zakat dan ushr (pajak
pertanian dari muslim) dan perluasan wilayah sehingga di kenal adanya jizyah (pajak
perlindungan dari non muslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari non muslim), maka
rasul mendirikan baitul maal pada awal abad ke 7.
Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh penerimaan
dikumpulkan secara terpisah dengan pimpinan Negara dan baru akan dikeluarkan untuk
kepentingan Negara walaupun disebutkan pengelolaan baitul maal masih sederhana,
tetapi nabi telah menunjukan petugas qadi, ditambah para sekertaris dan pencatat
administrasi pemerintahan.

2. Zaman Khalifah
Abu bakar pengelola baitul maal masih sangat sederhana dimana penerimaan dan
pengeluaran di lakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Di era
kepemimpinana khalifah umar bin khattab dengan memperkenalkan istilah diwan oleh
saad bin abi waqqas (636 M). Asal kata diwan dari bahasa arab yang merupakan bentuk
kata benda dari dawwana yang berarti penulisan. Diwan dapat diartikan sebagai tempat
dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan.
Diwan yang dibentuk oleh khalifa umar terdapat 14 departement dan 17 kelompok,
dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam
sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Diwan ini berfungsi untuk
mengurusi pembayaran gaji. Khalifah umar menunjukan beberapa orang yang mengelola
dan pencatat dan Persia untuk mengawasi pembukaan baitul maal.
Baitul maal juga sudah tidak terpusat lagi di madianh tetapi juga di daerah-daerah
taklukan islam. Pada diwan yang dibentuk oleh khalifah umar terdapat 14 departemen
dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen tersebut adanya pembagian tugas
dalam system keuangan dan pelaporan keuangan yang baik.
Yang termasuk pengawasan harta, kepentingan social,pelaksanaan ibadah pribadi,
dan pemeriksaan transaksi bisnis . akrab kahan memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib,
yaitu:
a. Pelaksaan hak allah termasuk kegiatan ibadah semua jenisshalat, pemeliharaan
masjid
b. Pelaksanaan hak-hak masyarakat perilaku di pasar, kebenaran timbangan
kejujuran bisnis
c. Pelaksana yang berkaitan dengan keduanya menjaga kebersihan jalan, lampu
jalan, bangunan yamg mengganggu masyarakat.
Runtuhnya Khilafah Islamiyah serta tidak adanya perhatian dari pemimpin-
pemimpin islam untuk mensosialisasikan hukum islam, serta dengan dujajahnya
kebanyakan nagara islam oleh negara-negara eropa, telah menimbulkan perubahan yang
sangat mendasardisemua segi kehidupan ummat islam, termasuk di bidang muamalah
keuangan. Pada fase ini perkembangan akuntansi didominasi oleh pikiran pikiran barat.
Para muslim pun mulai menggunakan sistem akuntansi yang dikembangkan oleh barat.
Untuk mengetahui bagai mana perkembangan akuntansi pada fase ini, mungkin dapat
membaca pada buku-buku teori akuntansi

2.5 PRINSIP UMUM AKUNTANSI SYARIAH


Dalam system akuntansi terdapat nilai pertanggungjwaban, keadilan, dan
kebenaran.ketiganya menjadi prinsip dasar yang universal. sedikit uraian ketiga prisip
tersebut terdapat dalam Al-quran surat Albaqarah:282:

a. Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip Pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak
asing lagi yang berkaitan dengan konsep amanah. Implikasi dalam bisnis dan
akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang diamanatkan dan diperbuat kepada
pihak terkait.
b. Prinsip keadilan

Prinsip keadilan tidak hanya merupakan nilaiyang sangat penting dalam etika
kehidupan sosialdanbisni, tetapi juga merupakan nilaiyang secara inheren
melekat dalam fitra manusia.berarti manusia memiliki kapasitas dan energy
untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupan.

c. Prinsip kebenaran
Prinsip kebenaran tidak bisa di pisahkan dari prinsip keadilan karena
aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai
kebenaran. Kebenaran ini dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.

2.6 SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN


Pelaksanaan akuntansi pada Negara islam terjadi terutama adanya dorongan
kewajiban zakat. Al Mazenderany (1363 M) mengenai praktik akuntansi pemerintah
selama dinasti khan II pada buku Risalahfalakiyah kitabus sikayat. System akuntansi
Negara islam tersebut pertama kali dilakukan oleh al khawarizmy pada tahun 976 M.
Ada tujuh hal khusus dalam system akuntansi yang dijalankan oleh Negara islam
sebagaimana dijelaskan oleh Al- khawariszmy dan Al-mazendarany (zaid, 1999) yaitu:

1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup.


2. Sistem akuntansi untuk kontruksi merupakan system akuntansi untuk proyek
pembangunan.
3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan system yang berbasis non-
moneter
4. Sistem akuntansi gudang merupakan system untuk mencatat pembelian barang
Negara yang mencatat sehingga hal ini menunjukan system pengendalian intern
(intern control).
5. Sisitem akuntansi mmata uang, system ini telah dilakukan oleh Negara islam
sebelum abad ke 14 M. system ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk
mengubah emas dan perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus
mendistribusikannya.
6. Sistem akuntansi petrnakan merupakan system untuk mencatat seluruh binatang.
7. Sistem akuntansi perbendaraan merupakan system untuk mencatat penerimaan
dan pengeluaran harian Negara baik dalam nilai uang atau barang.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian internal (internal control)
penerapan prosedur audit (audit procedure) serta akuntansi berbasis pertanggung
jawaban (responsibility accounting). Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut (zaid; 1999)

1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi


2. Transaksi harus dikelompokan
3. Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di sebalah
kiri
4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sebelah
sisi kiri halaman
5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secra hati-hati
6. Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis
penutup
7. Koreksi atas transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati
8. Jika kun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang tersebut
9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (al jaridah) akan dipindahkan pada
buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi
10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang
yang melakukan pencatatan harian
11. Saldo diperoleh dari selisih
12. Laporan harus disusun setiap bulan dan tahun
13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb
14. Laporan tahunana yang disusun al kateb akan diperiksa dan di bandingkan
dengan tahun sebelumnya dan akan di simpan di diwan

2.7 PERBEDAAN DAN HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI


ISLAM
2.7.1 PERBEDAAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI ISLAM
1. Akuntansi Modern

o Konsep modal pokok (capital) belum ditentukan, sehingga cara


menentukan nilai/harga untuk melindungi modal pokok sering berbeda
pendapat
o Modal terbagi 2, yakni modal tetap (aktiva tetap) dan modal yg beredar
(aktiva lancar)
o Mempraktekkan teori pencadangan & ketelitian dari menanggung semua
kerugian dalam perhitungan
o Mengeyampingkan laba yg bersifat mungkin
o Menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok,
transaksi, juga uang dari sumber yg haram
o Laba hanya ada ketika adanya jual beli
2. Akuntansi Islam

o Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di
masa yg akan datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
o Barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta
berupa barang (stock), dst barang dibagi menjadi barang milik dan barang
dagang
o Mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya
sebagai perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sebagai
sumber harga/nilai)
o Penentuan nilai dan harga berdasarkan nilai tukar yg berlaku
o Membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko
o Membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari
capital/modal pokok dengan yang berasal dari transaksi dan wajib
menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, serta berusaha
menghindari & menyalurkan pada tempat-tempat yg tlh ditentukan oleh
para ulama fiqh
o Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra
usaha/dicampurkan pada pokok modal
o Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai
barang, baik yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah suatu
keharusan utk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata
laba itu diperoleh.

2.7.2 HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI ISLAM


Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk system pencatatan pada zaman
dinasti abbaslah (750-1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun
waktu yang hampir bersamaan. Eropa masih berada dalam periode the dark
age dari sini, kita dapat melihat hubungan antara luca paciolli dan akuntansi
islam. Pada tahun 1429 M angka dilarang digunakan oleh pemerintah italia.
Luca paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari
alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir arab dan selalu
menjadikan karya pisah sebgai rujukan.
Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah : luca paciolli
mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali disisi sebalah kredit
dan disisi sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali
dengan menulis sebelah kredit dan di sebelah debit. Penelitian tentang sejarah
dan perkembangan akuntansi memang perlu di kaji lebih dalam lagi mengingat
masih dipertanyakan bukti-bukti otentik/langsung tentang hal tersebut
bagaimana diungkapkan oleh napier.

2.8 PERKEMBANGAN KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LPORAN KEUANGAN SYARIAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA.
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syariah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya
di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap
KDPPLKBS di lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk
transaksi syariah pada bank syariah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik
yang berupa institas syariah maupun institas konvensional yang bertransaksi dengan
skema syariah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
dalam Exposure Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS
(2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika
diatur secara khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994)
dianggap juga berlaku dalam bank syariah.

2.9 TUJUAN KERANGKA DASAR


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik
sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya
membuat standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan syariah

2.10 ASPEK YANG TERKAIT DENGAN TRANSAKSI SYARIAH DAN PEMAKAI


LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
a. Paradigm transaksi syariah
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma dasar ini menekankan
bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah yang
menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
benar dan salahnya aktifitas usaha. Syariah merupakan ketentuan hukum islam
yang mengatur aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang
menyangkut hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi
horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam
kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku
kepentingn entitas yang melakukan transaksi syariah. Adapun akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame
makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan
harmonis.

b. Asas transaksi syariah


Persaudaraan (ukhuwah) berarti transaksi yang diadakan merupakan bentuk
interaksi social dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan
secara umum dengan semangat saling tolong-menolong. Ukhuwah dalam
transaksi syariah melingkupi berbagai aspek, yaitu saling mengenal, saling
memahami, saling menolong, saling menjamin, saling bersinergi.
Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan
sesuatu pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu dengan posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang unsure riba, dzulm, maysir, gharar, ihtikar, najasy, risywah,
taalluq, dan penggunaan unsur haram dalam barang, jasa, maupun dalam
aktifitas operasi.
Kemaslahatan (maslahah) adalah transaksi syariah haruslah merupakan
segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi,
material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus
mengandung dua unsure yaitu halal dan thayyib.
Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan
aspek material dan spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil,
bisnis dan social, serta keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.
Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh,
dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku,
agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat rahmatan lil alamin.

c. Karakteristik transaksi syariah


Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun aktivitas social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah
komersial dapat berupa investasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang
untuk mendapatkan laba, dan pemberian layanan jasa untuk mendapat imbalan.
Adapun transaksi non-komersial; dapat dilakukan dengan berupa pemberian
pinjaman atau talangan, penghimpunan dan penyaluran dana social seperti
zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Kedua transaksi harus memenuhi
persyaratan syariah. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan
asas transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridha
Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas
Tidak mengandung unsur riba
Tidak mengandung unsur kezaliman
Tidak mengandung unsur masyir
Tidak mengandung unsur gharar
Tidak mengandung unsur haram
Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
d. Pemakai laporan keuangan syariah
Pemakai laporan keuangan meliputi:
Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau
penerimaan deviden.
Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
Pemilik dana syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau
aman.
Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil
setiap saat.
Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf; untuk informasi
tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah.
Karyawan; untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah.
Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi
tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional
lainnya.
Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan negara

2.11 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS, dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan


menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Selain itu, tujuan
lainnya sebagai berikut:
a. Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pengambilan keputusan yang rasional. Pihak-pihak yang berkepentingan
antara lain:
Shahibul maal/ pemilik dana
Kreditur
Pembayar zakat, infaq dan shadaqah
Pemegang saham
Otoritas pengawasan
Bank Indonesia
Pemerintahan
Lembaga penjamin simpanan
Masyarakat

b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan


informasi yang dapat mendukung investor/ pemilik dana, kreditur, saat dan
ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan
hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga
atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari
kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran
deviden.
c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan
informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic resources), kewajiban
bank untuk mengalihkan sumberdaya tersebut pada entitis lain atau pemilik sama,
serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi
perubahan sumberdaya ekonomi tersebut.
d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Lapora keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta
informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan
bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi
pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah daam mengamalkan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai
tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi
yang terikat.
f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai
pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

2.12 ASUMSI DASAR


a. Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian serta diungkapakn dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas
dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa
lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan.
Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
tidaklah menggunakan dasar akrual, melainkan menggunakan dasar kas. Dalam
pembagaian hasil usaha.

b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu,
entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.

2.13 KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI KEUANGAN SYARIAH


Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.
a. Dapat dipahami
Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.

b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini,
atau masa depan dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
(faithul representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar
diharapkan dapat disajikan.Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi
hal sebagai berikut:
Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk di sajikan.
Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsif syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi
mengungguli bentuk).
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu
saja (netral).
Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akuntansi yang berlaku.

2.14 KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL


Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan
informasi andal.
b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang
dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian,
secara substabsi, evaluasu biaya dan manfaat merupakan suatu prpses
pertimbangaan (judgement proces).
c. Penyajian yang wajar
Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep khusus
tentang penyajin wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik kualittif
pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat pada
laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pda umumnya dipahami sebagai
suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan dengan wajar.

2.15 UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah, antara lain meliputi:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri
atas :
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini
didefinisikan sebagai berikut:
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa
depn diharapkan akan diperoleh entitas syariah. .
Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat
ekonomi.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvesatasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syariah setelah dikurangi
semua kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat
disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba,
penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
(laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan
berikut ini:
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya
beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian
yang timbul.

3. Hak pihak ketiga atau bagi hasil


Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi
hasil pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama
entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban
(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas
bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana
atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial,


meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan.
b. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

2.16 PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
b. Biaya kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset
yang sama atau stara aset diperoleh sekarang.
c. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).

2.17 LAPORAN KEUANGAN ENTITAS SYARIAH (ED PSAK 101 (REVISI


2014))
Sesuai dengan ED PSAK 101 (Revisi 2014), laporan keuangan ini disajikan oleh
entitas yang melakukan transaksi syariah pada anggaran dasarnya. Terminologi dalam
PSAK ini dapat digunakan oleh entitas yang berorientasi laba, sedangkan untuk
entitas yang tidak berorientasi laba atau memiliki untuk ekuitas yang berbeda perlu
menyesuaikan deskripsi pada beberapa pos keuangan.
Komponen laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
d. Laporan arus kas selama periode;
e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;
f. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama periode;
g. Catatan atas laporan keuangan: berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lain;
h. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya. Informasi ini bersifat
naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan
kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
Informasi komparatif minimum terdiri dari: 2 laporan posisi keuangan, 2
laporan laba rugi penghasilan komprehensif lain, 2 laporan perubahan modal,
2 laporan arus kas, 2 laporan sumber dan penggunaan zakat, 2 laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan, dan 2 catatan atas laporan keuangan;
i. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, atau
melakukan penyajian kembali pos laporan keuangan atau ketika entitas syariah
mereklasifikasi pos dalam laporan keuangan. Dengan hal ini, maka laporan
keuangan akan terdiri dari 3 periode yaitu: akhir periode berjalan, akhir
periode sebelumnya, dan awal periode sebelumnya.

2.18 LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH (ED PSAK 101 (REVISI


2014))
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas:
a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
c. Laporan perubahan ekuitas;
d. Laporan arus kas;
e. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
g. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
h. Catatan atas laporan keuangan.

Ilustrasi Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))

PT Bank Syariah X
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20X1
Aset Xxx
Kas Xxx
Penempatan pada Bank Indonesia Xxx
Giro pada bank lain Xxx
Penempatan pada bank lain Xxx
Investasi pada efek/surat berharga
Piutang: Xxx
Murabahah Xxx
Salam Xxx
Istishna Xxx
Ijarah
pembiayaa: Xxx
Mudharabah Xxx
Musyarakah Xxx
Persediaan Xxx
Tagihan dan kewajiban akseptasi Xxx
Aset ijarah Xxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxx
Penyertaan pada entitas lain Xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan Xxx
Aset lainnya Xxx
Jumlah Aset

KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban

DANA SYIRKAH TEMPORER


Dana syirkah temporer dari bukan bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Dana syirkah temporer dari bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Jumlah Dana Syirkah temporer

EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx
PT Bank Syariah X
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank
sebagai mudharib

Pendapatan dari jual beli:


Pendapatan marjin
murabahah Xxx
Pendapatan neto salam
parallel Xxx
Pendapatan neto istishna
parallel Xxx
Pendapatan dari
sewa:
Pendapatan neto
ijarah Xxx
Pendapatan dari bagi hasil:
Pendapatan bagi hasil
mudharabah Xxx
Pendapatan bagi hasil
musyarakah Xxx
Pendapatan usaha utama
lainnya Xxx
Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib Xxx
Hak pihak ketiga atas bagi
hasil (xxx)

Pendapatan Usaha Lainnya


Pendapatan imbalan jasa
perbankan xxx
Pendapatan imbalan investasi
terikat Xxx
Jumlah Pendapatan Usaha
Lainnya
Beban Usaha (xxx)
Beban kepegawaian (xxx)
Beban
administrasi (xxx)
Beban penyusutan dan
amortisasi (xxx)
Beban usaha
lain (xxx)
Jumlah Beban Usaha (xxx)

Laba (Rugi) Usaha Xxx


Pendapatan dan Beban
Nonusaha
Pendapatan nonusaha Xxx
Beban
nonusaha (xxx)
Jumlah Pendapatan (Beban)
Nonusaha Xxx

Laba (Rugi) sebelum Pajak Xxx

Beban Pajak (xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode


Berjalan Xxx
2.19 LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH (ED PSAK 101 (REVISI 2014))
Laporan keuangan asuranssi syariah yang lengkap terdiri atas :

a. Laporan posisi keuangan


b. Laporan surplus deficit underwrinying dana tabarru
c. Laporan perubahan dana tabarru
d. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
e. Laporan perubahan ekuitas
f. Laporan arus kas
g. Laporan sumber dan penyaluran dan azakat
h. Laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan
i. Catatan atas laporan keuangan

Ilustrasi :aporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
2.20 LAPORAN KEUANGAN AMIL (ED PSAK 101 (REVISI 2014))

Laporan keuangan amil yang lengkap terdiri atas :

a. Laporan posisi keuangan


b. Laporan perubahan dana
c. Laporan perubahan asset kelolaan
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan

Ilustrasi Laporan Keuangan Amil (ED PSAK 101 (Revisi 2014))


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Akuntansi bukanlah suatu profesi baru, dalam bentuk yang sangat sederhana telah
dilakukan pada zaman sebelum masehi. Luca Piciolli dengan bukunya tahun 1494 M
dengan bukunya: Summa de Arithmetica Geometri Proporsionalita (A Review of
Arithmetic, Geometry and Proportions) pada tahun 1494 Mmenerangkan mengenai
double entry book keeping sehingga ditetapkan sebagai penemu akuntansi modern.
Lahirnya sebuah paradigma dapat dipahami sebagai bagian dari siklus hukum tuhan
(sunnatullah). Akuntansi modern mulai dipertanyakan dan diragukan kesahihannya.
Dimasa yang akan datang akuntansi modern tidak menutuyp kemungkinan akan diganti
oleh akuntansi alternatif, yaitu Akuntansi Syariah, yang sudah tampak sebagai bayi
yang baru lahir.
Akuntansi syariah memiliki tujuan alternatif yang ideal, yaitu: menciptakan realitas
tauhid. Realitas ini adalah realitas sosial yang mengandung jaringan kuasa ilahi yang
mengikat dan memilin kehidupan manusia dalam ketundukkan pada tuhan. Untuk
sampai pada tujuan ini diperlakukan instrument untuk membangun dan menbentuk
Akuntansi Syariah, yaitu dengan cara epistemologi dan metodologi syariah.
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan
karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional
menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syariah (KDPPLKBS) pada tahun
2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Kerangka
dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor
publik maupun sektor swasta.
Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Baso. 2009. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah. Online:


himasi.blogspot.com
Muhammad. 2008. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Saputro, Andik S. Dwi. 2009. koreksi konsep nilai tambah syariah: menimbang
pemikiran konsep dasar teoritis laporan keuangan akuntansi syariah1. Jakarta: Universitas
Brawijaya.
Soedjais, Zaenal, dkk. 2008. Akuntansi Syariah Apa yng ditakutkan. Jakarta; Akuntansi
Indonesia.
Suwiknyo, Dwi. 2007. Teori Akuntansi Syariah di Indonesia. La Riba Jurnal Ekonomi
Islam.
Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai