SYARIAH
BAB PERBEDAAN AKUNTANSI SYARIAH DAN
AKUNTANSI KONVENSIONAL, KDPPLKS, DAN
LAPORAN KEUANGAN (PSAK 101)
Wacana baru akuntansi Syariah tidak hadir dalam suasana yang vakum (vacuum
condition), tetapi distimulasikan oleh banyak faktor yang berinteraksi begitu konfleks,
non-linier, dinamis, dan berkembang. Faktor faktor seperti : kondisi perubahan sistem
politik, ekonomi, sosial, budaya, peningkatan kesadaran keagamaan, semangat revival,
perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan dan pertumbuhan pusat-pusat studi,
dan lain-lainnya dari umat islam, semuannya berinteraksi secara konfleks dan akhirnya
melahirkan paradigma syariah dalam dunia perakuntansian.
Dasar pijakan ekonomi Islam seperti telah difatwakan oleh ulama Al-LajnahAd-
Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Saudi Arabia adalah muamalah yang
berdasarkan syariat, yaitu dengan mengembangkan harta melalui cara-cara yang
dihalalkan oleh Allah Taala, sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
muamalah syariyyah, yang didasarkan pada hukum pokok, boleh dan halal dalam
berbagai muamalah, dan menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah Taala darinya.
Bangkitnya akuntansi syariah di Indonesia tidak hanya karena terpicu terjadinya
skandal akuntansi sebuah perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Amerika Serikat,
WorldCom beberapa tahun silam. Tetapi akuntan syariah muncul sejalan dengan adanya
kesadaran untuk bekerja lebih jujur, adil dan tidak bertentangan dengan ajaran Al-
Quran dan Al-Hadist.
Amin Musa menjelaskan, bangkitnya sistem akuntansi syariah itu dilatar-belakangi
banyaknya transaksi dengan dasar syariah, baik yang dilakukan lembaga bisnis syariah
maupun non syariah. Dengan animo itu, perlu adanya pengaturan atau standar untuk
pencatatan, pengukuran, maupun penyajian sehingga para praktisi dan pengguna
keuangan mempunyai standar yang sama dalam akuntansinya, kata salah satu angota
Komite Akuntansi Syariah (KAS) kepada Akuntan Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Akuntansi syariah, pada tataran ontology dan epistemology terdapat kesepahaman
antar para pakar akuntansi bahwa akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi
konvensional. Namun, dalam tataran metodologi masih ada perbedaan pandangan di
kalangan pakar akuntansi syariah Perbedaan tersebut sangat mudah diketahui dengan
cara membaca hasil dari karya-karya (tulisan) terkait akuntansi syariah baik tulisan
tingkat internasional maupun skala nasional.
Tulisan tersebut merupakan hasil gagasan (ide) sebagai cerminan perjalanan
perumusan akuntansi syariah. Selain itu, banyak pengetahuan dan pemahaman
masyarakat akademisi atau praktisi- yang dibangun dari tulisantulisan tersebut. Selain
itu, tulisan tersebut sering digunakan sebagai referensi bagi dosen maupun
pengembangan penelitian akuntansi syariah. Oleh karena itu, hadirnya tulisan tersebut
sangat menentukan persepsi masyarakat tentang konsep/teori akuntansi syariah.
Sejarah akuntansi syariah (baca akuntansi zakat), sebenarnya sudah lama lahir. Jika
diruntut, sejak ada perintah untuk membayar zakat itu. Adanya perintah membayar
zakat itulah mendorong pemerintah untuk membuat laporan keuangan secara periodik
Baitul Maal, sementara para pedagang muslim atau produsen muslim wajib menghitung
hartanya (assetnya) apakah sudah sesuai dengan nishabnya (batas harta yang harus
dibayarkan).
Penghitungan dengan sistem akuntan syariah itu di Indonesia belum terbiasa.
Maklum, Bank Mualamat saja, sebagai Bank Syariah Islam pertama di Indonesia baru
berdiri pada awal Nopember 1991. Itu artinya akuntan syariah baru akan lahir setelah
puluhan tahun bank itu berdiri. Tetapi fenomena munculnya transaksi syariah, usaha
syariah di kalangan pebisnis Indonesia, kini telah mendorong lahirnya para akuntan
syariah untuk lebih mendalami masalah audit di bidang zakat dan bentuk perdagangan
lainnya secara syariah Islam.
Itu sebabnya, penyusunan dan penyempurnaan akuntansi zakat oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) merupakan sebuah keharusan. Mengapa? Karena ini sebuah
keniscayaan sejarah untuk pelaksanaan dan pengelolaan zakat sesuai dengan kaedah
syariah Islam dan sejalan dengan adanya konsep GCG/ good governance, ujar Dr.
Setiawan Budi Utomo, Ketua Tim Kerja Akuntansi Zakat IAI, kepada Muh. Yusuf,
wartawan Akuntan Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.
1.3 TUJUAN
1. Mengatahui definisi akuntansi
2. Mengetahui perkembangan awal akuntansi dan akuntansi syariah
3. Mengatahui sejarah lahirnya Akuntansi Syariah
4. Mengatahui perkembangan pemikiran Akuntansi Syariah
5. Mengetahui prinsip-prinsip umum akuntansi Syariah
6. Memahami prosedur dan istilah yang digunakan
7. Mengetahui perbedaan dan hubungan akuntansi konvensional (modern) dan
akuntansi syariah
8. Mengetahui perkembangan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah ikatan akuntan Indonesia
9. Mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
10. Mengetahui aspek yang terkait dengan transaksi syariah dan pemakai laporan
keuangan syariah
11. Mengetahui tujuan laporan keuangan
12. Mengetahui asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
13. Mengetahui karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
14. Mengetahui kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah
15. Mengetahui unsur-unsur laporan keuangan
16. Mengetahui pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
17. Mengetahui laporan keuangan entitas syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
18. Mengetahui laporan keuangan bank syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
19. Mengetahui laporan keuangan asuransi syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
20. Mengetahui laporan keuangan amil syariah menurut PSAK 101 (ED Revisi
2014)
BAB II
PEMBAHASAN
Hal senada juga disampaikan oleh Ahmed Belkaoui yang menjelaskan bahwa
perumusan teori akuntansi konvensional yang paling dikenal menggunakan metodologi
deskriptif. Metode ini muncul sebagai konsekuensi atas keyakinan bahwa akuntansi
merupakan seni yang tidak dirumuskan.
2. Zaman Khalifah
Abu bakar pengelola baitul maal masih sangat sederhana dimana penerimaan dan
pengeluaran di lakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Di era
kepemimpinana khalifah umar bin khattab dengan memperkenalkan istilah diwan oleh
saad bin abi waqqas (636 M). Asal kata diwan dari bahasa arab yang merupakan bentuk
kata benda dari dawwana yang berarti penulisan. Diwan dapat diartikan sebagai tempat
dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan.
Diwan yang dibentuk oleh khalifa umar terdapat 14 departement dan 17 kelompok,
dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam
sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Diwan ini berfungsi untuk
mengurusi pembayaran gaji. Khalifah umar menunjukan beberapa orang yang mengelola
dan pencatat dan Persia untuk mengawasi pembukaan baitul maal.
Baitul maal juga sudah tidak terpusat lagi di madianh tetapi juga di daerah-daerah
taklukan islam. Pada diwan yang dibentuk oleh khalifah umar terdapat 14 departemen
dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen tersebut adanya pembagian tugas
dalam system keuangan dan pelaporan keuangan yang baik.
Yang termasuk pengawasan harta, kepentingan social,pelaksanaan ibadah pribadi,
dan pemeriksaan transaksi bisnis . akrab kahan memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib,
yaitu:
a. Pelaksaan hak allah termasuk kegiatan ibadah semua jenisshalat, pemeliharaan
masjid
b. Pelaksanaan hak-hak masyarakat perilaku di pasar, kebenaran timbangan
kejujuran bisnis
c. Pelaksana yang berkaitan dengan keduanya menjaga kebersihan jalan, lampu
jalan, bangunan yamg mengganggu masyarakat.
Runtuhnya Khilafah Islamiyah serta tidak adanya perhatian dari pemimpin-
pemimpin islam untuk mensosialisasikan hukum islam, serta dengan dujajahnya
kebanyakan nagara islam oleh negara-negara eropa, telah menimbulkan perubahan yang
sangat mendasardisemua segi kehidupan ummat islam, termasuk di bidang muamalah
keuangan. Pada fase ini perkembangan akuntansi didominasi oleh pikiran pikiran barat.
Para muslim pun mulai menggunakan sistem akuntansi yang dikembangkan oleh barat.
Untuk mengetahui bagai mana perkembangan akuntansi pada fase ini, mungkin dapat
membaca pada buku-buku teori akuntansi
a. Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip Pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak
asing lagi yang berkaitan dengan konsep amanah. Implikasi dalam bisnis dan
akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang diamanatkan dan diperbuat kepada
pihak terkait.
b. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan tidak hanya merupakan nilaiyang sangat penting dalam etika
kehidupan sosialdanbisni, tetapi juga merupakan nilaiyang secara inheren
melekat dalam fitra manusia.berarti manusia memiliki kapasitas dan energy
untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupan.
c. Prinsip kebenaran
Prinsip kebenaran tidak bisa di pisahkan dari prinsip keadilan karena
aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai
kebenaran. Kebenaran ini dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
o Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di
masa yg akan datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
o Barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta
berupa barang (stock), dst barang dibagi menjadi barang milik dan barang
dagang
o Mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya
sebagai perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sebagai
sumber harga/nilai)
o Penentuan nilai dan harga berdasarkan nilai tukar yg berlaku
o Membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko
o Membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari
capital/modal pokok dengan yang berasal dari transaksi dan wajib
menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, serta berusaha
menghindari & menyalurkan pada tempat-tempat yg tlh ditentukan oleh
para ulama fiqh
o Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra
usaha/dicampurkan pada pokok modal
o Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai
barang, baik yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah suatu
keharusan utk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata
laba itu diperoleh.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu,
entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini,
atau masa depan dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
(faithul representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar
diharapkan dapat disajikan.Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi
hal sebagai berikut:
Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk di sajikan.
Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsif syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi
mengungguli bentuk).
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu
saja (netral).
Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akuntansi yang berlaku.
2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
(laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan
berikut ini:
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya
beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian
yang timbul.
Ilustrasi Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
PT Bank Syariah X
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20X1
Aset Xxx
Kas Xxx
Penempatan pada Bank Indonesia Xxx
Giro pada bank lain Xxx
Penempatan pada bank lain Xxx
Investasi pada efek/surat berharga
Piutang: Xxx
Murabahah Xxx
Salam Xxx
Istishna Xxx
Ijarah
pembiayaa: Xxx
Mudharabah Xxx
Musyarakah Xxx
Persediaan Xxx
Tagihan dan kewajiban akseptasi Xxx
Aset ijarah Xxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxx
Penyertaan pada entitas lain Xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan Xxx
Aset lainnya Xxx
Jumlah Aset
KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban
EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx
PT Bank Syariah X
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank
sebagai mudharib
Ilustrasi :aporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
2.20 LAPORAN KEUANGAN AMIL (ED PSAK 101 (REVISI 2014))
3.1 KESIMPULAN
Akuntansi bukanlah suatu profesi baru, dalam bentuk yang sangat sederhana telah
dilakukan pada zaman sebelum masehi. Luca Piciolli dengan bukunya tahun 1494 M
dengan bukunya: Summa de Arithmetica Geometri Proporsionalita (A Review of
Arithmetic, Geometry and Proportions) pada tahun 1494 Mmenerangkan mengenai
double entry book keeping sehingga ditetapkan sebagai penemu akuntansi modern.
Lahirnya sebuah paradigma dapat dipahami sebagai bagian dari siklus hukum tuhan
(sunnatullah). Akuntansi modern mulai dipertanyakan dan diragukan kesahihannya.
Dimasa yang akan datang akuntansi modern tidak menutuyp kemungkinan akan diganti
oleh akuntansi alternatif, yaitu Akuntansi Syariah, yang sudah tampak sebagai bayi
yang baru lahir.
Akuntansi syariah memiliki tujuan alternatif yang ideal, yaitu: menciptakan realitas
tauhid. Realitas ini adalah realitas sosial yang mengandung jaringan kuasa ilahi yang
mengikat dan memilin kehidupan manusia dalam ketundukkan pada tuhan. Untuk
sampai pada tujuan ini diperlakukan instrument untuk membangun dan menbentuk
Akuntansi Syariah, yaitu dengan cara epistemologi dan metodologi syariah.
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan
karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional
menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syariah (KDPPLKBS) pada tahun
2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Kerangka
dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor
publik maupun sektor swasta.
Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA